Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003,

dijelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional harus mampu menjamin

pemerataan pendidikan serta dapat mencerdaskan bangsa. Karena pendidikan

merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran

secara aktif mengembangkan potensi diri yang dimiliki, maka perlu diadakan

peningkatan dalam bidang pendidikan itu sendiri. Pendidikan yang

dilaksanakan di lembaga-lembaga atau di sekolah-sekolah kadang tidak

memperhatikan hal-hal yang menunjang pembelajaran, sehingga siswa kurang

memahami benar maksud dari suatu pembelajaran yang diajarkan.

Berkaitan dengan hal ini, pembelajaran yang dilaksanakan tidak

mengacuh pada kurikulum. Para pendidik belum menguasai atau belum

paham benar bahan ajar apa yang sesuai kurikulum sebagai pedoman

pembelajaran. Sebaiknya proses belajar mengajar yang dilaksanakan harus

berdasarkan kurikulum agar pembelajaran menjadi lebih bermakna dan

terarah.

Dalam suatu pembelajaran terdapat banyak metode pembelajaran yang

bisa diterapkan atau digunakan oleh seorang pendidik untuk meningkatkan

pembelajaran bagi anak dan juga mutu pendidik itu sendiri, selain itu juga

baik untuk sekolah.


Diantara metode-metode pembelajaran yang diketahui, salah satunya

adalah metode demonstrasi. Pembelajaran dengan metode demonstrasi

sebenarnya sudah lama dan banyak digunakan di skeolah-sekolah tetapi masih

ada pendidik yang belum menggunakan bahkan belum mengetahui metode

demonstrasi ini.

Metode demonstrasi adalah suatu metode yang mengajak anak lebih aktif

mengalami dan lebih memahami suatu pelajaran, dan juga pembelajaran akan

lebih bermakna dan menarik, dijamin anak akan lebih antusias dalam

mengikuti pelajaran. Dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan secara

menarik dan menyenangkan akan memudahkan anak memahami pelajaran

yang diberikan.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di TK Pinkan Sarongsong I

Airmadidi, menunjukkan keterlambatan beberapa anak yang belum bisa

menganya, anak mengalami kesulitan dalam menganyam, kurang adanya

konsentrasi, anak kurang terampil menggunakan jari-jari tangannya, kurang

adanya motivasi, mengerjakan sesuai kemauan sendiri. Ini dikarenakan anak

dibiarkan mengerjakan tanpa diberikan contoh dan tidak diberikan penjelasan

yang lebih terperinci akibatnya anak tidak bisa mengerjakan/menganyam

dengan baik. Guru hanya menjelaskan secara klasikal saja, anak yang belum

bisa tidak dituntun dengan baik sehingga dalam perkembangan menganyam

anak tidak bisa mengerjakan. Hal ini disebabkan penggunaan metode

pembelajaran yang belum tepat.


Agar pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan maka metode

pembelajaran yang dipilih oleh penulis adalah metode demonstrasi, karena

hasil pembelajaran menganyam akan lebih menarik disamping itu media

pembelajaran juga harus menarik sesuai dengan minat dan karakter anak. Jika

anak tertarik dengan metode pembelajaran demonstrasi ini, maka apa yang

menjadi harapan guru dapat tercapai yakni anak bisa menguasai dan bisa

berkreatifitas dalam menganyam berbagai macam, bentuk apapun. Dengan

kegiatan menganyam ini anak dilatih untuk menggerakkan jari-jari tangan dan

memfokuskan pandangan mata saat menganyam, guru dapat merencanakan

evaluasi untuk mengembangkan keterampilan menganyam anak melalui

metode demonstrasi.

Melalui metode demonstrasi guru dapat meragakan cara menganyam

sehingga anak bisa melihat dengan seksama agar anak dapat memperagakan

apa yang dilihatnya.

Sehubungan dengan permasalahan diatas maka penulis mengambil judul

dalam penelitian ini adalah “Penerapan Metode Demonstrasi Untuk

Meningkatkan Keterampilan Menganyam Tikar dari Daun Pisang pada anak

di TK Pinkan Sarongsong I Airmadidi”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana menerapkan metode demonstrasi untuk meningkatkan

keterampilan menganyam tikar dari daun pisang pada anak?


C. Tujuan Penelitian

Untuk meningkatkan keterampilan menganyam tikar dari daun pisang

pada anak.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi anak

Dapat mengembangkan kreatifitas dalam kegiatan menganyam yang

menyenangkan.

2. Bagi guru

Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan

metode dan alat pembelajaran yang tepat.

