Anda di halaman 1dari 15

PERSEDIAAN BARANG DAGANG

DOSEN :
FITRI INDAH SARI, SE, M. AK.

DISUSUN OLEH KELOMPOK IIII

 SURAHMAN
 ELSA RAHAYU
 PUTRI RAMADHANI
 NORITA AFISTASARI

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


KELAS : B

POLITEKNIK BOMBANA
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat- Nya kami bisa
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.  Adapun makalah ini membahas tentang
“Wesel”.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk kemajuan di masa- masa mendatang.
Atas perhatiannya penyusun ucapkan terima kasih.

Bombana, 11 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….ii

BAB IPENDAHULUAN…………..........................................................................................1
1.1 Latar belakang……………………………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………2
2.1...........................................................................................................................................
Pengertian dan syarat-syarat wesel………………………………………………...2
2.2...........................................................................................................................................
Sejarah Wesel ……………………………………………………………………….3
2.3...........................................................................................................................................
Timbulnya bentuk surat wesel ……………………………………………………..5
2.4...........................................................................................................................................
Bentuk Surat Wesel …………………………………………………………………7
2.5...........................................................................................................................................
Syarat Formal Wesel (Pasal 100 KUHD)…………………………………………..8
2.6...........................................................................................................................................
Berbagai Bentuk Surat Wesel Khusus……………………………………………10
2.7...........................................................................................................................................
Kewajiban dan Tanggungan Jawab Penerbit……………………………………12
2.8...........................................................................................................................................
Endosemen………………………………………………………………………….13

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………...………14


3.1. Kesimpulan ………………………………………………………………………..14
3.2. Saran ………………………………………………………………………………14

DAFTAR ISI………………………………………………………………………...............15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

            Cara pembayaran semacam ini sampai sekarang masih banyak digunakan dalam lalu
lintas pembayaran internasional. Dengan cara ini, eksportir menarik surat wesel atas importer
sejumlah harga barang beserta biaya-biaya pengirimannya sekali. Wesel atau bill of exchange
tersebut, yang dilampiri dengan dokumen-dokumen berupa faktur, konosemen, daftar isi,
surat keterangan asal barang, surat keterangan pabean dan asuransi diserahkan oleh eksportir
kepada bank dinegrinya. Dengan diterimanya dokumen-dokumen tersebut, bank dapat
membayar wesel tersebut seketika dengan dipotongnya diskonto. Wesel tersebut oleh bank
secara langsung atau lewat bank lain dinegara pengimpor ditagihkan kepada importer.
Apabila bank sudah mendapatkan pembayaran dari importer, maka perhitungan nya antara
bank dengan eksportir otomatis berakhir.

Kalau surat wesel tersebut berlaku sampai beberapa bulan, mungkin perlu bagi
importer untuk mengakseptir surat wesel tersebut. Dengan akseptasi ini surat wesel tersebut
dapat diperdagangkan. Terhadap surat wesel yang telah mendapatkan akseptasi dari importer,
bank dapat menjualnya kepada pihak lain atau menyimpannya sampai pada saat
pembayarannya tiba.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dan Syarat-syarat Wesel

            Istilah wesel berasal dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda yaitu wissel, dalam
bahasa Jerman Wechsel, dalam bahasa Perancis letter de Change. Beberapa istilah ini
mempunyai pengertian yang sama dari sistem Perancis dan Jerman yang sudah diseragamkan
dalam perjanjian internasional di jeneva tahun 1930. Dalam hal ini, Inggris memberikan
pngertian lain tentang apa yang disebut dengan wesel, dalam bahasa Inggris wesel disebut bill
of change, hal in terjadi disebabkan Inggris pada waktu itu tidak ikut menandatangani
perjanjanjian dalam konferensi jeneva.

            Menurut C.S.T Kansil wesel adalah surat berharga yang mengandung suatu perintah
pembayaran yang harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam KUHD. Lebih lanjut,
ia menjelaskan wesel merupakan suatu perintah pembayaran yang diberikan oleh penarik
kepada yang kena tarik yang harus melakukan pembayaran kepada pemegangnya.

Wesel merupakan surat yang berharga yang mengandung suatu perintah pembayaran
yang harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam KHUD. Atau lebih jelas lagi,
wesel adalah suatu perintah pembayaran yang di berikan oleh penarik kepada yang kena tarik
yang harus memlakukan pembayaran itu kepada pemegangnya.

