Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN
Dosen Pengampu Mata Kuliah : Ibu Anik Kurniawati, M.Keb

Standar Kompetensi Bidan

Oleh :

Nabila Ramadhani
NIM : P27224022077

D3 KEBIDANAN
JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Klaten, 20 Maret 2023

Nabila Ramadhani
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................2
Daftar Isi...............................................................................................................................................3
BAB 1.....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1. Latar Belakang...........................................................................................................................4
2. Perumusan Masalah...............................................................................................................6
3. Tujuan.......................................................................................................................................6
4. Manfaat Penelitian..................................................................................................................6
BAB II...................................................................................................................................................7
PEMAHASAN......................................................................................................................................7
BAB III................................................................................................................................................11
PENUTUP..........................................................................................................................................11
1. Kesimpulan............................................................................................................................11
Daftar Pustaka...................................................................................................................................12
BAB 1

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan kesehatan
masyarakat. Wibowo mengemukakan (2014) bahwa seluruh negara di dunia berupaya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya. Hal tersebut dikarenakan
kesehatan mempunyai peranan besar dalam meningkatkan derajat hidup masyarakat.
Menurut Adisasmito (2012) pelayanan kesehatan ini berarti setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit, serta memulihkan kesehatan
baik perseorangan, kelompok, maupun masyarakat.

Untuk dapat memberikan pelayanan prima pada jasa kesehatan, salah satu komponen
pentingnya adalah pengetahuan dan keterampilan untuk setiap profesi kesehatan haruslah
prima juga. Sejalan dengan Ilyas, Adisasmito (2012) juga berpendapat bahwa salah satu
faktor dan indikator baiknya sistem pelayanan kesehatan adalah pembangunan sumber
daya manusia kesehatan atau tenaga kesehatannya. Sumber daya manusia Indonesia
dalam bidang kesehatan masih tertinggal dibanding negara lain. Dalam memberikan
pelayanan prima pada jasa kesehatan, Moeheriono (2012) berpendapat bahwa sistem
kompetensi setiap organisasi kesehatan wajib dan harus dikembangkan seluas-luasnya,
terutama pada perusahaan modern. Menurut Armstrong (2012) kompetensi adalah dimensi
tindakan dari tugas, di mana tindakan tersebut dipakai oleh karyawan untuk menyelesaikan
tugas pekerjaan mereka dengan memuaskan dan apa yang diberikan karyawan dalam
bentuk yang berbedabeda dan tingkatan kinerjanya. Di sisi lain, McClelland mengatakan
bahwa kompetensi adalah sebagai karakteristik dasar personel yang menjadi faktor penentu
sukses tidaknya seseorang dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau pada situasi tertentu.

Kompetensi bidan adalah kemampuan dan karakteristik yang meliputi pengetahuan,


keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki oleh seorang bidan untuk melaksanakan
tugas-tugasnya sesuai standar kompetensi profesi bidan. Kompetensi bidan meliputi tiga
aspek yaitu aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan perilaku (attitude)
yang harus seimbang karena pendidikan bidan merupakan pendidikan akademik
professional. Evaluasi terhadap kompetensi bidan harus mencangkup tiga aspek tersebut.
Evaluasi pengetahuan merupakan evaluasi kognitif yang mencangkup pemahaman dan
keterampilan atau psikomotor. Evaluasi perilaku meliputi kualitas personal dan perilaku
tentang kebidanan, perilaku terhadap klien dan rekan sejawatnya (Jannah, 2016).
Kehamilan merupakan masa kritis di mana gizi ibu yang baik adalah faktor penting yang
mempengaruhi kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil bukan hanya harus dapat memenuhi
kebutuhan zat gizi untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk janin yang dikandung. Masa
kehamilan merupakan salah satu masa kritis tumbuh-kembang manusia yang singkat
(window of opportunity), kekurangan gizi yang terjadi di masa tersebut akan menimbulkan
kerusakan awal pada kesehatan, perkembangan otak, kecerdasan, kemampuan sekolah,
dan daya produksi yang bersifat menetap, tidak dapat diperbaiki.

