Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS DEGAN PERILAKU


SEKSUAL PADA REMAJA

Disusun Oleh :

DHEILA NURFEBRI RACHISA

1021031048

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS FALETEHAN
TAHUN AKADEMIK 2022-2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya penulis dapat
menyelesaikan laporan literatur review yang berjudul “hubungan pengetahuan tentang hiv/aids
dengan perilaku seksual pada remaja”. Laporan literatur review ini bertujuan untuk memenuhi
tugas-tugas yang diberikan dari mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS.

Selama penyusunan literatur review ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai
pihak, sehingga dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak
Ns, Eka ernawati S.kep.M.kep , selaku dosen pembimbing.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan literatur review ini masih banyak kekurangan,
sehingga saran dan masukan sangat diharapkan untuk perbaikan dikemudian hari. Penulis
berharap literatur review ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan profesi keperawatan

Serang, April 2023

Dheila Nurfebri Rachisa

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 5
PENDAHULUAN 5
A. Latar Belakang Masalah 5
B. Rumusan Masalah 5
BAB II 7
TINJAUAN TEORI 7
A. Konsep HIV/AIDS 7
1. Definis HIV/AIDS 7
2. Klasifikasi 7
3. Etiologi 8
4. Kelompok Risiko 8
5. Patofisiologi 9
6. Manifestasi Klinis 9
7. Komplikasi 10
8. Cara Penularan 11
9. Pencegahan Penularan 11
10. Pengobatan 11
BAB III 14
KESIMPULAN 14
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN PLAGIAT 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masa remaja merupakan masa peralihan dari aseksual (masa anak-anak)
menjadi seksual aktif (masa dewasa), dengan fase-fase perkembangan
seksual, remaja memiliki ketertarikan yang sangat besar terhadap seksualitas
4
(Soetjiningsih, 2010).
Menurut Sarwono (2011) perilaku seksual adalah segala tingkah laku
yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun
dengan sesama jenis, bentuk-bentuk perilaku seksual remaja bisa bermacammacam,
mulai dari aktivitas berpacaran (dating) sampai tingkah laku
berkencan, bercumbu (necking atau petting), dan bersenggama, objek
seksualnya juga bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan ataupun diri
sendiri. Akibatnya, dapat menyebabkan kehamilan yang tidak dikehendaki
dan akhirnya melakukan tindakan aborsi yang tidak aman dikarenakan
pasangan remaja tersebut belum siap membangun keluarga (Desmita, 2010).
Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 72 %
sudah berpacaran, sekitar 92 % sudah sudah pernah berciuman, Sekitar 62 %
sudah pernah meraba-raba pasangan, sekitar 20% hingga 30% remaja
mengaku sudah pernah melakukan hubungan seks, akibatnya ancaman pola
hidup seks bebas remaja secara umum tampaknya berkembang semakin
serius, kelompok remaja yang masuk pada penelitian tersebut rata-rata
berusia 17-21 tahun, umumnya masih bersekolah di tingkat Sekolah
Menengah Atas (SMA) (Gunawan, 2011). “hubungan pengetahuan tentang
hiv/aids dengan perilaku seksual pada remaja”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “ hubungan pengetahuan tentang hiv/aids dengan perilaku
seksual pada remaja”

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep HIV/AIDS

1. Definis HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, yang dapat menyebabkan
penyakit AIDS. AIDS sebenarnya penyakit yang berasal dari Negara Afrika
dan hanya terdapat pada kera, dan tanpa disadari virus HIV tersebut menular
ke manusia dan dari situlah virus HIV menyebar ke berbagai negara. Sampai
sekarang ini masih banyak kasus HIV/AIDS di berbagai negara, mungkin
karena kurangnya pengetahuan penduduknya atau karena penduduknya yang
menganggap penyakit HIV/AIDS hanya penyakit biasa saja.

Di Indonesia masih banyak kasus HIV/AIDS, dan pada tahun 2014


negara Indonesia mendapat rapor merah dari The Joint United Nation
Program On HIV/AIDS (UNAIDS). Indonesia mendapat rapor merah karena
dianggap kurang memperhatikan pasien-pasien penderita penyakit
HIV/AIDS dan kematian penderita penyakit HIV/AIDS di Indonesia masih
tinggi. Sampai saat ini Indonesia juga merupakan negara dengan kasus
HIV/AIDS yang tinggi karena tiap tahunnya kasus HIV/AIDS di Indonesia
selalu meningkat.

2. Etiologi
Penyebab Penularan HIV terjadi saat cairan tubuh penderita (bisa darah,
sperma, atau cairan vagina), masuk ke dalam tubuh orang lain. Hal ini dapat
terjadi melalui berbagai cara berikut:

● Hubungan seks

Infeksi HIV dapat terjadi melalui hubungan seks baik melalui vagina
maupun dubur (seks anal). Meski sangat jarang, HIV juga dapat menular
melalui seks oral. Namun, penularan lewat seks oral hanya terjadi bila
terdapat luka terbuka di mulut penderita, misalnya akibat gusi berdarah
atau sariawan

● Penggunaan jarum suntik

6
Berbagi penggunaan jarum suntik dengan penderita HIV adalah salah
satu cara yang dapat membuat seseorang tertular HIV. Penularan bisa
terjadi jika berbagi pakai jarum suntik ketika menggunakan NAPZA
atau saat membuat tato.

