Anda di halaman 1dari 35

SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN ATAS PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN

SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI


MAKALAH
Makalah Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Auditing II, yang Dibimbing Oleh Dosen Kami :
Bapak Robertus Ary Novianto, S.E., M.Si., Ak., C.A.
Disusun Oleh :
Ghitanya Ghassani (011401048)
Dannyaldi Ahmad Ramadhan (011401119)
Jenny Indriyani S (011401135)
Grishelda Levana DT (011401168)
Rakha Hibatullah (011401399)
Hanna Rachel F (011401414)
Dea Galuh Paramitha (011401488)
Rika Rostika Rahman (0116121008)
Kelompok 2

Kelas A

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR

Pujisyukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tepat sesuai waktu yang ditentukan.
Penulisan Makalah ini dimaksudkan penulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing II .
Ucapan terimakasih kami ucapkan untuk Tuhan Yang Maha Esa dan Bapak Robertus Ary
Novianto, S.E., M.Si., Ak., C.A. selaku dosen mata kuliah Auditing II.

Dalam penyusuna makalah ini, penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam


Penulisan laporan, sehingga kritikdan saran dari pembaca sangat diperlukan demi perbaikan
Makalah ini.Akhir kata, semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan terutama bagi
unsur-unsur yang terkait.

Bandung, 21 Februari 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Auditing adalah suatu proses pemeriksaan terhadap laporan keuangan perusahaan klien yang
dilakukan oleh seseorang yang independen dan kompeten. Audit yang dalam bentuk umum
seperti yang diuraikan oleh Arens & Loebbecke (1997:1): “Auditing adalah proses pengumpulan
dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas
ekonomi untuk menentukan dan melaporkan kesesuain informasi yang dimaksud dengan kriteia-
kriteria yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen”.

Dalam bab ini auditor harus menentukan ukuran sampel dan item sampel yang akan
dipilih dari populasi untuk setiap prosedur audit. Sampling audit adalah penerapan prosedur audit
terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi
dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi.
Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian maupun
pengujian substantif. Samplin audit banyak diterapkan auditor dala, prosedur pengujian berupa
vouching, tracing dan konfirmasi.
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang bisa diambil dari latar belakang diatas, yaitu:

1. Apa itu sampel representative?


2. Bagaimana sampling statistic vs nonstatistik? Serta bagaimana pemilihan sampling
probabilistic dan nonprobabilistik?
3. Bagaimana sampling untuk tingkat pengecualian?
4. Apa aplikasi sampling untuk audit nonstatistik?
5. Apa itu distribusi sampling?
6. Apa aplikasi sampling atribut?
1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu untuk memenuhi matakuliah Auditing 2, selain itu juga
agar penulis lebih mengetahui sampling yang dilakukan oleh auditor dalam mengaudit.

1
BAB 2

ISI

2.1 Sampel Representatif

Sampel Representatif adalah sampel yang karakteristiknya hampir sama dengan yang
dimiliki oleh populasi. Berarti bahwa item-item yang dijadikan sampel serupa dengan item-item
yang tidak dijadikan sampel.

Auditor tidak pernah mengetahui apakah suatu sampel bersifat representatif representatif,
bahkan setelah semua pengujian selesai dilakukan. Tetapi, auditor dapat meningkatkan
kemungkinan sampel dianggap representatif dengan menggunakannya secara cermat ketika
merancang proses sampling, pemilihan sampel, dan evaluasi hasil sampel. Hasil sampel dapat
menjadi nonrepresentatif akibat kesalahan nonsampling atau kesalahan sampling. Risiko dari
kedua jenis kesalahan yang terjadi disebut sebagai risiko nonsampling dan risiko sampling.

Risiko nonsampling adalah risiko bahwa pengujian audit tidak menemukan pengecualian
yang ada dalam sampel. Dua penyebab risiko nonsampling adalah kegagalan auditor mengenalai
pengecualian dan prosedur audit yang tidak sesuai dan tidak efektif. Prosedur audit yang tidak
efektif untuk mendeteksi pengecualian yang diragukan adalah dengan memeriksa sampel
dokumen pengiriman dan menentukan apakah masing-masing telah dilampirkan ke faktur
penjualan, dan bukan memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk menentukan apakah
dokumen pengiriman telah dilampirkan.

Risiko sampling adalah risiko bahwa auditor mencapai kesimpulan yang salah karena
sampel populasi tidak representatif. Risiko sampling adalah bagian sampling yang melekat akibat
menguji lebih sedikit dari populasi secara keseluruhan. Auditor memiliki dua cara untuk
mengendalikan risiko samppling:

1. Menyesuaikan ukuran sampel.


2. Menggunakan metode pemilihan item sampel yang tepat dari populasi.

2
2.2 Sampling Statistik Versus Sampling Nonstatistik Dan Pemilihan Sampel
Probabilistik Versus Nonprobabilistik

- Sampling Statistik Vs. Nonstatistik


Metode sampling audit dapat dibagi menjadi dua kategori utama: sampling statistik dan
sampling nonstatistik. Kategori tersebut serupa karena keduanya melibatkan tiga tahap:
1. Perencanaan sampel.
2. Pemilihan sampel dan melakukan pengujian
3. Pengevaluasian hasil.

Tujuan dari perencanaan sampel adalah memastikan bahwa pengujian audit dilakukan
dengan cara memberikan risiko sampling yang tidak diinginkan dan meminimalkan
kemungkinan kesalahan nonsampling. Pemilihan sampel melibatkan keputusan bagaimana
sampel dipilih dari populasi. Pengevaluasian hasil adalah penarikan kesimpulan berdasarkan
pengujian audit.

Sampling statistik bebeda dari sampling nonstatiskik dalam hal bahwa, dengan
menerapkan aturan matematika, auditor dapat mengkuantifikasi (mengukuru) risiko sampling
dalam merencanakan sampel dana dalam mengevaluasi hasil.

Sampling nonstatistik, auditor tidak mengkuantifikasi risiko sampling. Sebaliknya,


auditor memilih item sampel yang diyakini akan memberikan informasi yang paling bermanfaat,
dalam situasi tertentu, dan mencapai kesimpulan mengenai populasi atas dasar pertimbangan.
Karena alasan tersebut, penggunaan sampling nonstatistik sering kali disebut dengan sampling
pertimbangan.

- Pemilihan Sampel Probabilistik Vs. Nonprobabilistik

Apabila menggunakan pemilihan sampel probabilistik, auditor memilih secara acak item-
item sehingga setiap item populasi memiliki profitabilitas yang sama untuk dimasukkan dalam
sampel. Proses ini memerlukan ketelitian yang tinggi dan penggunaan salah satu metode. Dalam
pemilihan sampel nonprobabilistik, auditor memilihi item sampel dengan menggunakan
pertimbangan profesional dan bukan metode probalistik. Auditor dapat menggunakan
pertimbangan salah satu dari beberapa metode pemilihan sampel nonprobabilistik.
3
- Penerapan Sampling Statistik dan Nonstatistik dalam Praktik serta Metode Pemilihan
Sampel

Jika sampling statistik digunakan, sampel harus bersifat probabilistik dan metode
evaluasi statistik yang tepat harus digunakan dengan hasil sampel untuk melakukan perhitungan
risiko sampling. Auditor dapat melakukan evaluasi nonstatistik apabila menggunakan pemilihan
probabilistik, jarang diterima mengevaluasi sampel nonprobalistik dengan menggunakan metode
statistik.

