Anda di halaman 1dari 36

UJI TUNTAS (DUE DILIGENCE)

TERHADAP BANK BERMASALAH

Group Pemeriksaan Bank

Disampaikan pada Pelatihan LPS - BPKP


Bandung, 15-16 November 2018
AGENDA

1. OVERVIEW PENGAWASAN BANK OLEH OJK

2. OVERVIEW PENANGANAN BANK OLEH LPS

3. UJI TUNTAS (DUE DILIGENCE )BANK BERMASALAH

4. PENERAPAN KERAHASIAN BANK


1. OVEVIEW PENGAWASAN BANK OLEH OJK
1. A. Status Pengawasan Bank Umum / Bank Syariah

Pengawasan
Pengawasan Khusus
Pengawasan Intensif
Normal

POJK No.15/POJK.03/2017 tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum

Status Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat / Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Pengawasan
Pengawasan Khusus
Pengawasan
Pengawasan Normal
Intensif
Pengawasan Khusus
Normal

Penetapan Status s.d. 31 Oktober 2017 Penetapan Status mulai tanggal 1 November 2017
(PBI No. 11/20/PBI/2009 dan PBI No. (POJK No. 19/POJK.03/2017)
13/6/PBI/2011)
©2018 3
1. B. Kriteria Penetapan Bank Umum/Syariah sebagai BDPI

Memiliki potensi kesulitan yang


membahayakan kelangsungan usahanya
Bank Dalam Bank Dalam
Pengawasan Normal Pengawasan Intensif
Max. 1 Tahun &
Kriteria: dapat diperpanjang
1. Rasio KPMM 8% ≤ 𝑋 < Rasio KPMM sesuai profil risiko Bank; Max. 1 X 1 Tahun
2. Rasio Modal Inti < persentase rasio yang ditetapkan;
3. Rasio GWM (Rp) ≥ Rasio GWM Rp yang ditetapkan namun
berdasarkan penilaian OJK, Bank memiliki permasalahan likuiditas
mendasar;
4. Rasio NPL Neto/ NPF Neto > 5% dari total kredit / total pembiayaan;
5. TKB dengan peringkat komposit 4 atau 5; atau
6. TKB dengan peringkat komposit 3 dan GCG dengan peringkat 4.atau 5

(Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.15/POJK.03/2017 tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum)

©2018 4
1. C. Kriteria Penetapan Bank Umum/Syariah sebagai BDPK

Mengalami kesulitan
yang membahayakan
kelangsungan usahanya

Bank Dalam
Pengawasan Intensif

ATAU

Bank Dalam Mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya Bank Dalam
Pengawasan Normal Pengawasan Khusus
Kriteria: Max. 3 bulan
1. Rasio KPMM Bank < 8%; atau sejak tanggal surat
2. Rasio GWM (Rp) < Rasio GWM yang ditetapkan dan berdasarkan pemberitahuan penetapan
penilaian OJK, BDPK.
Bank mengalami permasalahan likuiditas mendasar; atau Bank
mengalami perkembangan yang memburuk dalam waktu singkat

(Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.15/POJK.03/2017 tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum)

©2018 5
1.D. Kriteria Penetapan BPR/BPRS sebagai BDPI

Memiliki potensi kesulitan yang membahayakan


kelangsungan usahanya
BPR/BPRS Dalam
BPR/BPRS Dalam Pengawasan Khusus Max.
Pengawasan Normal 180 hari & dapat
diperpanjang Max. 1 X 180
hari
Tanggal 1 November 2017 s.d. 31 Desember 2019 Mulai tanggal 1 januari 2020
Kriteria: Kriteria:
1. Rasio KPMM 4% ≤ x 8% ; 1. Rasio KPMM 8% ≤ x 12% ;
2. Cash Ratio (CR) rata-rata selama 6 bulan terakhir 3% 2. Cash Ratio (CR) rata-rata selama 6 bulan terakhir 3% ≤ x
≤ x 4%; dan/atau 4%; dan/atau
3. predikat kurang sehat selama 3 (tiga) periode 3. Tingkat kesehatan BPR atau BPRS dengan peringkat
penilaian berturut-turut atau tidak sehat bagi BPR komposit 4 (empat) selama 3 (tiga) periode penilaian
dan peringkat komposit 4 (empat) selama 3 (tiga) berturut-turut atau peringkat komposit 5 (lima).
periode penilaian berturut-turut atau peringkat
komposit 5 (lima) bagi BPRS.
(Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.19/POJK.03/2017 tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Perkreditan
Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah)

