Anda di halaman 1dari 8

PEMETAAN KONFLIK

Nama Anggota Kelompok:


1. Abigail True S (02)
2. Anggun Putri N (06)
3. Annastika Devi K (07)
4. Chairunnisa Dayu N (09)

KELAS XI IPS 3
SMA HANG TUAH 2 SIDOARJO
Jl. KRI RATULANGI NO. 1 SIDOARJO
TAHUN AJARAN 2021-2022
ARTIKEL KONFLIK RASIAL

2 Kelompok Masyarakat di Papua Bentrok, Dipicu Unjuk Rasa Honorer soal Gaji

Mamberamo Raya - Bentrokan dua kelompok masyarakat terjadi di Kabupaten


Mamberamo Raya, Papua. Bentrokan dipicu aksi unjuk rasa tenaga honorer Pemkab
Mamberamo Raya yang gajinya belum dibayarkan. "Awalnya pegawai honorer yang
merupakan masyarakat Mamberamo Raya hendak melakukan pemalangan (aksi unjuk rasa)
pada kantor keuangan terkait dengan pembayaran honor tenaga honorer," kata Kabid Humas
Polda Papua Kombes Ahmad Musthofa Kamal kepada wartawan, Jumat (22/4/20220).
Bentrokan terjadi di depan kantor Bappeda Mamberamo Raya pada Jumat (22/4)
sekitar pukul 12.30 WIT. Bentrokan tak terhindarkan setelah tenaga honorer diadang massa
yang diduga dari pihak Bupati Mamberamo Raya. "Karena ada massa dari bupati yang
membawa panah jubi dan senjata tajam, sehingga honorer tidak terima dengan hal tersebut
dan terjadilah aksi saling serang antara masyarakat asli Mamberamo Raya dengan masyarakat
Suku Wamena," tutur Kamal.
Ketegangan sempat mereda setelah Polres Mamberamo Raya memblokade jalan
untuk menghalau pergerakan kedua kelompok. Namun massa tenaga honorer menerobos
blokade tersebut sehingga membuat massa lainnya terpancing. "Situasi sempat memanas,
massa tidak mengindahkan imbauan dan terjadi saling serang sehingga anggota Polres
mengeluarkan tembakan secara berkali-kali untuk menghentikan aksi dari kedua pihak," jelas
Kamal.
Para tenaga honorer kemudian dikumpulkan di halaman kantor Dinas Perhubungan
untuk menenangkan situasi. Namun massa dari pihak bupati kembali melakukan serangan ke
arah aparat sehingga polisi menembakkan gas air mata. Namun setelahnya, Bupati
Mamberamo Raya, Jon Tabo kemudian menemui massa aksi. Setelah diberi penjelasan massa
tenaga honorer kemudian membubarkan diri.
"Bupati Mamberamo Raya Jon Tabo menemui masyarakat asli Mamberamo Raya
yang merupakan honorer. Setelah diberikan penjelasan massa membubarkan diri dengan
tertib dan dikawal oleh personel Polres Mamberamo Raya untuk kembali ke Kasonaweja,"
bebernya.
Kamal menambahkan tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Situasi kini
sudah aman dan kondusif. "Pascakejadian tersebut saat ini situasi aman dan kondusif, para
honorer menunggu Sekda untuk melaksanakan pembagian gaji sesuai instruksi Bupati
Mamberamo Raya," pungkasnya.

Sumber: https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6046559/2-kelompok-masyarakat-di-papua-
bentrok-dipicu-unjuk-rasa-honorer-soal-gaji.
ANALISIS KONFLIK 1