Metode pemilihan sampel nonprobalistik (pertimbangan) termasuk berikut ini:

1. Pemilihan sampel terarah


2. Pemilihan sampel blok
3. Pemilihan sampel sembarang

Metode pemilihan sampel probabilistik termasuk berikut ini:

1. Pemilihan sampel sacak sederhana


2. Pemilihan sampel sistematis
3. Pemilihan sampel probabilistik yang proporsional dengan ukuran
4. Pemilihan sampel bertahap

2.3 Metode Pemilihan Sampel Probabilistik


Dalam sampel acak (random sample) sederhana, setiap kombinasi dari item populasi
yang mungkin memiliki kesempatan yang sama untuk dimasukkan dalam sampel. Auditor
menggunakan sampling random atau acak sederhana untuk populasi sampel apabila tidak ada
kebutuhan untuk menekankan satu / lebih item populasi.
Sebagian besar auditor sering kali menghasilkan angka acak dengan menggunakan salah
satu dari tiga teknik pemilihan sampel dengan komputer : spreadsheet elektronik, generator
angka acak, daan perangkat lunak audit tergeneralisasi.
Angka acak dapat saja diperoleh dengan atau tanpa penggantian. Jika diperoleh dengan
penggantian berarti suatu unsur pada populasi dapat dimasukkan ke dalam sampel lebih dari satu
kali. Dalam pemilihan tanpa penggantian suatu item atau pos hanya dapat dimasukkan satu kali.
Walaupun kedua pendekatan pemilihan itu konsisten dengan teori statistic, auditor jarang
menggunakan sampling penggantian.

4
 Pemilihan Sampel Sistematis
Dalam pemilihan sampel sistematis (systematic sample selection), yang juga
disebut sampling sistematis, auditor menghitung suatu interva ldan kemudian memilih
item item yang akan dijadikan sampel berdasarkan ukuran interval tersebut. Interval
ditentukan dengan membagi ukuran populasi dengan ukuran sampel yang diinginkan.
Keunggulan dalam pemilihan sampel sistematis adalah lebih mudah digunakan.
Dalam sebagian besar populasi, sampel sistematis dapat diambildengan cepat dan
pendekatannya otomatisakan menempatkan nomor dalam urutan, yang membuatnya lebih
mudah untuk mengembangkan dokumentasi yang sesuai.
 Pemilihan Sampel Probabilitas yang Proporsional dengan Ukuran dan Bertahap
Dalam banyak sitauasi audit,jauh lebih menguntungkan memilih sampel yang
menekankan item – item populasi dengan jumlah tercatat yang lebih besar. Ada dua cara
untuk memperoleh sampel semacam itu :
1. Mengambil sampel di mana probabilitas pemilihan setiap item populasi individual
bersifat proporsional dengan jumlah tercatatnya.
2. Membagi populasi ke dalam subpopulasi, biasanya menurut ukuran dolar, dan
mengambil sampel yang lebih besar dari subpopulasi itu dengan ukuran yang lebih
besar.
2.4 Metode Pemilihan Sampel Nonprobabilistik
 Pemilihan Sampel Sembarangan
Pemilihan sampel sembarangan (haphazard sample selection) adalah pemilihan
item atau pos tanpa bias yang disengaja oleh auditor. Dalam kasus semacam itu, auditor
memilih item populasi tanpa memandang ukurannya, sumber, atau karakteristik lainnya
yang membedakan. Kekurangan pemilihan sampel sembarangan yang paling serius
adalah sulitnya, menjaga agar tetap tidak bias dalam melakukan pemilihan.
 Pemilihan Sampel Blok
Dalam pemilihan sampel blok (block sample selection), auditor memilih pos
pertama dalam suatu blok, dan sisanya dipilih secara berurutan.
Biasanya penggunaan sampel blok hanya dapat diterima jika jumlah blok yang
digunakan masuk akal. Jika hanya segelintir blok yang digunakan, probabilitas
memperoleh sampel nonrepresentatif sangatlah besar, dengan mempertimbangkan
kemungkinan perputaran karyawan, perubahan sistem akuntansi, dan sifat musiman dari
sejumlah bisnis. Sampling blok juga dapat digunakan untukmelengkapi sampel lainnya
apabila ada kemungkinan salah saji yang tinggi selama periode tertentu.
2.5 Sampling Untuk Tingkat Pengecualian

Auditor menggunakan sampling pada pengujian pengendalian dan pengujian substantif


atas transaksi untuk mengestimasi persentase item-item dalam populasi yang memiliki
karakteristik atau atribut kepentingan. Persentase ini disebut sebagai tingkat keterjadian
(accurence rate) atau tingkat pengecualian (exception rate). Sebagai contoh, jika auditor
5
menentukan bahwa tingkat pengecualian untuk verifikasi internal faktur penjualan adalah sekitar
3%, maka rata-rata 3 dari setiap 100 faktur tidak diverifikasi secara layak Auditor sangat
memperhatikan jenis pengecualian dalam populasi data akuntansi :

1. Penyimpangan atau deviasi dari pengendalian yang diterapkan klien.


2. Salah saji moneter dalam populasi data transaksi.
3. Salah saji moneter dalam populasi rician saldo akun.

Mengetahui tingkat pengecualian sangat bermanfaat bagi dua jenis pengecualian yang
pertama, yang melibatkan transaksi. Karena itu, auditor menggunakan secara ekstensif sampling
audit yang mengukur tingkat pengecualian ketika melakukan pengujian pengendalian dan
pengujian substantif atas transaksi.

Tingkat pengecualian dalam suatu sample akan digunakan untuk mengestimasi tingkat
pengecualian dalam populasi, yang merupakan “estimasi terbaik” auditor atas tingkat
pengecualian populasi. Istilah pengecualian harus dipahami sebagai mengacu pada deviasi dari
prosedur pengendalian klien maupun jumlah uang salah secara moneter, apakah hal itu
disebabkan oleh kesalahan akuntansi yang tidak disengaja atau penyebab lainnya.

Sebagai contoh, asumsikan bahwa auditor ingin menentukan persentase salinan faktur
penjualan yang tidak dilampirkan dokumen pengiriman. Karena auditor tidak dapat mengecek
setiap faktur, persentase actual dari dokumen pengiriman yang hilang tetap tidak diketahui.
Auditor hanya memperoleh sampel salinan faktur penjualan dan menentukan persentase faktur
yang tidak dilampiri dokumen pengiriman. Kemudian auditor menyimpulkan bahwa tingkat
pengecualian sampel merupakan estimasi terbaik atas tingkat pengecualian populasi.

Karena tingkat didasarkan pada smpel, kemungkinan besar tingkat pengecualian sampel
akan berbeda dari tingkat pengecualian populasi actual. Perbedaan ini disebut sebagai kesalahan
sampling (sampling error). Auditor memperhatikan baik estimasi kesalahan sampling maupun
reliabilitas estimasi tersebut, yang disebut risiko sampling (sampling risk).

Dalam menggunakan sampling audit untuk menentukan tingkat pengecualian auditor ingin
mengetahui seberapa besar tingkat pengecualian itu, dan bukan lebar interval keyakinannya.
Karena itu, auditor berfokus pada batas estimasi interval, yang disebut tingkat pengecualian atas

6
yang dihitung (computed upper exception rate = CUER) atau yang diestimasi dalam melakukan
pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi.