©2018 6
1.E. Kriteria Penetapan BPR/BPRS sebagai BDPK

Memiliki potensi kesulitan Mengalami kesulitan yang


yang membahayakan membahayakan
kelangsungan usahanya kelangsungan usahanya

BPR/BPRS Dalam
Pengawasan Intensif
ATAU
Mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya

BPR/BPRS Dalam BPR/BPRS Dalam Pengawasan Khusus


Pengawasan Normal
Tanggal 1 November 2017 s.d. 31 Desember Mulai tanggal 1 Januari 2020 Jangka Waktu Dalam Pengawasan Khusus
2019
Kriteria: Kriteria: Max. 3 bulan
1. Rasio KPMM 0% < x < 4% ; dan/atau 1. Rasio KPMM 2% ≤ x 8% ; dan/atau sejak tanggal surat pemberitahuan penetapan BDPK.
2. Cash Ratio (CR) rata-rata selama 6 bulan 2. Cash Ratio (CR) rata-rata selama 6 bulan terakhir
terakhir 1% < x < 3% 1% < x < 4%

Kriteria: Kriteria: Max. 2 bulan


1. Rasio KPMM ≤ 0%; dan/atau 1. Rasio KPMM ≤ 2%; dan/atau sejak tanggal surat pemberitahuan penetapan BDPK.
2. Cash Ratio (CR) rata-rata selama 6 bulan 2. Cash Ratio (CR) rata-rata selama 6 bulan terakhir ≤ BPR/S dilarang melakukan kegiatan penghimpunan dana
terakhir ≤ 1% 1% dan
penyaluran dana (CDO)

(Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.19/POJK.03/2017 tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Perkreditan
©2018 Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) 7 7
2. OVERVIEW PENANGANAN BANK OLEH LPS
A. Penanganan Permasalahan Solvabilitas Bank Sistemik
Bank
Sistemik
Normal
Bank Sistemik OJK: 1. Meminta Pengurus Yes
mengalami menjaga kondisi
Meminta LPS keuangan bank
Permasalahan Meningkatkan
Solvabilitas Permasalahan
Due Intensitas 2. Meminta pengurus
Dapat
Persiapan bank mendukung
Diligence Penanganan Bank pelaksanaan
Diatasi?
Sistemik pengalihan aset dan
Yes kewajiban bank No
OJK: LPS:
3. Memfasilitasi LPS OJK: LPS
Melakukan Melakukan dalam melakukan
Kondisi Meminta Rapat KSSK
Penanganan Persiapan pemasaran P&A dan
Memburuk dan disertai dan
Permasalahan Penanganan
memfasilitasi calon
Permasalahan
ditetapkan menyampaikan
Solvabilitas, bidder untuk Due
Solvabilitas Bank BDPK? Rekomendasi
termasuk Diligence
Pelaksanaan langkah penanganan
Rencana Aksi No

Rapat KSSK:
Pasal 21 Menetapkan langkah penanganan Permasalahan Solvabilitas Bank:
UU PPKSK OJK memberitahukan LPS untuk
Melakukan Persiapan 1. Memutuskan penyerahan bank sistemik kepada LPS untuk
Penanganan Permasalahan dilakukan penanganan
Solvabilitas Bank 2. Menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh Menkeu,
Gub BI, dan Ketua DK OJK untuk mendukung LPS dalam
melaksanakan penanganan bank sistemik

©2018 8 8
2. OVERVIEW PENANGANAN BANK OLEH LPS.. (2)
B. Penanganan Permasalahan Solvabilitas Bank Selain Bank Sistemik

Bank Selain Bank Penanganan Permasalahan


Sistemik (BSBS) Likuiditas oleh BI OJK

Permasalahan
Permasalahan Likuiditas
? Tidak
Metode Resolusi Bank:
- P&A
Bank Ya
Penanganan Bank - Bridge Bank
Gagal ? - PMS
Bermasalah oleh OJK
Permasalahan Solvabilitas - Likuidasi
Pemberitahuan dari OJK
kepada LPS
Analisis Resolusi Bank
Kondisi
Memburuk Due Dilligence

BDPK

Berdasarkan UU PPKSK
©2018 9
3. UJI TUNTAS (DUE DILIGENCE) BANK BERMASALAH

3. A. Objek Due Diligence (Uji Tuntas)

LPS melakukan Due Diligence sebagai langkah persiapan penanganan Bank


Sistemik atau penyelesaian Bank Selain Bank Sistemik yang mengalami
permasalahan Solvabilitas.

Bank yang menjadi objek Due Diligence LPS sebagaimana dimaksud diatas
dikategorikan sebagai Bank Bermasalah yaitu Bank yang berdasarkan penilaian
OJK mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya dan
ditempatkan dalam pengawasan intensif/pengawasan khusus oleh OJK, yang
dapat berupa Bank Umum (Konvensional atau Syariah) ataupun Bank Perkreditan
Rakyat (BPR)/Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).

