Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Sardiman kemampuan guru di dalam mengelola interaksi
belajar mengajar dengan baik, seorang teknis guru harus memiliki
kemampuan dasar seperti: menguasai bahan pelajaran, mampu mendesain
program belajar mengajar, terampil memanfaatkan media, dan menggunakan
metode yang tepat sesuai dengan materi pelajaran. Kemampuan guru di dalam
proses belajar mengajar setidaknya menggunakan semua metode mengajar.
Metode yang diperlukan oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar
banyak sekali macamnya. Zakiah Daradjat mengemukakan beberapa metode
pengajaran yaitu: metode ceramah, diskusi, eksperimen, demonstrasi,
pemberian tugas, sosiodrama, drill, kerja, tanya jawab dan metode proyek.1
Metode adalah cara yang cepat dan tepat fungsinya sebagai alat untuk
mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Makin baik metode itu, makin efektif
pula pencapaian tujuan. Dengan demikian tujuan merupakan faktor utama
dalam menetapkan baik tidaknya penggunaan suatu metode.
Dalam hal metode mengajar, selain faktor tujuan, murid, situasi,
fasilitas dan faktor guru turut menentukan efektif tidaknya penggunaan suatu
metode. Karenanya metode mengajar itu banyak sekali dan sulit menggolong-
golongkannya. Lebih sulit lagi menetapkan metode mana yang memiliki
efektifitas paling tinggi. Sebab metode yang kurang baik di tangan seorang
guru dapat menjadi metode yang baik sekali di tangan guru yang lain dan
metode yang baik akan gagal di tangan guru yang tidak menguasai teknik
pelaksanaannya.

1
Muh. Misdar, Kriteria Profesionalisme Guru Agama Islam, Jurnal Pendidikan Islam
Ta’dib, (Juni, 2006), hlm. 20-21
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metode demonstrasi, eksperimen dan resitasi?
2. Apa kelebihan dan kelemahan metode demonstrasi, eksperimen dan
resitasi?
3. Bagaimakah cara penerapan metode demonstrasi, eksperimen dan resitasi
dalam pembelajaran fiqih?

C. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode demonstrasi,
eksperimen dan resitasi.
2. Untuk mengetahui apa kelebihan dan kelemahan metode demonstrasi,
eksperimen dan resitasi.
3. Untuk mengetahui bagaimakah cara penerapan metode demonstrasi,
eksperimen dan resitasi dalam pembelajaran fiqih.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode Demonstrasi
1. Pengertian Metode Demonstrasi
Dalam bahasa Indonesia, demonstrasi adalah mempertontonkan,
memperagakan, dan mempertunjukkan.2
Dalam istilah metode demonstrasi adalah cara pembelajaran dengan
meragakan, mempertunjukkan atau memperlihatkan sesuatu di hadapan
siswa di kelas atau di luar kelas.3
Menurut Wina Sanjaya mengemukakan, metode demonstrasi adalah
metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu
pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu
kepada anak didik.4
Menurut Nurlaila mengemukakan, metode demonstrasi merupakan
metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari
jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar.5
Menurut Zakiah Daradjat, dkk, mengemukakan, metode demonstrasi
merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda
tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.6
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan metode demonstrasi
adalah cara yang digunakan guru dalam penyajian pelajaran dengan cara
meragakan bagaimana membuat, mempergunakan, mempertunjukkan,
dan mempraktekkan suatu benda atau alat baik asli maupun tiruan, atau

2
Tim Redaksi KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),
hlm. 250
3
Aminudin Rosyad, Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2002), hlm. 8
4
Wina Sanjaya, Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2008), hlm. 35
5
Nurlaila, Pengelolaan Pengajaran, (Palembang: Noer Fikri, 2017), hlm. 49
6
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2001), hlm. 296
bagaimana mengerjakan sesuatu perbuatan atau tindakan yang mana
dalam meragakan disertai dengan penjelasan lisan kepada siswa di kelas
atau di luar kelas sesuai fakta dan data yang benar.
2. Kelebihan Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran Fiqih
Menurut Nurlaila, Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi
memiliki beberapa kelebihan, yaitu:7
a. Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat
dihindari.
b. Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya
mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
c. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki
kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan.
Menurut Zakiah Daradjat, dkk, beberapa keuntungan dalam metode
demonstrasi, yaitu:8
a. Perhatian anak didik dapat dipusatkan dan titik berat yang dianggap
penting oleh guru dapat diamati secara tajam.
b. Perhatian anak didik akan lebih terpusat kepada apa yang
didemonstrasikan, jadi proses belajar anak didik akan lebih terarah
dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain.
c. Apabila anak didik sendiri ikut aktif dalam sesuatu percobaan yang
bersifat demonstratif, maka mereka akan memperoleh pengalaman
yang melekat pada jiwanya dan berguna dalam pengembangan
kecakapan.
Menurut Darwin Syah, dkk, kelebihan metode demonstrasi, yaitu:9
a. Menghindari verbalisme dan membuat pelajaran lebih menarik, lebih
jelas dan lebih kongkrit.
b. Memudahkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang
diberikan.

