َ س َن ِة ۖ َو ٰ َج ِد ْل ُه م ِب ٱلَّ ِت ى ِه َى َأ ْح
ۚ ُس ن َ يل َر ِّب َك ِب ْٱل ِح ْك َم ِة َو ْٱل َم ْو عِ َظ ِة ْٱل َح َ ٱدْ ُع ِإ َل ٰى
ِ س ِب
َس ِب يل ِِه ۦ ۖ َو ُه َو َأ ْع َل ُم ِب ْٱل ُم ْه َت ِد ين
َ ض ل َّ َع ن َ ِإ َّن َر َّب َك ُه َو َأ ْع َل ُم ِب َم ن
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya . Dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Tafsir Al-Azhar Surat an-Nahl Ayat 125
Dalam tafsir Al-Azhar ayat ini mengandung ajaran kepada Rasul Saw
tentang cara melancarkan da’wah. Atau seruan terhadap manusia agar
mereka berjalan di atas jalan Allah (Sabilillah), atau Shirathal Mutaqim,
atau Ad-Dinul Haqqu, agama yang benar. Nabi s.a.w. memegang tampuk
pimpinan dalam melakukan Da’wah itu. Kepadanya dituntunkan oleh
Tuhan bahwa di dalam melakukan dakwah hendaklah memakai tiga macam
cara atau tiga tingkat cara.
Pertama, Hikmah (Kebijaksanaan ). Yaitu dengan cara bijaksana akal budi
yang mulia, dada yang lapang dan hati yang bersih. Kemudian menarik
perhatian orang kepada agama, atau kepada kepercayaan terhadap tuhan.