Anda di halaman 1dari 2

Psikolog VS Psikiater, Apa Bedanya?

Kesehatan mental pada zaman dahulu dianggap remeh, dipandang sebelah mata,
bahkan dianggap sebagai suatu masalah terkait hal-hal gaib. Saat ini kesehatan mental sudah
mulai dianggap sebagai suatu hal yang penting bagi masyarakat Indonesia. Isu-isu terkait
kesehatan mental sudah banyak diangkat dan menjadi lebih di”pandang”. Namun, pada
kenyataannya masih banyak juga masyarakat yang bingung harus pergi kemana untuk
memeriksakan kesehatan mental mereka, apakah ke Psikolog atau ke Psikiater? Oleh karena
itu, mari kita bahas pertanyaan tersebut.
Psikolog adalah para lulusan pendidikan profesi yang berkaitan dengan praktik
psikologi dengan latar belakang pendidikan Sarjana Psikologi (S1) kemudian mengikuti dan
lulus dari pendidikan strata 2 (S2) Magister Profesi Psikologi. Psikolog wajib memiliki izin
praktik untuk dapat memberikan pelayanan psikologi. Bidang pendidikan Magister Profesi
Psikologi sendiri ada beraneka ragam, dan bidang yang paling dekat dengan Psikiater adalah
Psikologi Klinis. Ikatan Psikolog Klinis Indonesia menyebutkan bahwa Psikologi Klinis
memberikan pelayanan berupa jasa maupun praktik psikolog klinis yang bertujuan untuk
menolong individu maupun kelompok dalam bentuk pemeriksaan dan intervensi psikologis.
Masalah yang dapat ditangani oleh Psikolog Klinis yaitu kecemasan berlebihan, depresi,
trauma psikologis, pikiran/perilaku menyakiti diri sendiri atau orang lain, perilaku
kecanduan, masalah citra tubuh, gangguan makan, gangguan tidur, autism, ADHD, kesulitan
belajar, masalah perilaku lainnya yang mengganggu pengembangan diri.
Psikiater adalah para lulusan pendidikan Sarjana Kedokteran (S1) kemudian
melanjutkan studi spesialis kedokteran jiwa atau yang biasa dikenal dengan sebutan psikiatri
(dr. SpKJ). Psikiater biasanya menangani masalah gangguan jiwa sedang sampai berat
dimana membutuhkan bantuan obat (farmakoterapi) karena dianggap gangguan tersebut
memengaruhi fungsi kehidupannya, memberikan terapi stimulasi otak, pemeriksaan fisik dan
laboratorium. Masalah yang biasa ditangani oleh Psikiater adalah gangguan mood berat,
depresi berat, halusinasi, delusi, skizofrenia, gangguan kepribadian, dan sebagainya.
Jadi, kapan kita harus ke Psikolog dan kapan harus ke Psikiater? Anda dapat menemui
Psikolog apabila merasa lelah secara terus menerus, tertekan, stres yang disebabkan
pengalaman kehidupan sehari-hari (masalah keluarga, sekolah, pertemanan, pekerjaan,
percintaan, trauma masa lalu, dan sebagainya), motivasi menurun secara drastis, emosi tidak
stabil, merasa rendah diri, cemas, maupun khawatir berlebihan. Anda juga dapat menemui
Psikolog Klinis untuk melakukan tes-tes psikologi seperti tes intelektual (IQ), tes
perkembangan anak, tes masalah klinis pada anak (contoh: autisme, ADHD, gangguan
perilaku), tes minat bakat, tes kepribadian, dan serangkaian tes psikologi lainnya. Sedangkan,
Anda dapat menemui Psikiater apabila pada gangguan psikologis yang dialami lebih berat
dan rumit sehingga membutuhkan bantuan dari obat-obatan, serta muncul keinginan untuk
menyakiti diri sendiri maupun orang lain, dan keinginan untuk bunuh diri.
Pada prinsipnya, Psikiater maupun Psikolog dapat bekerja sama dalam praktiknya.
Apabila gangguan klien telah tergolong berat, kompleks, dan membutuhkan tindakan medis,
maka Psikolog akan membutuhkan bantuan Psikiater untuk melakukan diagnosis dan
penanganan dari segi medis. Mencari dan menerima bantuan dari profesional bukan berarti
kita tidak waras atau gila, namun hal tersebut berarti bahwa kita mencintai diri kita sebab
mungkin kita membutuhkan refleksi ataupun bantuan untuk menyadari keadaan diri dengan
melihat segala sesuatu secara objektif yang mana hal tersebut membutuhkan bantuan
profesional.

Anda mungkin juga menyukai