Anda di halaman 1dari 11

PEMERINTAH KABUPATEN RAJA AMPAT

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT


Jln. Jenderal Basuki Rahmat, Warmasen, Waisai Kota, Raja Ampat, Papua Barat 98481
Telepon (0951) 317 3358, e-mail: rsudr04@gmail.com

KEBIJAKAN DIREKTUR
NOMOR SK : 032/HPK/ RSUD-RA/IX/2018

TENTANG
KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT

Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pelayanan di Rumah Sakit


Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat perlu didukung dengan
pelayanan medis yang bermutu dan mengutamakan Hak pasien dan
keluarga;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a diatas perlu menetapkan keputusan Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat.
Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor : 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;
2. Undang – Undang Nomor : 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang – Undang Nomor : 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. PMK Nomor : 290 Tahun 2008 Tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran;
5 PP Nomor : 10 Tahun 1966 Tentang Wajib Simpan Rahasia
Kedokteran;
6 Keputusan Dirjen Yanmed HK.00.06.3.5.1866 Tentang Pedoman
Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent) Tahun 1999.
MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU : KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT.
KEDUA : Kebijakan Hak Pasien dan Keluarga Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Raja Ampat sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini;
KETIGA : Kebijakan Hak Pasien dan Keluarga Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Raja Ampat agar dapat digunakan sebaik – baiknya oleh
tenaga dokter, perawat, bidan, farmasi, dan tenaga kesehatan lainnya
dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Raja Ampat
KEEMPAT : Pembinaan dan Pengawasan pelaksanaan Keputusan ini dilakukan oleh
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat;
KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Waisai
Pada tanggal : 01 September 2017
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Raja Ampat

dr. AGUS HARIYANTO, Sp.B


NIP : 19790830 200801 1 016
Lampiran : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat
tentang Hak Pasien dan Keluarga
Nomor SK : 032/HPK/ RSUD-RA/IX/2018
Tanggal : 01 September 2017
Tentang : KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN RAJA AMPAT

KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT

1. KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA.


1.1. Seluruh staf Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat harus memahami
dan menerapkan prosedur hak pasien dan keluarga sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan.
1.2. Penjelasan tentang leaflet hak pasien dan keluarga dilakukan oleh petugas bagian
pendaftaran.
1.3. Semua pasien rawat inap dan pasien rawat jalan diberikan leaflet tentang hak
pasien dan keluarga.
1.4. Pada jangka waktu minimal tiga bulan untuk pasien rawat jalan diberikan penjelasan
leaflet tentang hak pasien dan keluarga kembali.

2. KEBIJAKAN PELAYANAN MENGHORMATI NILAI-NILAI PRIBADI DAN


KEPERCAYAAN PASIEN.
2.1 Seluruh staf pelayanan medis harus memahami proses identifikasi pasien yang
menyangkut juga agama dan kepercayaan pasien.
2.2 Petugas Rumah Sakit harus terbuka terhadap ekspresi kesepian dan
ketidakberdayaan pasien.
2.3 Petugas menggunakan teknik klarifikasi nilai untuk membantu mengklarifikasi nilai
dan kepercayaan.
2.4 Rumah Sakit menganjurkan untuk penggunaan sumber-sumber spiritual yang ada.
2.5 Rumah sakit memfasilitasi pasien dengan artikel-artikel spiritual sesuai dengan
pilihan mereka.
2.6 Petugas rumah sakit harus bersikap empati pada perasaan pasien.
2.7 Rumah sakit memfasilitasi pasien untuk melakukan kegiatan ritual seperti meditasi,
beribadah, dan aktivitas ritual keagamaan yang lain.
2.8 Meyakinkan kepada pasien bahwa petugas rumah sakit akan bersedia membantu
pasien pada waktu sakit / menderita.

3. KEBIJAKAN PERMINTAAN PELAYANAN KEROHANIAN.


3.1. Seluruh staf rumah sakit memahami prosedur bila pasien atau keluarga
memerlukan pelayanan kerohanian.
3.2. Rumah sakit melakukan MOU dengan penasehat spiritual (rohaniawan).
3.3. Rumah sakit memfasilitasi penasehat spiritual (rohaniawan) kecuali pasien
meminta memilih penasehat spiritual (rohaniawan) sendiri.
3.4. Mengkonsultasikan pasien ke penasihat spiritual pilihan.