2.2. Sejarah Wesel

Pada abad pertengahan, dibagian barat daripada benua Eropa wesel mulai dikenal dan
dipergunakan orang di mana ketika itu perniagaan atau perdagangan antara orang-orang yang
negaranya saling berjauhan sudah terjalin.

Perjalanan mereka dalam melakukan perdagangan itu memakan waktu yang agak
lama dan pula tidak luput dari bahaya-bahaya perampokan di tengah-tengah jlan terutama
bahaya-bahaya ini dirasakan benar-benar apabila para pedagang itu membawa banyak uang
tunai yang mereka perlukan untuk membeli barang-barang di tempat lain.

Pengiriman uang tunai semacam itu juga ada biayanya yang agak tinggi, oleh karena
harus ada alat-alat pengangkut uang itu cukup kuat, sedang orang-orang yang diserahi
menjalankan pengiriman uang itu, tentunya harus dibayar agak tinggi, justru oleh karena
adanya bahaya maut baginya dalam melakukan perjalanan itu.

Selanjutnya di dalam buku hukum Wesel Cek dan Askep di Indonesia , Prof.Dr. R.
Wirjono Prodjodikoro,SH menyatakan, bahwa : Pemikiran ini berhasil pada waktu para
pedagang mendapatkan pertolongan dari pada tukang tukar-menukar uang
(geldwisselaar,bankier). Caranya adalah seperti berikut : orang pedagang A, yang harus
membayar sejumlah uang kepada pedagang B di lain tempat, membayar uang itu kepada
seorang bankier C, yang menyanggupkan seurh bankeir lain, si D, di tempat yang lain itu,
supaya membayar uang sejumlah itu kepada si B tadi.

Perjanjian antara mereka ini disebutkan dalam surat, yang ditanda-tangani oleh
pedagang A dan bankier C. Dan inilah yang mula-mula dinamakan surat wesel.

2.3. Timbulnya dan Bentuk Surat Wesel

Adapun yang menjadi latar belakang daripada terbitnya surat wesel adalah perjanjian
yang terjadi antara penerbit dan penerima suratwesel, perjanjian mana menimbulkan
hubungan hukum (rechtsbetreking, legal ralation) anatara kedua belah pihak. Dalam
hubungan hukum itu penerbit berkewajiban melakukan pembayaran dengan surat wesel,
sedangkan penerima atau pemegang berhak atas pembayaran sejumlah uang yang disebutkan
di dalam surat wesel itu. Sebagai contoh yang jelas, diketengahkan sebagai berikut:

Di dalam perjanjian jual beli sesuatu baang antara A sebagai penjual dan B sebagai
pembeli telah disepakati, bahwa B menerima barang yang dibeli dan A menerima
pembayaran sejumlah harga barang iu. Tetapi pembayaran tersebut tidak berupa uang seperti
biasanya, melainkan dengan cara tersendiri yaitu menerbitkan surat wesel sejumlah harga
waktu yang telah ditentukan sebagaimana tercantum di dalam surat wesel itu. Selaku penerbit
B di dalam surat wesel itu memrintahkan tanpa syarat kepada C untuk membayarkan kepada
A sejumlah yang telah tercantum di dalam surat wesel sesuai dengan harga barang.

Apa sebabnya B memerintahkan C untuk membayar kepada A pada hari yang telah
ditentukan? Karena antara B (penerbit) dan C (Pihak ketiga) itu juga terdapat hubungan
hukum, dimana penerbit mempunyai dana atau menyediakan dana pada pihak ketiga itu.
Dana tersebut dapat diambil oleh penerbit atau yang ditunjukkan pada waktu tertentu dengan
bukti tertentu, yaitu surat wesel.
2.4. Bentuk Surat Wesel
a. Bentuk Surat Wesel Biasa

b. Bentuk Surat Wesel Bank

2.5. Syarat Formal Wesel (Pasal 100 KUHD)


1. Kata wesel
2. Waktu dan tempat penerbitan
3. Tanda tangan penerbit
4. Perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang
5. Nama si tersangkut (si tertarik)
6. Penetapan hari pembayar atau jatuh tempo

