Anda di halaman 1dari 1

Pajak Negara dalam Islam

Agus Latifilah

Pajak dalam bahasa arab disebut dengan Ad-dharibah. Ad-dharibah sendiri


mempunyai makna memaksa, mewajibkan, membebankan, ( atau sebagainya ). Sehingga
pengertian bahasa ini bisa disamakan dengan jizyah ( pajak untuk menjamin keamanan bagi
non muslim ), ghanimah ( harta yang didapat dari rampasan perang ) dan sebagainya. Secara
bahasa, pajak adalah pemungutan atas nama pemerintah kepada rakyatnya atas nama
kepentingan negara.
Mengutip kitab Al-kharaj fi Ad-daulah Islamiyyah, Model pemungutan ini aslinya sudah
ada sebelum masa islam datang, khususnya di negara Persia dan Romawi. Namun jika untuk
menelisik lebih dalam pajak dalam islam sulit diketahui secara pasti. Mungkin hal itu
dikarenakan sebuah penaklukan ke negara-negara yang dipimpin oleh shahabat
Umar.Sehingga belum ada keperluan mendesak untuk perbelanjaan negara.
Dinamika antara kewajiban atau tidaknya pajak berawal dengan adanya sebuah hadits
yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah:
َّ ‫لَ ْيسَ فِيْ المَا ِل حَ ٌّق سِ وَ ى‬
‫الز َكا ِة‬
Namun kitab Majmu’; Syarhil Muahdzdzab juz 7 mengatakan, hadits tersebut masih
dalam taraf dhaif.
‫ج ًّدا ََل يُعْ رَ ف‬ ِ ٌ‫ض ِعيْف‬ َ ‫ْث‬ٌ ‫إِ ِّن ُه حَ ِدي‬
Pemahaman pajak sudah banyak dibahas dalam kitab fiqh. Dan hal yang perlu
difahami adalah semua pendapatan negara keseluruhan bukan berasal dari syara’ melainkan
ada campur tangan ijtihad. Seperti contoh yang telah dilakukan oleh sahabat Umar, yakni
pemungutan kharraj ( pajak tanah atas negara yang telah ditaklukkan ) dan usyuur ( pajak
pedagang yang lewat di negara islam ) setelah hasil ijtihad dan di musayawarahakan dengan
para sahabat yang lain. ---kharaj dan usyuur masih dalam satu istilah;pajak---
Setelah kepemerintahan sahabat Umar, timbul adanya pemberontakan didalam negeri
ataupun luar memaksa pemerintah untuk membuat motif baru dalam dunia perpajakan;
dharaibul asmak ( pajak perahu yang melintasi negara islam ). Ini tidak bisa dinobatkan
terhadap Bani Umayyah keseluruhan, Umar Bin Abdul Aziz tergolong pemimpin yang
meminimalisir pembelanjaan negara. Kitab Al-kharaj menyatakan:
‫ت مَا َكانَ يَأْ ُخ ُد عُمر ابن‬ ُ ‫ت المال َش ْي ًّئا َوَل َيجْ ِرى َعلَى َن ْفسِ ِه مِنَ ا ْل َفيْ دِرْ هَما َفقِي َل لَ ُه لَ ْو أَ َخ ْذ‬ ِ ‫وكان عمر بن عبد العزيز َل يَأْ ُخ ُذ مِنْ َب ْي‬
‫ َوأَ َنا مَالِي ي ُْغنِينِي‬، ‫ب لَ ْم َي ُكنْ لَ ُه مَا ٌل‬ َ
ِ ‫ْن الخطا‬ ِ ‫ إِنَّ ُعمَرَ ب‬: ‫ َف َقا َل‬.‫الخطاب َو َكانَ ُع ُم ُر األوَّ ُل َيجْ ِرى َعلَى َن ْفسِ ِه درهمين في كل يوم‬
Dilanjut dengan masa keperintahan bani abbasiyah yang melakukan pengawasan
ketat terhadap petugas pajak saat itu supaya tidak ada penyelewengan. Sehiingga dimasa
Harun Arrasyid seorang qadhi diperintahkan untuk menyusun segala aturan kharaj, usyuur
dan zakat.
Dengan melihat sejarah secara global, pajak dalam islam dapat disimpulkan,
membayar pajak hukumnya wajib selagi negara membutuhkan. Hal ini senada dengan qaidah
populer
‫جب‬ ِ ‫جب إِ ََّلبه َفه َُو َوا‬ َ ‫َم َاَل َيتِ ُّم‬
ِ ‫الوا‬
Qaidah ini bisa difahami dengan sederhana dengan, jika negara tidak bisa melengkapi
keperluannya maka pajak hukumnya wajib
Namun ada hal yang harus dipertimbangkan; menimbang sebuah rumus fiqh yang
tidak asing:
‫ط ِبالمَصلَحَ ة‬ ٌ ‫َتصْ ريْفُ اإلمَام َعلَى رَ ِع َّيتِه َم ُن ْو‬
ِ ِ
Kebijakan pemerintah terhadap rakyatnya harus berlandaskan mashlahat nyata bukan
maslahat yang semu.

Anda mungkin juga menyukai