©2018 10
3.B. Tujuan Uji Tuntas (Due Diligence)

1. Mendapatkan informasi mengenai kondisi keuangan Bank;


2. Melakukan pemeriksaan, pemetaan dan penilaian aset atau kewajiban
Bank;
3. Mengidentifikasi permasalahan Bank, tindakan perbaikan yang telah
dan akan dilakukan, pelaksanaan rencana aksi, serta permasalahan
hukum yang sedang dihadapi bank di pengadilan

©2018 11
3.C Ruang Lingkup Uji Tuntas

1. Identifikasi Sistem Informasi Bank;


2. Pemeriksaan sumber daya manusia;
3. Identifikasi dan pemetaan lini bisnis utama bank atau critical function and
services (apabila ada);
4. Pemeriksaan atas aspek keuangan;
5. Pemeriksaan hukum;
6. Identifikasi aset dan kewajiban yang memenuhi kriteria yang dapat
dialihkan;
7. Penilaian aset dan kewajiban; dan identifikasi prospek usaha.

©2018 12
3.D Sasaran Uji Tuntas (Due Diligence)

1. Legal Due Diligence


a. Aspek Pendirian dan Perizinan Bank
b. Aspek Ketenagakerjaan
c. Aspek Kepengurusan dan Struktur Organisasi
d. Aspek Permodalan
2. Financial Due Diligence
a. Aspek Sistem Informasi Bank
b. Aspek Pemeriksaan Laporan Keuangan;
c. Aspek Penilaian Prospek Usaha; dan
3. Aspek Kelengkapan Kriteria Penyelamatan Bank Selain Bank Sistemik.

©2018 13
3 E. Struktur Organisasi Tim FDD
Penanggung Jawab FDD/ DE RSP

Tim LPS (Group Pemeriksaan Bank)

Pihak Ketiga
Yang Ditugaskan LPS

Tim FDD Tim Penilai Aset (KJPP)

PEMBAGIAN TUGAS/TANGGUNG JAWAB TIM FINANCIAL DUE DILIGENCE


Tim FDD (Pihak Ketiga) Penilaian Aset (KJPP) LPS
1. Melakukan pengujian atas penyajian laporan 1. Melakukan penilaian aset bank, sebagai 1. Melakukan koordinasi dengan pihak
keuangan bank sesuai dengan prosedur yang dasar bagi LPS untuk LCT; OJK, mendukung pelaksanaan FDD;
telah disepakati dengan LPS (Agreed Upon 2. Menyusun Laporan hasil penilaian aset 2. Melakukan pendampingan dalam
Procedures); berikut rincian detail penilaian aset pelaksanaan pekerjaan lapangan;
2. Melakukan konfirmasi atas hasil FDD kepada dengan pengelompokkan sesuai 3. Memastikan output yang diperoleh
pihak Bank dan diketahui serta disepakati oleh kebutuhan LPS; Pihak Ketiga sesuai dengan
Bank, OJK dan Pihak Ketiga (on behalf of LPS); 3. Menyampaikan Laporan Penilaian Aset kebutuhan LPS dalam rangka
3. Menyusun kertas kerja sesuai dengan prosedur beserta rinciannya kepada LPS; penerapan cara resolusi sesuai UU
yang dilakukan; 4. Menjaga kerahasiaan atas seluruh data PPKSK.
4. Menyampaikan Laporan hasil FDD dan updating dan informasi yang diperoleh pada saat
FDD beserta kertas kerja pendukung; pelaksanaan pekerjaan.
5. Menjaga kerahasiaan atas seluruh data dan
informasi yang diperoleh pada saat pelaksanaan
pekerjaan.
©2018 14
3.F. Tahapan Financial Due Diligence Bank Bermasalah

Laporan Hasil FDD

Rapat Koordinasi OJK menerbitkan Surat


OJK dan LPS Introduksi
Pemetaan &
Penilaian Aset &
Kewajiban Bank
1. Perkembangan Pelaksanaan Due Diligence
kondisi
BDPI/BDPK Data & Dokumen
2. Rencana Due untuk Analisis
Output Metode Resolusi
Diligence
Berita Acara Bank
Pemeriksaan (Laporan
Keuangan dan Pos-pos
Signifikan LK) Data & Dokumen
Persiapan Due Diligence untuk Penilaian
Prospek Usaha
Bank
Penyampaian Rencana
Due Diligence & Rapat Koordinasi Hasil
Permintaan Surat Due Diligence Pernyataan RUPS
Introduksi ke OJK
& Dokumen Bank

