Anda di halaman 1dari 3

1.

1 Pembakuan Bahasa
Kebijakan bahasa dapat memilih bahasa mana yang akan digunakan sebagai bahasa
nasional atau bahasa resmi suatu negara. Perencana bahasa dapat memilih dan menentukan
ragam bahasa yang ada pada bahasa yang dipilihnya menjadi ragam baku atau ragam baku
bahasa. Proses pemilihan ragam bahasa untuk dijadikan bahasa resmi negara dan bahasa
daerah, serta upaya pembinaan dan pengembangannya, disebut standardisasi
Bahasa/pembakuan bahasa..
Ada beberapa ahli Bahasa dalam mendenifisikan pengertian dari Bahasa baku,
diantaranya : Halim (1980) mengatakan bahwa bahasa baku adalah ragam bahasa yang
dilembagakan dan diakui oleh sebagian warga masyarakat pemakainya sebagai ragam resmi
dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dan penggunaannya. Dittmar (1976:8)
mengatakan bahwa bahasa baku adalah ragam ujaran dari satu masyarakat bahasa yang
disahkan sebagai norma keharusan bagi pergaulan sosial atas kepentingan dari berbagai pihak
yang dominan di dalam masyarakat itu. Hartmann dan Stork (1972:218) mengatakan bahwa
bahasa baku adalah ragam bahasa yang secara sosial lebih digandrungi, seringkali lebih besar
berdasarkan ujaran orang-orang yang berpendidikan di dalam dan di sekitar pusat
kebudayaan dan atau politik suatu masyarakat tutur.
Dari beberapa pendapat ahli Bahasa dapat disimpulkan bahwa pengertian Bahasa
Baku merupakan Bahasa yang sudah diatur atau dilembagakan oleh sebuah Lembaga yang
berwenang semisal di Indonesia yaitu Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Bahasa
baku ini memiliki keistimewaan melebihi ragam Bahasa yang lain dan Bahasa baku sebagai
Bahasa yang digunakan dalam sebuah konstitusi, digunakan diacara yang bersifat
kenegaraan, dan digunakan sebagai Bahasa pengantar Pendidikan dan sebagainya.
1.2 Bidang – Bidang dalam Pembakuan Bahasa
Dalam pembakuan Bahasa ada beberapa bidang yang meliputi :
1. Ejaan
Dalam bidang ejaan, pembakuan telah lama dilakukan dan telah melalui proses yang
Panjang. Dimulai dengan ditetapkannya ejaan van Ophuijsen pada tahun 1901,
dilanjutkan dengan ejaan Swandi atau Ejaan Republik pada tahun 1947, diteruskan
dengan Ejaan Yang Disempurnakan. Bahkan EYD ini berlaku juga Bahasa Melayu
Malaysia dan Bahasa Melayu Brunei Darussalam. Di bawah ini disajikan perubahan
dalam EYD, Ejaan lama yang telah disempurnakan :
Dj = djalan – j = jalan
J = pajung – y = payung
Nj = njonja – ny = nyonya
Sj = sjarat – sy = syarat
Tj = tjotjok – c = cocok
2. Kosa kata
Pembakuan Bahasa Indonesia dalam bidang kosakata dan terminologi bahasa
Indonesia telah berlangsung sejak lama. Pembakuan tersebut dapat dilihat dari cara kata-
kata dieja, diucapkan, bentuknya, dan sumber pengambilan. Bahasa Indonesia memiliki
aturan tersendiri dalam hal terminologi. Dari segi sumber, istilah yang diambil dapat
bersumber dari kosakata bahasa Indonesia, baik kosakata umum maupun non umum,
kosakata bahasa serumpun, dan kosakata bahasa asing.
3. Tata Bahasa
Dalam bidang tata Bahasa, pembakuan dilakukan dengan diterbitkannya buku Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia yang saat ini sudah sampai cetakan ketiga. Banyak
kritikan pada buku tersebut disebabkan oleh perbedaan persepsi dan teori ketatabahasaan
yang dianut. Nilai dari upaya buku ini untuk membakukan tata Bahasa sangat jelas.
4. Lafal
Menurut konsensus, seseorang telah berbahasa Indonesia dengan lafal baku jika dia
tidak menunjukkan ciri-ciri Bahasa daerah. Dengan pengucapan baku itu, tempat
kelahiran seseorang tidak diketahui oleh ahli Bahasa . Secara singkat dapat dikatakan
bahwa dalam berbahasa Indonesia baku, ia tidak terpengaruh oleh Bahasa-bahasa lain
yang dikuasainya. Dalam konteks lafal baku ini, sebagai contoh penggunaannya adalah
lafal para penyiar TVRI dan RRI. Pengucapan mereka Sudah dianggap memenuhi kriteria
sebagai pelaku lafal.
https://www.situsbahasa.com/2011/01/pembakuan-bahasa.html diakses 27 september 2022
pukul 23.00
https://www.academia.edu/19205353/PEMBAKUAN_BAHASA_MIMI diakses 03 Okober
2022 pukul 10.00
(Drs. Ukun Suryaman, 2012)

Anda mungkin juga menyukai