Anda di halaman 1dari 6

MODUL FARMAKOLOGI

PEMILIHAN HEWAN COBA


1 A_reguler A.21
Apt. ZAKIAH THAHIR, S.Farm, M.Kes
Tanggal Praktikum 23 MEI 2023
FARMAKOLOGI
Laboratorium Farmakologi Akademi Farmasi Yamasi Makassar

ABSTRAK

Untuk mendapatkan penelitian ilmiah yang baik maka semua standar etik yang berlaku [8] dan memiliki pengetahuan tidak
aspek dalam protokol penelitian harus direncanakan dengan hanya dalam pemilihan hewan coba, namun juga mengenai
seksama termasuk dalam pemilahan hewan percobaan tujuan manajemen, pre treatment dan post treatment, penanganan,
dari praktikum ini untuk mengidentifikasi beberapa pemeliharaan serta kesehatan hewan coba.[7]
karakteristik hewan uji, seperti jenis kelamin, berat badan,
panjang badan, lebar badan, dan aktivitas dan mengukur
tingkat kesehatan hewan uji mencit menggunakan metode BCS
( Body Condition Scoring ) Percobaan pemilihan hewan coba 2. STUDI PUSTAKA
menggunakan 9 ekor mencit, yang dikelompokkan menjadi 3 Terdapat beberapa jenis hewan coba yang banyak
kelompok dengan masing-masing 3 ekor mencit disetiap digunakan pada penelitian dibidang kedokteran untuk
kelompoknya. Kemudian dilakukan penimbangan berat badan, mengetahui mekansime, patogenis, dan pengobatan. Pada
pengukuran panjang dan lebar badan mencit. Selanjutnya bidang farmasi digunakan hewan coba untuk pengembangan
melakukan perabaan untuk mengidentifikasi jenis kelamin dan obat baru ataupun uji toksisitas suatu bahan atau obat. Hewan
BCS mencit. Dari hasil praktikum didapatkan 8 ekor mecit coba yang banyak digunakan pada penelitian dapat
jantan dan 1 ekor mencit betina. Berat badan rata-rata mencit digolongkan menjadi kelompok berdasarkan anatomi,
9 ekor adalah 23,2 gram. Panjang badan rata-rata mencit kebiasaan hidup serta fisiologi yang hampir sama.[9]
adalah 16,8 cm. Lebar badan rata-rata mencit adalah 3,6 cm. Pembagian kelompok hewan coba ini dibagi menjadi;
Keseluruhan mencit aktivitasnya aktif. 9 ekor mencit memiliki
BCS nilai 3 atau tubuhnya memiliki kondisi yang baik. a. Rodensia dan kelinci
Yaitu tikus dan mencit merupakan hewan yang
Kata kunci: Body Condition Scoring, Karakteristik, Mus sering digunakan untuk penelitian. Mencit dan tikus
Musculus, Tingkat Kesehatan merupakan mamalia yang mempunyai kemiripan dengan
manusia. Sering digunakan sebagai hewan model untuk
beberapa penyaki, seperti artritis rematoid, gastritis,
1. PENDAHULUAN diabetes mellitus, kerusakan hati dan ginjal. Hewan ini
juga sering digunakan dalam berbagai macam penelitian
Ilmu pengetahuan dan ilmu kesehatan di induksi mikro organisme yang sama dengan penyakit
dunia semakin maju seiring berkembangan infeksi tertentu.[10]
zaman sehingga mendorong meningkatnya
penggunaan hewan coba sebagai objek penelitian b. Karnivora
biomedis.[1][2][3][4] Perlakuan khusus terhadap Jenis karnivora yang serig digunakan untuk
hewan coba tergantung dari tujuan masing- penelitian adalah anjing dan kucing karena ukuran tubuh
masing penelitiannya. Selama masa penelitian dan struktur anatominya memudahkan untuk penelitian
biomedis tersebut, sudah pasti peneliti tentang fisiologi, sistem syaraf dan penelitian tentang