©2018 15
3. G Rencana Pelaksanaan Uji Tuntas-audit Working Plan (Awp)
Sekilas Tentang Rencana Pelaksanaan Uji Tuntas (AWP)

• Rencana Pelaksnaan Uji Tuntas -Audit Working Plan (AWP) merupakan kertas kerja perencanaan due
diligence atas Bank.
• Informasi dalam AWP antara lain:
1. Profil Bank
Data dan informasi pokok, jaringan kantor dan pegawai, lokasi, dan susunan pemegang saham
dan pengurus.
2. Kondisi Bank
Perkembangan Rasio Keuangan dan Pos Neraca, Permasalahan, Langkah-Langkah Penyelamatan,
Perkembangan Penyelamatan Bank dan Hasil Pemeriksaan Bersama Sebelumnya (jika ada).
3. Rincian perencanaan DD
Lingkup dan Fokus DD, Tujuan, Susunan Tim DD, Pelaksanaan Pemeriksaan meliputi antara lain
pembagian tugas, Jangka Waktu dan Jadwal Pemeriksaan, Prosedur pengujian dan penentuan
sample.

©2018 16
3. H Metode Pelaksanaan
Dalam pengujiannya, melakukan pengambilan sampel dengan pendekatan akun aset kredit.Pemeriksaan dilakukan pada beberapa kantor cabang dan seluruh
data atau dokumen pendukung pos neraca, kecuali pos Simpanan dan Kredit dengan ketentuan:

No Pos Rencana Sampel Pemeriksaan


A Penentuan Area
• Sampel mewakili seluruh Area
Penentuan kantor bank yang dijadikan sampel • Sampel Kantor Cabang mewakili 30% dari jumlah kantor cabang masing-masing area
kecuali Corporate Branch
B Simpanan
30% dari jumlah rekening dan nilai nominal Dana Simpanan pada Kantor yang dijadikan
 Pengujian sistem dan uji aliran dana Sampel
100% dari jumlah rekening dan nilai Dana Simpanan pada Kantor yang dijadikan Sampel
 Pemeriksaan simpanan terkait Kredit 100% dari jumlah rekening dan nilai nominal Simpanan pada Kantor yang dijadikan Sampel
100% dari jumlah rekening dan nilai nominal Dana Simpanan Wadiah dan Dana Investasi pada
 Pemeriksaan atas simpanan pihak yang diduga merugikan bank
Kantor yang dijadikan Sampel
C Kredit

 Pengujian Kualitas Kredit berdasarkan kemampuan membayar 100% dari jumlah rekening dan nilai nominal kredit

 Pengujian Dokumen Kredit


 Sampling Kredit Sampling yang digunakan mewakili minimal sebesar 55% dari seluruh total kredit

 Kredit kepada korporasi pada Corporate Branch Seluruh kredit dengan nilai kontrak di atas 50 miliar

 Kredit Restukturisasi Seluruh kredit restrukturisasi pada Corporate Branch


 Kredit berdasarkan segmentasi Sampling yang diambil tersebar atas segmen korporasi, komersial dan konsumer

©2018 17
3. I . Output Uji Tuntas (Financial Due Diligence)

Data & Dokumen


Pemetaan & Data & Dokumen untuk Penilaian Pernyataan RUPS &
Laporan Hasil Due Penilaian Aset & untuk Analisis Metode
Prospek Usaha Dokumen Bank
Diligence Kewajiban Bank Resolusi Bank
Bank

Output berupa kertas kerja pemeriksaan atas pengujian Aspek Keuangan dan dibuatkan
Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang akan ditandatangani oleh LPS, OJK dan Bank yang
diperiksa sebagai bukti bahwa hasil pemeriksaan telah dikonfirmasikan dan disetujui.

Output FDD selanjutnya akan digunakan oleh Direktorat KRB antara lain untuk:
• Persiapan pemasaran aset dan kewajiban bank yang dialihkan;
• Bahan perhitungan Least Cost Test dalam analisis pemilihan cara resolusi bank yang akan
diusulkan kepada Dewan Komisioner;

Beberapa Berita Acara Pemeriksaan adalah sebagai berikut:


BAP atas Pos-pos Laporan Keuangan
BAP Pos Aktiva Tetap dan Inventaris
BAP Pos Kredit
BAP Pos Simpanan
©2018 18
4. PENERAPAN KERAHASIAAN BANK

Dasar kegiatan usaha perbankan adalah kepercayaan, tanpa kepercayaan masyarakat terhadap
perbankan maka kegiatan perbankan tidak akan berjalan dengan baik.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat kepada bank
adalah terjamin atau tidaknya rahasia nasabah yang ada di bank dikarenakan data keuangan
maupun non keuangan milik nasabah merupakan data yang tidak ingin diketahui oleh orang
atau pihak lain antara lain jumlah kekayaan, biodata nasabah, nilai pinjaman.