2.6 Aplikasi Sampling Audit Nonstatistik


Auditor menggunakan 14 langkah yang dirancang dengan baik untuk menerapkan sampling
audit pada pengujian pengendalian dan pengujiansubstantif atas transaksi. Langkah langkah
tersebut dibagi menjadi tiga tahap yang telah digambarkan sebelumnya. Auditor harus mengikuti
langkah langkat tersebut dengan cermat untuk memastikan diterapkannya persyaratan audit
maupun sampling dengan benar, yaitu:
- Merencanakan Sampel
1. Menyatakan tujuan pengujian audit
2. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan
3. Mendifinisikan atribut dan kondisi pengecualian
4. Mendefinisikan populasi
5. Mendefinisikan unit sampling
6. Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi
7. Menetapkan risiko yang dapat diterima atas ketergantungan yang terlalu tinggi
8. Mengestimasi tingkat pengecualian populasi
9. Menentukan ukuran sampel awal
- Memilih Sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit
1. Memilih sampel
2. Melaksanakan proseur audit
- Mengevaluasi Hasil
1. Menggenaralisasi dari sampel ke populasi
2. Menganalisis pengecualian
3. Memutuskan aksebtabilitas populasi
2.7 Menyatakan Tujuan Pengujian Audit
Tujuan pengujian harus dinyatakan dalam istilah siklus transaksi yang sedang diuji.
Biasanya, auditor mendefinisikan tujuan pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
sebagai :
 Menguji keefektifan operasi pengendalian

7
 Menentukan apakah transaksi mengandung salah saji moneter
2.8 Memutuskan Apakah Sampling Audit Dapat Diterapkan
Sampling audit dapat diterapkan setiap kali auditor berencana membuat suatu kesimpulan
mengenai populasi berdasarkan suatu sampel. Auditor harus memeriksa program audit dan
memilih prosedur audit dimana sampling audit dapat diterapkan:
1. Mereview transaksi penjualan untuk melihat jumlah yang besar dan tidak biasa (prosedur
analitis)
2. Mengamati apakah tugas klerk piutang usaha terpisah dari tugas menangani kas (pengujian
pengendalian)
3. Memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk melihat :
a. Persetujuan kredit oleh manajer kredit (pengujian pengendalian)
b. Keberadaan dokumen pengiriman yang dilampirkan (pengujian pengendalian)
c. Pencantuman nomor bagan akun(pengujian pengendalian)
4. Memilih sampel dokumen pengiriman dan menelusuri masing masing ke salinan faktur
penjualan terkait (pengujian pengendalian)
5. Membandingkan kuantitas yang tercantum pada setiap salinan faktur penjualan dengan
kuantitas pada dokumen pengiriman yang terkait (pengujian substantif atas transaksi)
Sampling audit tidak dapat diterapkan bagi dua prosedur pertama dalam program audit ini.
Prosedur yang pertama adalah prosedur analitis dimana sampling tidak layak diterapkan.
Sementara yang kedua adalah prosedur observasi yang tidak memiliki dokumentasi untuk
melaksanakan sampling audit.
2.9 Mendefinisikan Atribut dan Kondisi Pengecualian

Jika sampling audit digunakan, auditor harus mendefinisikan dengan tepat karakteristik
(atribut) yang sedang diuji dan kondisi pengecualian. Kecuali mereka telah mendefinisikan
secara tepat setiap atribut, staf yang melaksanakan prosedur audit tidak akan memiliki pedoman
untuk mengidentifikasi pengecualian.

Atribut kepentingan dan kondisi pengecualian untuk sampling audit diambil langsung dari
prosedur audit yang digunakan auditor. Tabel 15-3 menunjukkan sembilan atribut kepentingan dan
kondisi pengecualian yang diambil dari prosedur audit 12 hingga 14 dalam audit atas fungsi penagihan
Hillsburg Hardware. Sampel faktur penjualan kan digunakan untuk mengverifikasi atribut-atribut

8
tersebut. Ketiadaan atribut pada setiap item sampel akan menimbulkan pengecualian bagi atribut
tersebut. Baik dokumen yang hilang maupun salah saji yang tidak material akan menciptakan
pengecualian kecuali auditor menyatakan secara khusus hal sebaiknya dalam kondisi pengecualian.

Tabel 15-3 Audit yang didefinisikan-pengujian atas fungsi penagihan Hillsburg


Hardware Co.

Atribur Kondisi Pengecualian

1. Keberadaan nomor faktur penjualan Tidak ada catatan nomor faktur penjualan dalam
dalam jurnal penjualan (prosedur 12) jurnal penjualan

2. Jumlah dan data lainnya pada file Jumlah yang dicatat dalam file induk berbeda
induk telah sesuai dengan ayat jurnal dengan jumlah yang dicatat dalam jurnal
penjualan (prosedur 13a) penjualan

3. Jumlah dan data lainnya pada salinan Nama pelanggan dan nomor akun pada faktur
faktur penjualan sama dengan ayat berbeda dengan informasi yang dicatat dalam
jurnal penjualan (prosedur 13b) jurnal penjualan

4. Bukti bahwa penetapan harga, Tidak adanya tanda tangan yang menunjukkan
perkalian, dan footing telah diperiksa verifikasi harga, perkalian, dan footing
(tanda tangan dan jumlah yang benar)
(prosedur 13b)
5. Kuantitas dan data lainnya pada bill Kuantitas barang yang dikirim berbeda dengan
of lading sama dengan salinan faktur kuantitas yang ada pada salinan faktur penjualan
penjualan dan jurnal penjualan
(prosedur 13c)
6. Kuantitas dan data lainnya pada Kuantitas pada pesanan penjualan berbeda
pesanan penjualan sama dengan dengan kuantita pada salinan faktur penjualan
salinan faktur penjualan (13d)
7. Kuantitas dan data lainnya pada Jumlah dan deskripsi produk pada pesanan
pesanan pelanggan sama dengan pelanggan berbeda dengan informasi yang ada
salinan faktur penjualan (prosedur salinan faktur penjualan

9
13e)
8. Kredit disetujui (prosedur 13e) Tidak hanya tanda tangan yang menunjukkan
persetujuan kredit

9. Untuk penjualan yang dicatat dalam Bill of lading tidak dilampirkan ke salinan faktur
jurnal penjualan, file dokumen penjualan dan pesanan pelanggan
pendukung termasuk salinan faktur
penjualan, bill of lading, pesanan
penjualan, dan pesanan pelanggan
(prosedur 14)

2.9.1 Mendefinisikan Populasi

Populasi adalah item-item yang ingin digeneralisasikan oleh auditor. Auditor dapat
mendefinisikan populasi untuk memasukkan setiap item yang mereka inginkan, tetapi ketika
memilih sampel, sampel tersebut harus dipilih dari seluruh populasi seperti yang telah
didefinisikan. Auditor harus menguji populasi menyangkut kelengkapan dan rinciannya sebelum
suatu sampel dipilih untuk memastikan bahwa semua item populasi merupakan subjek pemilihan
sampel.

Auditor mungkin saja hanya menggeneralisasi populasi yang telah dijadikan sampel.
Sebagai contoh ketika melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi, biasanya auditor mendefinisikan populasi sebagia semua faktur penjualan yang tercatat
selama tahun tersebut. Jika auditor hanya mengambil sampel dari transaksi selama satu bulan,
tidaklah valid menarik kesimpulan mengenai faktur untuk satu tahun. Auditor harus
mendefinisikan populasi dengan cermat terlebih dahulu, sejalan dengan tujuan pengujian audit.
Dalam beberapa kasus, auditor mungkin harus mendefinisikan populasi secara terpisah untuk
berbagai prosedur audit yang berbeda.

Sebagai contoh dalam audit atas siklus penjualan dan penagihan Hillsburg Hardware
Co., arah pengujian untuk prosedur audit 12 hingga 14 dimulai dari faktur penjualan dalam jurnal
penjualan ke dokumentasi sumber. Sebaliknya arah pengujian untuk prosedur audit 10 dan 11

10
dimulai dari dokumen pengiriman ke jurnal penjualan. Jadi, auditor mendefinisikan dua
populasi-populasi faktur penjualan dalam jurnal penjualan dan populasi dokumen pengiriman.