Hal mengenai jatuh tempo ini diatur dalam afdeeling 5 dari titel 6 (pasal 132-136 KUHD).
Ada 4 macam sistem di dalam menentukan hari pembayaran surat wesel, menurut pasal 132
KUHD :

a. Wesel yang harus dibayar pada sewaktu-waktu ditunjukkan kepada tertarik (op
zicht) tetapi menurut pasal 133 surat wesel harus ditunjukkan dalam satu tahun
terhitung dari tanggal penarikan wesel (zich wissel/dermand draft).
b. Wesel yang harus dibayar dalam suatu tenggang waktu tertentu, terhitung dari saat
weselnya ditunjukkan (zekere tjid na zicht), dan menurut pasal 134 selaku saat
ditunjukkan ini dianggap tanggal si tarik menyetujui weselnya (askseptasi), atau
apabila si tertarik tidak menyetujuinya tanggal si pemegang wesel memajukan
proses (mazicht wissel/after sight draft).
c. Wesel yang harus dibayar setelah lampau suatu tenggang waktu tertentu, terhitung
dari tanggal penarikan wesel (datawissel/date draft).
d. Wesel yang harus dibayar pada tanggal tertentu (dagwissel/date draft).
7. Tempat pembayaran
8. Nama orang yang menerima pembayaran

2.6. Berbagai Bentuk Surat Wesel Khusus

Di samping bermacam-macam bentuk surat wesel menurut hari pembayarannya,


masih ada lagi beberapa macam surat wesel ditinjau dari segi kepentingannya, yang
merupakan bentuk surat wesel khusus.

Menurut Undangan-undang terdapat lima macam bentuk surat wesel khusus, yaitu :

a. Wesel pengganti penerbit:


b. Wesel atas penerbit sendiri;
c. Wesel untuk rekening orang ketiga;
d. Wesel incasso (wesel untuk menagih);
e. Wesel berdomisili.

a) Wesel Atas Pengganti Penerbit

Pasal 102 ayat 1 KUHD menentukan, bahwa penerbit dapat menerbitkan surat wesel
yang berbunyi atas pengganti penerbit. Maksudnya ialah, penerbit menunjuk kepada dirinya
sendiri sebagai pemegang pertama. Kekhususan bentuk surat wesel semacam ini ialah bahwa
kedudukan penerbit sama dengan kedudukan pemegang pertama.
b) Wesel Atas Penerbit Sendiri

Pasal 102 ayat 2 KUHD menentukan, bahwa surat wesel dapat diterbitkan atas
penerbit sendiri. Hal ini dimaksudkan bahwa penerbit memerintahkan kepada dirinya sendiri
untuk membayar, atau penerbit menunjukkan dirinya sebagai pihak tertarik (tersangkut).

c) Wesel untuk Rekening Orang Ketiga

Ada juga terjadi bahwa seseorang menarik suatu wesel atau permintaandan untuk
rekening orang pihak ketiga. Pada umumnya di penarik semacam ini adalah suatu bentuk
bank.

Pasal 102 ayat 3 KUHD menetukan, bahwa surat wesel dapat diterbitkan untuk
rekening orang ketiga (voor rekening van een derde), for account of a third party). Penerbitan
surat wesel dalam bentuk ini bisa terjadi jika seorang ketiga itu untuk tagihannya
memungkinkan diterbitkan suarat wesel artinya ia mempunyai rekening yang cukup dananya.
Karena alasan tertentu ia minta kepada pihak lain untuk menjadi penerbit surat wesel atas
perhitungannya itu. Di atas dikatakan, bahwa pada umumnya si penarik wesel semacam ini
adalah bank, maksudnya adalah dimana orang ketiga itu mempunyai rekening.

Bank inilah yang bertindak sebagai penerbit surat wesel untuk perhitungan orang
ketiga yang menyuruh diterbitkannya wesel atas perhitungan rekeningnya.

d) Wesel Incasso (Wesel Untuk Menagih)

Kadang –kadang seseorang manarik wesel hanya supaya si penerima (nemer) dapat
menagih sejumlah uang dari si tertarik (tersangkut) untuk kepentingan si penarik sendiri. Jadi
tak ubahnya seperti si penarik memberikan kuasa kepada si penerima atau si penerima
hanyalah berlaku sebagai orang kuasa si penarik. Artinya : apabila si penerima uang dari si
tertarik, maka uang itu akan dibayarkan kepada si penarik. Atau apabila si penerima itu tidak
dapat pembayaran dari si tertarik, maka ia akan mengembalikan surat wesel kepada si
penarik.