7
Nurlaila, Op.Cit., hlm. 49
8
Zakiah Daradjat, dkk, Op.Cit., hlm. 297
9
Darwin Syah, dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2011), hlm.153
c. Siswa dituntut aktif dalam bentuk melakukan pengamatan,
membandingkan antara teori dan kenyataan serta mempraktekkan
secara langsung.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan kelebihan metode
demonstrasi dalam pembelajaran fiqih, yaitu:
a. Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya
mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
b. Memudahkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang
diberikan.
c. Siswa dituntut aktif dalam bentuk melakukan pengamatan,
membandingkan antara teori dan kenyataan serta mempraktekkan
secara langsung.
d. Perhatian anak didik dapat dipusatkan dan titik berat yang dianggap
penting oleh guru dapat diamati secara tajam.
e. Perhatian anak didik akan lebih terpusat kepada apa yang
didemonstrasikan, jadi proses belajar anak didik akan lebih terarah
dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain.
f. Apabila anak didik sendiri ikut aktif dalam sesuatu percobaan yang
bersifat demonstratif, maka mereka akan memperoleh pengalaman
yang melekat pada jiwanya dan berguna dalam pengembangan
kecakapan.
Setelah melihat beberapa keuntungan dari metode demonstrasi, maka
dalam bidang studi agama, banyak yang dapat didemonstrasikan,
terutama dalam bidang pelaksanaan ibadat, seperti pelaksanaan shalat,
zakat, rukun haji dan lain-lain.
Apabila teori menjalankan shalat yang betul dan baik telah dimiliki
oleh anak didik, maka guru harus mencoba mendemonstrasikan di depan
para murid. Atau dapat juga dilakukan, guru memilih seorang murid yang
paling terampil, kemudian di bawah bimbingan guru disuruh
mendemonstasikan cara shalat yang baik di depan teman-temannya yang
lain. Pada saat anak didik mendemonstrasikan shalat, guru harus
mengamati langkah demi langkah dari setiap gerak-gerik murid tersebut,
sehingga kalau ada segi-segi yang kurang, guru berkewajiban
memperbaikinya. Guru memberi contoh lagi tentang pelaksanaan yang
baik dan betul pada bagian-bagian yang masih dianggap kurang baik.
3. Kekurangan Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran Fiqih
Menurut Nurlaila, di samping beberapa kelebihan, metode
demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:10
a. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang.
b. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang
memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan
pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
c. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang
khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional.
Menurut Darwin Syah, dkk, kekurangan dari metode demonstrasi,
yaitu:11
a. Guru dituntut memiliki keterampilan khusus terhadap hal-hal yang
akan didemonstrasikan.
b. Sulitnya memenuhi semua peralatan atau benda yang dibutuhkan
untuk keperluan demonstrasi.
c. Diperlukan persiapan dan perencanaan yang matang.
d. Penggunaan waktu yang lama akan menyita waktu jam pelajaran lain.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan kekurangan dari
metode demonstrasi dalam pembelajaran fiqih, yaitu:
a. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang
khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional.
b. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang
memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan
pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
c. Diperlukan persiapan dan perencanaan yang matang.

