Anda di halaman 1dari 6

Nama : Tiara Maharani

NIM : 2212020033

Kelas : BKI C

" Mobilitas Sosial "

" MOBILITAS SOSIAL "

A. Pengertian Mobilitas Sosial

Mobilitas Sosial Yaitu Adanya perpindahan atau perubahan strata sosial tersebut adalah hal wajar
untuk dapat terjadi, baik itu perubahan menuju ke strata sosial yang lebih tinggi atau bahkan lebih
rendah dari strata sosial sebelumnya. Hal tersebut terjadi sebab setiap anggota masyarakat pastilah
ingin mempunyai hidup yang lebih baik dari sebelumnya, sehingga mereka akan giat berusaha untuk
melakukan perubahan strata sosial itu.

B. Bentuk - Bentuk Mobilitas Sosial

1. Mobilitas Sosial Horizontal

Mobilitas sosial horizontal ini adalah perubahan individu maupun kelompok selaku objek sosial menuju
kelompok sosial lainnya yang sederajat. Maksud sederajat ini adalah tidak ada perubahan yang terjadi di
dalam derajat kedudukan seseorang tersebut.

Contohnya, Pak Kuncoro adalah seorang guru Matematika di SMA, tetapi karena lingkungan SMA tidak
cocok dengan dirinya, maka dirinya memutuskan untuk menjadi guru Matematika di SMP.

Dalam mobilitas sosial horizontal ini dapat terjadi pada hal-hal berikut:

* Tingkatan atau Status

Mobilitas sosial sangat berkaitan dengan tingkatan atau status sosial yang dimiliki oleh individu,
meskipun itu secara sederajat atau horizontal. Misalnya, Pak Yohan adalah kepala sekolah di SMA
Produce, kemudian dirinya dipindahtugaskan untuk menjadi kepala sekolah di SMA Wei. Hal yang terjadi
pada Pak Yohan tetap dapat disebut sebagai mobilitas sosial tetapi dalam status sosial yang sederajat.
* Wilayah

Mobilitas sosial itu dapat terjadi dalam hal sekecil apapun. Bahkan perpindahan tempat atau wilayah
tempatmu berkegiatan juga dapat disebut sebagai mobilitas sosial horizontal, sebab status sosialmu
masih sama seperti sebelumnya.

2. Mobilitas Sosial Vertikal

Mobilitas sosial vertikal merupakan bentuk perpindahan individu atau kelompok selaku objek sosial
menuju kedudukan sosial yang tidak sederajat. Maksud dari tidak sederajat adalah status sosialnya
dapat ke arah atas (naik) maupun ke arah bawah (turun). Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya
sebuah mobilitas sosial vertikal, yakni:

* Kekayaan

Faktor ini tentu saja dapat mengubah posisi atau kedudukan sosial dari seseorang, yang mana dapat
menjadikannya lebih kaya atau justru lebih miskin.

* Kekuasaan

Faktor kekuasaan turut serta dapat menyebabkan terjadinya sebuah mobilitas sosial vertikal. Seseorang
yang mempunyai kekuasaan tertentu, cenderung mudah untuk naik jabatan sehingga kekuasaannya
menjadi bertambah dan mobilitas sosialnya dapat meningkat secara drastis. Begitu juga sebaliknya,
apabila seseorang itu tidak mempunyai kekuasaan yang cukup untuk naik jabatan, dirinya juga akan
mengalami mobilitas sosial ke arah bawah.

* Pendidikan

Saluran utama supaya seseorang dapat mengalami mobilitas sosial secara adil adalah melalui
pendidikan, terutama pendidikan formal. Seseorang yang mempunyai latar belakang pendidikan bagus,
tentu saja akan mengalami kenaikan kedudukan serta status sosialnya, terutama ketika bekerja.