4. KEBIJAKAN PELAYANAN SESUAI KEBUTUHAN PRIVASI PASIEN.


4.1 Petugas rumah sakit mengidentifikasi harapan dan kebutuhan privasi selama
pelayanan dan pengobatan.
4.2 Petugas rumah sakit menanyakan kebutuhan dan harapan pasien terhadap
privasi dalam kaitannya dengan asuhan atau pelayanan.
4.3 Petugas rumah sakit Menghormati privasi pasien dalam setiap wawancara klinis,
pemeriksaan, prosedur dan pengobatan.

5. KEBIJAKAN PERLINDUNGAN HARTA MILIK.


5.1 Rumah sakit telah menentukan tingkat tanggung jawabnya terhadap harta milik
pasien.
5.2 Menginformasikan kepada pasien tentang tanggungjawab rumah sakit dalam
melindungi barang milik pribadi.
5.3 Melindungi barang milik pasien pada saat pasien tidak mampu
bertanggungjawab atas barang miliknya.

6. KEBIJAKAN PERLINDUNGAN PASIEN DARI KEKERASAN FISIK.


6.1 Ada ketentuan jadwal besuk bagi pasien.
6.2 Kebijakan terkait kunjungan diluar jam besuk.
6.3 Skrining pasien- pasien yang beresiko mengalami kekerasan fisik.
6.4 Identifikasi pengunjung RS yang mencurigakan.
6.5 Terdapat nomor darurat terkait kejadian kekerasan fisik.
6.6 Adanya alat pemantau CCTV pada area- area yang rawan.

7. KEBIJAKAN PERLINDUNGAN KEKERASAN FISIK PADA PASIEN YANG


BERESIKO.
7.1 Rumah sakit mengindentifikasi kelompok pasien yang beresiko.
7.2 Petugas rumah sakit membuat daftar kelompok pasien yang beresiko.
7.3 Rumah sakit melindungi kelompok pasien yang beresiko meliputi bayi, individu
yang cacat lansia dan kelompok lainnya.

8. KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TERHADAP KERAHASIAAN INFORMASI


PASIEN.
8.1 Rumah sakit menghormati kerahasiaan informasi kesehatan pasien.
8.2 Meminta persetujuan kepada pasien untuk membuka informasi yang tidak
tercangkup dalam undang- undang dan peraturan.
8.3 Rumah sakit memberikan informasi tentang pembukaan dan kerahasiaan
informasi mengenai pasien dalam undang- undang dan peraturan.
9. KEBIJAKAN TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KERAHASIAN
INFORMASI PASIEN.
9.1. Petugas rumah sakit memberikan penjelasan ke pasien tentang rahasia
kedokteran dan proses untuk membuka rahasia kedokteran sesuai
ketentuan.
9.2 Petugas rumah sakit meminta persetujuan pasien untuk membuka
informasi yang bukan merupakan rahasia kedokteran.
9.3 Petugas rumah sakit menjaga kerahasiaan informasi kesehatan pasien
sesuai dengan permintaan pasien.

10. KEBIJAKAN KOMUNIKASI EFEKTIF ANTARA PETUGAS DAN KELUARGA


DALAM KETERLIBATANNYA DALAM PROSES PELAYANAN.
10.1 Rumah sakit mendukung dan mendorong keterlibatan pasien dan keluarganya
dalam proses pelayanan.
10.2 Membuat prosedur tentang hak pasien yang bertujuan untuk tidak menimbulkan
rasa takut untuk mencari second opinion dan kompromi dalam pelayananan
mereka baik didalam maupun diluar rumah sakit.
10.3 Second opinion merupakan hak dasar pasien yang diatur dalam peraturan
perundang- undangan yang berlaku.
10.4 Rumah sakit wajib memberi peluang dan memfasilitasi baik secara administrasi
maupun kelengkapan dokumen yang dibutuhkan pasien dalam mendapatkan
hak second opinion.
10.5 Rumah sakit menyediakan kelengkapan administrasi untuk keperluan
permintaan second opinion dari pasien atau keluarga yang sah menurut hukum.
10.6 Dokter yang merawat atau dokter mewakili rumah sakit membuat rekomendasi
tertulis yang menyetujui pasien atau keluarga yang mewakili untuk mendapatkan
hak second opinion.
10.7 Dokter yang ditunjuk oleh pasien atau rumah sakit membuat surat persetujuan
untuk menjawab hak pasien untuk mendapatkan tugas profesional sesuai
dengan etika dan hukum yang berlaku.
10.8 Hasil second opinion dibuatkan dalam bentuk rekomendasi yang disampaikan
dalam bentuk lisan dan tertulis pada pasien atau keluarga yang sah menurut
hukum.