10
Nurlaila, Op.Cit., hlm. 50
11
Darwin Syah, dkk, Op.Cit., hlm. 153
d. Penggunaan waktu yang lama akan menyita waktu jam pelajaran lain.
Setelah melihat beberapa kekurangan dari metode demonstrasi, maka
dalam bidang studi agama guru harus sangat memperhatikan metode
demonstrasi agar perencanaan, persiapan, dan perlaksanaan metode
demonstrasi berjalan dengan efektif dan efisien.
4. Tahap Penerapan Metode Demonstrasi
Langkah-langkah pelaksanaan metode demonstrasi, yaitu:12
a. Tahap persiapan
1) Menetapkan tujuan demonstrasi.
2) Menetapkan langkah-langkah demonstrasi.
3) Siapkan alat atau benda yang dibutuhkan untuk demonstrasi.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Mendemonstrasikan sesuatu sesuai dengan tujuan yang disertai
dengan penjelasan lisan.
2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan tanya jawab.
3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba dan
mempraktekkan.
c. Tahap Tindak Lanjut Dan Evaluasi
1) Menugaskan kepada siswa untuk mencoba dan mempraktekkan
apa yang telah diperagakan.
2) Melakukan penilaian terhadap tugas yang telah diberikan dalam
bentuk karya atau perbuatan.

B. Metode Eksperimen
1. Pengertian Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana
siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan
sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Metode
eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu
percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan

12
Ibid., hlm. 153-154
hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas
dan dievaluasi oleh guru.13
Metode ini biasanya dilakukan dalam suatu pelajaran tertentu seperti
ilmu alam, ilmu kimia, dan sejenisnya, biasanya terhadap ilmu-ilmu alam
yang didalam penelitiannya menggunakan metode yang sifatnya objektif,
baik dilakukan didalam maupun diluar kelas ataupun dalam suatu
laboratorium tertentu.14
Eksperimen dapat didefenisikan sebagai kegiatan terinci yang
direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah
atau menguji sesuatu hipotesis. Suatu eksperimen akan berhasil jika
variabel yang dimanipulasi dan jenis respon yang diharafkan  dinyatakan
secara jelas dalam suatu hipotesis, juga kondisi-kondisi yang akan
dikontrol sudah tepat. Untuk keberhasilan ini, maka setiap eksperimen
harus dirancang dulu kemudian di uji coba.
Metode eksperimen ini hendaknya diterapkan bagi pelajaran-
pelajaran yang belum diterangkan atau diajarkan oleh metode lain
sehingga terasa benar fungsinya. Karena setelah diadakan percobaan-
percobaan barulah guru memberikan penjelasan dan kalau perlu diadakan
diskusi terhadap masalah-masalah yang ditemukan dalam eksperimen
tersebut.15
Penggunaan teknik mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari
dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang
dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat
terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah dan juga dapat menemukan bukti
kebenaran dari teori yang sedang di pelajarinya.16
Metode eksperimen merupakan  metode yang cocok digunakan
ketika siswa telah memperoleh teori-teori, pengaplikasian, atau penjelasan

13
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar, (Bandung: CV. Alfabeta, 2005), hlm. 220
14
Zakiah Daradjat dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2001), hlm. 295
15
Ibid., hlm. 295
16
Nurlaila, Pengelolaan Pengajaran, (Palembang: Noer Fikri, 2017), hlm. 55
dari guru, misalnya setelah para siswa memperoleh penjelasan dari guru
tentang wudhu dan sholat kemudian para siswa mencoba proses wudhu
dan sholat tersebut.
2. Kelebihan Metode Eksperimen Dalam Pembelajaran Fiqih
Sebagai suatu metode pembelajaran, metode eksperimen memiliki
beberapa kelebihan, diantaranya:17
a. Metode ini dapat membuat siswa  lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya
menerima kata guru atau buku.
b. Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya
mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
c.  Menambah keaktifan untuk berbuat dan memecahkan sendiri sebuah
permasalahan.
d. Siswa  memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam melakukan
eksperimen.
e. Siswa dapat aktif mengambil bagian yang besar, untuk melaksanakan
langkah-langkah dalam cara berpikir ilmiah. Hal  ini dilakukan melalui
pengumpulan data-data observasi, memberikan penafsiran serta
kesimpulan.
f. Dapat memperkaya pengalaman dan berpikir siswa dengan hal-hal
yang bersifat objektif, realitas dan menghilangkan verbalisme.
3. Kekurangan Metode Eksperimen Dalam Pembelajaran Fiqih
Selain mempunyai kelebihan, metode eksperimen juga mempunyai
kekurangan diantaranya yaitu:18
a. Metode eksperimen memerlukan waktu yang cukup lama, dan selama
pelajaran berlangsung peserta didik harus memperhatikan pelajaran.
b. Metode eksperimen memerlukan alat-alat, sehingga tidak setiap
peserta didik berkesempatan mengadakan eksperimen.