Kondisi kesehatan dan status gizi ibu saat hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin. Ibu yang mengalami kekurangan energi kronis atau anemia selama
kehamilan akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR lahir
rendah banyak dihubungkan dengan tinggi badan yang kurang atau stunting. Oleh karena
itu diperlukannya upaya pencegahan dengan menetapkan dan/atau memperkuat kebijakan
untuk meningkatkan intervensi gizi ibu dan kesehatan mulai dari masa remaja.

Kompetensi bidan tidak terlepas dari kewenangan bidan yang telah diatur dalam
peraturan Kepmenkes RI No. 900/Menkes/ SK/II/2002 yang merupakan landasan hukum
dari pelaksanaan praktik kebidanan. Kompetensi 1, bidan memiliki persyaratan pengetahuan
dan ketrampilan dari ilmu sosial, kesmas dan etik yg membentuk dasar dari asuhan yang
bermutu tinggi sesuai dengan budaya untuk wanita, bayi baru lahir serta keluarganya.
Kompetensi 2, bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang
tanggap terhadap budaya, dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka
meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan, dan kesiapan
menjadi orang tua dan bidan harus memiliki kompetensi dan bidang pengetahuan,
keterampilan dan perilaku dalam melaksanakan praktik kebidanan secara aman dan
bertanggungjawab dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan.

Untuk menjamin kesehatan ibu hamil dan menurunkan angka kematian ibu hamil, harus
didukung pula oleh peran serta dari masyarakat. Pengetahuan masyarakat baik ibu hamil
maupun keluarga seperti suami dan keluarga yang lain terhadap tanda-tanda persalinan
sangatlah penting, karena dengan mengetahui tanda-tanda persalinan ibu bisa diketahui
persalinannya sudah dekat dan ibu siap dalam persalinan sehingga ibu dan keluarga pun
dapat lebih cepat ke rumah sakit atau ke klinik bersalin. Pengetahuan merupakan faktor
yang sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Seseorang yang memiliki
pengetahuan yang baik tentang sesuatu hal, maka ia akan cenderung mengambil keputusan
yang lebih tepat berkaitan dengan masalah tersebut dibandingkan dengan mereka yang
pengetahuannya rendah (Permata, 2002). Ibu hamil dalam merencanakan proses
persalinannya memerlukan suatu informasi yang benar, sehingga ibu mempunyai gambaran
tentang kehamilan serta proses persalinan. Dari informasi dan gambran tersebut,
diharapkan ibu lebih siap dalam menghadapi proses persalinan manapun. Pengetahuan ibu
tentang keadaan kehamilan dan persalinan yang akan dilakukan, memungkinkan untuk
mempersiapkan fisik dan mental, sehingga ibu dapat memilih proses persalinan yang tepat
dan aman. Salah satu penyebab kematian ibu secara tidak langsung adalah terlambat
mengenali tanda bahaya karena tidak mengetahui kehamilannya dalam risiko yang cukup
tinggi, terlambat mencapai fasilitas untuk persalinan, dan terlambat untuk mendapatkan
pelayanan.

2. Perumusan Masalah
1. Bagaimana standard kompetensi bidan dalam menjalankan tugasnya untuk
membantu ibu hamil di Indonesia.
2. Bagaimana keefektifan penerapan standard kopetensi bidan kepada masyarakat
Indonesia

3. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana standard kompetensu bidan yang ada di Indonesia
2. Mengetahui keefektifan penerapan standard kompetensi bidan terhadap masyrakat
Indonesia

4. Manfaat Penelitian
1. Memberikan tambahan pengetahuan mengenai standard kompetensi bidan
2. Mendapat pengalaman dan ketrampilan baru mengenai standard kompetensi
bidan
3. Sebagai wujud pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi
4. Berkontribusi membantu masyarakat dan pemerintah dalam dunia kesehatan
khususnya mengenai standard kompetensi bidan.
BAB II

PEMAHASAN
Secara keilmuan untuk menjadi bidan seluruh responden telah memiliki pendidikan
sesuai dengan pekerjaannya. Menurut Peraruran Menteri Kesehatan
No.1464/Menkes/PER/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, untuk dapat
melaksanakan praktik sebagai bidan, minimal pendidikan adalah DIII Kebidanan. Pendidikan
merupakan faktor penting dalam menentukan kemampuan seseorang. Pendidikan dan
pengalaman kerja merupakan langkah awal untuk melihat kemampuan seseorang.
(Handoko, 1998). Menurut Hasibuan (2000) pendidikan merupakan indikator yang
mencerminkan kemampuan seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan. Dengan latar
belakang pendidikan pula seseorang dianggap akan mampu menduduki suatu jabatan
tertentu.