● Transfusi darah

Penularan HIV dapat terjadi saat seseorang menerima donor darah


dari penderita HIV. Namun, kemungkinan terjadinya penularan ini
cukup rendah. Hal ini karena sekarang pendonor darah harus
melewati skrining HIV dan infeksi lainnya terlebih dahulu

3. Kelompok Risiko
HIV bisa menginfeksi semua orang dari segala usia. Akan tetapi, risiko
tertular HIV lebih tinggi pada pria yang tidak disunat, baik pria
heteroseksual atau lelaki seks lelaki. Selain itu, risiko tertular HIV juga
lebih tinggi pada individu dengan sejumlah faktor berikut:

● Melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom, melalui


dubur (anus), atau dengan berganti-ganti pasangan

● Menderita infeksi menular seksual (IMS), misalnya sifilis, herpes,


klamidia, gonore, dan vaginosis bakterialis, karena sebagian besar IMS
menyebabkan luka terbuka di kelamin penderita

● Menggunakan NAPZA suntik, karena umumnya pelaku narkoba akan


saling berbagi jarum suntik

● Menerima suntikan, transfusi darah, transplantasi jaringan, dan


prosedur medis yang tidak steril atau tidak dilakukan oleh tenaga
profesional

● Bekerja sebagai petugas kesehatan, karena berisiko mengalami


cedera akibat tidak sengaja tertusuk jarum suntik

4. Patofisiologi
Patofisiologi HIV (human immunodeficiency virus) dimulai dari transmisi virus ke dalam tubuh yang
menyebabkan infeksi yang terjadi dalam 3 fase: serokonversi, asimtomatik, dan acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS).

Transmisi HIV

7
HIV ditransmisikan melalui cairan tubuh dari orang yang terinfeksi HIV, seperti darah, ASI, semen dan
sekret vagina. Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui port d’entree yang terdapat pada tubuh,
umumnya kemungkinan ini meningkat melalui perilaku berisiko yang dilakukan.

Virus kemudian masuk ke dalam sel dengan menempel pada reseptor CD4 melalui pembungkus
glikoprotein. Sebagai retrovirus, HIV menggunakan enzim reverse-transcriptase, memungkinkan
terbentuknya DNA-copy, untuk terbentuk dari RNA-virus. Virus kemudian menempel dan merusak
CD4, sehingga terjadi deplesi nilai CD4 dalam darah, seiring dengan terjadinya peningkatan replikasi
virus yang direfleksikan dari hasil nilai viral load yang tinggi, menandakan tingkat virulensi yang
tinggi.

Fase Infeksi HIV

Infeksi HIV terdiri dari 3 fase: serokonversi, asimtomatik, dan AIDS.

● Serokonversi

Fase serokonversi terjadi di masa awal infeksi HIV. Pada fase ini, terjadi viremia plasma dengan
penyebaran yang luas dalam tubuh, selama 4-11 hari setelah virus masuk melalui mukosa tubuh.
Kondisi ini dapat bertahan selama beberapa minggu, dengan gejala yang cukup ringan dan tidak
spesifik, umumnya berupa demam, flu-like syndrome, limfadenopati dan ruam-ruam. Kemudian,
keluhan akan berkurang dan bertahan tanpa gejala mengganggu. Pada masa ini, umumnya akan
mulai terjadi penurunan nilai CD4, dan peningkatan viral-load.

● Fase Asimtomatik

Pada fase asimtomatik, HIV sudah dapat terdeteksi melalui pemeriksaan darah. Penderita infeksi HIV
dapat hidup bebas gejala hingga 5-10 tahun walau tanpa intervensi pengobatan. Pada fase ini,
replikasi virus terus berjalan, virulensi tinggi, viral load stabil tinggi, serta terjadi penurunan CD4
secara konstan.

● Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

Pada fase AIDS, umumnya viral-load tetap berada dalam kadar yang tinggi. CD4 dapat menurun
hingga lebih rendah dari 200/µl.Infeksi oportunistik mulai muncul secara signifikan. Infeksi
oportunistik ini bersifat berat, meliputi dan mengganggu berbagai fungsi organ dan sistem dalam
tubuh. Menurunnya CD4 mempermudah infeksi dan perubahan seluler menjadi keganasan. Infeksi
oportunistik berupa:

- Demam >2 minggu

- Tuberkulosis paru

- Tuberkulosis ekstra paru

- Sarkoma kaposi

- Herpesrekuren

8
5. Manifestasi Klinis
Sindroma HIV akut adalah istilah untuk tahap awal infeksi HIV. Gejalanya
meliputi demam, lemas, nafsu makan turun, sakit tenggorokan (nyeri saat
menelan), batuk, nyeri persendian, diare, pembengkakkan kelenjar getah
bening, bercak kemerahan pada kulit (makula / ruam).