17
Rusman Efendi, Pembelajaran PAI di Sekolah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2000), hlm. 91
18
Ibid., hlm. 92
c. Kesalahan dan kegagalan yang dilakukan siswa yang tidak terlihat oleh
guru dalam bereksperimen berakibat siswa keliru dalam mengambil
keputusan.
d. Kebanyakan metode ini cocok untuk sains dan teknologi, kurang tepat
jika diterapkan pada pelajaran lain terutama bidang ilmu pengetahuan
sosial.
e. Sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas pralatan
dan bahan mutakhir. Sering terjadi siswa lebih dulu mengenal dan
menggunakan alat bahan tertentu dari pada guru.
4. Tahap Penerapan Metode Eksperimen
Dalam menerapkan metode eksperimen dalam proses pembelajaran,
banyak hal yang harus dipersiapkan diantaranya:19
a. Percobaan awal, Pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan
yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam.
Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan
materi fisika yang akan dipelajari.
b. Pengamatan merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan
percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa
tersebut.
c. Hipotesis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara
berdasarkan hasil pengamatannya.
d. Verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal
yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa
diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan,
selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. Aplikasi konsep , setelah siswa
merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam
kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah
dipelajari.
e. Evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.

19
Ibid., hlm. 93
f. Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu
siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui
apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun
aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain, siswa memiliki
kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh,
dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan.

C. Metode Resitasi
1. Pengertian Metode Resitasi
Metode Resitasi (pemberian tugas) adalah suatu cara mengajar
dimana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada siswa-siswa,
sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh guru dan murid mempertanggung
jawabkannya. Dengan cara demikian diharapkan agar murid belajar secara
bebas tetapi bertanggung jawab dan murid-murid akan berpengalaman
mengetahui berbagai kesulitan kemudian berusaha untuk ikut mengatasi
kesulitan-kesulitan itu.20
Pusat kegiatan metode ini berada pada murid-murid dan mereka
disuguhi bermacam masalah agar mereka menyelesaikan, menanggapi dan
memikirkan masalah itu. Yang penting bagaimana melatih murid agar
berpikir bebas ilmiah (logis dan sistematis) sehingga dapat memecahkan
problem yang dihadapinya dan dapat mengatasi serta mempertanggung
jawabkannya.
2. Kelebihan Metode Resitasi Dalam Pembelajaran Fiqih
Adapun beberapa kelebihan dari metode resitasi (pemberian tugas),
yaitu:
a. Merangsang aktivitas dan kreativitas siswa dalam rangka mengisi
waktu luang dengan kegiatan konstruktif dan produktif.
b. Menumbuhkan kemandirian dan tanggung jawab.

20
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), hlm.194-195
c. Membiasakan anak belajar tanpa bimbingan dan pengawasan dari
guru.
d. Memberikan pengalaman kepada siswa, mencari dan mengolah
informasi dan sumber belajar.
3. Kekurangan Metode Resitasi Dalam Pembelajaran Fiqih
Adapun beberapa kekurangan dari metode resitasi (pemberian
tugas), yaitu:21
a. Sulit mengontrol dan mengawasi tugas yang dikerjakan oleh siswa.
b. Beberapa orang siswa cenderung mengerjakan secara serampangan.
c. Sulit memberikan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangan
siswa.
d. Apabila tugas diberikan dalam bentuk kelompok, tidak semua
berpartisipasi dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
e. Menimbulkan kebosanan apabila tugasyang diberikan bersifat
monoton.
4. Tahap Penerapan Metode Resitasi
Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Resitasi (Pemberian Tugas),
yaitu:22
a. Tahap Perencanaan
1) Merumuskan tujuan pemberian tugas.
2) Memilih jenis tugas yang akan diberikan.
3) Pemberian petunjuk cara mengerjakan tugas.
4) Menetapkan waktu penyelesaian tugas.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Pemberian motivasi agar siswa mengerjakan dengan penuh
tanggung jawab hingga tuntas.
2) Menanamkan kejujuran dan kemandirian agar anak mengerjakan
tugas secara mandiri tidak meminta tolong dikerjakan oleh orang
lain.