Umur merupakan ciri dari kedewasaan fisik dan kematangan kepribadian yang erat
hubungannya dengan pengambilan keputusan, mulai umur 21 tahun secara hukum
dikatakan mulai masa dewasa dan pada 30 tahun telah mampu menyelesaikan masalah
dengan cukup baik, menjadi stabil dan tenang secara emosional (Purba, 2009).
Bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologi.
Sehingga apabila semakin dewasa seseorang, maka akan semakin mudah dalam menerima
informasi. Pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik terhadap segala bentuk
informasi yang disampaikan. Selain itu, bertambahnya usia seseorang, maka pemikirannya
akan semakin berkembang sesuai dengan pengetahuan yang pernah didapatkan dan akan
berhati-hati dan cekatan dalam melakukan pekerjaannya. Dari pendapat tersebut maka
umur bidan akan berpengaruh pada mutu pelayanan kepada ibu hamil, dimana dengan
bertambahnya umur maka akan bertambah baik mutu pelayanan antenatal dalam
pencegahan stunting (Wawan A, 2010).

Masa kerja memberikan pengaruh positif pada kinerja seseorang, dengan semakin
lama masa kerja seseorang maka akan semakin berpengalaman dalam melaksanakan
tugasnya. Lamanya bidan bekerja dapat diidentikkan dengan banyaknya pengalaman yang
dimilikinya. Hal ini dikarenakan semakin lama bidan bekerja maka kinerja nya akan semakin
baik. Diharapkan dengan semakin lama bidan bekerja di puskesmas maka bidan semakin
berpengalaman sehingga bidan mampu memberikan bentuk pelayanan yang terbaik pada
Ibu hamil khususnya pada layanan pencegahan stunting melalui deteksi dini gangguan gizi
ibu hamil. Menurut Ranupendjaja dan Saud, semakin lama seseorang bekerja pada suatu
organisasi maka semakin berpengalaman orang tersebut sehingga kecakapan kerjanya
semakin baik. Oleh sebab itu, bidan yang telah lama bekerja diharapkan memiliki
kemampuan lebih baik dalam memberikan pelayanan pada ibu hamil terutama dalam
pencegahan stunting.

Status pegawai non PNS terlihat lebih unggul dibandingkan dengan bidan PNS. Hal
itu disebabkan karena bidan non PNS tersebut langsung ditempatkan di Polindes sebagai
bidan desa yang membina dan memantau secara langsung ibu hamil yang berada di
wilayah tersebut. Mereka bertugas untuk melakukan pemeriksaan antenatal care secara
lengkap sesuai dengan standar operasional prosedur. Bidan desa adalah bidan yang
ditempatkan dan diwajibkan tinggal serta bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya
yang meliputi satu atau dua desa. Bidan desa melaksanakan tugas pelayanan medik baik di
dalam maupun diluar jam kerjanya, serta bertanggungjawab langsung kepada kepala
puskesmas dan bekerja sama dengan perangkat desa (Sofyan M. 2006).

Menurut Green (1991) menyatakan bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap


perilaku seseorang. Hasil penelitian tersebut terdapat kecenderungan bahwa responden
mempunyai pengetahuan baik maka kinerjanya baik. Pengetahuan bukanlah dominan yang
menyebabkan kinerja bidan puskesmas dalam pencegahan stunting melalui deteksi dini
gangguan gizi ibu hamil semangkin baik. Hal ini didukung teori kinerja mengatakan bahwa
kinerja bukan menyangkut karakteristik pribadi yang ditunjukkan oleh seseorang. Tapi
kinerja seseorang merupakan gabungan dari kemampuan, usaha, dan kesempatan, yang
dapat diukur dari akibat yang dihasilkan.Pengetahuan bidan akan berdampak pada
perilakunya dimana dengan baiknya pengetahuan bidan dalam pencegahan stunting. Jadi
dengan semakin baiknya pengetahuan bidan maka semakin baik pula mutu pelayanan
antenatal care dalam pencegahan stunting. Ada hubungan bermakna antara sikap bidan
Puskesmas dalam pencegahan stunting.

