Anda di halaman 1dari 6

Meskipun kita semua terlahir dengan potensi untuk mempelajari suatu bahasa,

ternyata kita tetap perlu mempelajarinya “dari” seseorang, atau lebih tepatnya, dari
orang-orang yang menjadi bagian dari budaya tempat kita tinggal. (1986: 189; Harding
dan Riley). Sebagai contoh, ada seorang bayi Simalungun yang sejak lahir dibawa ke
Netherlands dan diangkat menjadi anak oleh keluarga Wisselink. Anak ini mempelajari
bahasa Belanda, bukan bahasa Simalungun dan melalui beberapa tahap perkembangan
yang dilakukan oleh anakanak Belanda. Anak ini namanya Andreas Sipayung Wiselink
memiliki bahasa pertama atau bahasa ibu bahasa Belanda , bukan bahasa Simalungun.
Pembelajaran bahasa anak-anak dapat digambarkan sebagai memiliki suksesi
unit-unit yang berubah dari ucapan satu kata langsung ke kombinasi kata (sintaksis) yang
semakin rumit. Meninjau berbagai macam atau ragam pemerolehan bahasa dapat
dilakukan dari berbagai sudut, seperti bentuk, urutan, kuantitas, medium, dan otentisitas.

Berdasarkan hasil eksplorasi terhadap penelitianpenelitian terdahulu, peneliti


menemukan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Meskipun
terdapat keterkaitan pembahasan, penelitian ini masih sangat berbeda dengan penelitian
terdahulu. Adapun beberapa penelitian terdahulu tersebut yaitu :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Welsi (2016) dalam penelitiannya yang


berjudul “Analisis Penggunaan Multilingual Anak Tingkat Sekolah Dasar Di Lingkungan
Gang Siti Mardiah Cibaduyut Bandung (Studi Sosiolinguistik). Penelitian ini
menggunakan metode deskriptifanalitif. Penelitian ini menyimpulkan beberapa hal
diantaranya yaitu bahasa yang dikuasai oleh objek penelitian beragam yaitu bahasa
Minang, bahasa Indonesia, bahasa Sunda, bahasa Jawa dan bahasa Medan. Di lingkungan
tersebut khususnya anakanak tingkat SD menguasai bahasa Sunda kasar dalam
berkomunikasi di pergaulannya.
2. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Shidiq (2019) dalam
penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Multilingualisme dalam Dunia Pendidikan
terhadap Nasionalisme peserta didik dan Kaidah Bahasa Indonesia”. Penelitian ini
menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa Multilingualisme dalam dunia pendidikan harus diwaspadai. Efek negatif yang
dapat terjadi sebagai akibat multilingualisme dalam dunia pendidikan adalah melunturnya
rasa nasionalisme dan rusaknya kaidah bahasa Indonesia. Efek tersebut dapat dicegah jika
peserta didik mendapat bimbingan dan arahan yang tepat. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk mengatasi ketergantungan terhadap bahasa asing yang akhirnya
menjadikan peserta didik bermultilingualisme adalah dengan menerapkan metode
penerjemahan.

Merujuk pada hasil penelitian terdahulu yang telah dikemukakan di atas dan
kaitannya dengan rencana penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti dapat
disimpulkan bahwa fokus atau tema penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti belum
pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Sebagai perbandingannya bahwasannya
fokus utama yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu tentang “Trilingual Dalam
Perspektif Bahasa Anak”

Kemampuan untuk berbicara banyak bahasa dianggap bermanfaat bagi anak-anak


dalam berbagai cara, tetapi juga dikhawatirkan dapat menimbulkan efek yang tidak
menguntungkan. Semilingualisme adalah salah satu efek merugikan ini. Meskipun
diajarkan empat bahasa, anak-anak tidak dapat sepenuhnya mempelajari masing-masing
bahasa. Akibatnya, kemampuan linguistiknya memburuk dan menjadi campur aduk.
Ada yang berpendapat bahwa anak-anak mungkin terpapar beberapa bahasa saat
masih dalam tahun-tahun formatif mereka (antara usia 6 dan 10 tahun). Oleh karena itu,
orang tua dapat mendorong anak-anak mereka untuk menjadi multibahasa sebelum
mereka berusia tujuh tahun jika mereka ingin memanfaatkan tahun-tahun emas mereka
sebaik-baiknya. Misalnya, tidak masalah apakah Anda berbicara bahasa Indonesia,
Inggris, Mandarin, atau bahasa daerah apa pun selama Anda melakukannya secara
teratur.
Namun, berbagai penelitian menunjukkan bahwa berbicara akan memakan waktu
lebih lama bagi anak-anak muda yang secara bersamaan belajar empat bahasa. Namun,
ini bukan karena kemampuan mental anak yang lemah; melainkan karena dia belum
mengetahui setiap bahasa yang dia pelajari secara mendetail. Menurut penelitian, paparan
bahasa harus diizinkan setidaknya 30% dari waktu aktif anak jika orang tua ingin anak
mereka aktif berbicara bahasa asing.
Untuk mengajarkan berbagai bahasa kepada anak, konsistensi adalah kuncinya.
Jadi misal di rumah anak pake bahasa sunda, bahasa indonesia di sekolah, terus mungkin
les bahasa inggris juga. Meski sulit, asalkan dilakukan secara konsisten dan ada
pengulangan, tidak masalah. Kalaupun ada, mungkin hanya soal perbedaan kemampuan
individu.