memberikan perlakuan khusus, dalam pembedahan. Selain itu juga sering digunakan untuk
pemeliharaan hewan coba, standarisasi dan penelitian metabolism obat dan efektifitas suatu obat.[10]
penghilangan faktor-faktor pengganggu seperti
patogen adalah prinsip utama. Faktor eksternal c. Primate
tersebut merupakan aspek yang dapat Memiliki keunggulan dibanding dengan hewan
memengaruhi kesejahteraan hewan coba. Pada coba lain karena anatomi dan fisiologi yang hampir
praktikum ini dilakukan pengamatan berupa mendekati manusia.[10]
identifikasi karakteristik hewan uji dan
pengukuran tingkat kesehatan hewan uji mencit d. Unggas
(Mus musculus) dengan metode BCS (Body Pada umumnya yang digunakan adalah telurnya
Condition Scoring).[5] untuk penelitian dibidang virologi, proses agiogenesis.
Kesejahteraan hewan coba mencakup
dua masalah utama, yaitu pemeliharaan umum Peneliti harus menentukan hewan coba apakah hewan
dan penanganan selama prosedur tersebut bisa digunakan pada penelitian tersebut dengan
eksperimental.[6] Masalah utama tersebut mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut: [10]
berkaitan dengan perlakuan yang diberikan oleh
peneliti sejak awal hewan coba diterima hingga i. Spesies hewan yang sesuia dengan tujuan penelitian
penelitian berakhir. Penerapan prinsip ii. Memiliki kemiripan secara anatomi, fisiologi dengan
kesejahteraan hewan harus konsisten selama manusia
penelitian berlangsung agar kebutuhan hewan iii. Mudah dikembang biakkan dan dipelihara dalam
coba terpenuhi. Hewan laboratorium yang laboratorium
menderita stres atau sakit dapat memengaruhi iv. Hewan model sesuai dan bisa digunakan pada
hasil penelitian, dengan kata lain perlakuan penelitian
peneliti terhadap hewan coba sangat v. Tidak mudah terinfeksi oleh penyakit
memengaruhi kualitas hewan coba yang dapat vi. Memberikan manfaat untuk kemajuan dan
menentukan validitas pada hasil akhir pengembangan ilmu pengetahuan kesejahteraan
penelitian.[7] Peneliti dituntut untuk bekerja manusia.
berdasarkan protokol yang sesuai dengan
Laporan Praktikum Farmakologi Akfar Yamasi 2022 Page 1
Komite Penanganan Hewan Universitas dan stress pada hewan coba.
McGill (UACC) merekomendasikan penggunaan
Penilaian Kondisi Tubuh (BCS) untuk menilai
endpoint klinis hewan. BCS merupakan
penilaian yang cepat, non-invasif dan efektif
dalam menilai kondisi fisik hewan. Dalam
banyak kasus, BCS adalah titik akhir klinis yang
lebih baik daripada berat badan. Penggunaan
berat badan saja tidak dapat membedakan antara
lemak tubuh atau simpanan otot. Berat badan
hewan yang kurang dapat tertutupi oleh kondisi
abnormal (misalnya pertumbuhan tumor,
akumulasi cairan ascetic, dan pembesaran organ)
atau pada kondisi normal (misalnya kehamilan).
selain itu jika suatu hewan telah kehilangan berat
badan lebih dari 20% namun berdasarkan
penilaian BCS kondisinya masih di nilai 3 (BCS
3) maka mungkin belum perlu dilakukaan
euthanasia segera. Dengan demikian, BCS
adalah penanda yang lebih komprehensif dan
akurat untuk kesehatan hewan dibandingkan
kehilangan berat badan. [11]