6. Cara Penularan

Penularan HIV bukan melalui air liur, keringat, sentuhan, ciuman, atau gigitan nyamuk.
HIV dapat ditularkan melalui kontak cairan tubuh, seperti carian vagina atau sperma
saat melakukan aktivitas seksual, penggunaan jarum suntik secara bergantian.

HIV atau human immunodeficiency virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh. HIV bisa berakibat fatal jika tidak diobati dan bisa menular dalam keadaan tertentu.
Itu sebabnya penting untuk mengetahui cara penularan HIV, untuk kemudian mencegah
penularan penyakit ini.

1. Hubungan seks

Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seksual tanpa kondom, baik melalui vagina, anal,
maupun seks oral. Selain itu seseorang yang suka berganti-ganti pasangan seksual juga lebih berisiko
untuk terkena HIV.

2. Penggunaan jarum suntik

HIV dapat ditularkan melalui jarum suntik yang terkontaminasi darah orang yang terinfeksi HIV.
Berbagi pakai jarum suntik atau menggunakan jarum suntik bekas membuat seseorang berisiko
tertular penyakit, termasuk HIV.

3. Kehamilan, persalinan, atau menyusui

Seorang ibu dengan HIV yang kemudian mengandung atau menyusui berisiko tinggi untuk
menularkan HIV kepada bayinya. Untuk itu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter apabila
Anda adalah penderita HIV yang tengah hamil, agar risiko penularan HIV pada bayi bisa ditekan.

9
7. Pencegahan Penularan
Ada beberapa langkah yang bisa anda lakukan untuk mencegah penularan hiv yaitu :

1. Gunakan kondom setiap kali berhubungan seks

Jika Anda tidak mengetahui status HIV pasangan Anda, gunakanlah kondom setiap kali Anda
melakukan hubungan seks vaginal, anal, atau oral. Untuk wanita, Anda bisa menggunakan
kondom wanita.

2. Hindari perilaku seksual yang berisiko

Selain tidak menggunakan kondom, seks anal adalah aktivitas seks yang memiliki risiko tertinggi
dalam penularan HIV. Pelaku maupun penerima seks anal sama-sama berisiko untuk tertular HIV,
hanya saja penerima seks anal berisiko lebih tinggi. Oleh sebab itu, disarankan untuk melakukan
hubungan seks yang aman serta menggunakan kondom untuk mencegah penularan HIV.

3. Gunakan jarum baru

Jarum dapat digunakan dalam berbagai kegiatan, seperti prosedur tindik, pembuatan tato, dan
penyuntikkan obat atau vaksin, misalnya vaksin COVID-19. Untuk menghindari penularan HIV,
pastikan bahwa jarum suntik yang digunakan adalah jarum suntik baru yang masih steril.

8. Pengobatan
Sampai saat ini belum ada obat ataupun vaksin yang dapat mencegah dan
menyembuhkan infeksi HIV/AIDS. Namun, bagi penderita HIV, ada upaya
yang dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi tersebut, yaitu dengan
mengonsumsi obat antiretroviral sesuai dosis yang disarankan dokter.

Obat antiretroviral akan membantu menekan aktivitas virus dalam tubuh,


sehingga penderita HIV memiliki harapan untuk berumur lebih panjang, hidup
lebih sehat, dan mampu memperkecil risiko menularkan HIV kepada
pasangan.

10
BAB III
KESIMPULAN
Faktor personal dan eksternal berpengaruh langsung terhadap perilaku seksual
pranikah pada remaja kecuali pengaruh dari teman sebaya. Pengetahuan remaja
tentang kesehatan seksual, IMS dan HIV/AIDS yang rendah seperti kehamilan tidak
akan terjadi apabila dilakukan dengan seorang perempuan yang masih dalam keadaan
perawan akan meningkatkan perilaku seksual pranikah yang berisiko dibandingkan
dengan remaja yang memiliki pengetahuan yang tinggi. Remaja yang bersikap
permisif terhadap seksualitas seperti pandangan bahwa hubungan seksual itu lumrah
untuk dilakukan, dilakukan dengan berganti-ganti pasangan dan disertai dengan
konsumsi narkoba hingga memperjualbelikan diri berpeluang untuk melakukan
perilaku seksual pranikah yang berisiko lebih besar dibandingkan remaja yang tidak
memiliki sikap permisif. Remaja yang memiliki harga diri dan efikasi diri yang rendah
akan berisiko untuk melakukan perilaku seksual pranikah yang berisiko dibandingkan
remaja yang memiliki efikasi diri yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
BKKBN. (2014). BKKBN Gandeng
Raper Ajak Remaja Indonesia Untuk
Tidak Nikah Terlalu Dini, Jauhi
Narkoba, HIV/AIDS, dan Seks Bebas.
Budiman. (2013). Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Pustaka Rihama
Cindra. (2013). Hubungan Pengetahuan
Tentang HIV/AIDS Dengan Perilaku
Seksual Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1
Gorontalo
11
LAMPIRAN PLAGIAT

12
1. TinjauanTeori

2. Kesimpulan

13
14

Anda mungkin juga menyukai