A. PEMETAAN KONFLIK
1. Sumber Konflik (Source)
a.) Unjuk rasa honorer
Bentrokan antara dua kelompok masyarakat yang terjadi di Kabupaten Mamberamo
Raya, Papua ini dipicu oleh aksi unjuk rasa tenaga honorer Pemkab Mamberamo
Raya yang gajinya belum juga dibayarkan.
2. Isu Konflik (Issues)
a.) Bentrokan suku
Bentrokan tidak terhindarkan setelah tenaga honorer dihadang oleh massa yang
membawa panah jubi dan senjata tajam. Mereka diduga berasal pihak Bupati
Mamberamo Raya, yang membuat honorer tidak terima dengan hal tersebut dan
terjadilah aksi saling serang antara masyarakat asli Mamberamo Raya dengan
masyarakat Suku Wamena.
3. Pihak Berkonflik (Parties)
a.) Masyarakat Mamberamo Raya sebagai tenaga honorer
b.) Masyarakat Suku Wamena sebagai pihak dari bupati Mamberamo Raya
4. Sikap (Attitudes)
Pegawai honorer merasa kesal dan tidak terima dengan sikap pihak Bupati
Mamberamo Raya
5. Tindakan (Behavior)
Penghadangan yang dilakukan oleh Masyarakat Suku Wamena mengakibatkan
bentrokan tidak dapat dihindarkan, Masyarakat Mamberamo Raya dan Masyarakat
Suku Wamena saling menyerang satu sama lain. Meskipun pihak polres telah
memblokade jalan, dua kelompok Papua ini masih tetap menerobos blokade tersebut
sehingga membuat massa lainnya terpancing.
6. Pihak Ketiga (Intervention)
Bentrokan yang terjadi antara dua kelompok masyarakat ini sempat mereda setelah
Polres Mamberamo Raya memblokade jalan untuk menghalau pergerakan kedua
kelompok. Namun, pihak tenaga honorer menerobos blokade tersebut sehingga
anggota Polres mengeluarkan tembakan berkali-kali untuk menghentikan aksi saling
serang kedua belah pihak tersebut. Polisi juga sempat menembakkan gas air mata
untuk menghentikan aksi yang tetap dilanjutkan oleh pihak yang berkonflik. Namun,
Bupati Mamberamo Raya akhirnya memberikan penjelasan kepada massa tenaga
kerja yang kemudian membuat mereka membubarkan diri.
7. Hasil Akhir (Outcome)
Aksi penyerangan antara kedua masyarakat Papua ini jika tidak ditindaklanjuti akan
berakibat buruk, membuat Bupati Mamberamo Raya yakni Jon Tabo menemui massa
tenaga honorer untuk memberikan penjelasan mengenai gaji yang belum dibayarkan.
Hal ini membuat tenaga honorer membubarkan diri. Dari konflik ini tidak terdapat
korban jiwa dan saat ini situasi aman dan kondusif, para honorer menunggu Sekda
untuk melaksanakan pembagian gaji sesuai instruksi Bupati Mamberamo Raya.

B. RESOLUSI KONFLIK
Konflik ini menggunakan konsep konsiliasi, yakni pengendalian konflik dengan
menggunakan lembaga pemerintahan atau perwakilan. Pada konflik ini, Bupati
Mamberamo Raya menjadi seorang konsiliator yang mengupayakan penyelesaian konflik
dengan cara mempertemukan pihak-pihak yang berkonflik.

C. INTEGRASI DAN REINTEGRASI


1. Integrasi
Pada konflik bentrokan antar masyarakat Papua, integrasi yang ditimbulkan adalah
integrasi koersif yakni integrasi yang dilakukan dengan memberikan kekerasan seperti
pada konflik diatas yaitu polisi menembakkan gas air mata agar para pihak yang
berkonflik tidak melanjutkan aksi saling serang satu sama lain.
2. Reintegrasi
Pada konflik diatas, reintegrasi yang dilakukan adalah Jon Tabo selaku Bupati
Mamberamo Raya menemui massa tenaga Honorer untuk memberikan penjelasan
terkait masalah yang ada, karena hal tersebut situasi saat ini aman dan kondusif
seperti semula dan para tenaga honorer sedang menunggu Sekda untuk melaksanakan
instruksi Bupati Mamberamo raya untuk membagikan gaji.
ARTIKEL KONFLIK DENGAN SUAMI ATAU ISTRI

Ngamuk Dikurung Istri di Kamar, Ayah Aniaya 2 Anak Kandung

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Seorang ayah tega menganiaya dua anak


kandungnya di Jalan Tanjung Duren Timur, Kelurahan Tanjung Duren Selatan, Grogol
Petamburan, Jakarta Barat, Selasa (17/5/2022). Penganiayaan tersebut dipicu percekcokan
pelaku ESS dengan istrinya NK. Penganiayaan bermula ketika si istri berinisial NK
mengurung suaminya, ESS di dalam kamar. Ia mengunci pintu kamar gara-gara ribut dengan
ESS. Memang, sebelumnya mereka kerapkali ribut. NK pun pergi meninggalkan rumah.
ESS yang dikurung di kamar menyuruh anaknya untuk membeli sesuatu di warung.
Namun, anaknya tak menuruti perintah ESS. "Di saat ibunya sedang bekerja, si bapak
menyuruh anaknya beli sesuatu di warung tapi ngutang anaknya tidak mau," kata Kanit
Reskrim Polsek Tanjung Duren, Iptu Tri Baskoro Bintang di Polsek Tanjung Duren, Selasa
(31/5/2022). Anaknya menolak lantaran orangtuanya kerap kali ngutang di warung. ESS yang
mendengar itu marah. "Sehingga ESS ini minta tolong ke anak-anaknya untuk membukakan
pintu. Tetapi mungkin anaknya merasa takut jadi tidak dibukakan," lanjut Bintang.
ESS yang emosi akhirnya melempar sejumlah barang termasuk barang pecah belah ke
arah luar kamar hingga mengenai kedua anaknya. Mendengar ribut-ribut tak berkesudahan,
perangkat lingkungan datang menengahinya. Namun, saat lagi bareng membersihkan sisa-
sisa pecahan beling di rumah, ESS ternyata masih emosi terhadap kedua anaknya MRI (16)
dan MA (14). "Sehingga terjadi pemukulan terhadap MRI dan MA oleh ESS," katanya.
Bak singa kelaparan, ESS menghadiahi MRI bogem mentah di bagian dahi sekali dan
pelipis mata kiri 2 kali. Setelah itu, ia memukul ke arah perut MRI sekali menggunakan
paralon. Tak sampai di situ, ESS juga memberi bogem ke pipi kanan dan perut MA. Kuping
kanan, lengan kiri dan perut MA dipukul pakai paralon oleh ayahnya itu. Akibat
penganiayaan itu, MRI mengalami sakit kepala dan perut sedangkan MA mengalami luka
sobek di betis kanan, pipi kanan memar dan perut kemerahan.
Polisi pun menangkap ESS usai mendapatkan laporan dari pihak korban. Akibat
perbuatannya, ESS dijerat dengan Pasal 44 UU RI No.23 Tahun 2004 tentang kekerasan fisik
dalam Lingkup Rumah Tangga dengan ancaman penjara maksimal 5 tahun. Dan pasal
Perlindungan Anak Pasal 80 UU RI No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU RI No.
23 tahun 2002 dengan ancaman penjara maksimal 3 tahun.

