Anda di halaman 1dari 13

DOI: 10.5281/zenodo.

6864936

Stilistika Volume 10, Nomor 2, Mei 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

ASPEK-ASPEK PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA


SEBAGAI UPAYA PENGUATAN LITERASI ANAK
TUNARUNGU

oleh
Nengah Arnawa , Anak Agung Gde Alit Geriaii, I Gusti Lanang Rai Arsanaiii
i

Ni Luh Gede Liswahyuningsihiv, Putu Agus Permanamiartav


FKIP, Universitas PGRI Mahadewa Indonesia
nengah.arnawa65@gmail.comi, aaalitgria63@gmail.comii,
lanangarsana@gmail.comiii, niluhgedeliswahyuningsih@gmail.comiv
aguspermanamiarta@gmail.comv

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan kapasitas literasi anak
tunarungu. Kapasitas literasi diungkapkan melalui pengukuran kecepatan efektif
membaca. Kecepatan efektif membaca diukur melalui kombinasi jumlah kata yang
dibaca per menit dengan tingkat pemaham isi. Data penelitian dimabil dari 30 anak
tunarungu, yang ditentukan secara purposive sampling. Selain itu, penelitian ini pun
menggunakan 3 orang guru SLB, sebagai informan. Hasil penelitian menunjukkan
diparitas kecepatan efektif membaca yang sangat tinggi antara yang dicapai anak
tunarungu dengan angka rujukan anak normal. Kecepatan efektif membaca anak
tunarungu berada pada rentang 33,0 – 68,3. Redahnya kecepatan efektif membaca itu
disebabkan adanya hambatan kebahasaan yang dialami anak tunarungu. Hambatan
kebasaan itu terletak pada aspek kosakata, ungkapan/idiom, pemahaman makna
abstrak, dan pemahaman kalimat luas dan kompleks. Utuk mengatasi ini, guru
mengupayakan pengajaran bahasa Indonesia dengan menerapkan pendekatan
komunikasi total.

Kata Kunci: Tuna Rungu, Kecepatan Efektif Membaca, Literasi, Pendekatan


Komunikasi Total

ASPECTS OF INDONESIN LANGUAGE LEARNING AS AN EFFORT TO


STRENGTHEN DEAF CHILDREN LITERACY

The objective of this study is to reveal literacy capacity of deaf children.


Literacy capacity is expressed by measuring the reading effective speed. Reading
effective speed is measured by the combination of words number read per minute
with the level of content understanding. The research data were taken from 30 deaf
children, who were determined by purposive sampling. In addition, this study also
used 3 SLB teachers as informants. The result shows a very high disparity in the
reading effective speed between the reference score achieved by deaf children and
normal children. The reading effective speed of deaf children is in the range of 33.0

378
DOI: 10.5281/zenodo.6864936

Stilistika Volume 10, Nomor 2, Mei 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

– 68.3. The low speed is due to the language barrier experienced by deaf children.
The barrier lies in aspects of vocabulary, expressions/idioms, understanding of
abstract meanings, and understanding of broad and complex sentences. To overcome
this matter, the teacher strives to teach Indonesian by applying a total
communication approach.

Keywords: deaf, reading effective speed, literacy, total communication approach

PENDAHULUAN menetapkan Gerakan Literasi

L
iterasi sering dijadikan salah Nasional (GLN), yang mencakup
satu indikator kemajuan Gerakan Literasi Sekolah (GLS),
suatu bangsa. Ironisnya, Gerakan Literasi Masyarakat (GLM),
justeru pada aspek inilah dan Gerakan Literasi Keluarga
kelemahan para peserta didik di (GLK). Penetapan program GLN itu
Indonesia. Kemendikbud (2017), merupakan implementasi
dengan merujuk pada hasil survei Permendikbud Nomor 23 Tahun
Programme for International Student 2015 tentang Penumbuhan Budi
Assesssment (2015), melaporkan Pekerti, yang didalamnya mengatur
bahwa kemampuan anak usia 9 – 14 kewajiban membaca 15 menit
tahun dalam pemahaman dan sebelum pelajaran dimulai.
penggunaan bahan bacaan berada Sebagai salah satu unsur GLN,
pada urutan sepuluh terbawah di GLS wajib diimplementasikan oleh
dunia. Data ini menunjukan bahwa semua jenis dan jenjang sekolah,
minat baca dan literasi siswa tidak terkecuali Sekolah Luar Biasa
merupakan salah satu simpul (SLB), yang salah satu kelompok
masalah pembelajaran yang sangat peserta didiknya merupakan anak
urgen diselesaikan. Penyelesaian tunarungu. Dalam hal literasi, anak
persoalan literasi anak bangsa ini tunarungu termasuk kelompok rentan
perlu dilakukan secara komprehensif yang perlu mendapat perhatian
dengan melibatkan semua pemangku khusus. Kerentanannya bersumber
kepentingan. Berdasarkan logika dari hambatan penguasaan bahasa
empirik itu, pemerintah, melalui lisan (menyimak dan berbicara).
Kementerian Pendidikan, Hambatan itu sangat berdampak pada
Kebudayaan, Riset dan Teknologi kemampuannya berliterasi. Untuk