11. KEBIJAKAN TENTANG PENJELASAN HAK PASIEN DALAM PELAYANAN.


11.1 Petugas rumah sakit memberikan penjelasan yang disampaikan agar pasien dan
keluarganya mengetahui kapan akan dijelaskan tentang kondisi medis dan
diagnosis pasti.
11.2 Petugas rumah sakit memberikan penjelasan yang disampaikan agar pasien dan
keluarganya mengetahui kapan akan dijelaskan tentang rencana pelayanan dan
pengobatannya.
11.3 Petugas rumah sakit memberikan penjelasan yang disampaikan agar pasien dan
keluarganya memahami proses untuk mendapatkan persetujuan tindakan
kedokteran.
11.4 Petugas rumah sakit memberikan penjelasan hak pasien dan keluarganya untuk
berpartisipasi dalam keputusan pelayanan.

12. KEBIJAKAN TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN.


12.1 Petugas rumah sakit memberikan penjelasan yang disampaikan agar pasien dan
keluarganya mengetahui bagaimana proses untuk mendapatkan persetujuan.
12.2 Petugas rumah sakit memberikan penjelasan yang disampaikan agar pasien dan
keluarganya mengetahui haknya untuk berpartisipasi dalam keputusan
pelayanan.

13. KEBIJAKAN TENTANG PENJELASAN HAK PASIEN DALAM PELAYANAN DAN


PENGOBATAN.
13.1 Pasien berhak mendapatkan penjelasan tentang hasil pelayanan dan
pengobatan.
13.2 Pasien berhak mengetahui dan mendapatkan penjelasan tentang hasil
pelayanan dan pengobatan yang tidak terduga.

14. KEBIJAKAN TENTANG HAK DAN TANGGUNGJAWAB PASIEN YANG


BERHUBUNGAN DENGAN PENOLAKAN PENGOBATAN.
14.1 Pasien berhak menolak untuk tidak melanjutkan pengobatan.
14.2 Rumah sakit menjelaskan kepada pasien dan keluarga terkait dengan
konsekuensi keputusan mereka.
14.3 Rumah sakit menjelaskan tentang tersedianya alternatif pelayanan dan
pengobatan.

15. KEBIJAKAN PENOLAKAN RESUSITASI.


15.1 Seluruh tenaga medis dan paramedis Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Raja Ampat harus dapat melakukan resusitasi.
15.2 Seluruh tenaga medis dan paramedis Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Raja Ampat harus memahami dan menghormati keinginan pasien jika menolak
untuk di resusitasi.
15.3 Pasien berhak memilih untuk di resusitasi atau tidak, dan dapat merubah
keputusan sewaktu-waktu.
15.4 Pasien yang menolak resusitasi dipasang gelang identitas berwarna ungu, agar
petugas dapat membedakan dengan pasien yang lain.
15.5 Formulir resusitasi ditandatangani langsung oleh pasien dan saksi dari pihak
keluarga serta petugas yang jaga pada saat itu.
15.6 Dokter menginstruksikan kepada tenaga paramedis untuk tidak melakukan
resusitasi dengan mengisi formulir jangan dilakukan resusitasi.
15.7 DNR tidak mempengaruhi pengobatan, pasien dengan DNR dapat terus
mendapatkan kemoterapi, antibiotik, dialisis, atau perawatan lain yang sesuai.
16. KEBIJAKAN MANAJEMEN NYERI.
16.1 Seluruh tenaga medis dan paramedis menghormati dan mendukung hak pasien
dengan cara asesmen manajemen nyeri yang sesuai.
16.2 Staf mendapat pelatihan nyeri sehingga dapat melakukan asesmen nyeri serta
memahami dan melaksanakan tatalaksana nyeri serta dapat mengedukasi nyeri
kepada pasien dan keluarganya.
16.3 Pasien memiliki hak untuk mendapat informasi dan jawaban atas pertanyaan
tentang rasa sakit dan nyeri.
16.4 Pasien memiliki hak untuk meminta staf peduli dan menangani keluhan dengan
serius.
16.5 Pasien memiliki hak untuk mendapat respon cepat ketika pasien melaporkan
nyeri.
16.6 Pasien memiliki hak untuk mendapat jasa dokter Spesialis yg dapat mengatasi
nyeri jika diperlukan.
16.7 Skala nyeri yang dipakai di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat
untuk pasien dewasa dan anak berusia > 9 th menggunakan numeric rating scale
yang dapat menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang
dirasakannya.
16.8 Skala nyeri yang dipakai untuk bayi yaitu skala nyeri neonatal.
16.9 Setiap petugas yang melakukan asesmen nyeri menuliskan hasil asesmen
kedalam status rekam medis pasien.

