Anda di halaman 1dari 2

Sesuai skedul tutorial, minggu ini akan ada tugas yang wajib Anda kerjakan supaya

mendapatkan nilai akhir tutorial yang memuaskan. Silakan jawab pertanyaan-


pertanyaan berikut:

1. Jelaskan pengertian Fikih Muamalah Maliyah?


2. Jelaskan yang dimaksud dengan riba?
3. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi harta?

Pengertian Fikih Muamalah Maliyah


Fikih muamalah Maliyah dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang
kegiatan atau transaksi yang berdasarkan hukum-hukum syariat
mengenai
perilaku manusia dalam kehidupanya berhubungan dengan
pengelolaan harta,
perputaran uang, mencari rizki, seperti jual beli, perdagangan dll.
Urgensinya
agar dapat melakukan praktik muamalah sesuai ketentuan syariat,
apalagi
dalam dunia transaksional pada zaman sekarang yang dinamis,
disitulah
pentingnya memahami muamalah maliyah.

hal 1.5

Riba
Kata riba berasal dari bahasa Arab, secara etimologis berarti tambahan
(al-ziyâdah), ber-kembang (al-numuw), membesar (al-'uluw) dan
meningkat
(al-irtifâ'). Menurut terminologi ilmu Fikih, riba merupakan tambahan
khusus yang
dimiliki salah satu pihak yang terlibat tanpa adanya imbalan tertentu.
Abu Zahrah dalam kitab Buhūsu fi al-Ribā menjelaskan mengenai
haramnya riba. Riba adalah tiap tambahan sebagai imbalan dari masa
tertentu, baik pinjaman itu untuk konsumsi atau eksploitasi, artinya
baik
pinjaman itu untuk mendapatkan sejumlah uang guna keperluan
pribadinya,
tanpa tujuan untuk mempertimbangkannya dengan
mengeksploitasinya atau
pinjaman itu untuk di kembangkan dengan meng-eksploitasikan,
karena nash
itu bersifat umum.

hal 1.26

Klasifikasi harta
Harta dapat dibagi dalam berbagai kategori menurut karakteristik yang
membangunnya. Dalam buku ini akan dijelaskan empat macam harta,
yaitu:
1. Harta dilihat dari boleh dan tidaknya untuk digunakan terbagi atas
harta bernilai (mutaqawwim) dan harta tidak bernilai (ghair
mutaqawwim) menurut pandangan agama.
2. Harta dilihat dari sifat bergeraknya dibagi atas harta bergerak dan
harta tidak bergerak.
Harta menurut padananya terbagi atas harta yang dapat
dipadankan (mitsliyât) dan harta yang diukur dari nilainya (qîmiyât)
4. Harta dari segi kekekalanya karena dipakai terbagi atas harta yang
habis digunakan (istihlâky) dan harta yang tidak habis ketika
digunakan (isti’mâly).

Hal 2.8-2.11

Sumber Rujukan : EKSA4305 Fikih Muamalah Dr. Muhammad Maksum, SH., MA., MDC.
M. Mujibur Rohman, MA.

Anda mungkin juga menyukai