3. Bagi sekolah

Dapat meningkatkan mutu pendidikan.

E. Hipotesis Tindakan

Dalam kegiatan menganyam yang dikemas dalam pembelajaran yang

menyenangkan melalui metode demonstrasi rasa ingin tahu anak,

keterampilan anak, akan dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran

menganyam yang menarik, merubah cara pembelajaran yang monoton

menjadi pembelajaran yang mengikuti perkembangan anak, sehingga

diharapkan melalui penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan

keterampilan menganyam pada anak.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Demonstrasi

Menurut Syaiful (2008:210) bahwa metode demonstrasi adalah

pertunjukkan tentang proses terjadi suatu peristiwa atau benda sampai pada

penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami

oleh peserta didik secara nyata dan tiruannya. Selanjutnya, Syah (2000:22)

menjelaskan bahwa demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara

memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu

kejadian, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media

pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang disajikan.

Pandangan yang sama mengemukakan metode demonstrasi adalah metode

yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu

bena yang berkenaan dengan bahan pelajaran (Djamarah, 2000:2).

Dari beberapa pandangan diatas peneliti menyimpulkan bahwa metode

demonstrasi adalah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk

memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana

terjadinya suatu proses pembentukan.

B. Langkah-langkah Metoe Demonstrasi

Bahri dan Zain (2000:6) menjelaskan bahwa metode demonstrasi

merupakan suatu pendekatan mengajar yang memerlukan peragaan atau

percobaan. Metode demonstrasi dapat diartikan sebagai prosedur sistematis


dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Dalam metode demonstrasi mencakup strategi, pendekatan metode maupun

teknik langkah-langkah demonstrasi seperti:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

2. Guru menyampaikan gambaran sekilas materi yang ingin disampaikan.

3. Guru menyiapkan alat atau bahan yang diperlukan.

4. Menunjukkan salah satu siswa untuk mendemonstrasikan sesuai

dengan skenario yang telah disampaikan.

5. Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisanya.

6. Tiap siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman

siswa didemonstrasikan.

7. Guru membuat kesimpulan.

C. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi

Dalam penerapan pembelajaran metode demonstrasi terdapat kelebihan

dan kekurangan, Menurut Djamarah (2008:211) kelebihan dan kekurangan

metode demonstrasi sebagai berikut:

Kelebihan metode demonstrasi.

1. Perhatian anak dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting

oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti.

Disamping itu, perhatian anak pun lebih mudah dipusatkan kepada

proses belajar mengajar dan tidak kepada yang lain.


2. Dapat membimbing anak kearah berpikir yang sama dan satu saluran

pikiran yang sama.

3. Ekonomis dalam jam pelajaran disekolah dan ekonomis dalam waktu

yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu

yang pendek.

4. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan

hanya membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan

gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya.

5. Karena gerakan dan proses dipertunjukkan makan dapat memerlukan

keterangan-keterangan yang banyak.

6. Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan

dapat diperjelas waktu proses demonstrasi.

Kesimpulannya adalah kelebihan dari metode demonstrasi anak dapat

memusatkan perhatian pada apa yang sedang didemonstrasikan, anak bisa

langsung memperagakan apa yang didemonstrasikan sehingga kesalahan-

kesalahan bisa langsung diperbaiki.

Kekurangan metode demonstrasi

1. Derajat visibilitasnya kurang, anak tidak dapat melihat atau

mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan

kadang-kadang terjadi perubahan yang tidak terkontrol.

2. Untuk mengadakan demonstrasi digunakan alat-alat yang khusus,

kadang-kadang alat itu susah didapt. Demonstrasi merupakan metode


yang wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati

dengan cara seksama.

3. Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang

didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini

banyak diabaikan oleh peserta didik.

4. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan dikelas.

5. Memerlukan banyak waktu sedangkan hasilnya kadang-kadang

sangat minimum.

6. Kadang-kadang hal yang didemonstrasikan dikelas akan berbeda jika

proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau sederhana.

7. Agar demonstrasi kesabaran mendapat hasil yang baik diperlukan

ketelitian dan kesabaran.

Dari beberapa poin diatas dapat disimpulkan bahwa kekurangan dari

metode demonstrasi adalah apabila anak tidak cermat memperhatikan apa

yang didemonstrasikan, hasilnya kurang tepat, dan tidak semua anak akan

memperhatikan apa yang didemonstrasikan.

D. Tujuan dan Kegunaan Metode Demonstrasi

Syaiful Bahri Djamarah (2000:57) metode demonstrasi adalah metode

yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu

benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Metode demonstrasi dapat

diartikan sebagai prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.