21
Darwin Syah, dkk, Op.Cit., hlm. 145-150
22
Ibid., hlm. 148-149
3) Pemberian bimbingan serta pengawasan oleh guru.
4) Menganjurkan kepada siswa agar mencatat langkah-langkah serta
hasil penyelesaian tugas secara sistematik dan baik.
c. Tahap Pelaporan Dan Pertanggung Jawaban
1) Laporan penyelesaian tugas yang telah dikerjakan oleh siswa
secara lisan atau tertulis.
2) Diadakan Tanya jawab dengan siswa terhadap laporan yang telah
dibuat.
3) Menguji tingkat penguasaan terhadaptugasyang telah dikerjakan
siswa dengan tes, non tes atau portofolio.
BAB III
PENUTUP

Simpulan
Kemampuan guru di dalam mengelola interaksi belajar mengajar dengan
baik, seorang teknis guru harus memiliki kemampuan dasar seperti: menguasai
bahan pelajaran, mampu mendesain program belajar mengajar, terampil
memanfaatkan media, dan menggunakan metode yang tepat sesuai dengan materi
pelajaran. Kemampuan guru di dalam proses belajar mengajar setidaknya
menggunakan semua metode mengajar. Metode yang diperlukan oleh seorang
guru dalam proses belajar mengajar banyak sekali macamnya.
Metode demonstrasi adalah cara yang digunakan guru dalam penyajian
pelajaran dengan cara meragakan bagaimana membuat, mempergunakan,
mempertunjukkan, dan mempraktekkan suatu benda atau alat baik asli maupun
tiruan, atau bagaimana mengerjakan sesuatu perbuatan atau tindakan yang mana
dalam meragakan disertai dengan penjelasan lisan kepada siswa di kelas atau di
luar kelas sesuai fakta dan data yang benar.
Eksperimen dapat didefenisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan
untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji sesuatu
hipotesis. Suatu eksperimen akan berhasil jika variabel yang dimanipulasi dan
jenis respon yang diharafkan  dinyatakan secara jelas dalam suatu hipotesis, juga
kondisi-kondisi yang akan dikontrol sudah tepat. Untuk keberhasilan ini, maka
setiap eksperimen harus dirancang dulu kemudian di uji coba.
Metode Resitasi (pemberian tugas) adalah suatu cara mengajar dimana
seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada siswa-siswa, sedangkan
hasil tersebut diperiksa oleh guru dan murid mempertanggung jawabkannya.
Dengan cara demikian diharapkan agar murid belajar secara bebas tetapi
bertanggung jawab dan murid-murid akan berpengalaman mengetahui berbagai
kesulitan kemudian berusaha untuk ikut mengatasi kesulitan-kesulitan itu.
DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiah. 2001. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam.


Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Efendi, Rusman. 2000. Pembelajaran PAI di Sekolah. Jakarta:
Rajawali Pers.
Misdar, Muh. 2006. Kriteria Profesionalisme Guru Agama Islam. Jurnal
Pendidikan Islam Ta’dib
Nurlaila. 2017. Pengelolaan Pengajaran. Palembang: Noer Fikri.
Ramayulis. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Rosyad, Aminudin. 2002. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk
Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar.
Bandung: CV. Alfabeta.
Sanjaya, Wina . 2008. Perencanaan Dan Desain Sistem
Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Syah, Darwin dkk. 2011. Perencanaan Sistem Pengajaran Agama
Islam. Jakarta: Gaung Persada Press.
Redaksi KBBI, Tim . 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
LAMPIRAN 1

HASIL OBSERVASI
Sebelum menjelaskan hasil observasi di MTs Muhammadiyah 2
Palembang berikut ini penjelasan mengenai Info atau data sekolah pada MTs
Muhammadiyah 2 kota Palembang:
Nama Sekolah : Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 2 Palembang
Alamat : Jl. TP.H Sofyan Kenawas No 8, Kel. Gandus, Kec. Gandus
30149
Jenjang : MTs
Status : Swasta
Waktu Belajar : Sekolah siang
Untuk mengetahui metode demonstrasi, eksperimen dan resitasi sudah
belum digunakan di MTs Muhammadiyah 2 Palembang dengan mata pelajaran
fiqh maka kami melaksanakan wawancara dengan guru fiqh di MTs
Muhammadiyah 2 Palembang ibu Jamilatul Qurnia, S.Pd.I menjelaskan sebagai
berikut: pada mata pelajaran fiqh di MTs Muhammadiyah 2 sudah melaksanakan
metode demonstrasi dan eksperimen sedangkan pada metode resitasi di MTs ini
belum terlaksanakan dikarenakan susah untuk menyesuaikan metode dengan
materi pembelajaran.
Pada penerapan metode demonstrasi dan eksperimen terdapat hambatan
dalam pelaksanaannya yaitu terkadang peserta didik tidak semuanya bisa cepat
mengikuti dan mengingat dikarenakan sekolah MTs Muhammadiyah 2 adalah
sekolah swasta yang peserta didiknya hasil saringan dari sekolah atau madrasah
negeri.
Pada metode demonstrasi dan eksperimen mempunyai kelebihan dalam
pelaksanaannya yaitu lebih mudah dipahami dan dimengerti. Selain dari kelebihan
ada pula kelemahan dari metode demonstrasi dan eksperimen yang dilaksanakan
di MTs Muhammadiyah 2 Palembang, yaitu pada metode demonstrasi, lumayan
ramai karena harus dipraktekkan dan perlu tempat yang layak, sedangkan metode
eksperimen kelemahannya yaitu terkadang siswa tidak semuanya memiliki
fasilitas yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas tersebut. Materi fiqh yang
sesuai untuk penerapan metode demonstrasi yaitu haji dan penyelenggaraan
jenazah, sedangkan pada metode eksperimen yaitu wuduk, kurban akikah, dan tata
cara sholat yang benar.
LAMPIRAN 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP GURU)