Menurut Sobur (2010) Pembentuk struktur sikap adalah komponen konatif/komponen


perilaku atau action component, yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan
seseorang untuk bertindak dan menunjukkan besar kecilnya kecenderungan berperilaku.
Menurut Muccechielli (Green, 2000) sikap sebagai kecenderungan pikiran atau perasaan
relatif konstan menuju kategori tertentu dari objek atau situasi, sikap adalah faktor
predisposing dan merupakan faktor dasar atau motivasi seseorang untuk bertindak, sikap
sampai tingkat tertentu merupakan penentu,komponen dan akibat dari perilaku.
Berdasarkan karakteristik tingkat ketrampilan responden, hal ini dapat dikatakan bahwa
tingkat ketrampilan bidan yang berada di Puskesmas Denpasar Timur Satu Kota Denpasar
memiliki tingkat ketrampilan baik.

Dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia (2014) dijelaskan bahwa setiap area
dari ketujuh area dalam kompetensi tersebut saling mendukung satu sama lain. Area satu,
dua dan tiga yang termasuk kategori soft skill merupakan pondasi dari bangunan
kompetensi keseluruhan. Sementara itu, keempat area kompetensi lainnya yang masuk
dalam kategori hard skill merupakan pilar dari bangunan kompetensi. Dari gambaran
tersebut, ketujuh area kompetensi tersebut haruslah seimbang antara soft skill dan hard
skill. Sedangkan pada penelitian ini, diperoleh hasil yang memiliki nilai lebih rendah
dibanding area lainnya, yakni area mawas diri dan pengembangan diri, serta landasan
ilmiah ilmu kedokteran.

Kemampuan/kompetensi bidan adalah kemampuan dan karakteristik yang meliputi


pengetahuan, keterampilan dan prilaku yang harus dimiliki oleh seorang bidan dalam
melaksanakan praktik kebidanan secara aman dan bertanggungjawab pada berbagai
tatanan pelayanan kesehatan. Standar kompetensi adalah rumusan suatu kemampuan yang
dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Standar kompetensi bidan adalah
rumusan suatu kemampuan bidan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan, dan
sikap. Muchtar (2010) menjelaskan kemampuan bidan tersebut, yaitu:

1. kompetensi inti atau dasar, yaitu kompetensi minimal yang mutlak dimiliki oleh
bidan; dan
2. kompetensi tambahan atau lanjutan, yaitu pengembangan dari pengetahuan dan
keterampilan dasar untuk mendukung tugas bidan dalam memenuhi tuntutan/kebutuhan
masyarakat yang sangat dinamis serta perkembangan Iptek.

Budiman (2010:108) menjelaskan dimensi kompetensi asuhan kebidanan, yaitu:

1. mampu melakukan/melaksanakan asuhan kebidanan pemeriksaan fisik ibu hamil;

2. mengidentifikasi secara dini pola persalinan abnormal dan kegawatdaruratan


dengan intervensi sesuai SOP atau rujukan yang tepat;

3. mampu memimpin persalinan dalam kondisi bersih, aman dan menangani situasi
kegawatdaruratan bersama tim kebidanan;

4. menangani keadaan di ruang bersalin pasca persalinan ibu, agar tetap bersih dan
tidak membahayakan dirinya dan rekan sekerja; dan

5. memindahkan ibu nifas dan bayi pasca persalinan keruang perawatan Ibu & anak.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/Menkes/149/2010 tentang ijin dan


penyelenggaraan praktek bidan, yaitu;

1. bidang dalam memberikan pelayanan kebidanan;

2. bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan repproduksi perempuan; dan

3. bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat.