2.9.2 Mendefinisikan Unit Sampling

Audit mendefinisikan unit sampling berdasarkan definisi populasi dan tujuan pengujian
audit. Unit sampling adalah unit fisik yang berhubungan dengan angka acak yang dihasilkan
auditor. Jadi sangatlah bermanfaat memikirkan unit sampling seabagai titik awal untuk
melakukan pengujian audit. Untuk siklus penjualan dan penagihan, unit sampling biasanya
berupa nomor faktur penjualan atau dokumen pengiriman. Sebagai contoh, jika auditor ingin
menguji keterjadian penjualan jika tujuannya adalah untuk menentukan apakah kuantitas barang
yang diuraikan pada pesanan pelanggan telah dikirimkan dan ditagih dengan benar auditor dapat
mendefinisikan unit sampling sebagai pesanan pelanggan, dokumen pengiriman, atau salinan
faktur penjualan, karena arah pengujian audit bukan merupakan masalah bagi prosedur audit ini.

Tabel 15-2

11
2.9.3 Menetapkan Tingkat Pengecualian yang Dapat Ditoleransi

Penetapan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (tolerable exception rate = TER)
untuk setiap atribut memerlukan pertimbangan profesional auditor. TER merupakan tingkat
12
pengecualian tertinggi yang akan diizinkan auditor dalam pengedalian yang sedang diuji dan
masih bersedia menyimpulkan bahwa pengendalian telaah berjalan efektif (dan /atau tingkat
salah saji moneter dalam transaksi masih dapat diterima). Sebagai contoh, asumsikan auditor
memutuskan bahwa TER untuk atribut 8 pada Tabel 15-3 adalah 9 persen. Ini berarti auditor
telah memutuskan bahwa meskipun 9 persen dari salinan faktur penjualan tidak disetujui
kreditnya, pengendalian persetujuan kreditmasih efektif menyangkut penilaia risiko
pengendalian yang tercakup dalam rencana audit.

Ketika menentukan TER, auditor mepertimbangkan tingkat keandalan yang akan


diberikan pada pengendalian dan signifikansi pengendalian itu terhadap audit. Jika hanya satu
pengedalian internal yang digunakan demi mendukung penilaian risiko penegndalian yang
rendah bagi sebuah tujuan, TER akan lebih rendah untuk atribut ketimbang jika lebih dari satu
pengendalian digunakan untuk mendukung penilaian risiko pengendalian yang rendah bagi
tujuan yang sama. Penyimpangan pengendalian akan menigkatkan risiko salah saji yang material
dalam akuntansi, tetapi belum tentu menghasilkan salah saji.

TER dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap ukuran sampel. TER yang rendah
akan memerlukan ukuran sampel yang besar ketimbang TER yang tinggi. Sebagai contoh, akan
diperlukan ukuran sampel yang besar untuk pengujian persetujuan kredit (atrinut 8) jika TER
menurun dari 9 persen menjadi 6 persen. Karena TER yang lebih rendah digunakan untuk saldo
kun yang signifikan, auditor memerlukan ukuran sampel yang lebih besar guna mengumpulkan
bukti yang mencukupi mengenai keefektifan pengendalian atau tdak adanya salah saji moneter.
Sebagian besar auditor menggunakan beberapa jenis formulis tercetak untuk
mendokumentasikan setiap aplikasi sampling.

2.9.4 Menetapkan Risiko yang Dapat Diterima atas Ketergantungan yang Terlalu Tinggi

Risiko auditor akan menyimpulkan bahwa pengandalian jauh lebih efektif ketimbang
yang sebenarnya merupakan risiko ketergantungan yang terlalu tinggi (overreliance). Risiko
ketergantungan yang terlalu rendah (underreliance) adalah risiko auditor akan menyimpulkan
secara salah bahwa pengendalian kurang efektif dibandingkan yang sebernanya. Ketergantungan
yang terlalu rendah juga akan mempengaruhi efesiensi audit. Kesimpulan yang salah bahwa
pengendalian berjalan tidak efektif dapat menyebabkan peningkatan penilaian risiko
13
pengendalian dan pengujian substantif yang sia-sia. Sebaliknya, ketergantungan yang terlalu
tinggi pada pengendalian akan mempengaruhi efektivitas audit, karena ketergantungan pada
pengendalian yang tidak efektif akan menyebabkan pengurangan pengujian substantif yang tidak
tepat.

Auditro biasanya lebih berfokus pada risiko ketergantungan yang lebih tinggi karena hal
itu mempengaruhi aktivitas audit. Risiko yang dapat diterima atas ketrgantungan yang lebih
tinggi (acepptable risk of overrebleliance = ARO) mengukur risiko yang bersedia ditanggung
auditor untuk menerima suatu pengendalian sebagai efektif (atau tingkat salah saji sebagai dapat
ditoleransi) apabila tingkat pengecualian populasi yang sebenarnya lebih besar dari tingkat
pengecualian yang dapar ditoleransi (TER).

ARO merupakan ukuran risiko sampling auditor. Asumsikan bahwa TER adalah 6
persen, ARO adalah tinggi, dan tingkat pengecualian populasi yang sebenarnya adalah 8 persen.
Pengendalian dalam kasus ini tidak dapat diterima karena tingkat pengecualian yang sebenarnya
sebear 8 persen melampaui tingkat TER. Tentu saja, auditor tidak mengetahui tingkat
pengecualian populasi yang sebenarnya. ARO yang tinggi berarti auditor bersedia menanggung
risiko yang cukup substansial untuk menyimpulkan bahwa pengendalian sudah efektif setelah
semua pengujian selesai dilakukan, meskipun sebenarnya tidak efektif.

Dalam memilih ARO yang tepat untuk setiap atribut,auditor harus menggunakan
pertimbangan terbaiknya. Pertimbangan utamanya adalah sejauh mana mereka berencana
mengurangi penilaian risiko pengendalian sebagai dasar bagi luas pengujian atas rincian aldo
(test of details of balaces). Biasanya auditor menilai ARO pada tingkat yang lebih rendah ketika
mengaudit perusahaan publik karena auditor harus yakin bahwa pengendalian internal efektif
untuk mendukung pendapat mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

Perusahaan swasta, ARO yanh tepat dan luas pengujian pengendalian tergantung pada
risiko pengendalian yang dinilai. Untuk audit dimana auditor sangat tergantung pada
pengendalian internal, risiko pengendalian akan dinilai rendah sehingga ARO juga akan menjadi
rendah. Sebaliknya, jika auditor hanya dalam batas-batas tertentu bergantung pada pengendalian
internal, risiko pengendalian akan dinilai tinggi sehingga ARO juga tinggi.

14
Untuk sampling nonstatistik, sudah umum bagi auditor untuk menggunakan ARO yang tinggi,
sedang, atau rendah ketimbang sebuah persentase. Untuk sampling statistik, auditor biasanya
menggunakan persentase, seperti 5% atau 10%. ARO yang rendah menyiratkan bahwa pengujian
pengendalian sangatlah penting dan akan berhubungan dengan penilaian risiko rendah serta
mengurangi pengujian atas rincian saldo. Seperti untuk TER, ada hubungan terbalik antara ARO dan
ukuran sampel yang direncanakan. Jika auditor mengurangi ARO dari tinggi menjadi rendah, ukuran
sampel yang direncankan harus ditingkatkan. ARO merupakan risiko yang ditanggung auditor karena
salah menerima pengendalian sebagai efeketif, sehingga diperlukan ukuran sampel yang lebih besar
untuk menurunkan risiko ini. Auditor dapat menetapkan tingkat TER dan ARO yang berbeda untuk
atribut pengujian audit yang juga berbeda, tergantung pada arti penting dari atribut dan pengendalian
terkait.