MTs : MTs Muhammadiyah 2 Palembang

Mata Pelajaran : Fiqih

Kelas/Semester : VII / 1

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (1 Kali pertemuan)

A. Standar Kompetensi

1. Melaksanakan ketentuan taharah (bersuci)

B. Kompetensi Dasar

1.2 Menjelaskan hadatst kecil dan tatacara thaharahnya (bersucinya )

C. Tujuan Pembelajaran

 Siswa dapat menyebutkan syarat dan rukun wudhu’’

 Siswa dapat menyebutkan sunnah-sunnah wudhu’’

 Siswa dapat menyebutkan hal-hal yang membatalkan wudhu’’

 Siswa dapat mempraktikkan wudhu

D. Materi Pembelajaran

 Wudhu’’

E. Metode Pembelajaran

 Ceramah : Metode ini digunakan untuk memulai kegiatan pembelajaran terutama untuk
kegiatan awal.

 Kerjak kelompok: kegiatan ini digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang


wudhu’’

 Diskusi: Metode ini digunakan untuk mendialogkan tema yang berkemaan dengan materi
kegiatan pembelajaran

 Pameran dan Shopping : pajangan hasil diskusi/kerja kelompok dan saling mengomentari
pajangan
F. Langkah-langkah Pembelajaran

No Uraian Kegiatan Waktu

1 Kegiatan awal : 10

Apersepsi : menit

 Memberikan pertanyaan seputar pelajaran yang lalu dan materi


wudhu’’

Motivasi :

 Memberikan informasi tentang tujuan dan manfaat mempelajari seputar


wudhu’’

2 Kegiatan Inti : 60

 Siswa membaca literatur/referensi tentang wudhu’’. (fase eksplorasi) Menit

 Siswa mengamati demonstrasi guru tentang cara wudhu’’ (fase


eksplorasi)

 Membuat bagan wudhu’’ dan tentang cara wudhu’’ (fase elaborasi)

 Pameran bagan dan saling mengomentari (fase elaborasi)

 Salah seorang siswa mempraktekkan tatacara wudhu’’ dan tentang cara


wudhu’’ sementara yang lain memperhatikan dan mencatat mencatat
pokok-pokok penting dari hasil kegiatan pengamatan (fase elaborasi)

 Penguatan tentang wudhu’’ dan tentang cara wudhu’’ (fase konfirmasi)

3 Kegiatan akhir : 10

 Tanya jawab tentang materi wudhu’’ dan tentang cara wudhu’’. menit

 Guru memberikan tugas untuk mencari pengertian wudhu’’ dan tentang


cara wudhu’’ untuk pertemuan selanjutnya.

G. Sumber belajar dan media pembelajaran

 Buku paket Fikih kelas VII

 LKS

 Lembar observasi

 Lembar penilaian

 Air

 Gambar peragaan wudu


H. Penilaian

Indikator Pencapaian Jenis Bentuk Contoh


Penilaian Penilaian Instrumen

 Siswa dapat menjelaskan Tes unjuk Uraian  Jelaska


pengertian wudhu’’ kerja n apa

 Siswa dapat menetukan syarat pengert


Uraian
dan rukun wudhu ian
Observasi
wudhu’
 Siswa dapat menunjukkan sunnah
Uraian
’!
wudhu
Performan
 Siswa dapat mengemukakan hal-
hal yang membatalkan wudhu  Sebutka
nlah
 Siswa dapat mempraktekkan tata
syarat
cara wudhu
dan
rukun
wudhu !