379
DOI: 10.5281/zenodo.6864936

Stilistika Volume 10, Nomor 2, Mei 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

mengatasi persoalan ini, perlu ada 1983). Pembentukan generasi


upaya sungguh-sungguh untuk pembelajar sepanjang hayat (literat)
mengembangkan keterampilan sangat dibutuhkan agar dapat
berbahasa tulis (membaca dan memanfaatkan kederasan arus
menulis) bagi anak-anak tunarungu, informasi dan teknologi. Dalam
yang merupakan jalan sukses konteks pembentukan generasi muda
baginya untuk menguasai ilmu yang literat itu, anak-anak tunarungu
pengetahuan dan teknologi yang perlu mendapat perhatian khusus
akan mempengaruhi masa depannya karena meraka merupakan bagian
(Lederberg, et al., 2014). Selain itu, integral dari anak bangsa.
secara kognitif, kegiatan membaca Dari sudut pandang psikologi,
dan menulis yang kreatif merupakan setiap anak tunarungu merupakan
upaya pelibatan anak tunarungu induvidu unik dengan potensi
dalam pembelajaran agar mereka berbeda-beda. Setiap potensi itu
memiliki keterampilan literasi dapat dikembangkan seoptimal-
(Luckner, et al., 2005; Enns,2009). optimalnya untuk menghadapi
Setakat dengan itu, Alothman (2021) tantangan dan peluang masa
mengatakan bahwa kemampuan depannya (Pratiwi, 2011; Haenudin,
literasi anak tunarungu dapat 2013; Suparno, 2001).
diidentifikasi berdasarkan Pengembangan potensi anak
keterampilan membaca dan tunarungu dapat dilakukan melalui
menulisnya. kegiatan literasi. Literasi berkaitan
GLS merupakan salah upaya erat dengan keterampilan membaca
sistemik untuk membentuk generasi dan menulis (Gárate, 2014; Mayer,
muda Indonesia sebagai pembelajar 2007). Akan tetapi, literasi bukan
sepanjang hayat sehingga terbentuk sekadar kemampuan membaca dan
sumber daya manusia yang menulis; juga mencakup
berkualitas, produktif dan berdaya keterampilan berpikir kritis untuk
saing, berkarakter, serta nasionalis memilih dan memilah informasi tepat
(Kemendikbud, 2016a; guna yang dapat diaplikasikan dalam
Kemendikbud, 2016b; Anshari, kehidupan sehari-hari (Hassanzadeh

380
DOI: 10.5281/zenodo.6864936

Stilistika Volume 10, Nomor 2, Mei 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