Dalam usaha untuk mewujudkan terjaminnya rahasia tertentu dari nasabah yang berada di
bank, maka ketentuan tentang rahasia bank dicantumkan dalam Undang-undang perbankan

©2018 19
4.A Dasar Hukum Kerahasiaan

• Pasal 1 UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan mendefinisikan rahasia bank sebagai
segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya;
• Selanjutnya dalam Pasal 40 diatur bahwa:
a. Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya;
b. Ketentuan tersebut berlaku pula bagi pihak terafiliasi.
• Pasal 1 menyebutkan Pihak terafiliasi adalah :
1. Anggota dewan komisaris, pengawas, direksi, atau kuasanya, pejabat, atau karyawan
bank.
2. Anggota pengurus, pengawas, pengelola, atau kuasanya, pejabat, atau karyawan bank,
khusus bagi bank yang berbentuk hukum koperasi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Pihak yang memberikan jasanya kepada bank, antara lain, akuntan publik, penilai,
konsultan hukum, dan konsultan lainnya.
4. Pihak yang menurut penilaian BI turut mempengaruhi pengelolaan bank, antara lain,
pemegang saham dan keluarganya, keluarga komisaris, keluarga pengawas, keluarga
direksi, keluarga pengurus.
©2018 20
4.B Tindak Pidana Menyangkut Rahasia Bank

Terdapat dua jenis tindak pidana yang ditentukan oleh Pasal 47 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
yang berkaitan dengan rahasia bank, yaitu:
1. Tindak pidana yang dilakukan oleh pihak yang tanpa membawa perintah atau izin dari Pimpinan
Bank Indonesia dengan sengaja memaksa bank atau pihak yang terafiliasi untuk memberikan
keterangan yang harus dirahasiakan oleh bank.
2. Tindak pidana yang dilakukan oleh anggota Dewan Komisaris, Direksi, Pegawai Bank atau pihak
terafiliasi lainnya yang dengan sengaja memberikan keterangan yang wajib dirahasiakan.

Bunyi ketentuan Pasal 47 ayat (1) dan ayat (2) Undang- Undang No. 10 Tahun 1998 tersebut
sebagai berikut:
Pasal 47 Ayat (1)
“Barang siapa tanpa membawa perintah tertulis atau izin dari Pimpinan Bank Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A dan Pasal 42, dengan sengaja memaksa bank atau pihak
terafiliasi untuk memberikan keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, diancam dengan
pidana penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun serta denda
sekurang-kurangnya Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) dan paling banyak Rp.
200.000.000.000,- (dua ratus milyar rupiah)”
©2018 21
4.C. Tindak Pidana Menyangkut Rahasia Bank

Pasal 47 Ayat (2)


“Anggota dewan komisaris, direksi, pegawai bank atau pihak terafiliasi lainnya
yang dengan sengaja memberikan keterangan yang wajib dirahasiakan menurut
Pasal 40, diancam dengan pidana sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling
lama paling lama 4 (empat) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.
4.000.000.000,- (empat milyar rupiah) dan paling banyak Rp. 8.000.000.000,-
(delapan milyar rupiah).

©2018 22
4.D . Pengaturan pendelegasian tugas LPS dan Kerahasiaan Data dan/atau Informasi
dalam UU No 24 Tahun 2004

Pasal 75 ayat (1) menyatakan:


Dewan Komisioner dapat mendelegasikan tugas dan/atau wewenang pelaksanaan operasional
LPS kepada pegawai LPS dan/atau pihak lain yang khusus ditunjuk untuk itu, kecuali
wewenang pendelegasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70.

Pasal 91 ayat (1) menyatakan:


Dewan Komisioner, Kepala Eksekutif, pegawai LPS, atau semua pihak yang bertugas untuk dan
atas nama LPS wajib merahasiakan semua dokumen , informasi dan catatan yang diperoleh
atau dihasilkan dalam pelaksanaan tugasnya yang harus dirahasiakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 95 ayat (2) menyatakan:


Anggota Dewan Komisioner, Kepala Eksekutif dan pegawai LPS, atau pihak lain yang ditunjuk
atau disetujui oleh LPS untuk melaksanakan tugas tertentu yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun serta denda paling sedikit
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar
rupiah).
©2018 23
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum

1. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang adalah rasio modal terhadap Aset Tertimbang
Menurut Risiko (ATMR) yang wajib disediakan oleh Bank
2. ATMR BPR/S adalah jumlah aset neraca BPR/S yang diberikan bobot sesuai dengan kadar risiko
yang melekat pada setiap pos aset sesuai ketentuan.
3. ATMR yang digunakan dalam perhitungan modal minimum terdiri atas:
• ATMR untuk Risiko Kredit;
• ATMR untuk Risiko Operasional; dan
• ATMR untuk Risiko Pasar.