Tabel15-4 Pedoman Bagi ARO dan TER untuk Sampling Nonstatistik: Pengujian
Pengendalian

Pengurangan pengujian substantif Pertimbangan Pedoman


atas rincian saldo yang
direncanakan

Risiko pengendalian yang dinilai.  Risiko pengendalian  ARO rendah


Mempertimbangkan: ysng dinilai paling  ARO sedang
rendah  Aro tinggi
Kebutuhan untuk menerbitkan
 Risiko pengendalian  ARO tidak dapat
laporan terpisah mengenai
yang dinilai sedang diterapkan
pengandalian internal atas
 Risiko pengendalian
pelaporan keuangan bagi
yang dinilai lebih
perusahaan publik.
tinggi
Sifat, luas, dan pentapan waktu  Risiko pengendalian
pengujian substantif (pengujian yang dinilai 100%
substanstif yang direncanakan
secara ekstensif yang
15
berhubungan dengan risiko
pengendalian yang dinilai tinggi
dan sebaliknya)

Kualitas bukti yang tersedia untuk


pengujian pengendalian (kualitas
bukti yang lebih rendah tersedia
akan menghasilkan risiko
pengendalian yang dinilai lebih
tinggi dan sebaliknya)

Signifikansi transaksi dan saldo  Saldo yang sangat  TER sebesar 4%


akun terkait yang ingin signifikan  TER sebesar 5%
dipengaruhi oleh pengendalian  Saldo yang signifikan  TER sebesar 6%
internal.  Saldo yang kurang
signifikan

2.9.5 Mengestimasi Tingkat Pengecualian Populasi

Auditor harus terlebih dulu membuat estimasi tingkat pengecualian populasi untuk
merencanakan ukuran sampel yang sesuai. Jika estimasi tingkat pengecualian populasi
(estimated population exception rate = EPER) rendah, ukuran sampel yang relatif kecil akan
memenuhi tingkat pengencualian yang dapat ditoleransi (TER) auditor, karena hanya diperlukan
lebih sedikit estimasin yang tepat. Auditor sering kali menggunakan hasil audit tahu sebelumnya untuk
mengestimasi EPER. Jika hasil audit tahun sebelumnya tidak tersedia, atau jika dianggap tidak dapat
diandalkan, auditor dapat mengambil sampel pendahuluan yang kecil dari populasi tahun berjalan untuk
tujuan ini. Tidak perlu dipermasalahkan apakah estimasi tersebut tepat atau tidak karena tingkat
pengecualian sampel tahun berjalan akhirnya aan tetap digunakan untuk mengestimasi karakteristik
populasi. Jika digunakan sampel pendahuluan, sampel itu dapat dimasukkan ke dalam total sampel,
selama prosedur pemilihan sampel yang sesuai diikuti.

16
Tabel 15-5 Pedoman bagi ARO dan TER untuk Sampling Nonstatistik: Pengujian
Substantif atas Transaksi

Pengurangan Pengujian Hasil Pemahaman ARO untuk TER untuk Pengujian


Substantif atas Rincian Pengendalian Pengujian Substantif atas
Saldo yang Internal dan Substantif atas Transaksi
Direncanakan Pengujian Transaksi
Pengendalian

Besar Sangat baik Tinggi Persenatse atau jumlah


yang didasarkan pada
Baik Sedang
pertimbangan

Tidak baik Rendah materilitas untuk akun


yang terkait

Sedang Sangat baik Tinggi Persenatse atau jumlah


yang didasarkan pada
Baik Sedang
pertimbangan

Tidak baik Sedang-rendah materilitas untuk akun


yang terkait

Kecil Sangat baik Tinggi Persenatse atau jumlah


yang didasarkan pada
Baik Sedang-tinggi
pertimbangan

Tidak baik Sedang materilitas untuk akun


yang terkait

Tabel 15-6 Dampak Faktor Perubahan terhadap Ukuran Sampel

17
Jenis Perubahan Dampak terhadap Ukuran Sampel Awal

Kenaikan ARO Menurun

Kenaikan TER Menurun

Kenaikan estimasi tingkat pengecualian Meningkat


populasi

Kenaikan ukuran populasi Meningkat (dampak minor)

2.9.6 Menentukan Ukuran Sampel Awal

Ada empat faktor yang menentukan ukuran sampel awal (initial sample size) bagi
sampling audit: ukuran populasi, TER, ARO, dan EFER. Ukuran populasi bukan merupakan
faktor yang signifikan dan umumnya dapat diabaikan, terutama untuk populasi yang besar.
Auditor yang menggunakan pertimbangan profesionalnya dan bukan menggunakan rumus
statistik. Setelah ketiga faktor utama yang mempengaruhi ukuran sampel ditentukan, auditor
dapat memutuskan ukuran sampel awal. Hal ini disebut sebagai ukuran sampel awal karena
pengecualian sampel aktual harus b yang menentukan ukuran sampel, sementara faktor-faktor
lainnya dianggap konstan.

Tabel 15-6 menunjukkan dampak kenaikan setiap faktor secara independen terhadap
ukuran sampel. Dampak sebaliknya akan terjadi jika setiap fatktor menurun. Kombinasi dari
kedua faktor itu akan memiliki dampak yang sangat besar faktor ukuran sampel: TER dikurangi
EPER. Perbedaan di antara kedua faktor adalah menyangkut ketetapan estimasi sampel awal.
Ketepatan yang lebih kecil, yang disebut sebagai estimasi yang lebih tepat, memerlukan sampel
yang lebih besar. Pada satu ekstreme, asumsikan bahwa TER adalah 4% dan EPER adalah 3%.
Dalam kasus ini, ketepatannya adalah 1%, yang akan menghasilkan ukuran sampel yang besar.

2.9.7 Memilih Sampel

18
Setelah menentukan ukuran sampel awal bagi aplikasi sampling audit, auditor harus
memilih item-item dalam populasi untuk memasukkan sampel. Auditor dapat memilih sampel
dengan menggunakan metode probabilistik atau nonprobabilistik. Untuk meminimalkan
kemungkinan klien mengubah item-item sampel, auditor tidak boleh memberi tahu klien terlalu
cepat item-item sampel yang dipilih. Auditor harus mengendalikan sampai setelah klien
menyediakan dokumen. Beberapa item sampel tambahan dapat saja dipilih sebagai cadanngan
untuk menggantikan setiap item yang masih kosong dalam sampel awal.

Pemilihan acak untuk prosedur audit Hillsburg bersifat langsung kecuali bagi ukuran
sampel yang berbeda yang diperlukan untuk atribut yang juga berbeda. Guna mengatasi masalah
ini, auditor dapat memilih sampel acak sebanyak 50 untuk digunaan pada kesembilan atribut itu,
diikuti dengan sampel lainnya sebanyak 15 untuk semua atribut kecuali 7 dan 8, tambahan 10
untuk atribut 1 hingga 5, dan 25 lagi untuk atribut 2 hinga 5.

2.9.8 Melaksanakan Prosedur Audit

Auditor melaksanakan prosedur audit dengan memeriksa setiap item dalam sampel
untuk menentukan apakah sampel tersebut konsisten dengan definisi atribut dan dengan
mempertahankan catatan mengenai semua pengecualian yang ditemukan. Jika prosedur audit
untuk aplikasi samplin telah selesai, auditor akan memiliki ukuran sampel dan jumlah
pengecualian untuk setiap atribut.

Untuk mendokumentasikan pengujian dan menyediakan informasi demi keperluan


review, umumnya auditor menyertakan skedul hasil. Beberapa auditor lebih suka menyertakan
listing skedul semua item dalam sampel: sementara yang lainnya lebih suka membatasi
pendokumentasian untuk mengidentifikasi pengecualian.