& Nikkhoo, 2019; Ingvalson, et al, guru merupakan contoh efektif untuk
2020; Harris, 2015). Di sinilah mengimplementasiskan GLS bagi
persoalan yang dihadapi oleh anak- anak tunarungu yang dimulai dari
anak tunarungu. Karena keterbatasan kegiatan pembiasaan,
fisiknya, mereka mengalami pengembangan, dan pembelajaran.
hambatan dalam pemerolehan Lintangsari, et al (2019) melaporkan
bahasa. Hambatan pemeroehan bahwa kelemahan nararif tingkat
bahasa berdampak serius pada mikro berpengaruh signifikan
keterampilan membaca dan terhadap rendanya keterampilan
menulisnya. Untuk membantu leterasi anak tunarungu. Dari ketiga
mengatasi hambatan literasi yang contoh penelitian dua tahun terakhir
bersumber dari hambatan itu, tampaknya hambatan aspek-
pemerolehan bahasa dipandang perlu aspek ke-bahasa-an Indonesia pada
ada upaya pengungkapan aspek- anak tuna rungu perlu diungkapkan
aspek kebahasaan yang perlu sebagai upaya menjadikan mereka
diprioritaskan pada pembelajaran generasi literat. Untuk memenuhi
bahasa Indonesia bagi peserta didik kebutuhan itulah, penelitian ini
tunarungu. Untuk menjawab dilakukan.
kesenjangan itulah penelitian ini
METODE
dilakukan.
Di Indonesia, penelitian Penelitian ini dirancang dengan
tentang literasi anak tunarungu sudah desain kualitatif. Sesuai
relatif sering dilakukan; akan tetapi karakteristiknya, penelitian ini
masih jarang yang mengkaji aspek- berupaya menjelaskan relasi subjek
aspek ke-bahasa-an Indonesia. dengan peristiwa (Miles &
Kurniawati, et al (2020) melaporkan Huberman, 2014; Strauss & Corbin,
bahwa literasi media dapat 2003). Subjek penelitian ini adalah
meningkatkan kesadaran anak anak tunarungu dan peristiwanya
tunarungu menggunakan media adalah kegiatan literasi. Subjek
sebagai sarana literasi. Monovy dan penelitian ini terdiri dari siswa kelas
Sopandi (2020) melaporkan bahwa VI, IX, XII, guru, dan kepala sekolah

381
DOI: 10.5281/zenodo.6864936

Stilistika Volume 10, Nomor 2, Mei 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

dari 3 SLB. Jumlah subjek yang Keterangan:


KEM = kecepatan efektif
terlibat terdiri dari 30 orang siswa membaca jk =
tunarungu, 3 orang guru. Subjek jumlah kata yang dibaca
m = waktu membaca
penelitian ditetapkan dengan teknik (menit) sn = skor nyata
yang diperoleh
purposive sampling. Kriteria siswa SMI = skor maksimal ideal
yang dipilih sebagai subjek kpm = kecepatan membaca/menit
penelitian adalah mereka yang
tergolong tunarungu murni; artinya 2. Menganalis portofolio
yang tidak mengalami hambatan kinerja belajar siswa untuk
ganda, misalnya tunarungu sekaligus mengungkapkan hambatan
tunagrahita. Data dikumpulkan dari kebahasaan yang dialami
tes kecepatan membaca, portofolio anak tunarungu.
kinerja belajar siswa, catatan prestasi 3. Menganalisis dokumen hasil
hasil belajar yang ada pada guru, belajar yang ada pada guru.
wawancara dengan guru, serta 4. Menanalisis lingkungan
observasi lingkungan sekolah yang sekolah yang mendukung
mendukung kegiatan literasi. Data kegiatan literasi.
yang diperoleh dari masing-masing 5. Menganalis hasi wawancara
teknik pengumpulan data itu sekalian dengan guru dan kepala
sebagai bentuk triangulasi untuk sekolah.
memvalidasi. Data yang diperoleh 6. Menarik simpulan.
dianalisis secara induktif dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
pendekatan grounded theory.
Adapun tahap-tahap analisis data Kecepatan Efektif Memabaca
Anak Tunarungu
data dapat dirinci seperti berikut ini.
Kecepatan efektif membaca
1. Menghitung kecepatan
(KEM) merupakan kombinasi antara
efektif membaca anak-anak
kecepatan menbaca dengan tingkat
tunarungu dengan rumus:
pemahaman pesan yang dibaca.
Kecepatan membaca dihitung dari
(Diadaptasi dari Jumaidi, jumlah kata yang dibaca per menit;
dkk; 2013)
serta pemahaman isi dihitung dengan

382
DOI: 10.5281/zenodo.6864936

Stilistika Volume 10, Nomor 2, Mei 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

