Makalah Dheila Nurfebri Rachisa (1021031048)
Makalah Dheila Nurfebri Rachisa (1021031048)
Disusun Oleh :
1021031048
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya penulis dapat
menyelesaikan laporan literatur review yang berjudul “hubungan pengetahuan tentang hiv/aids
dengan perilaku seksual pada remaja”. Laporan literatur review ini bertujuan untuk memenuhi
tugas-tugas yang diberikan dari mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS.
Selama penyusunan literatur review ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai
pihak, sehingga dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak
Ns, Eka ernawati S.kep.M.kep , selaku dosen pembimbing.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan literatur review ini masih banyak kekurangan,
sehingga saran dan masukan sangat diharapkan untuk perbaikan dikemudian hari. Penulis
berharap literatur review ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan profesi keperawatan
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 5
PENDAHULUAN 5
A. Latar Belakang Masalah 5
B. Rumusan Masalah 5
BAB II 7
TINJAUAN TEORI 7
A. Konsep HIV/AIDS 7
1. Definis HIV/AIDS 7
2. Klasifikasi 7
3. Etiologi 8
4. Kelompok Risiko 8
5. Patofisiologi 9
6. Manifestasi Klinis 9
7. Komplikasi 10
8. Cara Penularan 11
9. Pencegahan Penularan 11
10. Pengobatan 11
BAB III 14
KESIMPULAN 14
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN PLAGIAT 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “ hubungan pengetahuan tentang hiv/aids dengan perilaku
seksual pada remaja”
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep HIV/AIDS
1. Definis HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, yang dapat menyebabkan
penyakit AIDS. AIDS sebenarnya penyakit yang berasal dari Negara Afrika
dan hanya terdapat pada kera, dan tanpa disadari virus HIV tersebut menular
ke manusia dan dari situlah virus HIV menyebar ke berbagai negara. Sampai
sekarang ini masih banyak kasus HIV/AIDS di berbagai negara, mungkin
karena kurangnya pengetahuan penduduknya atau karena penduduknya yang
menganggap penyakit HIV/AIDS hanya penyakit biasa saja.
2. Etiologi
Penyebab Penularan HIV terjadi saat cairan tubuh penderita (bisa darah,
sperma, atau cairan vagina), masuk ke dalam tubuh orang lain. Hal ini dapat
terjadi melalui berbagai cara berikut:
● Hubungan seks
Infeksi HIV dapat terjadi melalui hubungan seks baik melalui vagina
maupun dubur (seks anal). Meski sangat jarang, HIV juga dapat menular
melalui seks oral. Namun, penularan lewat seks oral hanya terjadi bila
terdapat luka terbuka di mulut penderita, misalnya akibat gusi berdarah
atau sariawan
6
Berbagi penggunaan jarum suntik dengan penderita HIV adalah salah
satu cara yang dapat membuat seseorang tertular HIV. Penularan bisa
terjadi jika berbagi pakai jarum suntik ketika menggunakan NAPZA
atau saat membuat tato.
● Transfusi darah
3. Kelompok Risiko
HIV bisa menginfeksi semua orang dari segala usia. Akan tetapi, risiko
tertular HIV lebih tinggi pada pria yang tidak disunat, baik pria
heteroseksual atau lelaki seks lelaki. Selain itu, risiko tertular HIV juga
lebih tinggi pada individu dengan sejumlah faktor berikut:
4. Patofisiologi
Patofisiologi HIV (human immunodeficiency virus) dimulai dari transmisi virus ke dalam tubuh yang
menyebabkan infeksi yang terjadi dalam 3 fase: serokonversi, asimtomatik, dan acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS).
Transmisi HIV
7
HIV ditransmisikan melalui cairan tubuh dari orang yang terinfeksi HIV, seperti darah, ASI, semen dan
sekret vagina. Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui port d’entree yang terdapat pada tubuh,
umumnya kemungkinan ini meningkat melalui perilaku berisiko yang dilakukan.
Virus kemudian masuk ke dalam sel dengan menempel pada reseptor CD4 melalui pembungkus
glikoprotein. Sebagai retrovirus, HIV menggunakan enzim reverse-transcriptase, memungkinkan
terbentuknya DNA-copy, untuk terbentuk dari RNA-virus. Virus kemudian menempel dan merusak
CD4, sehingga terjadi deplesi nilai CD4 dalam darah, seiring dengan terjadinya peningkatan replikasi
virus yang direfleksikan dari hasil nilai viral load yang tinggi, menandakan tingkat virulensi yang
tinggi.
● Serokonversi
Fase serokonversi terjadi di masa awal infeksi HIV. Pada fase ini, terjadi viremia plasma dengan
penyebaran yang luas dalam tubuh, selama 4-11 hari setelah virus masuk melalui mukosa tubuh.
Kondisi ini dapat bertahan selama beberapa minggu, dengan gejala yang cukup ringan dan tidak
spesifik, umumnya berupa demam, flu-like syndrome, limfadenopati dan ruam-ruam. Kemudian,
keluhan akan berkurang dan bertahan tanpa gejala mengganggu. Pada masa ini, umumnya akan
mulai terjadi penurunan nilai CD4, dan peningkatan viral-load.
● Fase Asimtomatik
Pada fase asimtomatik, HIV sudah dapat terdeteksi melalui pemeriksaan darah. Penderita infeksi HIV
dapat hidup bebas gejala hingga 5-10 tahun walau tanpa intervensi pengobatan. Pada fase ini,
replikasi virus terus berjalan, virulensi tinggi, viral load stabil tinggi, serta terjadi penurunan CD4
secara konstan.