2.9.9 Mengeneralisasi dari Sampel ke Populasi

Tingkat pengetahuan sampel (sample exeption rate = SER) dapat dengan mudah
dihitung dari hasil sampel aktual. SER sama dengan jumlah aktual pengecualian dibagi dengan
ukuran sampel aktual. Ketika menevaluasi sampel untuk pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi, auditor harus mengevaluasi risiko sampling. Apakah digunakan

19
sampling nonstatistik, risiko sampling tidak dapat diukur secara langsung. Salah satu cara untuk
mengevaluasi risiko sampling adalah mengurangi tingkat pengecualian sampel (SER) dari
tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (TER) untuk menentukan kesalahan sampling yang
dihitung (TER-SER), dan mengevaluasi apakaj hal tersebut cukup besar untuk menyimpulkan
bahwa tingkat pengecualian populasi yang sebenarnya dapat diterima. Sebagai contoh, jika
auditor mengambil sampel sebanyak 100 item menyangkut suatu atribut dan tidak menemukan
pengecualian (SER=0) dan TER adalah 5 persen, kesalahan sampling yang dihitung adalah 5
persen (TER sebesar 5 persen-SER sebesar 0= dihitung akan menjadi 1 persen (TER sebesar 5
persen-SER sebesar 4 persen)).

Jika SER yang melampaui EPER digunakan dalam merancang sampel , biasanya auditor
akan menyipulkan bahwa hasil sampel tidak mendukung penilaian risiko pengendalian
pendahuluan. Dlam kasus tersebut, auditor mungkin akan menyimpulkan bahwa ada risiko yang
tinggi yang tidak dapat diterima bahwa tingkat deviasi populasi yang sebenarnya melampaui
TER.

Pertimbangan auditor mengenai apakah kesalahan sampling cukup besar juga


tergnatung pada ukuran sampel yang digunakan. Jika ukuran sampel pada contoh sebelumnya
hanya 20 item, auditor akan menjadi kurang yakin kalau menemukan tidak adanya pengecualian
merupakan indikasi bahwa tingkat pengecualian populasi yang sebenarnya tidak melampaui
TER.

2.9.10 Menganalisis Pengecualian

Selain menentukan SER bagi setiap atribut dan mengevaluasi apakah tingkat
pengecualian yang sebenarnya (tetapi tidak diketahui) mungkin melampaui tingkat pengecualian
yang dapat ditoleransi (TER), auditor juga harus menganalisis pengecualian individual untuk
menentukan kelemahan pengendalian internal yang memungkinkan hal tersebut terjadi.
Pengecualian dan penyebabnya memiliki dampak yang signifikan terhadap evaluasi sistem
secara kualitaif.

Atribut kepentingan dan kondisi pengecualian untuk sampling audit diambil langsung
dari prosedur audit yang digunakan auditor.Populasi adalah item-item yang ingin
digeneralisasikan oleh auditor. Auditor dapat mendefinisikan populasi untuk memasukkan setiap
20
item yang mereka inginkan, tetapi ketika memilih sampel, sampel tersebut harus dipilih dari
seluruh populasi seperti yang telah didefinisikan. Unit sampling adalah unit fisik yang
berhubungan dengan angka acak yang dihasilkan auditor.
Penetapan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (tolerable exception rate = TER)
untuk setiap atribut memerlukan pertimbangan profesional auditor. TER merupakan tingkat
pengecualian tertinggi yang akan diizinkan auditor dalam pengedalian yang sedang diuji dan
masih bersedia menyimpulkan bahwa pengendalian telaah berjalan efektif (dan /atau tingkat
salah saji moneter dalam transaksi masih dapat diterima).
Risiko ketergantungan yang terlalu rendah (underreliance) adalah risiko auditor akan
menyimpulkan secara salah bahwa pengendalian kurang efektif dibandingkan yang
sebernanya.Auditor harus terlebih dulu membuat estimasi tingkat pengecualian populasi untuk
merencanakan ukuran sampel yang sesuai. Jika estimasi tingkat pengecualian populasi
(estimated population exception rate = EPER) rendah, ukuran sampel yang relatif kecil akan
memenuhi tingkat pengencualian yang dapat ditoleransi (TER) auditor, karena hanya diperlukan
lebih sedikit estimasin yang tepat. Auditor sering kali menggunakan hasil audit tahu sebelumnya
untuk mengestimasi EPER.
Ada empat faktor yang menentukan ukuran sampel awal (initial sample size) bagi
sampling audit: ukuran populasi, TER, ARO, dan EFER.
Ketika menggenerlisasi dari sample ke populasi , sebagian besar auditor yang
menggunakan sampling non statistik akan mengurangi SER dari TER dan menevaluasi pakah
perbedaannya (kesalahansampling yang dihitung)ncukup besar.jika auditor menyimpulkan
bahwa perbedaannya cukup beasr, pengendalian yangsedang diujindapat digunakan
untukmengurangi penilaian risiko pengendalian seperti yang direncanakan, dengan asumsi
analisis yang cermat atas pengecualian tidak mengidindikasikan kemungkinan adanya masalah
pengendalian internal lainnya yang signifikan.

Jika Auditor menyimpulkan bahwa TER-SER terlalu kecil untuk menyimpulkan bahwa
populasi dapat diterima, atau jika SER melampaui TER, Auditor harus mengikuti salah satu dari
empat tindakan:

1. Merevisi TER atau ARACR


alternatif ini harus hanya jika auditor telah menyimpulkan bahwa spesifikasi awal terlalu
konservatif. Auditor harus mengubah persyaratan tersebut hanya setelah pertimbangan
yang cermat diberikan.

2. Memperluas ukuran sampel


21
Kenaikan ukuran sampel dapat menurunkan kesalahan sampling jika tingkat
pengecualian sample (SER) aktual tidak meningkat. Kenaikan ukuran sampel dapat
dibenarkan jika auditor yakin sampel awal tidak bersifat representatif, atau jika
pentinguntuk memeroleh bukti bahwa pengendalian telah beroperasi secara efekti.
3. Merivisi Penilaian Risiko Pengendalian
Jika hasil pengujian pengedalian dan pengujian substantif atas transaksi tidak mendukung
penilaian risiko pengendalian pendahuluan, auditor harus merevisi penilaian risiko
pengendalian ke atas. Auditor harus memutuskan apakah akan meningkatkan ukuran
sampel data merevisi penilaian resiko pengendalian atas dar biaya versus manfaat. Jika
sampel tidak diperluas, auditor harus merevisi penilaian risiko pengendalian ke atas
sehingga akan melakukan pengujian substantiftambahan.
4. Mengkomunikasika kepada komite audit atau manajemen komunikasi
Jika Auditor menentukan bahwa pengendalian internal tidak beroperasi secar efektif ,
manajemen harus segera diberi tahu. Jika pengujian dilaksanakan sebelum akhir tahun.
Auditor memungkinkan manajemen memperbaiki defisiensi sebelum akhir tahun.
Auditor berwenang seperti komite audit, hal hal yang berkenaan dengan defisiensi yang
signifikan dan kelemahan yang material dalam pengendalian internal.
Dalam beberapa situasi mungkindapat diterima untuk membatasi penulisan surat kepada
manajemen apabila TER-SER terlalu keci. Hal ini terjadi jika auditor tidak bermaksud
mengurangi penilaian risiko pengendalian atau sudah melakukan prosedur yang mencukupi demi
kepuasannya sendiribagian dari pengujian substantif atas transaksi. Auditor harus
menyelenggarakan catatan yang memadai mengenai prosedur yang akan dilaksanakan,metode
yang akan digunakan untuk memilih sampel dan melakukan pengujian, hasil yang ditemukan
selama pengujian, dan kesimulan yang dicapai. Pendokumentasian ini diperlukan bauk dalam
sampling statistik maupun non statistikuntuk mengevaluasi hasi gabungan dari semua pengujian
dan untk memperthankan audit jika memang diperlukan.