e) Wesel Berdomisili

Wesel berdomisili ini adalah surat wesel yang harus dibayarkan di tempat tinggal
seorang ketiga, baik di tempat tinggal tersangkut, maupun di tempat lain (pasal 103 KUHD).
Akibatnya ialah, bahwa pembayaran dari uang wesel harus diminta dan dilakukan
oleh seorang ketiga itu. Tetapi yang harus menyetujui (akseptasi) adalah tetap si tertarik
(Pasal 130 jo Pasal 126 KUHD).

Dengan demikian seorang ketiga itu tidak masuk golongan pihak-pihak dalam
persetujuan wesel. Ia hanya ditunjuk untuk melakukan pembayaran.

Pasal 103 KUHD menyebutkan selaku tempat pembayaran tidak hanya tempat
kediaman seorang ketiga, melainkan juga tempat domisili dari tertarik atau lain tempat.

2.7. Kewajiban dan Tanggungan Jawab Penerbit


a) Kewajiban menjami akspetasi dan pembayaran

Akspetasi dan pembayaran harus dijamin oleh penerbit surat wesel, seperti yang
dinyatakan oleh pasal 108 ayat 1 KUHD. Artinya ialah penerbit menjamin pemegang pertama
atau berikutnya bahwa tersangkut akan mengakseptasi surat wesel itu, atau tersangkut akan
membayar pada hari bayar baik dengan maupun tanpa akseptasi. Jika ternyata ia tidak mau
mengakseptasi, atau setelah mengakseptasi tetapi tidak membayar pada hari bayar, penerbit
berkewajiban untuk membayar sendiri kepada pemegang surat wesel itu.

b) Kewajiban menyediakan dana

Untuk pembayaran surat wesel yang diterbitkannya penerbit berkewajiban


menyediakan dana yang cukup pada tersangkut pada hari pembayaran, di samping kewajiban
menjamin pembayaran (Pasal 109b KUHD). Penyediaan dana pada tersangkut adalah
menjadi kewajiban penerbit, karena dalam hubungan hukum wesel itu, tersangkutlah yang
diperintahkan tanpa syarat untuk membayar kepada pemegangan surat wesel atas dasar
hubungan pribadi anatara penerbit dan tersangkut.

c) Tanggung jawab

Pokok pangkal yang terjadi antara penerbit dan pemegang pertama adalah merupakan
pokok pangkal daripada terbitnya surat wesel. Surat wesel ini di dalam praktek sesuai dengan
fungsi dan tujuan suatu berharga, akan berpindah dari tangan ke tangan, dari pemegang
pertama kepada pemegang berikutnya. Perpindahan yang demikian ini dapat terus menerus
terjadi hingga datangnya jatuh tempo (hari pembayarannya).
2.8. Endosemen

Suatu penyerahan surat tunjuk (order papier) oleh seorang yang berhak memegang
kepada orang lain adalah disebut “endosemen” apabula disertai pernyataan mengalihkan hak
atas surat itu, yang ditulis pada surat itu juga. Atau dengan perkataan lain, endosemen adalah
suatu proses yang terjadi didalam hukum wesel dimana hak tagih dari pemegang surat wesel
dapat diperalihakan kepada pemegang berikutnya. Pengaturan mengenai endosemen ini
terdapat di dalam pasal 110-119 KUHD.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, fungsi surat berharga itu salah satunya ialah
untuk diperdagangkan atau diperjual belikan karena itu diperulukan peralihan secara mudah
dan sederhana. Untuk memnuhi fungsi tersebut, undang-undang lalu mengatur cara peralihan
hak yaitu dengan endosemen.

Istilah endosemen ini berasald ari bahasa perancis, “Endosement” yang artinya
pernyataan yang ditulis dibagian punggung atau belakang (endos) daripada surat itu.

a. Macam-macam Endosemen

Menurut undang-undang, endosemen ada empat macam yang mana terhadap ke


semuanya tetap berlaku syarat-syarat umum yang sama, yaitu harus ada tanda tangan
endosan, harus dilakukan tanpa syarat dan harus untuk (tidak hanya sebagian).

