Anda di halaman 1dari 2

Strategi Dakwah dalam

Surat An-Nahl 125


Manusia adalah makhluk yang dibekali dengan akal, perasaan dan hawa nafsu.
Manusia pula mempunyai keunggulan-keunggulan yang tidak dipunyai makhluk
hidup lainnya di alam ini. Dalam kehidupannya di dunia ini, manusia tidak
dilepaskan dari pengetahuan sebagai hasil olah pikirnya. Tanpa pengetahuan
manusia tidak akan mampu menaklukkan berbagai tantangan kehidupan yang keras
ini. Sebenarnya umat Muslim sepenuhnya menyadari tentang pentingnya
mendefinisikan ilmu untuk menjelaskan sumber dan menerangkan strategi.
(Fatimah Rahma Rangkuti, 2019:44)

Oleh karena itu, pengetahuan sebagai senjata manusia untuk menjalani


kehidupan bukanlah satu hal yang instan pemberian Allah SWT. Dengan kata
lain setelah manusia di beri akal kemudian dia punya banyak pengetahuan.
Sebagaimana yang tertera dalam surat An-Nahl ayat 125 sebagai berikut:

َ ‫س َن ِة ۖ َو ٰ َج ِد ْل ُه م ِب ٱلَّ ِت ى ِه َى َأ ْح‬
ۚ ُ‫س ن‬ َ ‫يل َر ِّب َك ِب ْٱل ِح ْك َم ِة َو ْٱل َم ْو عِ َظ ِة ْٱل َح‬ َ ‫ٱدْ ُع ِإ َل ٰى‬
ِ ‫س ِب‬
َ‫س ِب يل ِِه ۦ ۖ َو ُه َو َأ ْع َل ُم ِب ْٱل ُم ْه َت ِد ين‬
َ ‫ض ل َّ َع ن‬ َ ‫ِإ َّن َر َّب َك ُه َو َأ ْع َل ُم ِب َم ن‬
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya . Dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Tafsir Al-Azhar Surat an-Nahl Ayat 125
Dalam tafsir Al-Azhar ayat ini mengandung ajaran kepada Rasul Saw
tentang cara melancarkan da’wah. Atau seruan terhadap manusia agar
mereka berjalan di atas jalan Allah (Sabilillah), atau Shirathal Mutaqim,
atau Ad-Dinul Haqqu, agama yang benar. Nabi s.a.w. memegang tampuk
pimpinan dalam melakukan Da’wah itu. Kepadanya dituntunkan oleh
Tuhan bahwa di dalam melakukan dakwah hendaklah memakai tiga macam
cara atau tiga tingkat cara.
Pertama, Hikmah (Kebijaksanaan ). Yaitu dengan cara bijaksana akal budi
yang mulia, dada yang lapang dan hati yang bersih. Kemudian menarik
perhatian orang kepada agama, atau kepada kepercayaan terhadap tuhan.

Kata “Hikmat” itu kadang-kadang diartikan orang dengan Filsafat. Padahal


dia adalah inti yang lebih halus dari filsafat. Filsafat hanya dapat difahamkan
oleh orang-orang yang telah terlatih fikirannya dan tinggi pendapat
logikanya. Tetapi Hikmat dapat menarik orang yang belum maju
kecerdasannya dan tidak dapat dibantah oleh orang yang lebih pintar.
Kebijaksanaan itu buka saja dengan ucapan mulut, melainkan termasuk juga
dengan tindakan dan sikap hidup. Kadang-kadang lebih berhikmat “diam”
daripada “berkata”.

Yang kedua ialah Al-Mau’izhatul Hasanah, yang kita artikan pengajaran yang


baik, atau pesan-pesan yang baik, yang disampaikan sebagai nasihat.
Sebagai pendidikan dan tuntunan sejak kecil. Sebab itu termasuklah dalam
bidang “Al-Mau’izhatul Hasanah”, pendidikan ayah-bunda dalam rumah
tangga kepada anaknya, yang menunjukkan contoh beragama di hadapan
anak-anaknya sehingga menjadi kehidupan mereka pula. Termasuk juga
pendidikan dan pengajaran dalam perguruan-perguruan.

Konsep dari tiga Da’wah yang Diterapkan Nabi

1. Da’wah bil hikmah 


Menyampaikan dakwah dengan cara yang arif bijaksana, yaitu melakukan
pendekatan sedemikian rupa. Sehingga pihak objek  dakwah mampu
melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan,
tekanan maupun konflik. Atau penyampaikan sebuah dakwah dengan terlebih
dahulu mengetahui tujuannya dan mengenalkan secara benar dan
masyarakat yang menjadi sasarannya.(Hasan Bastomi, 2016:350) Dalam
dakwah ini juga pendakwah bisa menggunakan

beberapa pendekatan semisal dengan pendekatan  bayani. Dengan


pendekatan tersebut yang menggunakan sumber teks yang nyata atau
dengan kitab suci masyarat bisa menerima dakwah itu tanpa keterpaksaan.

2. Da’wah Mauidzah hasanah

Sebagai metode dakwah yang mengajak manusia dengan memberi pelajaran


dan nasihat yang baik. Metode ini dapat membangkitkan semangat untuk
mengamalkan syari’at Islam. Atau berarti memberikan kepuasan kepada jiwa
seseorang atau komunitas yang menjadi sasaran dakwah. Dalam dakwah kita
bisa menggunakan metode pendekatan baik berupa lisan,tulisan atau
percontohan (suritauladan).

3. Da’wah Jadilhum billati hiya ahsan

Sebagai metode dakwahdengan berdialog dan berdiskusi, agar dakwah yang


dilakukan bisa tepat sasaran. Atau dalam pengertian lain berda’wah
menggunakan metode berdebat dengan cara yang paling indah, tepat dan
akurat.

Anda mungkin juga menyukai