Arah Mobilitas Sosial Vertikal Ke Atas

Sebelumnya, telah dituliskan bahwa mobilitas sosial vertikal ini memiliki dua arah, yakni menuju ke atas
dan menuju ke bawah. Untuk mobilitas sosial vertikal yang menuju ke atas juga memiliki dua bentuk,
yakni:

1. Masuk ke dalam kedudukan atau status sosial yang lebih tinggi

Dalam mobilitas sosial ke arah atas ini biasanya terjadi seseorang yang kala itu tengah berada di status
sosial bawah, kemudian terjadi suatu hal yang menyebabkan dirinya mendapatkan kenaikan status
sosial. Misalnya, ada seorang guru honorer yang diterima CPNS. Hal itu tentu saja menjadikan dirinya
mengalami kenaikan status sosial hasil dari naiknya jabatan.
Membentuk sebuah kelompok baru

2. Pembentukan kelompok baru ini didasarkan karena kelompok tersebut belum ada sebelumnya.
Namun perlu diketahui bahwa “sosok” yang membentuk kelompok baru ini juga harus berada di status
sosial yang lebih tinggi.

Arah Mobilitas Sosial Turun

Sama halnya dengan arah mobilitas sosial ke arah atas (naik), mobilitas sosial ke arah bawah (turun) pun
juga memiliki bentuk-bentuk utama, yakni:

1). Turunnya sebuah kedudukan

Penurunan kedudukan ini biasanya akan berkaitan dengan jabatan di lingkungan kerjanya. Misalnya,
seorang PNS yang pensiun. Ketika menjadi seorang pensiunan, tentu saja secara tidak langsung akan
menurunkan status sosialnya karena kekuasaannya ketika menjabat posisi tertentu telah “hilang”.

2). Turunnya derajat kelompok individu karena terdapat disintegrasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disintegrasi adalah keadaan yang tidak bersatu padu.
Akibat disintegrasi ini, suatu kelompok individu dapat turun status sosialnya secara bersamaan.

Bentuk-Bentuk Mobilitas Sosial

Pada dasarnya, setiap manusia baik secara individu maupun kelompok, tidak akan pernah merasa puas
dengan apa yang didapat dalam hidupnya, sehingga mereka berkeinginan untuk terus berpindah ke arah
atau status sosial yang lebih baik. Mobilitas sosial tentu saja berkaitan erat dengan stratifikasi sosial,
karena mengacu pada definisinya yakni suatu perpindahan gerak dari satu lapisan sosial ke lapisan sosial
lainnya, baik ke arah bawah maupun ke arah atas.

1. Mobilitas Sosial Horizontal

Mobilitas sosial horizontal ini adalah perubahan individu maupun kelompok selaku objek sosial menuju
kelompok sosial lainnya yang sederajat. Maksud sederajat ini adalah tidak ada perubahan yang terjadi di
dalam derajat kedudukan seseorang tersebut.

Contohnya, Pak Kuncoro adalah seorang guru Matematika di SMA, tetapi karena lingkungan SMA tidak
cocok dengan dirinya, maka dirinya memutuskan untuk menjadi guru Matematika di SMP.

Dalam mobilitas sosial horizontal ini dapat terjadi pada hal-hal berikut:

•Tingkatan atau Status


Mobilitas sosial sangat berkaitan dengan tingkatan atau status sosial yang dimiliki oleh individu,
meskipun itu secara sederajat atau horizontal. Misalnya, Pak Yohan adalah kepala sekolah di SMA
Produce, kemudian dirinya dipindahtugaskan untuk menjadi kepala sekolah di SMA Wei. Hal yang terjadi
pada Pak Yohan tetap dapat disebut sebagai mobilitas sosial tetapi dalam status sosial yang sederajat.

•Wilayah

Mobilitas sosial itu dapat terjadi dalam hal sekecil apapun. Bahkan perpindahan tempat atau wilayah
tempatmu berkegiatan juga dapat disebut sebagai mobilitas sosial horizontal, sebab status sosialmu
masih sama seperti sebelumnya.

2. Mobilitas Sosial Vertikal

Mobilitas sosial vertikal merupakan bentuk perpindahan individu atau kelompok selaku objek sosial
menuju kedudukan sosial yang tidak sederajat. Maksud dari tidak sederajat adalah status sosialnya
dapat ke arah atas (naik) maupun ke arah bawah (turun). Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya
sebuah mobilitas sosial vertikal, yakni:

•Kekayaan

Faktor ini tentu saja dapat mengubah posisi atau kedudukan sosial dari seseorang, yang mana dapat
menjadikannya lebih kaya atau justru lebih miskin.