Adapaun keempat macam endosemen termaksud ialah :

a. Endosemen Biasa (Endosemen Rekta)


Pengaturan endosemen biasa yang peraturannya terdapat di dalam pasal 110 ayat
1 KHUS ini adlah yang paling lazim terjadi bahkan popular.
Endosan yang memindahkan hak tagihnya atas surat wesel dapat membebaskan
dirinya dari kewajiban menanggung akseptasi dan pembayaran. Hal ini ditentukan
dalam pasal 114 ayat 2 KHUD yang menyatakan : “Endosan boleh melarang
endosemen baru dalam hal demikian endosan tidak menjamin akseptasi dan
pembayaran terhadap endrosi.
b. Endosemen blanko
Endosemen dapat dijadikan tanpa mencantukan nama orang yang menerima
peralihan, sebagaimana terdapat didalam ketentuan padal 112 ayat 2 KHUD.
Dalam ketentuan ini dinyatakan juga bahwa endosan dapat sah hanya dengan
tanda tangan endosan yang demikian inilah yang dinamakan endosan blanco. Jika
pemegeang mengisinkan namanya sendiri pada blanco endosemn itu menjadi
endosemen biasa (endosemen sempurna). Jika blanco itu diisi dengan nama orang
lain itu menjadi sempurna. Tetapi jika pemegang tidak mengisikan nama pada
blanko itus, susrat wesel itu tetap dipindah dari tangan ke tangan dengan demikian
blanko endosemen itu dianggap sebagai endosemen atau unjuk sesuai dengan
ketentuan pasal 111 ayat KUHD. Karena itu sifat surat wesel dengan endosan
blanko adalah mirip dengan surat berharga atau tunjuk.

c. Endosemen incasso(endosemen porocura)


Apabila dalam endosemen itu dimuat kata-kata “harga’ untuk di tagih atau untuk
incasso atau dalam pemberian kuada. Atau kata lain yang berarti memberi perntah
untuk menagih semata-mata, maka menurut ketentuan didalam pasal 117 ayat 1
KUHD si pemegang dapat melaksanakan semua hak yang timbul dari surat wesel.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sebagai alat bayar wesel telah banyak ditinggalkan orang. Wesel sudah tidak populer
lagi di masyarakat, dalam praktek perbankan jarang digunakan dalam masyarakat.
Masyarakat lebih menyukai cek sebagai alat bayar giral dibandingkan dengan wesel. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan tentang hal tersebut, yakni :

a. Sifat cek sebagai alat bayar tunai, sedangkan wesel sebagai alat bayar kredit. Faktor
ini sangat sesuai dengan tuntutan dunia bisnis yang menghendaki uang cash dalam
waktu sedangkan wesel satu tahun. Jangka waktu peredaran ini semakin pendek
jangka terkait dengan aspek kepastian dalam hal pembayaran. Juga singkat masa
peredaran cek pendek, hanya 70 hari, waktunya orang akan lebih senang.
b. Penerbitan cek lebih fleksibel disesuaikan dengan keuangan dan jenis kebutuhan
penerbitannya.
c. Pemindahtanganan cek lebih mudah dan praktis
d. Cek telah berkembang di dunia, sehingga masyarakat Indonesia pun lebih menyukai
cek seiring dengan perkembangan di tingkat global. Salah satu bentuk
perkembangan adalah adanya wacana untuk menciptakan cek bilyet digital dalam
suatu protokol khusus.

3.2. Saran

Mengingat perkembangan cek dan wesel telah demikian pesat, tidak hanya di
Indonesia saja maka perlu dukungan penuh dari aparat penegak hukum jika terjadi sengketa
berkaitan pembayaran cek dan wesel. Dukungan itu dalam bentuk sikap yang professional
dari aparat manakala terjadi sengketa sehingga para pihak mendapatkan kepuasan.
DAFTAR PUSTAKA

https://law.uii.ac.id/wp-content/uploads/2013/09/ISI%20KOmplet-2_hal
%20%20281.pdf

https://law.uii.ac.id/wp-content/uploads/2013/09/ISI%20KOmplet-2_hal
%20%20292.pdf

https://money.kompas.com/read/2022/01/05/055337726/mulai-terlupakan-apa-itu-
wesel?page=all

Anda mungkin juga menyukai