Anda di halaman 1dari 33

Pertemuan 2

Prinsip Umum Surveilans


Kesehatan
Sejarah
Abad ke 14-15
Pada sekitar tahun 1348 di Eropa terjadi epidemi atau wabah
penyakit pneumonia karena pes (pneumonia plague) dan
dikenal dengan istilah “Black Death”.
Republik Venesia (The Venetian Republic) mengangkat
pengawas kesehatan yang bertugas untuk mendeteksi dan
menolak kapal-kapal yang memiliki penumpang terinfeksi
penyakit pes sebelum memasuki negara tersebut.
Deteksi penyakit ini merupakan tindakan yang dapat
dianggap sebagai kegiatan surveilans yang dilakukan secara
primitif oleh suatu negara dibenua Eropa untuk pertama
kalinya.
Abad ke 16-17
Pencatatan kematian mulai dilakukan di beberapa kota-kota
besar di negara Eropa.
Undang-undang tentang kematian di London atau yang
dikenal dengan “London Bills of Mortality”.
Para sekretaris paroki (Parish Clerks) di ibukota London
mulai mencatat dan melaporkan setiap minggunya, tentang
orang-orang yang dikubur dan penyebab kematiannya pada
“The Hall of Parish Clerks” Company.
Laporan ini kemudian diterbitkan secara mingguan kepada
yang memerlukan dan disebut dengan “Bill Mortality”
sehingga tindakan yang sesuai dapat diambil secara konkrit.
Abad ke 17
Laporan mingguan secara ilmiah disusun pertama kali oleh
John Graunt pada tahun 1662.
Laporan ini memuat informasi tentang jumlah penduduk kota
London dan jumlah yang meninggal karena sebab tertentu.
Dengan demikian John Graunt adalah orang yang pertama
kali yang mempelajari konsep jumlah dan pola penyakit
secara epidemiologis, yang menerbitkan buku yang berjudul
“Natural and Political Observation on the Bills of Mortality”.
Abad ke 18
Johann Peter Frank (1776); Kegiatan surveilans dengan
mengangkat polisi kesehatan di Jerman.
Pengawasan dilakukan terhadap kesehatan anak sekolah, ibu
dan anak, pencegahan kecelakaan, pemeliharaan air dan
limbah
Tahun 1741, Amerika melaksanakan Surveilans. “Rhode Island”
mengeluarkan peraturan bahwa pegawai restoran wajib
melaporkan penyakit menular yang diderita
Dua tahun berikut diwajibkan untuk lapor tentang penyakit
Kolera, Demam kuning, Cacar
Abad ke 19-20
Willian Farr bertugas mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan
menginterpretasi statistik vital serta menyebarluaskan hasilnya dalam
bentuk laporan mingguan, bulanan dan tahunan.
Tindakan Farr diikuti dan diperluas oleh Edwin Chadwick dan Louis Rene
Villerme Shattuck.
Kebutuhan data penyebab kematian yang lebih akurat mendorong
pemerintah Inggris untuk membentuk Kantor Pencatatan Umum pada
tahun 1836 dan pada tahun berikutnya diberlakukan pencatatan dan
pemberian sertifikat kematian.
Penyusunan nomenklatur internasional nama-nama penyakit dan
penyebab kematian.
William Farr dikenal sebagai bapak pendiri konsep surveilans secara
modern.
Abad ke 19-20
Definisi
“the ongoing systematic collection, analysis, and
interpretation of health-related data essential to the
planning, implementation, and evaluation of public
health practice, closely integrated with the timely
disseminationof these data to those who need to know.
The final link in the surveillance chain is the
application of these data to prevention and control”

(CDC)
Definisi

the continuous, systematic collection, analysis and


interpretation of health-related data needed for the
planning, implementation, and evaluation of public
health practice

(WHO)

Definisi
Surveilans Kesehatan adalah kegiatan pengamatan
yang sistematis dan terus menerus terhadap data
dan informasi tentang kejadian penyakit atau
masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi
terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau
masalah kesehatan untuk memperoleh dan
memberikan informasi guna mengarahkan tindakan
pengendalian dan penanggulangan secara efektif
dan efisien.
(Peraturan Menteri Kesehatan RI No 45 Tahun 2014)
Surveilans merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
secara berkesinambungan, bukan suatu kegiatan yang
hanya dilakukan pada suatu waktu.