•Kekuasaan

Faktor kekuasaan turut serta dapat menyebabkan terjadinya sebuah mobilitas sosial vertikal. Seseorang
yang mempunyai kekuasaan tertentu, cenderung mudah untuk naik jabatan sehingga kekuasaannya
menjadi bertambah dan mobilitas sosialnya dapat meningkat secara drastis. Begitu juga sebaliknya,
apabila seseorang itu tidak mempunyai kekuasaan yang cukup untuk naik jabatan, dirinya juga akan
mengalami mobilitas sosial ke arah bawah.

•Pendidikan

Saluran utama supaya seseorang dapat mengalami mobilitas sosial secara adil adalah melalui
pendidikan, terutama pendidikan formal. Seseorang yang mempunyai latar belakang pendidikan bagus,
tentu saja akan mengalami kenaikan kedudukan serta status sosialnya, terutama ketika bekerja.

Arah Mobilitas Sosial Vertikal Ke Atas

Sebelumnya, telah dituliskan bahwa mobilitas sosial vertikal ini memiliki dua arah, yakni menuju ke atas
dan menuju ke bawah. Untuk mobilitas sosial vertikal yang menuju ke atas juga memiliki dua bentuk,
yakni:

§ Masuk ke dalam kedudukan atau status sosial yang lebih tinggi


Dalam mobilitas sosial ke arah atas ini biasanya terjadi seseorang yang kala itu tengah berada di status
sosial bawah, kemudian terjadi suatu hal yang menyebabkan dirinya mendapatkan kenaikan status
sosial. Misalnya, ada seorang guru honorer yang diterima CPNS. Hal itu tentu saja menjadikan dirinya
mengalami kenaikan status sosial hasil dari naiknya jabatan.

§ Membentuk sebuah kelompok baru

Pembentukan kelompok baru ini didasarkan karena kelompok tersebut belum ada sebelumnya. Namun
perlu diketahui bahwa “sosok” yang membentuk kelompok baru ini juga harus berada di status sosial
yang lebih tinggi.

Arah Mobilitas Sosial Turun

Sama halnya dengan arah mobilitas sosial ke arah atas (naik), mobilitas sosial ke arah bawah (turun) pun
juga memiliki bentuk-bentuk utama, yakni:

√Turunnya sebuah kedudukan

Penurunan kedudukan ini biasanya akan berkaitan dengan jabatan di lingkungan kerjanya. Misalnya,
seorang PNS yang pensiun. Ketika menjadi seorang pensiunan, tentu saja secara tidak langsung akan
menurunkan status sosialnya karena kekuasaannya ketika menjabat posisi tertentu telah “hilang”.

√Turunnya derajat kelompok individu karena terdapat disintegrasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disintegrasi adalah keadaan yang tidak bersatu padu.
Akibat disintegrasi ini, suatu kelompok individu dapat turun status sosialnya secara bersamaan.

3. Mobilitas Sosial Antargenerasi

Mobilitas antar generasi ini ditandai dengan adanya perkembangan taraf hidup dalam suatu kehidupan
keluarga, baik itu secara menurun maupun meningkat. Hal utama dalam bentuk mobilitas ini adalah
bukan pada perkembangan keturunannya, tetapi pada perpindahan status sosial yang berdampak pada
generasinya.

Misalnya, ada seorang pedagang cabai yang hanya menamatkan pendidikannya hingga Sekolah Dasar
saja. Namun, dirinya berhasil menyekolahkan anaknya hingga lulus sekolah pelayaran. Sang anak ini
berhasil mengubah statusnya dan keluarganya sehingga dapat berbeda dengan status orang tuanya
sebelumnya.

4. Mobilitas Sosial Intragenerasi

Mobilitas horizontal intragenerasi ini adalah perpindahan status yang dialami seseorang dalam generasi
yang sama. Maksud dari generasi yang sama adalah perpindahan status tersebut terjadi pada dirinya
sendiri, bukan atas pencapaian anak atau anggota keluarganya.
Misalnya, ada seseorang yang sebelumnya bekerja sebagai kuli bangunan. Berkat ketekunan dan
keberuntungannya, dia berhasil menjadi mandor.

Contoh lain adalah para remaja kelahiran ‘90-an memiliki kesempatan untuk mengembangkan ilmu
IPTEK karena saat ini tengah berada pada era digital dan globalisasi.

Anda mungkin juga menyukai