22.
membandingkan skor nyata yang 8,1 64,1 8 51,3 siswa kelas
23. 7,1 73,1 9 65,8 XII
diperoleh dengan skor maksimal 24. 7,6 68,3 10 68,3
25. 6,3 82,4 8 65,9
26.
ideal. Untuk mengatahui KEM anak- 9,2 56,4 8 45,1
27. 7,6 68,3 8 54,6
anak tunarungu, pada penelitian 28.
ini, 7,1 73,1 9 65,8
29. 6,9 75,2 8 60,1
30.
subjek penelitian ditugasi membaca 6,4 81,1 8 64,9

teks yang berjudul “Tips Hidup Berdasarkan sebaran data yang


Sehat di Rumah Selama Pandemi tertera pada tabel 1 di atas, dapat
Covid-19” (dikutip dari dirumuskan rentang KEM rata-rata
https://yoursay.suara.com/health/ anak tunarungu seperti berikut ini.
tanggal 20 Juli 2020). Teks tersebut Tabel 2. Rentang Kecepatan
terdiri dari 519 kata. Untuk Membaca Efektif (KEM) Anak
mengetahui pemahaman isi teks itu Tunarungu
disediakan 10 pertanyaan dan setiap No. Kelas KEM
pertanyaan memiliki bobot 1; 1. VI 33,0 – 37,1 kpm

sehingga skor maksimal idealnya 3. IX 37,0 – 45,5 kpm


3. XII 45,1 – 68,3 kpm
adalah 10. Berdasarkan tes tersebut
diperoleh data sebagai berikut. Terhadap tabel 1 dan 2 di atas,
Tabel 1. Data Kecepatan Membaca ada dua hal yang perlu mendapat
Efektif (KEM) Anak Tunarungu perhatian. Pertama, ada relasi antara
No. Waktu Rerata Skor KEM Keterangan
Subjek Membaca Kecepatan/ Nyata (kpm) usia dengan KEM pada anak
(menit) menit
1. 10,5 49,4 7 34,6 1 – 10 tunarungu. Semakin tinggi usia anak
2. 9,3 55,8 6 33,5 Siwa kelas
3. 9,8 53,0 7 37,1 VI cenderung tingkat KEM-nya semakin
4. 11,0 47,2 7 33,0
5. 9,4 55,2 6 33,1 baik. .Kedua, tampak ada keterkaitan
6. 11,2 46,3 8 37,0
7. 9.2 56,4 6 33,8 antara kecepatan membaca dengan
8. 10,8 48,1 7 33,7
9. 11,2 46,0 8 36,8 KEM. Anak yang membaca lebih
10. 10,1 51,4 7 36,0
11. 8,3 62,5 7 43,8 11 – 20 lambat cenderung menunjukkan
12. 6,9 75,2 6 45,1 siswa kelas
13. 11,2 46,3 8 37,0 IX KEM yang lebih baik. Terhadap
14. 7,9 65,7 6 39,4
15. 10,0 51,9 8 41,5 kedua temuan itu dapat diberikan
16. 8,1 64,1 7 44,9
17. 7,8 66,5 6 39,9 pembahasan berikut ini.
18. 8,0 64,9 7 45,4
19. 9,2 56,4 7 39.5 Secara teoretis pemerolehan
20. 11,7 44,4 9 40,0
21. 7,3 71,1 8 56,9 21 – 30 bahasa dipengaruhi oleh input

383
DOI: 10.5281/zenodo.6864936

Stilistika Volume 10, Nomor 2, Mei 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