Tujuan dan kegunaan metode demonstrasi antara lain adalah:

1. Untuk memudahkan penjelasan sebab penggunaan bahasa lebih

terbatas.

2. Untuk membantu anak dalam memahami dengan jelas jalannya suatu

proses dengan penuh perhatian

3. Untuk menghindari verbalisme

4. Cocok digunakan apabila akan memberikan keterampilan tertentu.

E. Menganyam

Kegiatan menganyam merupakan kegiatan yang menjadi salah satu

permainan tentang ketangkasan, kesabaran untuk siswa. Menurut Anto dan

Abbas (2005:37) menganyam adalah menyusunn lungsi dan pakan. Lungsi

adalah tangkai yang disusun membujur, sedangkan pakan adalah bian yang

disusun melintang. Selanjutnya, Basuki (2011:7) menjelaskan kegiatan

menganyam juga dapat diartikan sebagai proses menjaringkan dan

menyilangkan bahan-bahan, tumbuh-tumbuhan untuk dijadikan satu rumpun

yang kuat dan dapat dipergunakan untuk keperluan sehari-hari. Pandangan

yang sama megemukakan kerajinan anyaman merupakan kegiatan yang

banyak dilakukan oleh pengrajin dengan teknik tradisional sebagai nilai

artistik yang cukup memenuhi keinginan peminatnya dengan metode kerja

sama yaitu lungsi anyaman yang menjulur keatas dan pakan sebagai anyaman

yang menjulur kesamping yang menyusup pada lungsi (Hajar dan Evan,

2010:6)
Dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa menganyam

adalah merupakan kerajinan anyaman yang menyusun lungsi dan pakan.

Lungsi adalah tangkai yang disusun membujur, sedangkan pakan adalah

bagian yang melintang sehingga menjadi bentuk kerajian yang diinginkan.

Anyaman banyak disukai oleh anak dan banyak masyarakat dan teknik

anyamannya juga tradisional serta hasil karya anyaman memiliki nilai artistik

Menganyam juga memerlukan keahlian dari siswa untuk menggunakan

media. Kegiatan menganyam bertujuan untuk melatih keterampilan dan

kesabaran dalam perkembangan anak usia dini. Menganyam juga

menggunakan berbagi macam teknik, dalam anak usia dini mereka

mempelajari motif-motif lurus, atau bervariasi yang disesuaikan dengan

tingkat perkembangannya. Menganyam mempunyai teknik sendiri-sendiri dan

memiliki kesulitan masing-masing, karena itu menganyam sangat baik untuk

melatih kesabaran siswa. Selain itu, menganyam juga dapat meningkatkan

kreatifitas siswa, dalam membuat bentuk anyaman serta memerlukan

imajinasi berupa bentuk yang tergambar dalam hasil karya anyaman yang

telah berbentuk atau telah terselesaikan.

Menganyam adalah salah satu seni tradisional tertua di dunia. Konon

kegiatan itu ditiru manusia dari cara burung menjalin ranting-ranting menjadi

bentuk yang kuat.

Menganyam bertujuan untuk melatih kesabaran, imajinasi siswa,

kreatifitas siswa membuat suatu bentuk yang unik, dan mempunyai tantangan

tersendiri dalam menyusunnya. Kegiatan menganyam bermanfaat juga untuk


memperkenalkan siswa terhadap budaya yaitu melalui seni kerajinan yang

ada diseluruh Indonesia.

1. Bahan anyaman untuk anak usia dini:

Media bahan menganyam antara lain:

a. Kertas

Dapat dipakai sebagai bahan menganyam terutama untuk karya

mainan atau kegiatan pembelaran di TK/RA. Untuk dapat

digunakan sebagai bahan anyaman, kertas harus dipotong

berbentuk panjang dan lebar yang diinginkan dan tidak mudah

putus.

b. Plastik

Sebagai bahan anyaman telah dirancang sengaja untuk bahan

aman untuk diberikan dengan berbagai warna.

c. Karet

Sebagai bahan anyaman, telah dirancang sebagai bahan anyaman

dengan dipotong-potong terlebih dahulu.

d. Daun pisang

Dalam pembelajaran di TK/RA dapat menggunakan daun pisang

karena daun pisang merupakan daun yang paling aman bagi

siswa.

2. Alat menganyam

a. Gunting atau cutter


Merupakan peralatan yang diperlukan untuk memotong.

Sedangkan cutter untuk memotong kertas yang agak tebal.

b. Lem

Merupakan alat mutlak diperlukan dalam pembuatan kerajinan

yang berfungsi untuk merekatkan

c. Penggaris.

