Anda di halaman 1dari 2

A.

Latar Belakang
Kanker adalah pertumbuhan sel yang terjadi secara terus menerus dan
tidak terkendali yang dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar ke
tempat yang jauh dari asalnya. Kanker terjadi sebagai akibat mutasi atau
perubahan abnormal dalam gen yang bertanggung jawab untuk mengatur
pertumbuhan sel (Inggriani & Husni, 2016).
Kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia
dan jumlah pasien yang didiagnosis kanker meningkat pesat, sebagian karena
populasi yang menua, dan diperkirakan akan mencapai 22 juta kasus dalam dua
dekade mendatang (Haume et al., 2016). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO, www.who.int), kanker menyebabkan 8,8 juta kematian pada tahun 2015
(Singh et al., 2018).
Saat ini, pendekatan terapi utama yang digunakan untuk mengobati
kanker adalah pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi, diberikan secara
terpisah atau dalam berbagai kombinasi (Haume et al., 2016). Sejauh ini,
kebanyakan metode yang banyak dikenal dan digunakan untuk menangani
pasien tumor dan kanker adalah dengan operasi, terapi radiasi ( radiotherapy ),
dan kemoterapi (Indrawati et al., 2010). Namun, terdapat beberapa permasalahan
dalam penggunaan kemoterapi konvensional, seperti metabolisme obat yang
terlalu cepat, distribusi obat yang tidak sesuai, dan adanya efek pada jaringan
yang normal (Inggriani & Husni, 2016).
Nanoteknologi merupakan ilmu yang mempelajari partikel dalam
rentang ukuran 1 -1000 nm dan merupakan bagian dari nanoteknologi yang
sangat popular dan semakin pesat perkembangannya sejak awal tahun 2000
(Suwarda & Maarif, 2013). Pemanfaatan nanopartikel dalam penatalaksanaan
kanker bertujuan untuk meningkatkan bioavailabilitas dan distribusi obat,
memperbaiki targeting dan release obat ke sel tumor, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan efikasi dan mengurangi efek samping (Artini, 2013).
Nanopartikel dalam penatalaksanaan kanker dikembangkan sebagai
drug-delivery vehicle (carrier), contrast agent (imaging), diagnostic device,
platform untuk theranostic agents (agent yang berfungsi sebagai alat diagnosis
dan terapi), antioksidan (mampu bereaksi dengan radikal bebas di jaringan), in
vivo tumor targeting dengan spesifisitas dan afinitas yang tinggi, serta probe
pada riset preklinik untuk studi molekuler penyakit (Artini, 2013).
Ada beberapa nanopartikel yang dapat digunakan dalam pengobatan
kanker yaitu PLGA-ORM Nanopartikel, PCL-PLATPGS, NP- HDACls, DTX-
NPs, Shikonin-Act-SLN, BSA-ANZ dan Nab-ABZ, LPI-NPs, LCNP, SHsiRNA/
ssPEI (SAT), PLGA Fenretinide (Inggriani & Husni, 2016).
Pendekatan aplikasi teknologi nanopartikel pada kanker, yaitu
mengkonjugasikan nanocarrier yang mengandung komponen kemoterapi atau
komponen diagnostik dengan molekul yang berikatan dengan antigen, yang
diekspresikan secara berlebihan atau reseptor pada sel target. Nanocarrier dapat
menawarkan banyak keunggulan yaitu dapat melindungi obat dari degradasi
prematur, mencegah obat berinteraksi secara prematur dengan lingkungan
biologis, meningkatkan penyerapan obat ke dalam jaringan yang dipilih,
mengontrol profil distribusi jaringan farmakokinetik dan jaringan obat,
meningkatkan penetrasi intraseluler (Surendra & Rostinawati, 2019).
Nanopartikel emas (AuNPs) sekarang sedang digunakan secara luas
dalam bioimaging dan fototerapi karena sifat optik dan elektroniknya yang dapat
diatur dan sangat sensitif (resonansi plasmon permukaan) (Guo et al., 2017).
Nanopartikel emas telah menarik perhatian para ilmuwan untuk penggunaannya
sebagai pembawa obat karena sifat SPR, optik, dan merdunya. Mereka dapat
disiapkan dalam berbagai ukuran inti (1 hingga 150 nm), yang membuatnya
lebih mudah untuk mengontrol dispersi mereka. Adanya muatan negatif pada
permukaan partikel emas dapat difasilitasi dengan mudah. Ini berarti mereka
dapat difungsikan dengan mudah dengan penambahan berbagai biomolekul
seperti obat, penargetan ligan, dan gen (Singh et al., 2018).
Sebuah tim peneliti dari Rice University berhasil melakukan uji coba
penanganan kanker menggunakan nanopartikel berukuran 120 nm. Nanopartikel
emas yang dibungkus dengan peptida atau antibodi dimasukkan ke dalam tubuh
dan terbawa aliran darah hingga partikel emas menempel pada sel kanker.
Partikel emas dipanaskan menggunakan sinar infra merah dari luar tubuh untuk
membunuh sel kanker di dekatnya (Awaludin, 2009).
Dalam kanker manusia dan biologi sel, berbagai jenis nanopartikel emas,
seperti goldnororods, nanocage, nanostars, nanocubes, dan nanosphere, memiliki
alat yang efektif. Aplikasi mereka dalam diagnosa kanker dan pengembangan
terapi adalah karena sifat optik dan fisiknya yang menguntungkan yang
menyediakan platform potensial untuk mengembangkan kanker theranostik
(Singh et al., 2018).
B. Tujuan Penelitian
Untuk melakukan pengembangan pada bidang pengobatan antikanker
dengan menggunakan teknologi nanopartikel emas yang lebih efektif dan
memiliki efek samping yang lebih kecil daripada kemoterapi konvensional.

Anda mungkin juga menyukai