linguistik. Baradja (1990) kuantitas dan kualitas aspek-aspek


menjelaskan tiga jalur input bahasa Indonesia yang telah
linguistik pada anak-anak, yakni dipelajarinya; seperti kosakata,
linguistik implisit, linguistik ungkapan, dan sintaksis. Penguasaan
eksplisit, dan pengetahuan lain. aspek-aspek kebahasaan itu diyakini
Linguistik implisit merupakan mempengaruhi KEM anak-anak
pemerolehan bahasa melalui tunarungu. Input ketiga bersumber
interaksi langsung dalam lingkungan dari pelajaran lain di kelas. Hal ini
alamiah. Dalam konteks penelitian terjadi karena bahasa Indonesia
ini, anak-anak tunarungu merupakan bahasa pengantar resmi
bersosialisasi bersama dalam pendidikan. Jadi, berdasarkan
lingkungannya dalam bahasa pijakan konseptual itu maka dapat
Indonesia; sehingga semakin tinggi disimpulkan bahwa KEM anak-anak
usianya, kuantitas dan kualitas input tunarungu dipengaruhi oleh usianya.
yang diperolehnya semakin baik. Selanjutnya, tabel 1
Kuantitas dan kualitas input menyajikan informasi bahwa KEM
linguistik yang diperoleh secara anak tunarungu pun berkaitan dengan
alamiah itulah mempengaruhi KEM kecepatan membacanya. Berdasarkan
anak-anak tunarungu. Input kedua data, ada kecendrungan bahwa anak-
adalah linguistik eksplisit, yakni anak yang membaca lebih lambat
mempelajari aspek-aspek bahasa justeru KEM-nya lebih baik.
secara formal terstruktur. Dalam Terhadap data ini dapat diberi
konteks penelitian ini, semakin tinggi pembahasan berdasarkan hakikat
usia anak-anak tunarungu, semakin KEM.
tinggi pula tingkat kelasnya. Dalam Kecepatan efektif membaca
hal pembelajaran bahasa, tingkat (KEM) merupakan representasi
kelas mencerminkan dua hal. keterampilan membaca ideal karena
Pertama, berkaitan dengan durasi merupakan kombinasi antara
waktu yang telah dijalani anak kecepatan dengan tingkat
tunarungu untuk mempelajari bahasa pemahaman (Darmawati, 2019).
Indonesia. Kedua, berkaitan dengan Kecepatan dihitung berdasarkan

384
DOI: 10.5281/zenodo.6864936

Stilistika Volume 10, Nomor 2, Mei 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

jumlah kata yang dibaca per menit; pendengarannya ≥ 70 ISO Db dan


dan pemahaman isi dihitung dari disebut kurang dengan apabila
perbadingan skor nyata dengan skor kehilangan pendengarannya 35 – 69
maksimal ideal. Berdasarkan data ISO Db (Haenudin, 2013). Hilang
pada tabel 1, tampak bahwa anak atau berkurangnya kemampuan
tunarungu yang memiliki kecepatan dengar anak tunarungu secara
membaca lebih lambat berhasil signifikan menyebabkan
mencapai skor nyata yang lebih terhambatnya penguasaan bahasa
tinggi. Data ini menginformasikan (Owens,1992). Hambatan
bahwa aktifitas kognitif anak kebahasaan anak tunarungu
tunarungu membutuhkan waktu yang berdampak pada keterampilan
lebih banyak untuk memahami isi literasinya.
bacaan. Data ini memperkuat konsep Alothman (2021) menjelaskan
bahwa kegiatan membaca bukanlah bahwa ketunarunguan berdampak
semata-mata aktifitas fisik. Membaca signifikan pada perkembangan
merupakan aktifitas reseptif yang bahasa anak. Keterbatasan bahasa
melibatkan aspek kognitif. Oleh anak tunarungu mengakibatkan
karena itu, pengembangan aspek mereka terhambat memahami dunia
kognitif anak tunarungu perlu sekitar. Bahasa isyarat yang mereka
mendapat pehatian. gunakan tidak bisa menggantikan
bahasa lisan. Bahasa isyarat memiliki
Hambatan Kebahasaan Anak keterbatasan yang lebih banyak
Tunarungu daripada bahasa lisan. Di sisi lain,
Secara umum, istilah kegiatan literasi sangat bergantung
tunarungu digunakan untuk pada dua keterampilan berbahasa,
mengidentifikasi seseorang yang yakni membaca dan menulis.
mengalami hambatan pendengaran. Keterampilan membaca sangat
Berdasarkan tingkat hambatannya, tergantung pada kemampuan
ada dua kelompok anak tunarungu, memahami inferensi, rekognisi kata,
yaitu tuli dan kurang dengar. Disebut kelancaran membaca, pengetahuan
tuli apabila seseorang kehilangan pembentukan kata (morfologi), dan

