Abstract
This research explores the effectiveness of game based learning (GBL) Keywords:
in improving the receptive language skills of children with intellectual Game Based
disabilities. Through the literature study method, this research collects Learning;
and analyzes data from various relevant sources, including academic Repetitive
journals, empirical studies, and related articles. The primary focus is on Language;
how GBL can facilitate receptive language learning, and how this Mentally Retarded
interaction impacts the cognitive and social development of children Children
with intellectual disabilities. The research results show that GBL offers a
more interactive and interesting approach, which is important in the
learning context of children with intellectual disabilities. This study
provides new insights into the application of educational technology in
supporting special educational needs, while highlighting the important
role of inclusive education.
Abstrak
Penelitian ini mengeksplorasi efektivitas game based learning (GBL) Keywords:
dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif anak tunagrahita. Game Based
Melalui metode studi literatur, penelitian ini mengumpulkan dan Learning; Bahasa
menganalisis data dari berbagai sumber yang relevan, termasuk jurnal Repetitif, Anak
akademik, studi empiris, dan artikel terkait. Fokus utama adalah pada Tunagrahita
bagaimana GBL dapat memfasilitasi pembelajaran bahasa reseptif, dan
bagaimana interaksi ini berdampak pada perkembangan kognitif dan
sosial anak tunagrahita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa GBL
menawarkan pendekatan yang lebih interaktif dan menarik, yang penting
dalam konteks pembelajaran anak tunagrahita. Studi ini memberikan
wawasan baru tentang penerapan teknologi pendidikan dalam mendukung
kebutuhan pendidikan khusus, sekaligus menyoroti peran penting
pendidikan inklusif.
PENDAHULUAN Kemampuan anak untuk menguasai
bahasa yang kompleks dalam waktu
Semua orang tua pasti
singkat merupakan aspek yang
berkeinginan untuk memberikan
menakjubkan dari perkembangan
pendidikan terbaik bagi
mereka (Hasanah & Sugito, 2020).
perkembangan anak-anak mereka,
dan peranan mereka dalam proses ini Inti dari bahasa terletak pada
tidak bisa diabaikan. Gaya fungsinya sebagai sarana untuk
pengasuhan yang diterapkan oleh menyatakan pikiran dan emosi
orang tua melibatkan interaksi dengan manusia, menggunakan suara sebagai
anak-anak yang mencakup mediumnya. Bahasa berperan sebagai
pemenuhan kebutuhan dasar fisik instrumen utama dalam komunikasi,
seperti makan dan minum, serta berpikir, mengekspresikan perasaan
kebutuhan psikologis termasuk individu, dan memahami perasaan
memberikan rasa aman dan kasih orang lain (Lubis, 2018). Baik bahasa
sayang. Ini juga mencakup proses reseptif maupun ekspresif memiliki
sosialisasi anak ke dalam norma pengaruh signifikan terhadap
sosial yang berlaku di masyarakat, berbagai aspek perkembangan
sehingga anak dapat hidup selaras manusia, termasuk psikologi,
dengan lingkungannya (Handayani, kepribadian, sosial, kecerdasan, dan
2021). Keterlibatan aktif orang tua ekonomi. Bahasa reseptif, khususnya,
sangat krusial untuk mencapai merujuk pada kemampuan
pembelajaran yang efektif selama memahami kata-kata dan bahasa,
masa perkembangan anak yang kritis yang mencakup proses menggali
(Rani et al., 2018). Sebagai penyedia informasi dan makna dari aktivitas
pendidikan pertama dan utama, orang sehari-hari, seperti interpretasi visual
tua memiliki tanggung jawab untuk (contohnya, melihat ibu memegang
memberikan stimulasi edukatif, kunci mobil mengindikasikan akan
arahan, dan perawatan kepada anak- pergi dengan mobil, atau lampu hijau
anak mereka, membantu mereka sebagai isyarat untuk melanjutkan
menjadi mandiri dan adaptif terhadap perjalanan), suara, dan kata-kata
lingkungan mereka, termasuk dalam (seperti memahami bahwa sirene
hal perkembangan bahasa. menandakan kedatangan mobil
pemadam kebakaran, atau mengenali kemandirian dalam lingkungan sosial
objek yang disebut "bola"), serta mereka. Oleh karena itu, peran orang
konsep-konsep seperti ukuran, tua dalam mendukung pengembangan
bentuk, warna, waktu, dan struktur bahasa reseptif pada anak tunagrahita
gramatikal (Khosibah & Dimyati, sangatlah krusial dan tidak boleh
2021). Oleh karena itu, kemampuan diabaikan.
bahasa reseptif sangat penting untuk
GBL muncul sebagai metode
memahami kalimat yang didengar
pendidikan yang menjanjikan,
dan dibaca, termasuk bagi anak-anak
terutama dalam konteks
tunagrahita.
pengembangan bahasa reseptif anak
World Health Organization tunagrahita (Komansilan, 2022). GBL
menjelaskan, anak tunagrahita mengintegrasikan elemen permainan
diidentifikasi memiliki dua ke dalam proses pembelajaran,
karakteristik utama. Pertama, fungsi memanfaatkan interaktivitas dan
intelektual mereka secara signifikan elemen visual yang menarik untuk
di bawah rata-rata, dan kedua, mereka memperkaya pengalaman belajar
menghadapi kesulitan dalam (Dhawo et al., 2022). Pendekatan ini
menyesuaikan diri dengan norma- sangat cocok untuk anak tunagrahita,
norma sosial yang berlaku (Hakim, karena menyediakan stimulus yang
2018). Anak-anak ini mengalami beragam dan menarik yang dapat
kendala dalam perkembangan mental membantu mereka dalam memahami
dan intelektual yang berimbas pada dan mengolah informasi bahasa.
pertumbuhan kognitif mereka serta Dengan GBL, anak-anak tunagrahita
kemampuan perilaku adaptif, dapat belajar dalam lingkungan yang
termasuk kesulitan dalam lebih menstimulasi dan
konsentrasi, emosi yang tidak stabil, menyenangkan, yang penting untuk
kecenderungan untuk menyendiri, mempertahankan perhatian dan
dan sensitivitas terhadap rangsangan motivasi mereka. Pendekatan ini juga
tertentu seperti cahaya. Komunikasi membuat anak tunagrahita untuk
memegang peranan penting dalam mempraktikkan dan mengembangkan
kehidupan anak tunagrahita, menjadi keterampilan bahasa reseptif mereka
kunci bagi mereka untuk mencapai dalam konteks yang lebih alami dan
interaktif, yang secara langsung HASIL DAN PEMBAHASAN
mendukung upaya orang tua dalam Peningkatan Kemampuan Bahasa
pendidikan dan pengembangan anak. Repetitif melalui GBL