2.1 Uraian Umum


Dalam penelitian kesehatan yang
memanfaatkan hewan coba, juga harus
diterapkan prinsip 3 R dalam protocol
penelitian yaitu [12]
Gambar 2.1. Cara Menilai BCS
a. Replacement (menggantikan) ialah
menghindari sebisa mungkin
penggunaan hewan di dalam penelitian. 2.2 Uraian Hewan Uji
Pada prinsip ini kita diminta menjajaki A. Klasifikasi hewan uji mencit [13]
kemungkinan penggunaan kultur Kingdom : Animalia
organ/jaringan/sel sebagai pengganti Phylum : Chordata
penggunaan hewan hidup. Selain itu Sub phylum : Vertebrata
penjajakan penggunaan hewan yang Classis : Mammalia
lebih rendah ordonya, misal alih-alih Ordo : Rodentia
menggunakan monyet, kita dapat Sub ordo : Myoimorphia
menggunakan tikus; tikus digantikan Familia : Muridae
dengan unggas, unggas digantikan Genus : Mus
dengan ikan, dan seterusnya. Species : Mus musculu
b. Reduction (pengurangan) ialah
mengembangkan strategi penggunaan
hewan dalam jumlah yang lebih sedikit B. Karakteristik hewan uji mencit [14]
untuk menghasilkan data yang serupa Lama hidup : 1 – 2 tahun
yang diharapkan dari penelitian. Prinsip Lama produksi ekonomis : 9 bulan
ini juga meliputi memaksimalkan Lama bunting : 19 – 21 hari
informasi yang diperoleh dari suatu Kawin sesudah beranak : 1 – 24 jam
percobaan tanpa menambah jumlah Umur disapih : 21 hari
hewan atau jumlah perlakuan (rasa Umur dikawinkan : 8 minggu
kesakitan yang ditimbulkan oleh Umur dewasa : 35 hari
tindakan penelitian) sehingga manfaat Siklus kelamin : poliestrus
yang diperoleh dapat dimaksimalkan Perkawinan : pada waktu estrus
tanpa menambah penderitaan dan Berat dewasa : 20 – 40 gram
jumlah hewan coba.
c. Refinement (memperhalus) ialah upaya Morfologi hewan uji tubuh mencit terdiri dari kepala, badan,
melakukan modifikasi di dalam leher, dan ekor. Rambut berwarna putih atau keabu-abuan,
manajemen pemeliharaan atau prosedur dengan warna perut sedikit lebih pucat. Binatang ini termasuk
tindakan penelitian sedemikian rupa golongan hewan yang aktif pada malam hari. [14]
sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan hewan atau
mengurangi/menghilangkan rasa sakit

Laporan Praktikum Farmakologi Akfar Yamasi 2022 Page 2


3. METODE No. HU
Berat Badan Hasil
Alat yang digunakan dalam praltikum ini (gram) Pengamatan Perabaan
adalah kandang mencit, alat pelindung diri, penggaris, Mencit dalam kondisi
HI 22 BCS Nilai 3
timbangan, spidol berwarna, wadah plastik. Bahan yang baik
yang digunakan dalam praktikum ini adalah tissue, Mencit dalam kondisi
handscoon. Pelaksanaan praktikum yaitu; disiapkan 9 H II 24 BCS Nilai 3
yang baik
ekor mencit, lalu dikelompokkan dalam 3 kelompok Mencit dalam kondisi
dan masing 3 ekor mencit. Diambil satu persatu H III 23 BCS Nilai 3
yang baik
mencit. Timbang berat badan mecit, lalu letakkan Mencit dalam kondisi
mencit diatas kendang yang terbuat dari kawat. BI 23 BCS Nilai 3
yang baik
Biarkan mencit dalam posisi istirahat. Ukur dari kepala Mencit dalam kondisi
hingga ke ekor mencit, untuk mengidentifikasi panjang B II 26 BCS Nilai 3
yang baik
badannya. Pegang dan angkat mencit untuk mengukur Mencit dalam kondisi
lebar mencit, lalu raba perut mencit untuk B III 25 BCS Nilai 3
yang baik
mengidentifikasi ada atau tidaknya puting susu serta Mencit dalam kondisi
ada atau tidaknya tonjolan, untuk mengidentifikasi MI 24 BCS Nilai 3
yang baik
jenis kelamin. Amatilah kondisi tulang belakang Mencit dalam kondisi
mencit hingga ke tulang kemaluan (bokong) Secara M II 21 BCS Nilai 3
yang baik
perlahan sentulah (rabalah) bagian tulang belakang Mencit dalam kondisi
hingga ketulang bokong. Catat hasil pengamatan dan M III 21 BCS Nilai 3
yang baik
perabaan serta ulangi untuk mencit berikutnya. Tabel 4.2 Hasil pengukuran tingkat kesehatan hewan uji dengan
metode BCS