22
LANGKAH LANGKAH SAMPLING AUDIT

MERENCANAKAN SAMPEL
1.Menyatakan tujuan

2. Memutuskan apakah sampling audit dapat


diterapkan

3. Mendefinisikan atribut dan kondisi


pengecualian

4. Mendefinisikan populasi

5. Mendefinisan sampling

6. Menetapkan TER

7. Menetapkan ARCR yg terlalu rendah

8. Mengestimasi tingkat pengecualian


populasi

9. Menentukan ukuran sampel awal

MEMILIH SAMPEL

10. Memilih sampel

MELAKSANAKA PENGUJIAN Jumlah pengecualian


dakan sanpel dan
11. Melaksanakan prosedur audit ukuran sampel aktual

MENGEVALUASI HASIL

12.Menggeneralisasi dari sampel ke


Tingkat populasi pengecualian aktual dalam
pengecualian sampel ukuran sampek aktual ARACR yg
atas yg dihitung terlalu rendah

13. Menganalisis pengecualian

14. Memutuskan ekspektabilitas


populasi
23
2.10 Sampling audit statistic

Metode sampling statistic yang paling sering digunakan untuk pengujian pengendalian
dan pengujian substantive atas transaksi adalah sampling atribut (attribute sampling). Aplikasi
sampling atribut untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi memiliki
lebih banyak kemiripan dengan sampling nonstatistik ketimbang perbedaanya. Ke-14 langkah
yang sama digunakan untuk kedua pendekatan itu, sementara terminology yang digunakan
umumnya juga sama. Perbedaan utamanya terletak pada perhitungan ukuran sampel awal yang
menggunakan tabel yang dikembangkan dan distribusi probabilitas statistic dan perhitungan
tingkat pengecualian atas yang diestimasi dengan menggunakan tabel yang serupa seperti ketika
menghitung ukuran sampel.

2.11 Distribusi sampling

Auditor mendasarkan kesimpulan statistiknya pada distribusi sampling. Distribusi


sampling adalah distribusi frekuensi hasil semua sampel berukuran khusus yang dapat diperoleh
dari populasi yang memiliki beberapa karakteristik tertentu. Distribusi sampling memungkinkan
auditor untuk membuat laporan probabilitas mengenai kemungkinan terwakilinnya setiap sampel
dalam distribusi. Sampling atribut didasarkan pada distribusi binomial, di mana setiap sampel
dalam populasi memiliki satu dari dua nilai yang meungkin, seperti ya/tidak, hitam/putih, atau
deviasi pengendalian/tidak ada deviasi pengendalian.

Auditor tidak dapt mengabil lagi sampel dari populasi yang telah diketahui. Mereka
mengambil satu sampel dari populasi yang belum diketahui dan pengetahuan mengenai distribusi
sampling akan memungkinkan auditor membuat pernyataan yang sah secara statistic mengenai
populasi.

2.12 Aplikasi Sampling Atribut

Merencanakan Sampel :

1. Menyatakan tujuan pengujian audit. Sama untuk sampling atribut ataupun sampling non
statistik.

24
2. Memutuskan apakah sampling audit dapat di terapkan. Sama untuk sampling atribut
maupun sampling non statistik.
3. Mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualian. Sama untuk sampling atribut maupun
sampling non statistik.
4. Mendefinisikan populasi. Sama untuk sampling atribut maupun sampling non statistik.
5. Mendefinisikan unit sampling. Sama untuk sampling atribut maupun sampling non
statistik.
6. Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat di toleransi (TER). Sama untuk sampling
atribut maupun sampling non statistik.
7. Menetapkan ARO. Konsep penetapan risiko ini sama baik untuk sampling stasistik
maupun non statistik, tetapi biasanya metode kuantifikasinya berbeda. Untuk sampling
non statistik, sebagian besar auditor menggunakan rsiko yang dapat di terima rendah,
sedang, atau tinggi, sementara auditor yang menggunakan sampling atribut
membebankan suatu jumlah tertentu.
8. Mengestimasi tingkat pengecualian populasi. Sama untuk sampling atribut maupun
sampling non statistik.
9. Menentukan ukuran sampel awal. Ada empat factor yang menentukan ukuran sampel
awal baik untuk sampling statistik maupun non statistik; ukuran populasi, TER, ARO,
dan EPER. Dalam sampling atribut, auditor menetukan ukuran sampel dengan
menggunakan program computer atau table yang di kembanagkan dari rumus statistik.

Menggunakan Tabel Jika auditor menggunakan table untuk menentukan ukuran sampel awal,
mereka akan mengikuti empat langkah berikut :

i. Memilih tabel yang berhubungan dengan ARO.


ii. Menempatkan TER pada bagian atas tabel.
iii. Menempatkan EPER pada kolom paling kiri.
iv. Membaca ke bawah kolom TER yang sesuai hingga berpotongan dengan baris EPER
yang tepat. Angka pada perpotongan tersebut adalah ukuran sampel awal.

Contoh : Hillsburg Hardware Co.m asumsikan bahwa auditor bersedia mengurangi penilaian
risiko pengendalian demi menyelaraskan antara pesana penjuallan dan faktur jika jumlah

25
pengecualian dalam populasi (atribut 6 pada tabel 15-3) tidak melampaui 7% (PER), yaitu ARO
sebesar 5%. Berdasarkan pengalaman masa lalu, auditor menetapkan EPER sebesar 1%. Pada
tabel ARO sebesr 5%, tempatkan kolom PER sebeasar 7%, dan baca ke bawaj kolom itu hingga
berpotongan dengan baris EPER sebesar 1%. Ukuran sampel awal adalah 66.

Apakah angka 66 itu merupakan ukuran sampel yang cukup besar bagi audit ini? Tidak
mungkin memutusakn hingga pengujian selesai dilaksanakan. Jika tingkat pengecualian aktual
dalam sampel ternyata lebih besar dari 1%, auditor akan menjadi tidak yakin dengan keefektifan
pengedalian.

Dampak Ukuran Populasi dalam prmbahasan sebelumnya, auditor mengabaikan ukuran


populasi ketika menentukan ukuran sampel awal. Teori statistik menunjukan bahwa dalam
menerapkan sampling atribut pada populasi, ukuran populasi tidak begitu di pertimbangkan
dalam menentukan ukuran sampel. Karena sebagian besaar auditor mengguakan sampling atribut
untuk populasi yang sangat besar, pengurangan ukuran sampel untuk populasi yang lenih kecil
akan di abaikan disini.

Memilih Sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit

1. Memilih sampel. Satu-satunya perbedaan dalam pemilihan sampel bagi sampling


statistik dan non statistik terletak pada persyaratan bahwa metode probabilistic harus
din gunakan untuk sampling statistik. Baik sampling acak sederhana maupun
sistematis akan di gunakan pada sampling atribut.
2. Melaksanakan Prosedur Audit, Sama untuk sampling atribut maupun sampling non
statistik

Mengevaluasi Hasil

1. Menggenarilisasi dari sampel ke populasi. Untuk sampling atribut, auditor


menghitung batas ketepatan atas (CUER) dengan ARO tertentu, yang sekali lagi
menggunakan program computer khusus atau tabel yang di kembangkan dari
rumus statistik. Perhitungaannya diilustrasikan pada tabel seperti tabel 15-9.
Tabel tersebut merupakan “tabel satu sisi” yang berarti menyajikan tingkat
pengecualian atas dengan ARO tertentu.

26
Menggunakan Tabel Penggunaan tabel untuk menghitung CUER melibatkan empat langkah :

i. Memilih tabel yang berhubungan dengan ARO auditor. ARO ini harus sama dengan
ARO yang di gunakan untuk menentukan ukuran sampel awal.
ii. Mencari lokasi jumlah pengecualian aktual yang di temukan dalam pengujian audit pada
bagian atas tabel.
iii. Mencaari lokasi ukuran sampel aktual pada kolom paling kiri.
iv. Membaca ke bawah kolom jumlah pengecualian aktual yang tepat hingga berpotongan
dengan baris ukuran sapel yang tepat. Jumlah pda titik perpotongan itulah yang
merupakan CUER.