Dalam perspektif bahasa anak, trilingual merujuk pada kemampuan anak untuk
berbicara tiga bahasa dengan fasih dan lancar. Ini adalah keadaan di mana anak mampu
menggunakan, memahami, dan berkomunikasi dalam tiga bahasa yang berbeda secara
aktif dan pasif.
Ketika anak tumbuh dalam lingkungan yang menggunakan lebih dari satu bahasa,
mereka dapat mengembangkan kemampuan untuk belajar dan menggunakan lebih dari
satu bahasa sejak usia dini. Dalam kasus trilingualisme, anak dapat terpapar dengan tiga
bahasa yang berbeda secara teratur dan konsisten, seperti bahasa ibu, bahasa lokal, dan
bahasa asing.
Berikut adalah beberapa aspek penting dalam perspektif bahasa anak dalam
trilingualisme:

a. Expose dan penggunaan bahasa: Penting bagi anak untuk terpapar dengan ketiga bahasa
secara rutin dalam kehidupan sehari-hari. Ini dapat melalui percakapan dengan anggota
keluarga, teman sebaya, atau melalui media seperti buku, lagu, dan film dalam bahasa
yang berbeda.

b. Pemahaman bahasa: Anak perlu memahami kata-kata, frasa, dan tata bahasa dalam ketiga
bahasa yang mereka pelajari. Ini mencakup pemahaman mendengarkan, membaca, dan
memahami instruksi atau cerita dalam bahasa yang berbeda.

c. Kemampuan berbicara: Anak perlu belajar menggunakan kosakata, tata bahasa, dan
intonasi yang sesuai dengan setiap bahasa yang mereka pelajari. Mereka harus mampu
berkomunikasi dengan baik dalam ketiga bahasa ini, baik secara lisan maupun tulisan.

d. Perkembangan bahasa: Anak mungkin memiliki kecenderungan mengembangkan satu


bahasa lebih cepat daripada yang lain. Hal ini wajar dan dapat dipengaruhi oleh
lingkungan di sekitarnya. Penting untuk memberikan kesempatan dan dukungan yang
sama dalam mengembangkan semua bahasa yang anak pelajari.

e. Memisahkan bahasa: Dalam trilingualisme, anak harus memahami bahwa setiap bahasa
memiliki peran dan konteks penggunaannya sendiri. Misalnya, anak dapat menggunakan
satu bahasa dengan anggota keluarga, bahasa lain di sekolah, dan bahasa ketiga dengan
teman-teman internasional. Memisahkan penggunaan bahasa ini membantu anak
membedakan dan menguasai ketiga bahasa dengan lebih baik.

f. Kesabaran dan dorongan: Belajar tiga bahasa adalah tugas yang menantang. Anak
mungkin mengalami kebingungan atau kekurangan dalam penggunaan bahasa pada
awalnya. Penting untuk memberikan dorongan, kesabaran, dan dukungan yang tepat agar
anak merasa nyaman dan termotivasi untuk terus belajar dan menggunakan ketiga bahasa
tersebut.

Dalam trilingualisme, anak memiliki keuntungan dalam memahami dan


berkomunikasi dengan berbagai budaya dan komunitas yang berbeda. Ini juga dapat
meningkatkan kemampuan kognitif dan perkembangan otak anak.