Untuk mengukur bahan-bahan anyaman sehingga memperoleh

hasil ukuran yang sesuai.

d. Balpoint atau pensil

Untuk menandai ukuran telah ditentukan sehingga pada saat

memotong dapat mengikuti garis yang telah digores oleh pensil

atau balpoin (Basuki 2001:11)

3. Teknik Menganyam

Teknik menganyam dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu

sebagai berikut:

a. Teknik Anyaman Tunggal

Teknik menganyam tunggal adalah satu helai lungsi dengan

menupangkan satu helai pakan.

b. Teknik Anyaman Ganda

Teknik anyaman ganda adalah menganyam dua helai lungsi

dengan menunpangkan dua helai pakan


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang mengacu

pada Kemmis dan Mac Taggar (dalam Nur Hidayah, 2013:19) terdiri dari 4

tahap: (1) Perencanaan, (2) Tindakan/pelaksanaan, (3) Observasi, (4)

Refleksi, dengan 2 silus (putaran). Alur penelitian sebagai berikut:

B. Prosedur Penelitian

Siklus I

1. Perencanaan

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH).

b. Menyediakan alat peraga media pembelajaran.

c. Menyiapkan pedoman observasi.

d. Menyiapkan Lembar Hasil Karya Anak.

e. Menyiapkan Lembar Penilaian (LP)

2. Tindakan/Pelaksanaan

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

b. Guru menyampaikan gambaran sekilas materi yang ingin dicapai

c. Guru menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan.

d. Menunjuk salah seorang anak untuk mendemonstrasikan sesuai

dengan skenario yang telah disampaikan.

e. Seluruh anak memperhatikan demonstrasi dan menganalisanya.


f. Tiap anak mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman anak

didemonstrasikan.

g. Guru membuat kesimpulan

3. Observasi

Guru melakukan pengamatan terhadap anak yang sedang belajar,

sedangkan guru yang sedang mengajar diamati oleh guru lain atau teman

sejawat dengan menggunakan pedoman observasi.

4. Refleksi

Peneliti mengamati apakah keberhasilan anak dalam melaksanakan

pembelajaran menganyam sudah tercapai atau berkembang sesuai

harapan, apabila hasil dalam pelaksanaan kegiatan menganyam melalui

tindakan observasi, anak belum bisa melaksanakan dengan baik, maka

dilakukan penelitian pada putaran/siklus II.

Siklus II

1. Perencanaan

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH).

b. Menyediakan alat peraga media pembelajaran.

c. Menyiapkan pedoman observasi.

d. Menyiapkan Lembar Hasil Karya Anak.

e. Menyiapkan Lembar Penilaian (LP)

2. Tindakan/Pelaksanaan

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

b. Guru menyampaikan gambaran sekilas materi yang ingin dicapai


c. Guru menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan.

d. Menunjuk salah seorang anak untuk mendemonstrasikan sesuai

dengan skenario yang telah disampaikan.

e. Seluruh anak memperhatikan demonstrasi dan menganalisanya.

f. Tiap anak mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman anak

didemonstrasikan.

g. Guru membuat kesimpulan

3. Observasi

Guru melakukan pengamatan terhadap anak yang sedang belajar,

sedangkan guru yang sedang mengajar diamati oleh guru lain atau teman

sejawat dengan menggunakan pedoman observasi.

4. Refleksi

Peneliti mengamati apakah keberhasilan anak dalam melaksanakan

pembelajaran menganyam sudah tercapai atau berkembang sesuai

harapan.

Apabila hasil dalam pelaksanaan kegiatan menganyam melalui

tindakan observasi, anak sudah bisa mengerjakan anyaman dengan baik,

berarti keberhasilan belajar anak sudah berkembang sesuai harapan dan

tidak perlu lagi diadakan penelitian pada putaran / siklus berikutnya.

C. Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di TK Pinkan Sarongsong I Airmadidi dengan

jumlah anak 17 anak.


D. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di TK Pinkan

Saronsong Airmadidi.

E. Faktor yang Diteliti

Faktor yang diteliti dalam Penelitian Tindakan Kelas :

1. Anak,

Yaitu kreatifitas dan partisipasi anak dalam proses pembelajaran

melalui metode demonstrasi pada kegiatan menganyam yang

disesuaikan dengan tema saat pembelajaran berlangsung.