Murnia (2010:102) menjelaskan syaratsyarat profesional, yaitu:

1. memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis;

2. melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan sebagai tenaga professional;

3. keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat;

4. memiliki kewenangan yang disyahkan atau diberikan oleh pemerintah;

5. memiliki peran dan fungsi yang jelas;

6. memiliki kompetensi yang jelas dan terukur;

7. memiliki organisasi profesi sebagai wadah;

8. memiliki kode etik kebidanan;

9. memiliki standar pelayanan;

10. memiliki standar praktik;

11. memiliki standar pendidikan yang mendasar dan mengembangkan profesi sesuai
kebutuhan pelayanan; dan

12. memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan


kompetensi.
Pengetahuan kesehatan masyarakat bukan hanya didapat dari penyuluhan
kesehatan saja tetapi bisa juga didapat melalui media elektronik, media cetak dan lain-lain.
Pengetahuan masyarakat biasa berbeda dengan petugas kesehatan karena masyarakat
biasa hanya mengetahui sesuai dengan pengalaman dan dilihat dalam kehidupan sehari-
harinya. Pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan berhubungan pula dengan perilaku
kesehatannya karena masyarakat akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya dan pengelaman yang dimilikinya. Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran
manusia sebagai hasil penggunaan panca indranya, yang berbeda sekali dengan
kepercayaan, takhayul dan penerangan yang keliru (Soekanto, 2005). Semakin banyak
informasi yang didapat maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat karena
informasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan
seseorang.

Menurut Notoatmodjo, (2003:78) pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk


mengingat fakta, simbol, prosedur dan teori. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan
terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terjadi melalui indera manusia yakni
indera penglihatan, indera pendengaran, indera penciuman, indera rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Herman (2011:89)
pengetahuan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.
Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang sesuatu hal, maka ia akan
cenderung mengambil keputusan yang lebih tepat berkaitan dengan masalah tersebut
dibandingkan dengan mereka yang pengetahuannya rendah (Permata, 2002). Ibu hamil
dalam merencanakan proses persalinannya memerlukan suatu informasi yang benar,
sehingga ibu mempunyai gambaran tentang kehamilan serta proses persalinan. Dari
informasi dan gambran tersebut, diharapkan ibu lebih siap dalam menghadapi proses
persalinan manapun. Pengetahuan ibu tentang keadaan kehamilan dan persalinan yang
akan dilakukan, memungkinkan untuk mempersiapkan fisik dan mental, sehingga ibu dapat
memilih proses persalinan yang tepat dan aman.
BAB III

PENUTUP
1. Kesimpulan
Kemampuan/kompetensi bidan adalah kemampuan dan karakteristik yang meliputi
pengetahuan, keterampilan dan prilaku yang harus dimiliki oleh seorang bidan dalam
melaksanakan praktik kebidanan secara aman dan bertanggungjawab pada berbagai
tatanan pelayanan kesehatan. Standar kompetensi adalah rumusan suatu kemampuan yang
dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Standar kompetensi bidan adalah
rumusan suatu kemampuan bidan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan, dan
sikap. Muchtar (2010) menjelaskan kemampuan bidan tersebut,

Pengetahuan kesehatan masyarakat bukan hanya didapat dari penyuluhan kesehatan


saja tetapi bisa juga didapat melalui media elektronik, media cetak dan lain-lain.
Pengetahuan masyarakat biasa berbeda dengan petugas kesehatan karena masyarakat
biasa hanya mengetahui sesuai dengan pengalaman dan dilihat dalam kehidupan sehari-
harinya.

Maka standard kompetensi bidan sangatlah penting untuk menjaga kinerja dari seorang
bidan. Bidan juga harus menaati dan melaksanakan standar kompetensi agar dirinya
berguna dan tidak bekerja asal asalan. Standar kompetensi ini penting karena mengingat
bidan memiliki tugas untuk memberikan informasi dan membantu ibu hamil untuk melahirkan
yang nantinya akan menjadi penerus bangsa. Dan penting untuk meminimalisir kematian
akibat kehamilan.
Daftar Pustaka
Susanti, R. (2017). pengaruh kompetensi bidan, pengetahuan masyarakat dan fasilitas
kesehatan terhadap status kesehatan ibu hamil di kota Banjarmasin. KINDAI, 13(2),
141-153

Faiza, E. I., & Fithr, A. N. (2020). Profil Kompetensi Bidan Puskesmas dalam Pencegahan
Stunting di Denpasar Bali. Kendedes Midwifery Journal, 1(5), 6-17.

Silviana, S., & Darmawan, E. S. (2019). Analisis Standar Kompetensi Tenaga Kesehatan di
Rumah Sakit Bhakti Yudha Depok Tahun 2017. Jurnal Administrasi Rumah Sakit
Indonesia, 4(1), 35-47.

Anda mungkin juga menyukai