Untuk menggunakan tabel evaluasi bagi Hillsburg Hardware, asumsikan ukuran sampel
aktual sebesar 70 dan ada satu pengecualian dalam atribut 6. Dengan menggunakan ARO sebesar
5%, CUER sama dengan 6,6%. Dengan kata lain, CUER untuk atribut 6 adalah 6,6% pada ARO
sebsesar 5%. Apakah ini berarti jika 100% populasi telah di uji, tingkat pengecualaian yang
sebenarnya akan menjadi 6,6%? Tidak, tingkat pengecualian yang sebenarnya tetap tidak di
ketahui. Arti dari hasil ini adalah sebagai berikut : jika auditor menyimpulkan bahwa tingkat
pengecualian yang sebenarnya tidak melampaui 6,6%, ada probabilitas 95% bahwa kesimpulan
tersebut benar dan peluang 5% bahwa probabilitas itu salah.

Jadi bias daja memiliki ukuran sampel yang tidak sama dengan yang dis ediakan dalam tabel
evaluasi sampling atribut. Jika hal ini terjadi, biasanya auditor akan menginterpolasi untuk
mengestimasi titk data yang ada di antara daftar pada tabel tersebut.

Tabel tersebut mengasumsikan ukuran populasi yang sangat besar (tidak terbatas), yang
menghasilkan CUER yang lebih konservatif ketimbang untuk populasi yang lebih kecil. Seperti
pada ukuran sampel, dampak dari ukuran populasi terhadap CUER umumnya sngat kecil
sehingga di abaikan.

1) Menganalisis Pengecuallian. Sama untuk sampling atribut dan sampling non statistik.

27
2) Memutuskan akseptabilitas populasi. Metodologi untuk memutuskan akseptabilitas
populasi pada intinya sama baik untuk sampling atribut maupun sampling non statistik.
Untuk sampling atribut, auditor akan membandingkan CUER dengan TER bagi setiap
atribut. Sebelum populasi bias di anggap dapat di terima, CUER yang di tentukan
berdasarkan hasil sampel aktual harus lebih keci dari atau sama dengan TER jika
keduanya didasarkan pada ARO yang sama. Contoh : jika auditor memiliki TER tertentu
sebesar 7% dengan ARO sebesar 5% dan CUER adalah 6,6%, persyaratan sampel telah
di penuhi. Dalam kasus ini, pengendalian yang sedang di uji dapat di gunakan untuk
mengurangi penilaian risiko pengendalian seperti yang di rencanakan, yang memberiakn
analisis yang cermat atas penyebab pengecualian yang tidak menunjukan kemungkinan
adanya masalah yang signifikan dalam aspek pengendalian sebelumnya tidak di
pertimbangkan.
Jika CUER lebih besar dari TER, harus di ambil tindakan khusus. Empat tindakan yang
telah di bahas untuk sampling non statistik dapat juga din terapkan untuk sampling
atribut.

Gambar 15-8 mengilustrasikan pendokumentasian sampling yang telah di rampungkan


bagi pengujuan atribut 1 hingga 9 pada tabel 15-3 untuk Hillsburg Hardware Co. dengan
menggunakan sampling atribut. Perhatikan sebagian besar informasi yang ada pada gambar 15-8
konsisten dengan yang di sajikan dalam contoh sampling non statistik yang di ilustrasikan pada
gambar 15-4. Perbedaan utama antara gambar 15-4 dan 15-8 terletak pada pertimbangan auditor
mengenai ARO dan ukuran sampel awal yang di tentukan ketika merencanakan audit, dan
perhitungan CUER dengan menggunakan hasil pengujian aktual. Perhatikan bahwa
pertimbangan ARO bersifat numeris (5%) dalam aplikasi sampling atribut (gambar 15-8).
Pertimbangan numeris mengenai ARO dipertimbangkan bersama dengan penilaian EPER dan
TER untuk menentukan ukuran sampel awal bagi setiap atribut dengan menggunakan tabel 15-8.
CUER pada gambar 15-8 di tentukan dengan menggunakan tabel 15-9 berdasarkan pengecualian
sampel yang diidentifikasi dan ukuran sampel aktual yang di uji.

Kebutuhan Akan Pertimbangan Profesional

Kritik yang biasanya dilontarkan terhadap sampling statistik adalah bahwa hal tersebut
mengurangi penggunaan pertimbangan professional oleh auditor. Perbandingan di antara 14
28
langkah yang di bahas dalam bab ini untuk sampling non statistik dan atribut menunjukan bahwa
kritik tersebut tidak terbukti. Agar aplikasinya tepat, sampling atribut menharuskan auditor
menggunakan pertimbangan professional di sebagian besar langkah tersebut. Ketika memilih
ukuran sampel awal, auditor sangat tergantung pada TER dan ARO, yang memerlukan tingkat
pertimbangan profesional yang tinggi, serta EPER, yang memerlukan estimasi yang cermat.
Demikian juga, evaluasi akhir atas kelayakan aplikasi sapling atribut serta keseluruhan, yang
terasuk kelayakan ukuran sampel, juga harus di dasarkan pada pertimbangan profesional tingkat
tinggi.

29
BAB 3

PENUTUP

3.1 Simpulan

Dalam makalah ini menguraikan sampel representatif dan membahas perbedaan antara sampling
statistik dan nonstatistik serta pemilihan sampel probabilistik dan nonprobabilistik. metode
pemilihan sampel probabilistic:
 pemilihan sampel sistematis
 pemilihan sampel probabilitas yang proporsional dengan ukuran dan bertahap
dalam banyak sitauasi audit,jauh lebih menguntungkan memilih sampel yang menekankan
item – item populasi dengan jumlah tercatat yang lebih besar. ada dua cara untuk memperoleh
sampel semacam itu :
- mengambil sampel di mana probabilitas pemilihan setiap item populasi individual
bersifat proporsional dengan jumlah tercatatnya.
- membagi populasi ke dalam subpopulasi, biasanya menurut ukuran dolar, dan mengambil
sampel yang lebih besar dari subpopulasi itu dengan ukuran yang lebih besar.
metode pemilihan sampel nonprobabilistik:
 Pemilihan Sampel Sembarangan
 Pemilihan Sampel Blok
Untuk mengestimasi persentase item-item dalam populasi yang memiliki karakteristik atau
atribut kepentingan, auditor menggunakan sampling pada pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi. Tingkat pengecualian dalam suatu sample akan digunakan untuk
mengestimasi tingkat pengecualian dalam populasi, yang merupakan “estimasi terbaik” auditor
atas tingkat pengecualian populasi.

Makalah ini juga membahas langkah dalam sampling untuk tingkat pengecualian yang
digunakan pada pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Sampling atribut
nonstatistik dan statistik untuk tingkat pengecualian. Jika Auditor menyimpulkan bahwa TER-
SER terlalu kecil untuk menyimpulkan bahwa populasi dapat diterima, atau jika SER melampaui
TER, Auditor harus mengikuti salah satu dari empat tindakan: Merevisi TER atau ARACR,

30
Memperluas ukuran sampel, Merivisi Penilaian Risiko Pengendalian, Mengkomunikasika kepada
komite audit atau manajemen komunikasi. Ada 5 tahap dalam langkah langkah sampling audit,
yaitu : Merencanakan sampel, memilih sampel, melaksanakan pengujian, mengevaluasi hasil.

31
DAFTAR PUSTAKA

Arens

32

Anda mungkin juga menyukai