Pada fase AIDS, umumnya viral-load tetap berada dalam kadar yang tinggi. CD4 dapat menurun
hingga lebih rendah dari 200/µl.Infeksi oportunistik mulai muncul secara signifikan. Infeksi
oportunistik ini bersifat berat, meliputi dan mengganggu berbagai fungsi organ dan sistem dalam
tubuh. Menurunnya CD4 mempermudah infeksi dan perubahan seluler menjadi keganasan. Infeksi
oportunistik berupa:
- Tuberkulosis paru
- Sarkoma kaposi
- Herpesrekuren
8
5. Manifestasi Klinis
Sindroma HIV akut adalah istilah untuk tahap awal infeksi HIV. Gejalanya
meliputi demam, lemas, nafsu makan turun, sakit tenggorokan (nyeri saat
menelan), batuk, nyeri persendian, diare, pembengkakkan kelenjar getah
bening, bercak kemerahan pada kulit (makula / ruam).
6. Cara Penularan
Penularan HIV bukan melalui air liur, keringat, sentuhan, ciuman, atau gigitan nyamuk.
HIV dapat ditularkan melalui kontak cairan tubuh, seperti carian vagina atau sperma
saat melakukan aktivitas seksual, penggunaan jarum suntik secara bergantian.
HIV atau human immunodeficiency virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh. HIV bisa berakibat fatal jika tidak diobati dan bisa menular dalam keadaan tertentu.
Itu sebabnya penting untuk mengetahui cara penularan HIV, untuk kemudian mencegah
penularan penyakit ini.
1. Hubungan seks
Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seksual tanpa kondom, baik melalui vagina, anal,
maupun seks oral. Selain itu seseorang yang suka berganti-ganti pasangan seksual juga lebih berisiko
untuk terkena HIV.
HIV dapat ditularkan melalui jarum suntik yang terkontaminasi darah orang yang terinfeksi HIV.
Berbagi pakai jarum suntik atau menggunakan jarum suntik bekas membuat seseorang berisiko
tertular penyakit, termasuk HIV.
Seorang ibu dengan HIV yang kemudian mengandung atau menyusui berisiko tinggi untuk
menularkan HIV kepada bayinya. Untuk itu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter apabila
Anda adalah penderita HIV yang tengah hamil, agar risiko penularan HIV pada bayi bisa ditekan.
9
7. Pencegahan Penularan
Ada beberapa langkah yang bisa anda lakukan untuk mencegah penularan hiv yaitu :
Jika Anda tidak mengetahui status HIV pasangan Anda, gunakanlah kondom setiap kali Anda
melakukan hubungan seks vaginal, anal, atau oral. Untuk wanita, Anda bisa menggunakan
kondom wanita.
Selain tidak menggunakan kondom, seks anal adalah aktivitas seks yang memiliki risiko tertinggi
dalam penularan HIV. Pelaku maupun penerima seks anal sama-sama berisiko untuk tertular HIV,
hanya saja penerima seks anal berisiko lebih tinggi. Oleh sebab itu, disarankan untuk melakukan
hubungan seks yang aman serta menggunakan kondom untuk mencegah penularan HIV.
Jarum dapat digunakan dalam berbagai kegiatan, seperti prosedur tindik, pembuatan tato, dan
penyuntikkan obat atau vaksin, misalnya vaksin COVID-19. Untuk menghindari penularan HIV,
pastikan bahwa jarum suntik yang digunakan adalah jarum suntik baru yang masih steril.
8. Pengobatan
Sampai saat ini belum ada obat ataupun vaksin yang dapat mencegah dan
menyembuhkan infeksi HIV/AIDS. Namun, bagi penderita HIV, ada upaya
yang dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi tersebut, yaitu dengan
mengonsumsi obat antiretroviral sesuai dosis yang disarankan dokter.
10
BAB III
KESIMPULAN
Faktor personal dan eksternal berpengaruh langsung terhadap perilaku seksual
pranikah pada remaja kecuali pengaruh dari teman sebaya. Pengetahuan remaja
tentang kesehatan seksual, IMS dan HIV/AIDS yang rendah seperti kehamilan tidak
akan terjadi apabila dilakukan dengan seorang perempuan yang masih dalam keadaan
perawan akan meningkatkan perilaku seksual pranikah yang berisiko dibandingkan
dengan remaja yang memiliki pengetahuan yang tinggi. Remaja yang bersikap
permisif terhadap seksualitas seperti pandangan bahwa hubungan seksual itu lumrah
untuk dilakukan, dilakukan dengan berganti-ganti pasangan dan disertai dengan
konsumsi narkoba hingga memperjualbelikan diri berpeluang untuk melakukan
perilaku seksual pranikah yang berisiko lebih besar dibandingkan remaja yang tidak
memiliki sikap permisif. Remaja yang memiliki harga diri dan efikasi diri yang rendah
akan berisiko untuk melakukan perilaku seksual pranikah yang berisiko dibandingkan
remaja yang memiliki efikasi diri yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
BKKBN. (2014). BKKBN Gandeng
Raper Ajak Remaja Indonesia Untuk
Tidak Nikah Terlalu Dini, Jauhi
Narkoba, HIV/AIDS, dan Seks Bebas.
Budiman. (2013). Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Pustaka Rihama
Cindra. (2013). Hubungan Pengetahuan
Tentang HIV/AIDS Dengan Perilaku
Seksual Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1
Gorontalo
11
LAMPIRAN PLAGIAT
12
1. TinjauanTeori
2. Kesimpulan
13
14