17. KEBIJAKAN PELAYANAN PASIEN TAHAP TERMINAL.


17.1 Semua staf harus menyadari kebutuhan unik pasien pada akhir kehidupannya.
Kebutuhan ini meliputi pengobatan terhadap gejala primer dan sekunder,
manajemen nyeri.
17.2 Semua staf harus berespon terhadap aspek psikologis, sosial, emosional, agama
dan budaya pasien dan keluarganya.
17.3 Semua staf diminta melibatkan keluarga dalam pengambilan keputusan
pelayanan.
17.4 Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat memastikan pemberian
asuhan yang tepat bagi mereka yang kesakitan atau dalam proses kematian.
17.5 Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat harus memiliki kerjasama
dengan rohaniawan guna memenuhi kebutuhan masa akhir kehidupan pasien,
jika pasien dan keluarga menginginkan.

18. KEBIJAKAN PENANGANAN KOMPLAIN.


18.1 Pasien mempunyai hak untuk menyampaikan keluhan tentang pelayanan yang
mereka terima.
18.2 Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat menunjuk petugas khusus
sebagai handling complain yang bertugas menerima komplain dari pasien
ataupun keluarga.
18.3 Handling complain mempunyai tugas untuk melaporkan semua komplain yang
masuk ke direktur Rumah Sakit secara langsung.
19. KEBIJAKAN IDENTIFIKASI NILAI DAN KEPERCAYAAN PASIEN.
19.1 Semua staf Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat harus
menghormati setiap nilai dan kepercayaan yang masih dipakai oleh pasien dan
keluarga.
19.2 Semua staf Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat harus
mengidentifikasi nilai dan kepercayaan serta budaya yang masih dipakai oleh
pasien dan keluarga.
19.3 Semua staf Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat harus dapat
memberikan informasi, edukasi tentang nilai dan kepercayaan yang tidak sesuai
dengan medis.

20. KEBIJAKAN PENJELASAN HAK PASIEN DAN KELUARGA.


20.1 Hak dan kewajiban pasien sesuai UU yang berlaku (UURS dan UU praktik
kedokteran).
20.2 Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat menunjuk petugas
pendaftaran untuk menjelaskan hak pasien dan keluarga kepada setiap pasien
rawat jalan dan rawat inap dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh pasien
dan keluarga.
20.3 Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat membuat leaflet hak pasien
dan keluarga dan diberikan kepada setiap pasien rawat jalan dan rawat inap.
20.4 Pernyataan tentang hak pasien dan keluarga juga ditempel atau bisa diperoleh
dari staf rumah sakit pada setiap saat.
20.5 Semua staf Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat mengidentifikasi
bahasa yang dipilih pasien.