Data pada tabel pengamatan tingkat kesehatan mencit


diambil berdasarkan gambar Body Condition Scoring pada
gambar 2.1. di dalam rujukan buku Praktikum Farmakologi
[11]

B. Pembahasan
Pada praktikum farmakologi kali ini, telah
dilakukan pemilihan hewan coba berupa mencit. Untuk
mengukur tingkat kesehatan hewan uji yang berupa
mencit adalah dengan menggunakan metode BCS
(Body Condition Scoring). Mencit dengan bahasa latin
Mus musculus termasuk juga dalam hewan pengerat.
Hewan ini selalu dipakai dalam penelitian karena
bentuk tubuhn yang kecil, penanganannya yang
kompleks dan memiliki sistem tubuh yang sama
dengan manusia. Untuk mendapatkan penelitian ilmiah
yang baik, maka semua aspek dalam protokol
penelitian harus direncanakan dengan seksama,
termasuk dalam pemilihan hewan percobaan, penting
untuk memastikan bahwa penggunaan hewan
percobaan merupakan pilihan terakhir dimana tidak
terdapat cara lain yang bisa menggantikannya. Pada
saat praktikum, mahasiswa melakukan pemindahan
mencit dari kandang ke wadah. Setelah itu mahasiswa
Gambar 3.1. Skema kerja mulai untuk menimbang berat badan hewan uji mencit
satu persatu dan diberi tanda berupa garis dengan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN jumlah dan warna yang berbeda, lalu dilakukan
A. Hasil Pembahasan pengukuran panjang dan lebar badan mencit. Tujuan
Berat Panjang Lebar penimbangan berat badan dan pengukuran adalah
Nomor Jenis untuk mengetahui bobot mencit layak untuk dijadikan
No Badan Badan Badan Aktifitas
HU kelamin hewan uji atau tidak, serta untuk mengetahui dosis
(gram) (cm) (cm)
serta volume pemberian sampel pada mencit.
1 HI ♂ 22 17 4 +
Kemudian, dilakukan perabaan pada perut mencit
2 H II ♂ 24 17 4 +
untuk melihat ada atau tidaknya puting susu dan
3 H III ♀ 23 17,5 4 + perabaan pada alat reproduksi untuk melihat ada atau
4 BI ♂ 23 17,5 4 + tidaknya tonjolan, hal ini lakukan untuk
5 B II ♂ 26 17 3,5 + mengidentifikasi jenis kelamin hewan uji.
6 B III ♂ 25 17 4 + Pengidentifikasian jenis kelamin dilakukan agar hewan
7 MI ♂ 24 17 3,5 + uji jantan dan betina tidak terjadi perkawinan yang bisa
8 M II ♂ 21 16 3 + saja mempengaruhi penelitian, seperti kehamilan atau
9 M III ♂ 21 16 3 + perubahan hormon. Lalu dilakukan perabaan Body
Tabel 4.1 Karakteristik hewan uji Condition Scoring (BCS) untuk menilai kondisi tubuh
untuk menilai endpoint klinis hewan.
Pada praktikum percobaan pemilihan dan
pemeliharaan hewan coba menggunakan 9 ekor mencit
(8 ekor mencit jantan dan 1 ekor mencit betina) di
temukan bahwa dari ke 9 mencit itu memiliki berat
badan yang beragam mulai dari 21 gram hingga 26
gram, juga memiliki panjang badan mulai dari 16 cm
hingga 17,5 cm, serta memiliki lebar badan mulai dari3
4 cm hingga 44 cm. Ke 9 mencit memiliki keaktifan

Laporan Praktikum Farmakologi Akfar Yamasi 2022 Page 3


yang sangat aktif. Pada praktikum percobaan [14] Rejeki PS, Putri EAC, Prasetya RE. 2018. Ovariektomi pada
pemilihan dan pemeliharaan hewan coba Mencit dan Tikus. Surabaya; Airlangga University Press.
menggunakan 9 ekor mencit (8 ekor mencit jantan
dan 1 ekor mencit betina) ditemukan hasil bahwan
pengamatan dan perabaan 9 ekor mencit tersebut
memiliki BCS nilai 3 (tubuhnya tidak nampak
tonjolan tulang namun jika diraba dapat dirasakan
tonjolannya.)

5. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan:
A. Karakterisktik Mencit
(1) Berat badan rata-rata mencit 9 ekor adalah 23,2
gram
(2) Panjang badan rata-rata mencit adalah 16,8 cm
(3) Lebar badan rata-rata mencit adalah 3,6 cm
(4) Jenis kelamin mencit adalah 8 ekor jantan dan 1
ekor betina
(5) Keseluruhan mencit aktivitasnya aktif
B. Tingkat kesehatan mencit dengan metode BCS
9 ekor mencit memiliki BCS nilai 3 atau
tubuhnya memiliki kondisi yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Franco NH. 2013. Animal experiments in biomedical
research: a historical perspective. Animals 3(1):
238-273.
[2] Sikes RS, Paul E. 2013. Fundamental differences between
wildlife and biomedical research.
[3] Rogozea LM, Diaconescu DE, Dinu EA, Badea O, Popa
D, Andreescu O, Leaşu FG. 2015. Bioethical
dilemmas in using animal in medical research:
challenges and opportunities. Rom J Morphol
Embryol 56(3): 1227-1231.
[4] Andersen ML, Winter LMF. 2019. Animal models in
biological and biomedical researchexperimental and
ethical concerns. An Acad Bras Cienc 91:
e20170238.
[5] Mutiarahmi CN, Hartady T, Lesmana R. 2021.
Penggunaan Mencit Sebagai Hewan Coba di
Laboratorium yang Mengacu pada Prinsip
Kesejahteraan Hewan. Indonesia Medicus
Veterinus. Sumedang; Univ. Padjajaran.
[6] Garber JC. 2010. Guide for the care and use of
laboratory animals. Washington DC. National
Academies Press.
[7] Prescott MJ, Lidster K. 2017. Improving quality of science
through better animal welfare: the NC3Rs strategy.
Lab Anim 46(4): 152-156.
[8] Kostomitsopoulos NG, Đurašević SF. 2010. The ethical
justification for the use of animals in biomedical
research. Arch Biol Sci 62(3): 781- 787.
[9] Soepranianondo, 2011. Managemen pemeliharaan dan
penggunaan hewan coba. Seminar dan workshop
nasional “Aplikasi etik dan bioteknologi pada hewan
coba”. Fakultas Kedoteran Hewan Universitas
Airlangga.
[10] Handajani F. 2021. Metode Pemilihan Dan Pembuatan
Hewan Model Beberapa Penyakit Pada Penelitian
Eksperimental. Sidoarjo; Zifatama Jawara,
[11] Tim Penyusun. 2023. Modul Praktikum Farmakologi Edisi
Revisi. Makassar; Akademi Farmasi Yamasi
[12]Sekolah Kedokteran Hewan. 2012. Prinsip-Prinsip
Kesejahteraan Hewan (Animal Welfare) Di Dalam
Penelitian Biomedis. https://skhb.ipb.ac.id/prinsip-
prinsip-kesejahteraan-hewan-animal-welfare-di-dalam-
penelitian-biomedis/ diakses pada tanggal 27 Mei
2023, pukul 22.15.
[13] Generasi Biologi. 2016. Anatomi, Morfologi dan Klasifikasi
Mencit (Mus musculus)
https://generasibiologi.com/2016/12/anatomi-morfologi-fisiologi-
klasifikasi-nama-ilmiah-latin-mencit-mus-musculus.html diakses
pada tanggal 27 Mei 2023, pukul 22.45 WITA.

Laporan Praktikum Farmakologi Akfar Yamasi 2022 Page 4


Laporan Praktikum Farmakologi Akfar Yamasi 2022 Page 5
Laporan Praktikum Farmakologi Akfar Yamasi 2022 Page 6

Anda mungkin juga menyukai