 Sebutka
nlah
sunnah-
sunnah
wudhu !

Mengetahui .............. , ...............................


Kepala Madrasah Guru Bidang Studi Fiqih

........................................... ..........................................
NIP. NIP.
LAMPIRAN 3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( RPP REVISI)

MTs : MTs Muhammadiyah 2 Palembang

Mata Pelajaran : Fiqih

Kelas/Semester : VII / 1

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (1 Kali pertemuan)

A. Standar Kompetensi
1.1  Memahami tata cara serta ketentuan-ketentuan dalam wudu.

B. Kompetensi Dasar
2.1  Mengetahui tata cara wudu.
2.2  Mengetahui ketentuan-ketentuan dalam wudu.

C. Indikator
3.1  Mampu menjelaskan tata cara yang baik dan benar dalam berwudu.
3.2  Mampu mempraktekkan tata cara berwudu yang baik dan benar.
3.3  Mampu menghafalkan do’a dalam berwudu maupun setelah berwudu.
3.4  Mampu menjelaskan hal-hal yang membatalkan wudu.

D. Tujuan Pembelajaran
4.1 Setelah mengikuti pelajaran ini, peserta didik dapat memahami dan mampu
mempraktekkan tata cara berwudu yang benar serta mampu menghafalkan do’a dalam
berwudlu maupun setelah berwudu.
4.2 Peserta didik dapat mengetahui hal-hal yang dapat membatalkan wudu.

E. Materi Pembelajaran
5.1 Tata cara berwudu.
5.2 Ketentuan-ketentuan dalam berwudu.
F. Metode Pembelajaran
6.1 Demonstrasi
Metode ini digunakan agar peserta didik mampu memperagakan langsung
bagaimana tata cara berwudu dan berdo’a ketika dalam keadaan berwudu dan setelah
berwudu.
6.2 Eksperimen
Metode ini digunakan untuk percobaan tata cara berwudu yang baik dan benar.
6.3 Resitasi
Metode ini digunakan untuk pemberian tugas mengenai berwudu agar siswa aktif.

G. Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan Pertama
NO. Kegiatan Uaraian Kegiatan Waktu
1. Kegatan awal   Guru memberikan salam.
  Guru menyapa dan mengabsen siswa.
  Memulai pelajaran dengan membaca basmalah. 10 Menit
  Guru melakukan apersepsi dengan memberi
informasi tujuan pembelajaran wudu.
2. Kegiatan Inti   Guru menerangkan secara singkat tentang tata cara
dan ketentuan dalam berwudu.
  Siswa mengamati video tentang tata cara wudu’. 20 Menit
  Salah satu siswa mencontohkan kembail tata cara
wudu’ dan teman yang lain memperhatikan,

3. Kegiatan akhir Melakukan refleksi tentang hasil proses kegiatan


belajar mengenai tata cara berwudu dengan
memberi pertanyaan kepada satu atau dua siswa
sebagai cermin. 10 Menit
Guru memberikan tugas untuk menghafalkan dan
menulis doa setelahwudu’.
Menutup pelajaran dengan mebaca hamdallah dan
salam.

2. Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua selama 40 Menit digunakan untuk penilaian tentang hafalan
mengenai do’a wudu.
H. Sumber Belajar
1. Kitab Fasholatan KH. Minan Zuhri diterbitkan Menara Kudus, Kudus
2. Buku-buku lain yang relevan.

I. Penilaian
Tes lisan dan hafalan.

Mengetahui .............. , ...............................


Kepala Madrasah Guru Bidang Studi Fiqih

........................................... ..........................................
NIP. NIP.
LAMPIRAN 4

MATERI-MATERI YANG COCOK DENGAN METODE DEMONSTRASI,


EKSPERIMEN, DANRESITASI

No Metode Demonstrasi Metode Eksperimen Metode Resitasi


1. Kepengurusan Jenazah Wudhu Makanan Halal/Haram
2. Praktek Shalat Tayammum Aqiqah
3. Pelaksanaan Haji/Umroh Tajwid Khitan
4. Nikah Kurban Riba
5. Istinja’ Mandi Wajib Jual Beli

Anda mungkin juga menyukai