Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Indera penciuman berdampak besar pada kualitas hidup pasien, dan gangguan penghidu

dikaitkan dengan perubahan nafsu makan dan suasana hati. Dengan meningkatnya perhatian

terhadap gangguan penghidu sebagai gejala infeksi SARS-CoV-2, para ahli medis

masyarakat harus siap untuk mendiagnosis disfungsi penciuman secara akurat.

Saltagi AK, Saltagi MZ, Nag AK, Wu AW, Higgins TS, Knisely A, Ting JY, Illing EA.

Diagnosis of Anosmia and Hyposmia: A Systematic Review. Allergy Rhinol (Providence).

2021 Jul 5;12

MACAM-MACAM GANGGUAN PENGHIDU

Gangguan penghidu secara etiologis dibagi menjadi tiga kategori sebagai berikut: disfungsi

konduktif (misalnya, disfungsi udara yang disebabkan oleh sinusitis dan alergi hidung),

disfungsi sensorineural (misalnya, degenerasi epitel penciuman dan saraf yang disebabkan

oleh infeksi virus dan gangguan akibat obat), dan disfungsi sentral (misalnya, gangguan

sistem saraf pusat yang disebabkan oleh cedera kepala, penyakit neurodegeneratif, dan

anomali kongenital).

Miwa T, Ikeda K, Ishibashi T, Kobayashi M, Kondo K, Matsuwaki Y, Ogawa T, Shiga H,

Suzuki M, Kenzo T, Furuta A, Motoo Y, Fujieda S, Kurono Y. Clinical practice guidelines

for the management of olfactory dysfunction-secondary publication. Auris Nasus Larynx.

2019; 46. 653-662.

Gangguan penghidu kuantitatif (anosmia, hiposmia) dapat dibedakan dari fungsi penciuman

normal. Sebagian besar gangguan penghidu merupakan gangguan yang didapat, ada pula

beberapa pasien yang lahir tanpa indra penciuman sehingga disebut anosmia kongenital. Pada
pasien tersebut, bulbus olfaktorius biasanya hipoplastik atau aplastik dan disertai dengan

sulkus olfaktorius yang dangkal.

Croy I, Nordin S, Hummel T. Olfactory disorder and quality of life-an update review.

ChemSenses. 2014;39: 185-94.

Beberapa pasien juga menunjukkan Gangguan penghidu kualitatif. Gangguan tersebut dapat

dibagi menjadi parosmia dan phantosmia-sering dicirikan sebagai sensasi yang tidak

menyenangkan. Parosmia adalah persepsi bau yang terdistorsi dengan adanya sumber bau;

phantosmia adalah persepsi bau tanpa adanya bau. Phantosmia dan parosmia biasanya

disebabkan oleh penyebab klasik hilangnya penciuman, misalnya penyakit sinus, infeksi

saluran pernapasan bagian atas, atau trauma kepala.

Croy I, Nordin S, Hummel T. Olfactory disorder and quality of life-an update review.

ChemSenses. 2014;39: 185-94.

PENYEBAB GANGGUAN PENGHIDU

Gangguan penghidu memiliki banyak etiologi, termasuk infeksi virus, trauma, obstruksi,

CRS, dan penyebab idiopatik.

Saltagi AK, Saltagi MZ, Nag AK, Wu AW, Higgins TS, Knisely A, Ting JY, Illing EA.

Diagnosis of Anosmia and Hyposmia: A Systematic Review. Allergy Rhinol (Providence).

2021 Jul 5;12

Gangguan penghidu dibagi menjadi gangguan kuantitatif dan kualitatif. Penyebab utama

Gangguan penghidu meliputi:

1. Trauma

2. Infeksi virus

3. Rhinosinusitis atau poliposis hidung


4. Penyakit neurodegeneratif seperti Parkinson

5. penyakit atau demensia Alzheimer

Gangguan penghidu pasca trauma mungkin disebabkan oleh pecahnya filamen penciuman

atau memar otak. Dalam kasus infeksi virus, faktor penyebab dianggap kerusakan neuron

reseptor penciuman. Penyebab Gangguan penghidu sinonasal termasuk faktor inflamasi atau

mekanis seperti pengalihan akses ke epitel penciuman.

Hüttenbrink KB, Hummel T, Berg D, Gasser T, Hähner A. Olfactory dysfunction: common in

later life and early warning of neurodegenerative disease. Dtsch Arztebl Int. 2013 Jan;110(1-

2):1-7

Untuk mengkonfirmasi dugaan etiologi umum anosmia dan hiposmia akibat trauma kepala,

rinosinusitis kronis (CRS) dengan atau tanpa poliposis, sindrom kongenital, atau neoplasma,

dokter telah menggunakan computed tomography (CT) atau magnetic resonance imaging

(MRI) di masa lalu. Sebagai alternatif, infeksi saluran pernapasan atas virus (URI) dan

anosmia/hiposmia idiopatik adalah diagnosis eksklusi setelah pengujian yang sesuai telah

selesai.

Saltagi AK, Saltagi MZ, Nag AK, Wu AW, Higgins TS, Knisely A, Ting JY, Illing EA.

Diagnosis of Anosmia and Hyposmia: A Systematic Review. Allergy Rhinol (Providence).

2021 Jul 5;12

Anda mungkin juga menyukai