2. Guru,

Yaitu kemampuan guru dalam menyajikan materi sehingga dapat

mengembangkan keterampilan menganyam anak disajikan dalam

situasi yang menarik dan menyenangkan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dan diperoleh berupa:

1. Observasi,

Yaitu pengamatan yang bertujuan untuk mendapatkan data tentang

suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau pembuktian

keterangan yang diperoleh sebelumnya.

2. Dokumentasi,
Yaitu berupa dokumen-dokumen baik berupa dokumen primer

maupun dokumen sekunder yang menunjang proses pembelajaran.

3. Wawancara,

Yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara lisan

kepada subjek yang diteliti dalam hal ini adalah anak.

G. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data ini, peneliti menggunakan statistik sederhana

persentase sederhana (%) dengan rumus menurut Trianto (2010:241):

“Ketuntasan Belajar adalah jumlah skor benar dibagi dengan jumlah skor

total dikalikan 100”/

Peneliti menggunakan teknik analisa data guna mengetahui siswa dalam

pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menganyam

melalui metode demonstrasi, pembelajaran yang dikatakan berhasil jika

ketuntasan belajar mencapai minimal 75-80. Yang berarti berkembang sesuai

harapan.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Siklus I

1. Perencanaan

a. Membuat Rencana Kegiatan Harian dengan Tema Diri Sendiri,

Identitas Diri yang dilaksanakan minggu pertama pada bulan agustus

2018.

b. Membuat alat peraga, gunting dan daun pisang.

c. Membuat pedoman observasi anak tentang langkah-langkah

demonstrasi, apakah ada atau tidak yang diamati oleh guru lain/teman

sejawat dan siswa mengerti atau tidak yang diamati oleh guru/peneliti.

d. Membuat lembar hasil karya anak.

e. Membuat lembar penilaian dan membuat checklist (daftar cek/tanda)

2. Tindakan/pelaksanaan

a. Guru menyampaikan materi pembelajaran.

Dilangkah ini, guru diharapkan menyampaikan apa yang menjadi

tujuan di berikan pembelajaran yaitu menganyam, agar anak bisa

terampil dalam membuat berbagai bentuk yang berasal dari gunting

guntingan dari daun pisang. Dengan demikian guru dapat mengukur

sampai sejauh mana anak bisa menguasai materi menganyam yang

disampaikan indikator-indikator kemampuan anak, dalam hal

kesabaran, ketelitian, serta mengikuti beberapa perintah guru sehingga


guru dapat menilai keterampilan anak dalam menganyam.

Penyampaian materi ini sangat penting karena penyampaian materi

sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting. Dari sini guru

memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam

proses pembelajaran dapat dimuali dari sini. Karena guru dapat

memberikan motivasi yang menarik perhatian anak yang selama ini

belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian

materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang

materi yang dipelajari.

b. Guru menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan.

Dalam proses penyajian materi, guru mengajak siswa ikut terlibat

aktif dalam proses pembelajaran, dengan mengamati setiap alat

peraga/media yang akan didemonstrasikan. Dengan alat/peraga yang

menarik, anak akan lebih mudah memahami amteri yang diajarkan.

Dalam perkembangan selanjutnya sebagai guru dapat

memodifikasikan alat peraga/media yang tampak.

c. Guru menunjuk salah seorang anak untuk mendemonstrasikan.

Dilangkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena

penunjukkan secara langsung kadang kurang efektif, dan anak merasa

terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga anak

merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan. Anak

berani dan bertanggung jawab sesuai dengan kreatifitas dan potensi

anak dan mendemonstrasikan setiap pembelajaran yang diikuti.


d. Seluruh anak memperhatikan demonstrasi dan mengerjakannya.

Anak dilatih untuk memperhatikan serta mengembangkan daya

pikirnya sendiri. Dalam langkah ini, peran guru sangatlah penting

sebagai fasilitator dan motivator agar anak berani mengemukakan

masalah, guru dapat membantu tapi tidak sepenuhnya membantu

sambil membiarkan anak mengerjakan sendiri materi pembelajaran

yang sudah disediakan yaitu menganyam.

e. Tiap anak mengerjakan pembelajaran yang disediakan.

Dalam proses ini guru harus memberikan penekanakan-penekanan

pada hal yang ingin dicapai dengan meminta anak lain untuk

mengulangi pembelajaran melalui demonstrasi dan melatih anak

dengan tujuan mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam

meningkatkan keterampilannya. Pastikan bahwa anak telah menguasai

keterampilan menganyam dengan menumpang tindihkan potongan

daun yang berbentuk rumah yang telah tersedia.

f. Guru membuat kesimpulan

Guru menyimpulkan materi pembelajaran dan hasil kegiatan. Apabila

anak belum mengerti hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam

pengamatan gambar tersebut, guru memberikan penguatan kembali

tentang gambar tersebut.

3. Observasi

Guru (peneliti) mengobservasi anak yang sedang belajar dan guru

yang sedang mengajar diobservasi oleh guru lain atau teman sejawat
berdasarkan pedoman observasi, tentang langkah-langkah metode

demonstrasi, apakah ada atau tidak yang diamati oleh guru lain/teman

sejawat, dan anak mengerti atau tidak yang diamati guru/peneliti.

4. Refleksi

Dari hasil refleksi ternyata siklus I masih ada anak yang belum tuntas

mengerjakan anyaman, hanya 5 anak yang sudah tuntas (BSB). Bila hal

ini dilihat dari standar ketuntasan belajar ternyata belum tercapai karena

ini peneliti harus melanjutkan pada penelitian selanjutnya/siklus II.

Berdasarkan Hasil Refleksi menunjukkan dari 17 anak, ada 5 anak

yang sudah bisa dalam keterampilan menganyam dari guntingan daun

pisang dalam metode demonstrasi karena anak mampu mengembangkan

keterampilannya dalam menggerakan jari-jari tangannya sehingga anak

mampu mengerjakannya dan anak berkembang sangat baik / BSB (****)

sedangkan 12 anak belum mampu mengerjakan keterampilan menganyam

dari gunting daun pisang dalam metode demonstrasi dikarenakan anak

belum mampu mengembangkan keterampilan dalam menggerakan jari-

jari tangannya sehingga anak belum bisa mengerjakan dengan baik. Oleh

karena itu ada 8 anak belum berkembang (*) dan 2 anak mulai

berkembang (**) dan 2 anak sesuai dengan harapan (***) dalam

keterampilan menganyam dari gunting daun pisang. Oleh karena itu

belum mencapai ketuntasan belajar karena hanya 5 anak yang bisa

mengerjakan dengan baik, dengan presentase 29% sehingga dilanjutkan

ke Siklus II.
Tabel 4.1. Hasil Belajar Anak Pada Pembelajaran Siklus I

Siklus II

1. Perencanaan

a. Membuat Rencana Kegiatan Harian dengan Tema Diri Sendiri, Sub

Tema Identitas Diri yang dilaksanakan pada bulan agustus 2018.

b. Membuat alat peraga, gunting daun pisang.

c. Membuat lembar hasil karya anak. Hasil anyaman anak yang telah

dikerjakan ditempelkan.

d. Membuat lembar penilaian (LP) dalam bentuk checklist (daftar

cek/tanda)

2. Tindakan/pelaksanaan

a. Guru menyampaikan materi pembelajaran.

Dilangkah ini, guru diharapkan menyampaikan apa yang menjadi

tujuan di berikan pembelajaran yaitu menganyam, agar anak bisa

terampil dalam membuat berbagai bentuk yang berasal dari gunting

guntingan dari daun pisang. Dengan demikian guru dapat mengukur

sampai sejauh mana anak bisa menguasai materi menganyam yang

disampaikan. Disamping itu, guru juga harus menyampaikan

indikator-indikator kemampuan anak, yaitu kesabaran, ketelitian, serta

mengikuti beberapa perintah guru sehingga guru dapat menilai

keterampilan anak dalam menganyam. Penyampaian materi ini sangat

penting karena penyampaian materi sebagai pengantar sesuatu yang


sangat penting. Dari sini guru memberikan momentum permulaan

pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimuali

dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik

perhatian anak yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan

teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa

untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.

b. Guru menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan.

Dalam proses penyajian materi, guru mengajak siswa ikut terlibat

aktif dalam proses pembelajaran, dengan mengamati setiap alat

peraga/media yang akan didemonstrasikan. Dengan alat/peraga yang

menarik, anak akan lebih mudah memahami amteri yang diajarkan.

Dalam perkembangan selanjutnya sebagai guru dapat

memodifikasikan alat peraga/media yang tampak.

c. Guru menunjuk salah seorang anak untuk mendemonstrasikan.

Dilangkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena

penunjukkan secara langsung kadang kurang efektif, dan anak merasa

terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga anak

merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan. Anak

berani dan bertanggung jawab sesuai dengan kreatifitas dan potensi

anak dan mendemonstrasikan setiap pembelajaran yang diikuti.

d. Seluruh anak memperhatikan demonstrasi dan mengerjakannya.

Anak dilatih untuk memperhatikan serta mengembangkan daya

pikirnya sendiri. Dalam langkah ini, peran guru sangatlah penting


sebagai fasilitator dan motivator agar anak berani mengemukakan

masalah, guru dapat membantu tapi tidak sepenuhnya membantu

sambil membiarkan anak mengerjakan sendiri materi pembelajaran

yang sudah disediakan yaitu menganyam tikar dari daun pisang.

e. Tiap anak mengerjakan pembelajaran yang disediakan.

Dalam proses ini guru harus memberikan penekanakan-penekanan

pada hal yang ingin dicapai dengan meminta anak lain untuk

mengulangi pembelajaran melalui demonstrasi dan melatih anak

dengan tujuan mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam

meningkatkan keterampilannya. Pastikan bahwa anak telah menguasai

keterampilan menganyam.

f. Guru membuat kesimpulan

Guru menyimpulkan materi pembelajaran dan hasil kegiatan. Apabila

anak belum mengerti hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam

pengamatan.

3. Observasi

Guru (peneliti) mengobservasi anak yang sedang belajar dan guru

yang sedang mengajar diobservasi oleh guru lain atau teman sejawat

berdasarkan pedoman observasi, tentang langkah-langkah metode

demonstrasi, apakah ada atau tidak yang diamati oleh guru lain/teman

sejawat, dan anak mengerti atau tidak yang diamati guru/peneliti.

4. Refleksi
Dari hasil refleksi ternyata siklus II sudah mengalami peningkatan.

Belum berkembang (*) sduah tidak ada, mulai berkembang (**) sudah

tidak ada, berkembang sesuai harapan (***) 5 anak presetasi 29,41% dan

berkembang sangat baik (****) 12 anak presentase 70, 58%. Bila hal ini

dilihat dari standar ketuntasan belajar ternyata sudah tercapai. Penelitian

ini sesuai dan tujuan diperlukan putaran/siklus berikutnya.

Hasil Refleksi menunjukkan 17 anak sudah mampu mengerjakan

keterampilan menganyam tikar dari gunting daun pisang melalui metode

demonstrasi, dikarenakan dalam mengembangkan keterampilan

menganyam dan mengerjakan jari-jari tangan anak mampu berkembang

sangat baik (***) sehingga mengalami peningkatan dalam proses belajar

dan mengajar, begitupun guru tidak monoton dalam memberi penjelasan

proses belajar mengajar sehingga dalam pembelajaran menjadi

menyenangkan. Dengan hasil perhitungan diatas, sebesar 70,58% yaitu

anak sudah mencapai ketuntasan belajar, sehingga penerapan metode

demonstrasi pada anak dalam meningkatkan keterampilan anak sudah

tercapai secara optimal.

B. Pembahasan

Pembahasan yang dikaji dalam penelitian ini adalah meningkatkan

keterampilan anak tentang menganyam melalui metode demonstrasi kurang

berkembang hasil belajar anak dalam menganyam disebabkan karena metode

yang digunakan secara klasikal tidak tepat, media yang digunakan agak sulit
sehingga anak masih mengalami kesulitan. Guru hanya memberikan

pembelajaran dengan metode yang kurang menarik sehingga mengakhibatkan

anak merasa bosan dan tidak menarik dalam kegiatan menganyam serta guru

menyampaikan pembelajaran dengan monoton sehingga anak menjadi

terkesan susah dan rumit saat membuat karya menganyam, anak kurang aktif,

banyak dari mereka yang bergurau sendiri dan melamun saat penjelasan yang

diberikan guru. Keterampilan menganyam yang akan dikembangkan adalah

anak mampu membuat anyaman sendiri, anak mampu menirukan bentuk

anyaman dengan rapi, anak memilki kesabaran dalam menyusun pola

anyaman, anak mampu memahami proses menganyam, ketelitian anak dala

menganyam tanpa bantuan, anak bisa fokus menganyam.

Hasil yang diperoleh pada observasi dan hasil pelaksanaan siklus I dari

17 anak ada 5 anak yang sudah bisa dalam keterampilan menganyam dari

gunting kertas dalam metode demonstrasi karena anak mampu menstimulasi

motorik halus dalam jari-jari tangan sehingga anak mampu mengerjakan dan

anak berkembang sangat baik (****) sedangkan 12 anak lainnya belum

mampu mengerjakan keterampilan menganyam dari guntin daun pisang

dalam metode demonstrasi dikarenakan anak belum mampu mengembangkan

keterampilan dalam menganyam, anak belum terampil dalam menggerakkan

jari-jari tangannya sehingga anak belum bisa mengerjakan dengan baik. Oleh

karena itu ada 8 anak belum berkembang (*) dan 2 anak mulai berkembang

(**), 2 anak berkembang sesuai harapan (***) dan 5 anak sudah berkembang

sangat baik (****) dalam keterampilan menganyam dari guntingan daun


pisang. Sehingga belum mencapai maka perlu diadakan siklus II. Hal ini

dilaksanakan pada pelaksanaan siklus I terdapat beberapa kendala yang

dihadapi pada saat pelaksanaan siklus II agar perkembangan keterampilan

anak dalam menganyam diharapkan dapat tercapai.

Dari kendala-kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan siklus I maka

dilakukan perbaikan-perbaikan agar kendala yang ada dapat diatasi. Adapun

perbaikan yang dilakukan peneliti adalah menerapkan pembelajaran klasikal

ditambah dengan pembelajaran kelompok dan perindividu. Agar tetap

mengkondisikan supaya tetap aktif. Mempermudah media yang digunakan

agar anak dengan mudah mengerjakannya. Setelah dilakukan perbaikan-

perbaikan pada siklus II ternyata hasil yang diperoleh mengalami peningkatan

yang siginifikan. Dari hasil pelaksanaan siklus II, terjadi peningkatan pada

hasil karya anak. Dari 17 anak, 12 anak sduah mampu mengerjakan

keterampilan menganyam dari guntingan daun pisang melalui metode

demonstrasi dikarenakan anak sudah bisa dalam mengerjakan jari-jari

tangannya, keterampilan anak sudah mampu berkembang sangat baik (****)

sehingga mengalami peningkatan dalam proses belajar mengajar.

Begitupun guru tidak monoton dalam memberi penjelasan proses belajar

mengajar sehingga pembelajaran jadi menyenangkan. Penelitian ini telah

menghasilkan bahwa peningkatan keterampilan menganyam tikar dari daun

pisang pada anak melalui metode demonstrasi sudah berkembang sangat baik.

Hal ini dibuktikan dengan adanya hasil peningkatan belajar menganyam yang

dihitung dengan presentase yang meningkat. Kegiatan pembelajaran adalah


sesuatu proses komunikasi yang dilakukan guru, sering sekali terjadi

kesalahpahaman yang dapat membuat anak menjadi bingung. Anak bisa salah

mengartikan apa yang disampaikan oleh guru. Sebaiknya ketika guru

menyampaikan materi kurang tepat, maka anak mengalami kesulitan dalam

menerima pembelajaran yang disampaikan guru. Untuk menghindari hal

tersebut perlu suatu cara yang menarik agar dapat membantu proses

pembelajaran. Salah satunya adalah metode demonstrasi sebagai cara yang

teapat untuk meningkatkan keterampilan menganyam anak, model

demonstrasi terbukti dapat meningkatkan rasa ingin tahu anak, dengan

demikian masalah yang temui di TK dapat diatasi dengan menerapkan

metode demonstrasi ini.

Peningkatan hasil belajar anak dalam menganyam pada siklus I hanya

29,41% anak yang mampu mengerjakan anyaman dengan baik, sedangkan

siklus II terjadi peningkatan yakni mencapai 70, 58% anak yang sudah

mampu mengerjakan anyaman dengan baik. Hal ini menunjukkan kenaikan

41,77%. Penerapan metode demonstrasi mempengaruhi hasil belajar anak

dalam meningkatkan keterampilan. Adapun capaian belajar pada siklus II ada

peningkatan yang berarti. Dengan demikian telah membuktikan bahwa

penerapan metode demonstrasi efektif dapat meningkatkan keterampilan

menganyam tikar dari daun pisang pada anak di TK Pinkan Sarongsong I

Airmadidi.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Metode pembelajaran demonstrasi dapat meningkatkan keterampilan

menganyam tikar dari guntingan daun pisang pada anak di TK Pinkan

Sarongsong I Airmadidi. Metode demonstrasi dapat membantu anak dalam

meningkatkan kreatiftas serta lebih antusias karena pembelajaran lebih

menyenangkan. Hasil penelitian tindakan siklus I dinyatakan belum berhasil

dengan hasil belajar anak sekitar 29% dari target 80% sedangkan hasil

penelitian tindakan siklus II dinyatakan belum berhasil dengan hasil belajar

anak 71% dari target 80%.

B. Saran

Diharapkan guru yang mengajar di TK dapat menggunakan metode

demonstrasi agar hasil pembelajaran efektif dan efisien. Diharapkan anak

terlibat aktif dan dapat mengerjakan dengan baik apa yang telah dikerjakan.

Anda mungkin juga menyukai