Sumber: https://aceh.tribunnews.com/amp/2022/05/31/ngamuk-dikurung-istri-di-kamar-ayah-
aniaya-2-anak-kandung-luka-sobek-dipukul-pakai-pipa-paralon?page=all
ANALISIS KONFLIK 2

A. PEMETAAN KONFLIK
1. Sumber Konflik (Source)
a.) Cekcok suami istri
Mulanya pelaku (ESS) cekcok dengan sang istri (NK). Mereka memang kerap kali
ribut. NK kemudian pergi untuk bekerja dengan meninggalkan kedua anaknya di
rumah dan mengunci sang suami di dalam kamar.
2. Isu Konflik (Issues)
a.) Penganiayaan pada anak
Cekcok suami istri berimbas pada sang anak lantaran kedua anaknya tidak mau
menuruti perintah sang pelaku untuk membeli dan mengutang sesuatu di warung.
Pelaku juga emosi karena anaknya tidak mau membukakan kunci kamar. Pelaku
semakin emosi ketika kedua anaknya tidak mau membukakan pintu kamar yang
dikunci dari luar.
3. Pihak Berkonflik (Parties)
a.) Suami berinisial EES
b.) Istri berinisial NK dengan dua orang anak berinisial MRI dan MA yang menjadi
korban
4. Sikap (Attitudes)
Pelaku merasa marah pada MRI dan MA yang menolak permintaannya.
5. Tindakan (Behavior)
Pelaku melakukan pemukulan terhadap kedua anaknya (MRI dan MA). Mulanya
pelaku memukul MRI di bagian dahi satu kali dan pelipis mata kiri dua kali dengan
tangan kosong. Setelah itu pelaku memukul ke arah perut MRI menggunakan paralon.
Pelaku juga memberi pukulan tangan kosong pada MA di pipi kanan dan bagian perut
lalu dipukul menggunakan paralon pada bagian kuping kanan, lengan kiri, dan perut.
6. Pihak Ketiga (Intervention)
Polisi sebagai pihak ketiga menangkap ESS usai mendapatkan laporan dari pihak
korban.
7. Hasil Akhir (Outcome)
Setelah aksi penganiayaan MRI mengalami sakit kepala dan perut sedangkan MA
mengalami luka sobek di betis kanan, pipi kanan memar dan perut kemerahan. Pelaku
kemudian diamankan oleh pihak kepolisian.
B. RESOLUSI KONFLIK
Konflik ini menggunakan konsep arbitrase, yakni pengendalian konflik dimana suatu
perselisihan dapat dihentikan oleh pihak ketiga yang keputusannya mengikat dan harus
diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak. Kepolisian sebagai pihak ketiga yang
menjadi penengah antara suami dengan istri beserta anak-anaknya memutuskan untuk
menangkap ESS usai mendapatkan laporan dari pihak korban. memenjarakan EES sesuai
UU yang berlaku.

C. INTEGRASI DAN REINTEGRASI


1. Integrasi
Pada konflik diatas, integrasi yang ditimbulkan adalah integrasi fungsional yakni
struktur dan peran-peran yang ada harus menjalankan fungsinya dengan sesuai.
Sebagai kepala keluarga, seorang suami, atau seorang ayah sepatutnya EES
menafkahi keluarga dan melindungi keluarga, bukan sebaliknya.
2. Reintegrasi
Pada konflik diatas, reintegrasi yang dapat dilakukan adalah mempertemukan kedua
belah pihak berkonflik agar dapat merundingkan permasalahan dengan damai,
pengakuan kesalahan, dan pemaafan apabila memungkinkan. Mengenai dua orang
anak yang menjadi korban, mereka sepatutnya mendapat perawatan/pemulihan secara
fisik maupun psikologis. Sang istri dan kedua anaknya berhak mendapat perlindungan
hukum sebagaimana tertulis pada UU Pasal 44 UU RI No.23 Tahun 2004 tentang
kekerasan fisik dalam Lingkup Rumah Tangga dan Pasal Perlindungan Anak Pasal 80
UU RI No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU RI No. 23 tahun 2002.

Anda mungkin juga menyukai