©2018 24
Modal Inti Bank

1. Modal inti (Tier 1) meliputi:


• Modal inti utama (Common Equity Tier 1);
• modal disetor;
• cadangan tambahan modal (disclosed reserve); dan
• Modal inti tambahan (Additional Tier 1); dan
2. Bank wajib menyediakan modal inti paling rendah sebesar 6% (enam persen) dari ATMR
baik secara individual maupun secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak.
3. Bank wajib menyediakan modal inti utama paling rendah sebesar 4,5% (empat koma lima
persen) dari ATMR baik secara individual maupun secara konsolidasi dengan Perusahaan
Anak.

(Berdasarkan POJK No.21/POJK.03/2014 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dan POJK No.21/POJK.03/2014
tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum Syariah)

©2018 25
Tingkat Kesehatan Bank

1. Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kondisi Bank yang dilakukan terhadap risiko
dan kinerja Bank.
2. Peringkat Komposit adalah peringkat akhir hasil penilaian Tingkat Kesehatan Bank.
3. Peringkat komposit TKB ditetapkan berdasarkan analisis secara komprehensif dan terstruktur
terhadap peringkat setiap faktor
4. Penilaian dilakukan dengan memperhatikan signifikansi dan materialitas masing-masing
faktor penilaian terhadap peringkat komposit TKB
5. Peringkat komposit TKB dikategorikan dalam 5 skala yaitu Peringkat Komposit 1 (PK-1),
Peringkat Komposit 2 (PK-2), Peringkat Komposit 3 (PK-3), Peringkat Komposit 4 (PK-4), dan
Peringkat Komposit (PK-5). Urutan yang lebih kecil mencerminkan kondisi bank yang lebih
baik.

©2018 26
Good Corporate Governance

• Penilaian GCG dalam Tingkat Kesehatan Bank mencakup penilaian pada prinsip-prinsip GCG
sesuai dengan ketentuan dengan menekankan pada bagaimana prinsip-prinsip tersebut
menjamin terlaksananya struktur, proses, dan hasil yang efektif

©2018 27
Giro Wajib Minimum

1. Giro Wajib Minimum adalah jumlah dana minimum yang wajib dipelihara oleh Bank yang
besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari DPK.
2. Bank wajib memenuhi GWM dalam Rupiah yang terdiri dari GWM Primer, GWM Sekunder,
dan GWM LDR.
3. Bank Devisa selain wajib memenuhi GWM dalam Rupiah juga wajib memenuhi GWM dalam
valuta asing.

©2018 28
Non Performing Loan/Financing

Non Performing Loan (NPL)/ Non Performing Financing (NPF) adalah


kredit/pembiayaan bermasalah yang ditetapkan dalam kualitas Kurang Lancar,
Diragukan, dan Macet

𝑁𝑃𝐿 −𝐶𝐾𝑃𝑁/𝑃𝑃𝐴𝑃
NPL Net =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 −𝐶𝐾𝑃𝑁/𝑃𝑃𝐴𝑃

©2018 29
Cash Ratio

1. Cash Ratio (CR) adalah rasio kas atau setara kas terhadap kewajiban Lancar
2. Kas dan setara kas meliputi Kas, Giro, dan Tabungan pada bank lain
3. Kewajiban lancar meliputi tabungan, deposito, kewajiban kepada bank lain,
kewajiban segera, dan kewajiban lainnya yang jatuh tempo sampai dengan 1
bulan