385
DOI: 10.5281/zenodo.6864936

Stilistika Volume 10, Nomor 2, Mei 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

pengetahuan pendukung yang Tabel 3. Angka Rujukan Kecepatan


relevan dengan bahan yang dibaca. Efektif Membaca

Keterbatasan bahasa anak tunarungu Jenjang


No. KEM
Pendidikan
menyebabkan kebutuhan pendukung
1. SD 80 – 140 kpm
keterampilan membaca itu tidak
3. SMP 140 – 175 kpm
mereka miliki. 3. SMA/SMK 175 – 245 kpm
Berdasarkan catatan dokumen
dari portofolio kinerja anak (Diadaptasi dari Artawati, dkk, 2014)
tunarungu, terungkap bahwa Selanjutnya, jika data KEM pada
keterbatasan bahasa Indonesia anak- tabel 2 dikomparasikan dengan
anak tunarungu terletak pada aspek- angka rujukan KEM pada tabel 3
aspek berikut: (a) penguasaan tampak disparitas yang sangat
kosakata yang sangat rendah, (b) signifikan. Jika diambil reratanya
kesulitan memahami arti akan tampak seperti pada tabel
ungkapan/idiomatik, (c) kesulitan berikut.
memahami makna kata abstrak, (d) Tabel 4. Diparitas Rerata KEM
kesulitan memahami kalimat panjang
Anak Tunarungu dengan Anak
dan kompleks. Temuan lapangan ini
Normal
memperkuat padangan Suparno (2001).
Rerata KEM
Dikaitkan dengan kegiatan
literasi, No. Jenjang
Anak
Rujukan
Keterangan
Pendidikan Anak
justeru keempat aspek kebahasaan itu Tunarungu
Normal
1. SD 35,05 110,0 ± 1 : 3,1
yang sangat dibutuhkan untuk
SMP 41,25 157,5 ± 1 : 4,8
meningkatkan KEM. Hambatan aspek-
SMA/SMK 56,70 210,0 ± 1 : 4,7
aspek kebahasaan inilah yang
menyebakan diparitas KEM yang sangat
Untuk mengurangi diparitas KEM
jauh antara anak tunarungu dengan
tersebut, aspek-aspek kebahasaan
KEM rujukan anak-anak normal. KEM
yang menghambat kegiatan literasi,
rujukan anak normal bukanlah angka
seperti kosakata, idiom/ungkapan,
riil, tetapi angka ideal. Angka rujukan
KEM untuk anak normal seusianya pembentukan kata (morfologi), dan
disajikan pada tabel berikut. pola-pola kalimat (sintaksis) perlu
lebih ditekankan dalam pembelajaran
bahasa Indonesia pada anak-anak

386
DOI: 10.5281/zenodo.6864936

Stilistika Volume 10, Nomor 2, Mei 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

tunarungu. Penekanan pada aspek- memiliki frekensi penggunaan tinggi


aspek kebahasan itu diyakini dapat di masyarakat.
meningkatkan keterampilan Suparno (1997) menjelaskan
membaca dan menulis, sehingga bahwa pendekatan komunikasi total
kapasitas literasi anak-anak merupakan upaya maksimal
tunarungu dapat ditingkatkan. memanfaatkan potensi auditif yang
tersisa pada anak tunarungu yang
Metode Pembelajaran Bahasa
dipadu dengan berbagai modus
pada Anak Tunarungu
komunikasi lainnya, seperti gerak
Pembelajaran bahasa Indonesia
tubuh, bahasa isyarat, wicara,
menjadi ‘pintu masuk’ untuk
membaca ujaran, ejaan jari,
meningkatkan kapasitas literasi.
menggambar, simbol-simbol, dan
Akan tetapi pada pendidikan anak
pada tingkat lanjut dilengkapi dengan
tunarungu beban berat itu justeru ada
membaca dan menulis. Secara
pada pembelajaran bahasa Indonesia.
psikologis, penerapan pendekatan
Sesuai karakteristiknya, anak
komunikasi total dalam pembelajaran
tunarungu memiliki hambatan auditif
bahasa Indonesia di SLB-B
sehingga mereka kurang memahami
merupakan pengakuan eksistensi
informasi lisan. Dari sudut pandang
anak tunarungu dalam satu kelompok
linguistik, hakikat belajar bahasa
sosial. Pengakuan itu diwujudkan
adalah belajar lisan; dari lisan ke
melalui pemilihan strategi dan
tulis (Parera, 1987). Inilah ‘kerja
pilihan materi pembelajaran yang
berat’ sejawat guru SLB-B. Atas
paling mungkin dan relevan bagi
keterbatasan auditif, berdasarkan
anak-anak tunarungu.
hasil wawancara, para guru SLB-B
umumnya menggunakan pendekatan SIMPULAN

komunikasi total dalam pembelajaran Hambatan kebahasaan yang

bahasa Indonesia. Pembelajaran dialami anak tunarungu berdampak

bahasa Indonesia dilakukan dengan pada kecepatan efektif membacanya.