Sebagai orang tua atau pengasuh, memperkenalkan anak-anak pada ketiga bahasa
yang berbeda sejak dini dapat memberikan mereka keuntungan dalam berbagai cara.
Berikut adalah beberapa perspektif penting dalam mengajarkan trilingualisme kepada
anak-anak:

a. Konsistensi dan Rutinitas: Penting untuk menetapkan rutinitas yang konsisten dalam
pengajaran ketiga bahasa kepada anak-anak. Jadwalkan waktu khusus untuk berinteraksi
dengan mereka dalam setiap bahasa secara teratur. Ini membantu anak-anak memahami
bahwa setiap bahasa memiliki tempat dan waktu yang ditentukan.

b. Immersi Bahasa: Salah satu cara paling efektif untuk mempelajari bahasa adalah dengan
terus berada dalam lingkungan bahasa tersebut. Cobalah menciptakan suasana di rumah
di mana setiap bahasa digunakan dalam percakapan sehari-hari. Misalnya, Anda bisa
menggunakan bahasa yang berbeda di rumah sesuai dengan aktivitas tertentu, seperti
bermain, makan, atau membaca.
c. Peran Model: Penting bagi anak-anak untuk melihat dan mendengar contoh penggunaan
yang tepat dari setiap bahasa. Oleh karena itu, pastikan Anda dan orang-orang di sekitar
anak (seperti anggota keluarga, pengasuh, atau guru) secara konsisten menggunakan
bahasa yang relevan ketika berinteraksi dengannya. Ini membantu anak-anak belajar cara
mengucapkan kata-kata dan kalimat dengan benar.

d. Bahan Belajar yang Menarik: Gunakan bahan belajar yang menarik dan sesuai usia untuk
membantu anak-anak mempelajari ketiga bahasa. Buku cerita, lagu, mainan, atau
permainan dalam bahasa yang berbeda dapat membuat belajar menjadi menyenangkan.
Pastikan juga untuk menghadirkan konten yang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak-
anak agar mereka lebih tertarik dan termotivasi untuk belajar.

e. Kesabaran dan Dukungan: Proses belajar bahasa dapat membutuhkan waktu, terutama
ketika anak-anak mencoba memahami dan menggunakan tiga bahasa sekaligus. Jadi,
bersabarlah dan dukunglah mereka dalam perjalanan mereka. Jangan menekan atau
membanding-bandingkan kemampuan bahasa mereka dengan anak-anak lain. Berikan
pujian dan dorongan saat mereka membuat kemajuan.

f. Aktivitas Interaktif: Libatkan anak-anak dalam aktivitas interaktif yang melibatkan ketiga
bahasa. Misalnya, Anda bisa bermain permainan tebak kata dalam ketiga bahasa,
mengajak mereka bernyanyi lagu-lagu dalam bahasa yang berbeda, atau melibatkan
mereka dalam perjalanan keluarga ke tempat-tempat di mana mereka dapat berlatih.
Perhatikan kebutuhan dan minat anak-anak Anda, dan beradaptasilah sesuai dengan
keadaan mereka.

Penelitian lain menunjukkan bahwa anak-anak multibahasa memiliki kontrol


eksekutif yang lebih baik daripada anak-anak satu bahasa mulai dari usia dua tahun.
Selain itu, mereka dapat menilai situasi lebih baik daripada anak muda yang hanya
berbicara satu bahasa dan lebih mudah beradaptasi saat mempelajari istilah baru untuk
hal-hal yang sudah mereka ketahui.

Tapi tidak diragukan lagi ada kelemahan potensial untuk anak-anak multilingual.
Misalnya, mereka menghabiskan banyak perhatian untuk menyempurnakan pelafalan
mereka dan seringkali lamban dalam membuat penilaian linguistik. Meskipun tidak
berdampak buruk pada perkembangan intelek (IQ), keadaan multibahasa seringkali juga
berpengaruh terhadap prestasi belajar bagi siswa yang menggunakan bahasa Inggris
sebagai bahasa pengantar utama di sekolah. Selain itu, hal itu mempengaruhi bagaimana
anak-anak yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris tumbuh secara sosial dan pribadi.

Daftar pustaka

Damayanti, Welsi. "Analisis penggunaan multilingual anak tingkat sekolah dasar di lingkungan
gang Siti Mardiah Cibaduyut Bandung (Studi Sosiolinguistik)." Jurnal Gramatika: Jurnal
Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 1.1 (2015): 100-110.

Ardianta, Shidiq. "Pengaruh Multilingualisme dalam Dunia Pendidikan terhadap Nasionalisme


peserta didik dan Kaidah Bahasa Indonesia." PARAMUROBI: JURNAL PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM 2.2 (2019): 5-13.

Anda mungkin juga menyukai