©2018 30
31
Contoh Ouput Uji Tuntas

32
Laporan Posisi Keuangan PT BANK ABC (1 dari 2)
Penempatan pada BI – Per 9 September 2020, sebagian besar terdiri dari giro
Laporan Posisi keuangan 09/09/2020
09/09/2020 pada BI sebesar Rp 3,2 triliun dan deposito sebesar Rp 169 milyar.
Neraca Hasil Uji Valuasi
Rp dalam jutaan (Neraca Bank)
Tutas
ASET Surat-surat berharga – Surat berharga terdiri dari corporate bond sebesar
1. Kas 85.260 85.260 √ 85.260 Rp899 milyar, sertifikat deposito BI sebesar Rp546 milyar, obligasi negara
2. Penempatan pada Bank Indonesia 3.408.782 3.408.782 √ 3.408.782 (ON) dan obligasi ritel indonesia (ORI ) masing-masing sebesar Rp384 milyar
3. Penempatan Pada Bank lain 31.000 31.000 √ 31.000 dan Rp1,17 trilyun,
4. Tagihan Spot dan Derivatif 2.338 2.338 √ 1.169
5. Surat Berharga 2.998.641 2.998.641 Kredit – Pemberian kredit didominasi ke sektor pertambangan dan penggalian
sebesar Rp10,2 triliun, industri pengolahan sebesar Rp9,2 triliun dan
a. Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba/rugi
i. Diperdagangkan
ii. Ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar
perdagangan besar dan eceran Rp 8,3 triliun.
b. Tersedia untuk dijual 2.851.585 2.851.585 √ 2.423.847
c. Dimiliki hingga jatuh tempo 167.056 167.056 √ 128.633 CKPN kredit – Berdasarkan
d. Pinjaman yang diberikan dan piutang kajian atas sampel dokumen
6. Surat Berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (Repo) 50.000 50.000 - kredit yang kami minta/terima,
7. Tagihan atas Surat Berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (
terdapat tambahan CKPN kredit
Reverse Repo) 176.907 176.907 88.454
8. Tagihan Akseptasi 954.734 954.734 √ 477.367
sebesar Rp 45,2 milyar. Yang
9. Kredit yang diberikan 58.121.899 58.121.899 disebabkan oleh penyesuaian
Kol.1 48.700.541 48.700.541 √ 48.700.541 kolektibilitas atas 2 debitur
Kol.2 3.438.860 3.438.860 √ 3.438.860 korporasi yakni PT XXX dan PT
Kol.3 1.959.846 1.538.198 904.460 YYY
Kol.4 3.472.024 3.893.671 1.865.068 Aset tetap dan inventaris – Per 9 September 2020, Aset tetap sebagian
Kol.5 550.627 550.627 216.947 merupakan kendaraan dinas sebesar Rp1,4 triliun, hardware komputer sebesar
10. Penyertaan 529.633 529.633 √ 423.706 Rp1,2 triliun , mesin dan perlengkapan kantor sebesar Rp3, 5 triliun dan lainnya
11. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan -/- 4.024.567 4.069.771 sebesar Rp851 miliar.
a. Surat Berharga Yang Dimiliki 3 3
4.024.564 4.069.768
b. Kredit Yang Diberikan
Aset lain-lain yang berpotensi tidak dapat dipulihkan – aset lain-lain
c. Lainnya
12. Aset Tidak Berwujud 1.151.296 1.151.296
√ 335.121
sebesar Rp 9,55 milyar per 9 september 2020 berpotensi tidak dapat
481.053 481.053 dipulihkan yakni Renovasi kantor. Terdapat kesalahan dalam perhitungan

Akumulasi Amortisasi -/-
13. Aset Tetap dan Inventaris 7.026.998 7.026.998 2.961.880 amortisasi renovasi Kantor Cabang Bandung, Cabang Semarang dan Cabang
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap dan Inventaris -/- 1.103.238 1.103.238 Yogyakarta.
14. Properti Terbengkalai - - Note:
15. Aset yang diambil alih - - √ : Aset yang dapat dialihkan.
16. Rekening Tunda 43 43 -
17. Aset Antar Kantor 6 6 -
a. Melakukan kegiatan operasional di Indonesia 6 6 -
b. Melakukan kegiatan operasional di luar Indonesia - -
18. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Lainnya dan PPA Non Produktif -/- - -
19. Aset Pajak Tangguhan 93.709 93.709 -
20. Rupa-Rupa Aset 4.625.592 4.616.042 -
TOTAL ASSET 73.647.979 73.593.225 65.491.096
©2018 33
Laporan Posisi Keuangan PT BANK ABC (2 dari 2)