prinsip fungsional, dengan lebih KEM anak tunarungu berada pada

mengutamakan pada aspek bahasa: rentang 33,0 – 68,3. Angka ini

kosakata, pola kalimat, yang berada di bawah angka rujukan ideal

387
DOI: 10.5281/zenodo.6864936

Stilistika Volume 10, Nomor 2, Mei 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

anak normal. Pemicunya adalah anak Baradja, M.F. 1990. Kapita Selekta
Pengajaran Bahasa. Malang :
tunarungu umumnya memiliki
Penerbit IKIP Malang.
keterbatasan kosakata, kesulitan
Darmawati. (2019). Meningkatkan
memahami ungkapan/idiom,
Kecepatan Efektif Membaca
kesulitan memahami makna abstrak, (KEM) dengan Menggunakan
Metode Klos Siswa Kelas XI
serta kesulitan memahami kalimat
IPA 2 SMA Negeri 3 Palopo.
luas dan kompleks. Untuk itu Jurnal Onama: Pendidikan
Bahasa dan Sastra, 5(1), 369 -
diperlukan upaya sungguh-sungguh
376
agar hambatan kebahasaan yang https://e-
journal.my.id/onoma/article/vie
dialami anak-anak tunarungu dapat
w/45/45
diatasi. Upaya yang telah dilakukan
Enns, C. (2009). Critical Literacy: Deaf
guru adalah menerapkan pendekatan Adults Speak Out. Exceptionality
komuniasi total dalam pembelajaran Education International, 19 (2), 3
– 20.
bahasa. https://www.researchgate.net/p
ublication/228643201

DAFTAR PUSTAKA Gárate, M. (2014). Developing


Bilingual Literacy in Deaf
Alothman, A.A. (2021). Language and Children. Kurosio Publisher,
Literacy of Deaf Children. 37 – 54.
Psychology and Education, 58(1),
https://www.researchgate.net/p
799 – 819.
ublication/335577186_Develop
https://doi.org/10.17762/pae.v5
ing_Bilingual_Literacy_in_De
8i1.832
af_Children
Anshari, H.M.H. (1983). Pengantar
Ilmu Pendidikan. Surabaya: Haenudin. (2013). Pendidikan Anak
Usaha Nasional. Berkebutuhan Khusus:
Tunarungu. Jakarta: Luxima.
Artawati, N.K., Kristiantari, MG.R.,
Suara, I M. (2014). Penerapan Harris, M. (2015). The Impact of
Teknik Tri-Fokus Stave Snyder New Technologies on Literacy
pada Peningkatan Kecepatan Attainment of Deaf Children.
Membaca Efektif (KEM) mata Top Lang Disorders, 35(2) 120
Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa
– 132.
Kelas 4 SD Negeri 2 Rendang
Tahun Peljaran 2012/2013. E- https://doi.org/10.1097/TLD.00
Journal Mimbar PGSD, 2(1), hal. 00000000000052
1 – 11.
https://ejournal.undiksha.ac.id/ind Hassanzadeh, S. and Nikkhoo, F.
ex.php/JJPGSD/article/view/4124 (2019). Reading Literacy of
Deaf Students in Special

388
DOI: 10.5281/zenodo.6864936

Stilistika Volume 10, Nomor 2, Mei 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

Schools in Iran. International Kemendikbud. (2017). Panduan Gerakan


Journal of Special Education, Literasi Nasional.
34(1), 245 – 254. https://gln.kemdikbud.go.id/glnsit
https://files.eric.ed.gov/fulltext/ e/wp-
content/uploads/2017/08/panduan
EJ1237148.pdf
-gln.pdf
Ingvalson, E.M; Grieco-Calub, T.M., Kurniawati, R.D; Wijiastuti, A; dan
Perry, L.K; and VanDam, M. Yuliati. (2020). Pengembangan
(2020). Rethinking Emergent Program Pembinaan Literasi
Litercay in Children With Media bagi Siswa Tunarungu.
Hearing Loss. Frontiers in Kwangsan: Jurnal Teknologi
Psychology, 11(1), 1 – 12. Pendidikan, 8(2), 168 – 189.
http://doi.org/10.3389/fpsyg.2020. http://doi.org/10.31800/jtp.kwv8n
00039 2
Jumaidi; Atmazaki, dan H. E.
Thahar. (2013). Peningkatan Lederberg, A.R; E.M. Miller; S.R.
Kecepatan Membaca Tulisan Easterbrooks; C. M. Connor.
(2014). Foundations for Literacy:
Braille dengan Teknik Dua
An Early Literacy Intervention for
Tangan Bagi Tunanetra Kelas Deaf and Hard-of-Hearing
V SLB Negeri 2 Padang, Children. Journal of Deaf Studies
Jurnal Bahasa, Sastra dan and Deaf Education, 9(4), 438 –
Pembelajarannya Vol 1 (3), 60 455.
– 70. http://doi.org/10.10903/deafed/en
http://ejournal.unp.ac.id/index. u0202
php/bsp/article/view/5016
Lintangsari, A.P; Widodo, W; dan
Kemendikbud. (2015). Peraturan Kuswoyo, R.A. (2019).
Menteri Pendidikan dan Keterampilan Narasi Siswa
Kebudayaan Republik Indonesia Tuli pada Tingkat Mikro.
Nomor 23 Tahun 2015 tentang
Linguistik Indonesia, 37(2),
Penumbuhan Budi Pekerti.
https://simpuh.kemenag.go.id/reg
159 – 167. http://ojs.linguistik-
ulasi/permendikbud_23_15.pdf indonesia.org/index.php/linguis
tik_indonesia/article/view/107
Kemendikbud. (2016a). Desain Induk
Gerakan Literasi Sekolah. Luckner, J.L., Sebald, A.M., Cooney
http://repositori.kemdikbud.go.id/ J., and Muir, S.G. (2005). An
39/1/Desain-Induk-Gerakan- Examination of the Evidence-
Literasi-Sekolah.pdf Based Literacy Research in
Deaf Education. American
Kemendikbud. (2016b). Panduan Annals of the Deaf, 150(5), 443
Gerakan Literasi Sekolah di
– 456.
Sekolah Luar Biasa.
https://pauddikdasmen.kemdikbud
http://doi.org/10.1353/aad.2006
.go.id:1337/wp- .0008
content/uploads/2016/04/Panduan
-Gerakan-Literasi-Sekolah-di- Mayer, C. (2007). What Raelly
SLB.pdf Matters in the Early Literacy
Development of Deaf Children.

389
DOI: 10.5281/zenodo.6864936

Stilistika Volume 10, Nomor 2, Mei 2022 ISSN P 2089-8460


ISSN E 2621-3338

Journal of Deaf Studies and Owens. Jr. R.E. 1992. Langauge


Deaf Education , 12(4), 411 – Development : An Introduction.
430. New York : Macmillan
http://doi.org/10.1093/deafed/e Publishing Company.
nm020
Parera, J.D. (1987). Linguistik
Miles, M.B, dan A.M. Huberman. Edukasional. Jakarta:
(2014). Analisis Data Kualitatif. Erlangga.
Jakarta: Universitas Indonesia Pratiwi, M.M.S. (2011). Psikologi
Press.
Anak berkebutuhan Khusus.
Semarang: Semarang
Monovy, W. dan Sopandi, A.A. University Press.
(2020) Implementasi Gerakan
Literasi Sekolah Bagi Anak Strauss, A. Dan Corbin J. (2003).
Tunarungu Kelas VII di SLB Dasar-Dasar Penelitian
Negeri 1 Painan. JUPPEKhu: Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka
Jurnal Pendidikan Khusus, Pelajar.
8(1) 7 – 12.
http://ejournal.unp.ac.id/index. Suparno. (2001). Pendidikan Anak
php/jupekhu/article/view/1085 Tunarungu (Pendekatan
40 Orthodidaktik). Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta
Press.

390

Anda mungkin juga menyukai