Kegiatan surveilans bukanhanya berhenti pada proses


pengumpulan data, namun yang jauh lebih penting
dari itu perlu adanya suatu analisis, interpretasi data
serta pengambilan kebijakan berdasarkan data
tersebut, sampai kepada evaluasinya.
Data yang dihasilkan dalam sistem surveilans
haruslah memiliki kualitas yang baik karena data ini
merupakan dasar yang esensial dalam menghasilkan
kebijakan/ tindakan yang efektif dan efisien.
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan harus
mampu memberikan gambaran epidemiologi yang
tepat berdasarkan dimensi waktu, tempat dan
orang.
Tujuan
Menyediakan informasi
tentang situasi,
kecenderungan
penyakit/masalah kesehatan,
Terselenggaranya investigasi
dan faktor risikonya sebagai
dan penanggulangan
bahan pengambilan
KLB/Wabah.
keputusan.
Dasar penyampaian informasi
Terselenggaranya
kesehatan kepada para pihak
kewaspadaan dini terhadap
yang berkepentingan sesuai
kemungkinan terjadinya
dengan pertimbangan
KLB/Wabah dan dampaknya.
kesehatan.
Fungsi dasar Surveilans Kesehatan tidak hanya untuk
kewaspadaan dini penyakit yang berpotensi
terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB), tetapi juga
sebagai dasar perencanaan dan pengambilan
keputusan program kesehatan jangka menengah dan
jangka panjang.
Prinsip Umum
Sasaran penyelenggaraan Surveilans Kesehatan
meliputi program kesehatan yang ditetapkan
berdasarkan prioritas nasional, spesifik lokal
atau daerah, bilateral, regional dan global, serta
program lain yang dapat berdampak terhadap
kesehatan.
Surveilans Kesehatan di Indonesia

Surveilans Penyakit Surveilans Penyakit


Menular Tidak Menular

Surveilans Kesehatan Surveilans


Lingkungan Kesehatan Matra

Surveilans Masalah Kesehatan Lainnya


*Menteri dapat menetapkan jenis Surveilans Kesehatan lain sesuai
dengan kebutuhan kesehatan.
Bentuk Penyelenggaraan Surveilans
Kesehatan

Surveilans Berbasis Indikator

Surveilans Berbasis Kejadian


Surveilans Berbasis
Indikator
Surveilans berbasis indikator Data
terstr
dilakukan untuk memperoleh t uk tu r
dima er sebut
gambaran penyakit, faktor risiko dan nfaat
kan d
masalah kesehatan dan/atau masalah rangk alam
kewa a
yang berdampak terhadap kesehatan spad
aan d
yang menjadi indikator program peny ini
atau a kit
dengan menggunakan sumber data masa
keseh lah
yang terstruktur (contoh:laporan atan.
mingguan/bulanan kasus, kunjungan
neonatal)
Surveilans Berbasis
Kejadian
Kegia
Surveilans berbasis kejadian tan s
berba urvei
sis ke lans
dilakukan untuk menangkap dan dilak ja dian
ukan
memberikan informasi secara cepat kegia mela
tan v lui
tentang suatu penyakit, faktor terha erifik
dap r asi
risiko, dan masalah kesehatan, terka umor
it kes
atau ehata
dengan menggunakan sumber data b e r n
terha damp
selain data yang terstruktur dap k ak
di wil eseha
(menangkap masalah kesehatan yang ayah tan
terse
tidak tertangkap melalui but.
surveilans berbasis indikator).
Aktivitas Pengumpulan Data
Surveilans Kesehatan

Aktif

Pasif
Analisis data dilakukan dengan metode epidemiologi
deskriptif dan/atau analitik untuk menghasilkan
informasi yang sesuai dengan tujuan surveilans yang
ditetapkan.
Informasi yang Besaran Faktor risiko
dihasilkan dari masalah

Surveilans Patogenisitas,
Kesehatan Endemisitas virulensi, mutasi

digunakan
Status Kualitas
sebagai KLB/wabah pelayanan
pedoman untuk
pengambilan Kinerja Dampak
keputusan* program program

*Pengambilan keputusan dapat berbentuk kebijakan teknis, penetapan keputusan, atau pengaturan.
Diseminasi informasi dilakukan dengan
cara:
Menyampaikan informasi kepada unit yang
membutuhkan untuk dilaksanakan tindak lanjut;
Menyampaikan informasi kepada Pengelola
Program sebagai sumber data/laporan surveilans
sesuai ketentuan peraturan perundangundangan;
Memberikan umpan balik kepada sumber data
dalam rangka perbaikan kualitas data.
Koordinasi,
Jejaring Kerja,
dan
Kemitraan
Koordinasi, jejaring
kerja, dan kemitraan
diarahkan untuk:

Identifikasi masalah kesehatan dan/atau masalah


yang berdampak terhadap kesehatan
Kelancaran pelaksanaan investigasi dan respon cepat
Keberhasilan pelaksanaan penanggulangan
KLB/wabah
Peningkatan dan pengembangan kapasitas teknis
dan manajemen sumber daya manusia
Pengelolaan sumber pendanaan.
Pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan Surveilans Kesehatan dilakukan
oleh Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi,
dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
sesuai tugas dan fungsi masing-masing untuk:

Meningkatkan kualitas data dan informasi;


Meningkatkan kewaspadaan dini KLB dan
respons;
Meningkatkan kemampuan penyelidikan
epidemiologi.
Pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan Surveilans Kesehatan dilakukan
melalui asistensi teknis, bimbingan teknis, dan audit.

Anda mungkin juga menyukai