09/09/2020
Laporan Posisi keuangan 09/09/2020
Neraca Hasil Uji Valuasi
Simpanan (DPK) – Per 9 September 2020 terdiri dari deposito berjangka sebesar Rp44.3 triliun,
Rp dalam jutaan (Neraca Bank)
Tutas giro sebesar Rp5 triliun dan tabungan sebesar Rp86 milyar. Sebesar 62,5% merupakan
KEWAJIBAN simpanan korporasi sedangkan 37,5% sisanya merupakan simpanan ritel.
1. Giro 4.936.157 4.936.156 √ 4.936.156
2. Tabungan 86.183 86.183 √ 86.183
3. Simpanan Berjangka 44.312.854 44.312.854 √44.312.854 Simpanan Jumlah Rekening Nominal (Rp Juta) % Rekening % Nominal
4. Kewajiban Kepada Bank Indonesia 50.000 50.000 50.000 Insured 1.512.550 √ 34.534.635 90,4% 70,0%
5. Kewajiban Kepada Bank lain 100.000 100.000 100.000 Giro 353.036 √ 3.455.310 21,1% 7,0%
6. Kewajiban Spot dan Derivatif 2.886 2.886 2.886 Tabungan 653.441 √ 60.328 39,1% 0,1%
7. Kewajiban atas Surat Berharga yg dijual dgn janji dibeli kembali (repo) - - Deposito 506.073 √ 31.018.998 30,2% 62,9%
8. Kewajiban Akseptasi Uninsured 160.642 14.800.558 9,6% 30,0%
9. Surat Berharga yang diterbitkan 5.043.401 5.043.401 5.043.401 Giro 3.533 1.480.847 0,2% 3,0%
10. Pinjaman yang diterima 8.709.000 8.709.000 √ 8.709.000 Tabungan 92.553 25.855 5,5% 0,1%
11. Setoran Jaminan Deposito 64.556 13.293.856 3,9% 26,9%
12. Kewajiban Antar Kantor Kewajiban
Total DPK pada bank lain – Hanya terdiri
1.673.192 dari Interbank
49.335.194 100,0% call100,0%
money sebesar Rp100 milyar.
a. Melakukan kegiatan operasional di Indonesia
b. Melakukan kegiatan operasional di luar Indonesia Rugi berjalan – Terdapat peningkatan rugi berjalan akibat adanya penyesuaian CKPN kredit dan
13. Kewajiban Pajak Tangguhan 410.000 410.000 410.000 koreksi atas rupa-rupa aset dengan total Rp54,75 milyar.
14. Rupa-rupa Kewajiban 4.291.080 4.291.080 4.291.080
15. Modal Pinjaman - -
16. Modal Disetor 114.902 114.902
Nilai Aktiva Bersih (NAB) – Terdapat penurunan NAB sebesar Rp54,75 milyar untuk posisi per
a. Modal dasar 150.000 150.000 9 September 2020. Penyesuaian terbesar berasal dari pos kredit, dimana perlu ditambahkannya
b. Modal yang belum disetor -/- 33.194 33.194 CKPN sebesar Rp45,2 milyar. Selain itu terdapat koreksi atas rupa-rupa aset sebesar Rp9,5 milyar
c. Saham yang dibeli kembali (treasury stock) -/- 1.904 1.904
17. Tambahan modal disetor 1.426.592 1.426.592
a. Agio 1.168.885 1.168.885
        e. Pendapatan komprehensif lainnya     3.211 3.211
           i. Keuntungan     3.211 3.211
           ii. Kerugian -/-     - -
        f. Lainnya    254.496 254.496
        g. Dana setoran modal     250.000 250.000
   18. Selisih penilaian kembali aset tetap     720.782 720.782
Persentase Aset Kewaji
19. Cadangan 23.361 23.361 Aset
        a. Cadangan Umum     23.361 23.361 dibanding Kewajiban ban
60,,1T
        b. Cadangan Tujuan     sebesar 88,5 % 67,9 T
20. Laba/rugi 3.170.782 3.116.028
        a. Tahun-tahun lalu    7.227.415 7.227.415 Note:
        b. Tahun berjalan    
TOTAL KEWAJIBAN + MODAL
(4.056.633)
73.647.979
(4.111.387)
73.593.225 67.941.561
√ : Kewajiban yang dapat dialihkan.

©2018 34
Pemetaan Aset dan Kewajiban PT BANK ABC

Posisi uji tuntas per 9 September 2020

Aset Nilai Kewajiban Nilai


Kas 85.260 Giro 4.936.156
Penempatan pada Bank 3.408.782 Tabungan 86.183
Indonesia
Penempatan pada bank lain 31.000 Simpanan Berjangka 44.312.854
bersih
Tagihan spot derivative bersih 1.169 Kewajiban pada Bank 50.000
Indonesia
Surat Berharga bersih 2.552.480 Kewajiban pada Bank Lain 100.000
Surat Berharga yang dijual den 25.000
gan janji dibeli kembali (Repo)
Reverse repo bersih 88.454 Kewajiban spot dan 2.886
derivative
Tagihan akseptasi bersih 477.367 Surat Berharga yang 5.043.401
diterbitkan
Kredit bersih 49.711.170 Pinjaman yang diterima 8.709.000
Penyertaan 423.706 Kewajiban Pajak 410.000
Aset Tetap dan Inventaris (Nilai 2.961.880 Tangguhan
Rupa-rupa Kewajiban 4.291.080
Buku)
Aset Tidak berwujud 335.121
Aset Pajak Tangguhan 0
Rupa-rupa aset -
Jumlah 60.101.389 Jumlah 67.941.561
©2018 35
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai