Anda di halaman 1dari 11

PENGERTIAN KAUSALITAS DAN TEORI KAUSALITAS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Pidana (O)


Dosen Pengampu: Dr. Rehalemken Ginting, S.H., M.H.

Oleh:
(Kelompok 1)

1. Adelia Ayu Puspitasari (E0021004)


2. Afnandida Lintang Praditya (E0021009)
3. Agnes Lintang Cahyaningrum (E0021011)
4. Aisya Violeta Putri (E0021020)
5. Azaa Kamalia (E0021086)

PROGRAM SARJANA ILMU HUKUM


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya, sehingga
makalah dengan judul “Pengertian Kausalitas dan Teori Kausalitas” yang disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Hukum Pidana (O) ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar penulis bisa menjadi lebih baik pada masa yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat diterima dan menambah wawasan para pembaca serta dapat
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

2
DAFTAR ISI

PENGERTIAN KAUSALITAS DAN TEORI KAUSALITAS .................................................................... 1


KATA PENGANTAR .................................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................................................... 3
BAB I ..................................................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
1.3 Tujuan .................................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN................................................................................................................................................................ 6
2.1 Pengertian Kausalitas .............................................................................................. 6
2.2 Teori Kausalitas ...................................................................................................... 7
2.2.1 Conditio sine qua non ........................................................................................... 7
2.2.2 Teori Generalisasi ................................................................................................ 8
2.2.3 Teori Individualisasi............................................................................................. 8
2.2.4 Teori Relevansi .................................................................................................... 9
BAB III .............................................................................................................................................................................. 10
PENUTUP ........................................................................................................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................................... 11

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap peristiwa sosial secara umum menimbulkan satu atau beberapa peristiwa sosial
lainnya. Hal ini sering dinamakan dengan hubungan kasual yang artinya adalah hubungan
sebab akibat atau kausalitas. Sebab akibat disebut dengan nama causalitas, yang berasal dari
kata “causa” yang artinya adalah “sebab”. Suatu peristiwa pasti selalu memiliki penyebab, dan
penyebab tersebut sekaligus menjadi sebab dari peristiwa lain. Dalam ilmu pengetahuan
pidana, ajaran kausalitas dimaknai sebagai suatu ajaran yang mencoba mengkaji dan
menentukan hubungan obyektif dalam hal apa seseorang dapat dimintai pertanggungjawaban
pidana sehubungan dengan rangkaian peristiwa yang terjadi sebagai akibat dari rangkaian
perbuatan yang menyertai peristiwa-peristiwa pidana tersebut. Di Indonesia, dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tidak merumuskan suatu ketentuan tentang cara
menentukan sebab-akibat, tetapi dalam beberapa pasal dijelaskan bahwa dalam delik tertentu
diperlukan adanya suatu akibat yang merupakan “sebab” (causa) dari suatu akibat tertentu.
Terdapat 4 (empat) teori kausalitas dalam hukum pidana, yaitu : (1) Teori conditio sine qua
non; (2) Teori menggenalisir; (3) Teori mengindividualisir; dan (4) Teori relevansi.
Ajaran kausalitas penting dalam melihat hubungan antara satu perbuatan dengan
perbuatan lainnya yang dapat menimbulkan akibat yang dilarang. Hukum pidana menggunakan
ukuran atau kriteria tertentu untuk menentukan hubungan kasual antara perbuatan dan akibat
yang ditimbulkan. Dalam menganalisis ada atau tidaknya kausalitas dalam suatu tindak pidana
maka, ada pendapat yang mengatakan bahwa analisis yang pertama adalah faktor-faktor atau
alasan-alasan yang menyebabkan terjadinya sebuah peristiwa pidana. Dapat dianalisis dari
beberapa kecenderungan. Contohnya, kondisi (causa sine qua non), apakah faktor tersebut
dapat diterima oleh akal atau tidak, apakah ada kemungkinan lain yang dapat dinilai, kedekatan
peristiwa tersebut dengan peristiwa lainnya (adequacy). Apakah faktor-faktor tersebut jelas dan
didefinisikan dalam sistem hukum atau tidak? Jika tidak didefinisikan, maka dapat dibuat
kriteria tambahan yang dapat diprediksikan.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kausalitas?
2. Apa saja dan bagaimana teori-teori kausalitas menurut para ahli?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya paper ini adalah untuk memahami materi tentang ajaran
kausalitas dalam hukum pidana, dan juga apa saja macam-macam teori kausalitas menurut para
ahli.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kausalitas


Suatu unsur yang sering kali terdapat dalam tindak-tindak pidana ialah akibat dari
suatu perbuatan. Dalam delik formil terjadinya akibat merupakan accidentalia bukan
essentialia. Sedangkan dalam delik materiil, akibat itu merupakan essentialia. Kausalitas atau
causaliteitsleer menurut Drs. P.A.F Lamintang, S.H. merupakan ajaran mengenai sebab akibat
yang secara umum mempermasalahkan yaitu hingga berapa jauh sesuatu tindakan itu dapat
dipandang sebagai penyebab dari sesuatu keadaan atau hingga berapa jauh suatu keadaan itu
dapat dipandang sebagai suatu akibat dari sesuatu tindakan, dan sampai di mana seseorang
yang telah melakukan tindakan tersebut dapat diminta pertanggungjawabannya menurut
hukum pidana atau dapat dikatakan bahwa kausalitas ialah suatu ajaran mencari sebab
terjadinya suatu akibat. Ajaran tersebut terjadi karena terkadang dalam m
Menurut Profesor Van Hamel, kesulitan dalam memecahkan permasalahan tersebut
yang terkhususnya ialah pada kenyataan yang ada hampir setiap keadaan yang nyata itu pada
hakikatnya merupakan suatu hasil dari bekerja beberapa faktor secara bersama-sama, ataupun
yang oleh J. Stuart Mill juga disebut sebagai hasil bekerjanya the whole of the antecedents, di
mana tidak terdapat satu faktor yang dapat ditiadakan tanpa harus meniadakan hasilnya itu
sendiri. Drs. P.A.F Lamintang, S.H. menyatakan bahwa permasalahan mengenai hubungan
antara penyebab dengan akibat tidak hanya penting bagi permasalahan pada delik yang oleh
pembentukan undang-undang telah dirumuskan secara material, melainkan juga bagi
permasalahan yang berhubungan dengan ajaran mengenai: hal mengalpakan sesuatu yang
diwajibkan undang-undang, mengenai percobaan atau poging, mengenai keturutsertaan atau
deelneming mengenai gabungan dari beberapa tindak pidana atau samenloop van strafbare
feiten, yang semuanya dibicarakan kemudian.
Ajaran yang membahas mengenai hubungan antara penyebab dengan suatu akibat
dalam pengertian yang bersifat principal ataupun umum ialah apabila sesuatu faktor dapat
dianggap sebagai suatu penyebab dari terjadinya suatu akibat merupakan ajaran baru dalam
ilmu pengetahuan hukum Pidana. Dahulu orang hanya menganut satu paham mengenai
penyebab dari suatu kematian, namun dalam ajaran baru, orang berusaha untuk menemukan
suatu asas yang sifatnya umum serta dapat digunakan sebagai pedoman apabila timbul suatu
tindakan yang dapat dipandang sebagai penyebab dari suatu akibat. Selain itu, dalam ajaran

6
baru tersebut, orang mempermasalahkan mengenai sampai di mana antara suatu tindakan
dengan suatu akibat itu secara nyata terdapat suatu hubungan sebagai penyebab dengan suatu
akibat hingga tindakan tersebut dapat diberikan suatu kualifikasi sebagai suatu delik tertentu
yang dapat dipersalahkan kepada pelakunya karena ia telah melakukan suatu bentuk schuld
baik kesengajaan atau ketidaksengajaan. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa tidak setiap
tindakan atau tidak setiap keadaan dengan sendirinya dapat dianggap sebagai penyebab dari
suatu akibat. Melainkan, hanya tindakan atau keadaan yang telah dilakukan dengan sengaja
ataupun tidak sengaja atau keadaan yang disebebkan karena suatu kesengajaan atau tidak
adanya kesenganjaan pada diri pelaku.
2.2 Teori Kausalitas
2.2.1 Conditio sine qua non
Teori ini dikemukakan oleh Von Buri, seorang berkebangsaan Jerman pada tahun 1873.
Von Buri merupakan Presiden reichsgericht Jerman, yaitu Mahkamah Tertinggi Jerman
sebelum kalah dalam perang dunia kedua. Ajaran Von Buri ini dapat dikatakan sebagai dasar
dari ajaran kausalitas, karena berbagai teori yang muncul kemudian merupakan
penyempurnaan atau setidaknya masih berkaitan dengan teori yang dikemukakannya. Von Buri
mengawali diskursus tentang ajaran kausalitas dengan teorinya conditio sine qua non yang
secara literal berarti syarat mana tidak (syarat mutlak). Teori ini tidak membedakan antara
syarat dan sebab yang menjadi inti dari lahirnya berbagai macam teori dalam kausalitas.
Menurut Buri, rangkaian syarat yang turut menimbulkan akibat harus dipandang sama dan
tidak dapat dihilangkan dari rangkaian proses terjadinya akibat. Rangkaian syarat itulah yang
memungkinkan terjadinya akibat, karenanya penghapusan satu syarat dari rangkaian tersebut
akan menggoyahkan rangkaian syarat secara keseluruhan sehingga akibat tidak terjadi. Karena
kesetaraan kedudukan setiap sebab, teori ini dinamakan juga dengan teori ekuivalen. Dengan
demikian, setiap sebab adalah syarat dan setiap syarat adalah sebab.
Teori Von Buri ini mudah diterapkan, karena semua hal yang ada relevansinya dengan
terjadinya suatu akibat merupakan sebab, sehingga teori ini memperluas pertanggungjawaban
pidana. Menurut Sudarto, keberatan terhadap teori conditio sine qua non bahwa hubungan
kausal membentang ke belakang tanpa akhir, karena tiap-tiap ‘sebab’ sebenarnya merupakan
‘akibat’ dari ‘sebab’ yang terjadi sebelumnya. Konsekuensi teori ini adalah bahwa kita dapat
merunut tiada henti ke masa lalu (regressus ad infinitum).Kelemahan teori ini adalah tidak
membedakan antara faktor syarat dengan faktor penyebab, yang dapat menimbulkan
ketidakadilan, yang pada akhirnya dapat bertentangan dengan asas tiada pidana tanpa
kesalahan (geen straf zonder schuld).

7
2.2.2 Teori Generalisasi
Teori ini membatasi peristiwa yang dianggap sebagai sebab didasarkan kepada fakta
sebelum delik terjadi (ante factum), yaitu pada fakta yang pada umumnya menurut perhitungan
yang layak, dapat dianggap sebagai sebab/kelakuan yang menimbulkan akibat itu.Teori yang
menggeneralisir mencari sebab (causa) faktor yang berpengaruh atau berhubungan dengan
timbulnya akibat dengan cara melihat dan menilai pada faktor mana yang secara wajar dan
menurut akal serta pengalaman pada umumnya dapat menimbulkan suatu akibat. Teori ini
mencari sebab yang adequate (sesuai/seimbang) untuk timbulnya akibat, oleh karena itu teori
ini disebut dengan teori adequate. Teori ini juga dikenal dengan teori umum atau
generaliserende theorie.
a) Teori Adequat Subyektif
Teori adequat subyektif dikemukakan oleh J. Von Kries. Menurut Von Kries
dalam Utrecht causa adalah suatu perbuatan yang akibat dari perbuatan itu dapat
diketahui/diperkirakan sebelumnya oleh pelaku. Menurut teori ini faktor subyektif atau
sikap batin pelaku sebelum ia berbuat adalah amat penting dalam menentukan adanya
hubungan kausal, sikap batin itu berupa pengetahuan (sadar) bahwa perbuatan yang
akan dilakukan itu adalah adequat untuk menimbulkan akibat dan kelayakan ini harus
didasarkan pada pengalaman manusia pada umumnya.
b) Teori Adequat Obyektif
Teori ini dikemukakan oleh Rumelin. Teori adequat obyektif ini, tidak
memperhatikan bagaimana sikap batin si pelaku sebelum berbuat, akan tetapi fokus
kepada faktor-faktor yang ada setelah peristiwa senyatanya (post factum) beserta
akibatnya terjadi, yang dapat dipikirkan secara akal faktor-faktor itu dapat
menimbulkan akibat. Teori Rumelin menerima suatu anasir objektif, yaitu yang
menjadi causa adalah faktor yang setelah terjadinya delik, umum diterima sebagai
faktor yang menyebabkan terjadinya delik tersebut.
2.2.3 Teori Individualisasi
Serangkaian faktor, yang oleh Von Buri diterima sebagai causa, diambil satu faktor
yang dianggap menjadi causa. Faktor itu dijadikan causa, karena faktor itu dianggap paling
berpengaruh atas terjadinya akibat (terjadinya delik). Teori yang mengindividualisir,
membatasi peristiwa yang dianggap sebagai sebab didasarkan kepada fakta setelah delik terjadi
(post factum). Peristiwa manakah diantara serangkaian peristiwa yang secara khusus lebih
cenderung menimbulkan akibat. Teori ini juga dikenal dengan teori khusus atau
individualiserende theorie.Menurut teori ini setelah peristiwa terjadi, maka di antara rangkaian

8
faktor yang terkait dalam peristiwa itu, tidak semuanya merupakan faktor penyebab. Faktor
penyebab itu adalah hanya berupa faktor yang paling berperan atau dominan atau mempunyai
andil yang paling kuat terhadap timbulnya suatu akibat, sedangkan faktor lain adalah dinilai
sebagai faktor syarat saja dan bukan faktor penyebab.
2.2.4 Teori Relevansi
Teori relevansi diikuti oleh Langenmeijer dan Mezger. Teori ini tidak dimulai dengan
mengadakan perbedaan antara musabab dan syarat, seperti teori menggeneralisir dan teori
mengindividualisir, tetapi dimulai dengan menginterpretasi rumusan delik yang bersangkutan.
Dari rumusan delik yang hanya memuat akibat yang dilarang dicoba untuk menentukan
kelakuan-kelakuan apakah kiranya yang dimaksud pada waktu membuat larangan tersebut. Jadi
jika pada pada teori menggeneralisir dan teori mengindividualisir yang menjadi penting adalah:
Waktu pada saat Undang-Undang merumuskan delik, perbuatan yang menimbulkan akibat
yang dilarang, perbuatan yang menjadi sebab dari akibat yang dilarang.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kausalitas secra umum adalah perihal sebab akibat. Di dalam hukum pidana kausalitas
itu sendiri merupakan ajaran tentang sebab akibat yang berlaku ketika suatu peraturan pidana
tidak berbicara tentang perbuatan atau tindak pidananya (yang dilakukan dengan sengaja),
namun menekankan pada hubungan antara kesalahan atau ketidaksengajaan (culpa) dengan
akibat. Drs. P.A.F. Lamintang memaknai causaliteitsleer atau ajaran mengenai sebab akibat
sebagai ajaran yang mempermasalahkan hingga berapa jauh suatu tindakan dapat dipandang
sebagai penyebab dari suatu keadaan atau hingga berapa jauh suatu keadaan itu dapat
dipandang sebagai suatu akibat sesuatu tindakan, dan sampai dimana seseorang yang telah
melakukan tindakan tersebut dapat diminta pertanggungjawabannya menurut hukum pidana.
Ajaran kausalitas ini sendiri memiliki berbagai teori seperti Teori Conditio Sine
Quanon oleh Von Buri, Teori individualisasi oleh birkmayer dan binding, teori generalisasi
yang terbagi lagi menjadi dua yaitu, teori adequate subyektif dan teori adequate objektif oleh
J. Von Kries seorang sarjana matematika Jerman, dan teori relevansi oleh Metzger.

10
DAFTAR PUSTAKA

Admin. (2019). Kausalitas Hukum Pidana. info-hukum.com.


Drs. P. A. F. Lamintang, S. (2018). Dasar-Dasar Hukum Pidana di Indonesia. Jakarta: Sinar
Grafika.
Muh, N. A. (1016). Ajaran Kausalitas dalam Penegakkan Hukum Pidana. Studi Putusan
Mahkamah Agung, 498, 18-186.
Prof. Moeljanto, S. (2008). Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta.
Prof. Sudarto, S. (2018). Hukum Pidana 1. Semarang: Yayasan Sudarto.
Sofian, A. (2016). Ajaran Kausalitas dalam R-KUHP. Institute for Criminal Justice Reform, 2-
6.

11

Anda mungkin juga menyukai