21. KEBIJAKAN INFORMED CONSENT.


21.1 Informed consent harus diberikan oleh tenaga medis yang yang akan
memberikan tindakan / prosedur / pengobatan risiko tinggi / tranfusi darah. Bila
berhalangan dapat didelegasikan kepada tenaga medis yang memilki keahlian
setara.
21.2 Informed consent dinyatakan secara tertulis.
21.3 Semua tenaga medis harus menjelaskan informed consent kepada pasien dan
keluarga menggunakan bahasa yang dapat dimengerti pasien.
21.4 Informed constent diberikan kepada pasien, bila pasien tidak kompeten diberikan
kepada keluarga terdekat atau pengampunya.
21.5 Informasi dan penjelasan dianggap cukup (adekuat) jika sekurang-kurangnya
mencakup : (Pasal 45 UU Praktik Kedokteran) :
a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis.
b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan.
c. Alternatif tindakan lain dan risikonya.
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi.
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
22. KEBIJAKAN PENJELASAN PENYAKIT, PENGOBATAN DAN PEMBERI
PELAYANAN.
22.1 Semua tenaga medis Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat harus
dapat menerangkan dengan jelas tentang usulan pengobatan atau tindakan
kepada pasien dan bila perlu kepada keluarga.
22.2 Penjelasan yang diberikan oleh tenaga medis kepada pasien dan keluarga
meliputi :
a. Kondisi pasien.
b. Usulan pengobatan.
c. Nama individu yang memberikan pengobatan.
d. Potensi manfaat dan kekurangannya.
e. Kemungkinan alternatif.
f. Kemungkinan keberhasilan.
g. Kemungkinan timbulnya masalah selama masa pemulihan.
h. Kemungkinan yang terjadi apabila tidak diobati.
22.3 Setiap pasien memiliki hak untuk mengajukan pertanyaan tentang pengobatan
yang diusulkan (termasuk identitas setiap orang yang memberikan atau
mengamati pengobatan) setiap saat.
22.4 Setiap pasien memiliki hak untuk persetujuan atau menolak persetujuan, untuk
setiap prosedur / terapi.
22.5 Setiap pasien berhak untuk memilih dokter yang bertanggung jawab untuk
merawatnya selama berada di Rumah Sakit.

23. KEBIJAKAN PENGGANTI PEMBERI PERSETUJUAN.


23.1 Yang berhak untuk memberikan persetujuan setelah mendapatkan informasi
adalah :
a. Pasien sendiri, yaitu apabila telah berumur 18 tahun atau telah menikah.
b. Bagi Pasien dibawah umur 18 tahun, persetujuan (Informed consent) atau
Penolakan Tindakan Medis diberikan oleh mereka menurut urutan hak
sebagai berikut :
1) Ayah / Ibu Kandung.
2) Saudara – saudara kandung.
c. Bagi pasien dibawah umur 18 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau
orang tuanya berhalangan hadir, persetujuan (Informed Consent) atau
Penolakan Tindakan medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai
berikut :
1) Ayah / Ibu Adopsi.
2) Saudara – saudara Kandung.
3) Induk Semang.
d. Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, persetujuan (Informed
Consent) atau penolakan penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka
menurut hak sebagai berikut :
1) Ayah/Ibu kandung.
2) Wali yang sah.
3) Saudara – Saudara Kandung.
e. Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampunan (curatelle)
Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan menurut hal tersebut.
1) Wali.
2) Curator.
f. Bagi Pasien dewasa yang telah menikah / orang tua, persetujuan atau
penolakan tindakan medik diberikan oleh mereka menurut urutan hal
tersebut.
1) Suami / Istri.
2) Ayah / Ibu Kandung.
3) Anak - anak Kandung.
4) Saudara – saudara Kandung.

24. KEBIJAKAN PERSETUJUAN UMUM.


24.1 Hal-hal yang tercantum dalam persetujuan umum Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Raja Ampat adalah :
a. Persetujuan pelepasan informasi.
b. Keinginan privasi.
c. Barang berharga milik pribadi.
d. Penjelasan penyakit, pengobatan dan pemberi layanan.
e. Persetujuan untuk pengobatan.
f. Penjelasan tata tertib Rumah Sakit.
g. Penjelasan hak pasien dan keluarga.

25. KEBIJAKAN INFORMED CONSENT.


25.1 Informed consent didapat sebelum operasi atau prosedur invasif.
25.2 Informed consent didapat sebelum anastesia.
25.3 Informed consent didapat sebelum penggunaan darah dan produk darah.
25.4 Informed consent didapat sebelum pelaksanaan tindakan dan pengobatan yang
berisiko tinggi.

26. KEBIJAKAN DAFTAR TINDAKAN YANG MEMERLUKAN INFORMED


CONSENT.
26.1 Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat membuat daftar tindakan
yang memerlukan informed consent.
26.2 Ada bukti rapat pembahasan daftar tindakan tersebut.
27. KEBIJAKAN TENTANG HAL YANG TIDAK DAPAT DITERAPKAN
27.1 PENELITIAN
Informed Consent diperoleh sebelum pasien berpartisipasi dalam
penelitian klinis, pemeriksaan / investigasi klinis, dan percobaan klinis.
27.2 DONASI ORGAN
27.3 TRANSPLANTASI ORGAN DAN JARINGAN

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah


Kabupaten Raja Ampat

dr. AGUS HARYANTO, Sp.B


NIP : 19790830 200801 1 016

Anda mungkin juga menyukai