Anda di halaman 1dari 22

Sinergitas Antar Stakeholder Dalam Rangka Mewujudkan Smart

Village (Studi Kasus: Desa Cadasari, Kecamatan Cadasari,


Kabupaten Pandeglang)

METODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN (MIP)

Disusun Oleh:
MUHAMMAD WAHYUDIN SIMBAR
6670190078

“PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
TAHUN 2022“

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................i


“BAB I“ ...................................................................................................................................1
“PENDAHULUAN“ ...........................................................................................................1
“1.1. Latar Belakang“ .....................................................................................................1
“1.2. Identifikasi Masalah“ ............................................................................................7
“1.3. Rumusan Masalah“ ...............................................................................................8
“1.4. Tujuan Penelitian“ .................................................................................................8
“1.5. Manfaat Penelitian“ ...............................................................................................9
“BAB II“................................................................................................................................10
“TINJAUAN PUSTAKA“ ................................................................................................10
“2.1. Konsep Desa” .......................................................................................................10
“2.2. Konsep Pembangunan Desa Cerdas (Smart Village) “ ......................................11
“2.3. Konsep Sinergitas“...............................................................................................14
“2.4. Penelitian Terdahulu“ .........................................................................................15
“2.5. Kerangka Pemikiran“..........................................................................................16
“BAB III“ ..............................................................................................................................17
“METODE PENELITIAN“ .............................................................................................17
“3.1. Pendekatan Penelitian“ .......................................................................................17
“3.2. Teknik Pengumpulan Data“................................................................................17
“3.3. Teknik Analisis Data“..........................................................................................18
REFERENCES.....................................................................................................................19

i
“BAB I“

“PENDAHULUAN“

“1.1. Latar Belakang“

Dewasa ini, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berkembang begitu pesat dan

tidak dapat dihindari begitu saja perkembangannya, terlebih lagi pada saat ini

penguasaan dalam pemanfaatan teknologi menjadi salah satu tolak ukur dalam

menentukan kemajuan dari sebuah Negara. Berdasarkan hal tersebut, maka mau tidak

mau beberapa negara, termasuk Indonesia memasuki era teknologi digital yang di

dalamnya menuntut adanya perubahan kehidupan di berbagai aspek, baik itu dari aspek

penyelenggaraan pemerintahan maupun dari aspek kehidupan bermasyarakat bagi

warga negaranya.

Di era digital ini, pemerintah dituntut untuk lebih sensitif serta tanggap dalam

penggunaan maupun pemanfaatan teknologi yang ada. Pemerintah diharapkan mampu

untuk terus berupaya dan berinovasi dalam pemanfaatan teknologi secara optimal.

Upaya yang dimaksud diatas adalah beberapa kebijakan maupun kebijakan struktural

yang diterbitkan dalam pemanfaatan teknologi demi keberlangungan pembangunan

yang ada di Indonesia. Misalnya dalam pemanfaatan teknologi internet, pemerintah

menerbitkan beberapa kebijakan mengenai hal tersebut. Salah satunya ialah dengan

dikeluarkannya Instruksi Presiden (INPRES) Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan

dan Strategi Nasional Pengembangan E- Government. Hal tersebut merupakan gerbang

1
pembuka dari upaya pemerintah dalam pemanfaatan teknologi secara optimal, yang

mana di dalamnya menjelaskan bahwa perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi harus dimanfaatkan secara luas dalam proses pemerintahan (e-

government) sebagai upaya peninigkatan efisiensi, efektivitas, transparansi dan

akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan1, baik itu bagi pemerintahan pusat,

pemerintahan daerah maupun pemerintahan desa.

Selain itu, pemanfaatan teknologi secara optimal juga merupakan salah satu

kunci bagi pembangunan daerah di Indonesia, khususnya di daerah Desa. Mengapa

khususnya daerah Desa? Karena pada dasarnya, daerah Desa dinilai daerah terbelakang

serta terdapat ketimpangan gap antara daerah Kota dan Desa, baik itu dari infrastruktur,

sarana dan prasarana, serta Sumber Daya Manusia (SDM). Atas dasar tersebut maka

pembangunan daerah Desa harus menjadi salah satu pembangunan prioritas di

Indonesia agar terciptanya pemerataan pembangunan antara daerah Kota dan Desa.

Pemerataan pembangunan ini tentunya akan mengurangi gap ketimpangan antara Kota

dan Desa, selain itu pemerataan pembangunan ini juga dapat mengurangi dan bahkan

dapat mengendalikan arus urbanisasi dari Desa ke Kota yang dinilai terus meningkat

dari tahun ke tahun.

Menanggapi hal tersebut yang sudah tertulis di atas, maka sangat diperlukan

adanya inovasi dari pemerintah terkait pemanfaatan teknologi bagi pemerataan

1
“ Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-
Government“

2
pembangunan baik itu dari segi infrastruktur, sarana dan prasarana serta manajemen

tata laksana yang ada di Desa. Terlebih lagi dalam Undang- Undang Nomor 6 Tahun

2014 Tentang Desa yang di dalamnya pada Pasl 86 mengamanatkan bahwa Pemerintah

Daerah Kab/ Kota wajib untuk mengembangkan Sistem Informasi Desa yang dapat

diakses oleh Desa beserta masyarakat Desa guna mendukung pembangunaan yang ada

di Desa. Pembangunan desa tersebut yang sudah tertulis di atas, meliput: fasilitas

perangkat keras dan perangkat lunak, jaringan serta sumber daya manusia. Selain itu,

data Desa, data pembangunan Desa serta informasi lain yang berkaitan dengan

pembangunan Desa berada pada Sistem Informasi Desa2.

Dengan diterbitkannya Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tnetang Desa

sera di dukung oleh Undang- Undang Nomoe 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah

Daerah dan dipertegas oleh Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun

2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka diharapkan bagi

pemerintah untuk dapat membangun dan menyediakan jaringan infornasi komunikasi

yang dapat meningkatkan pembangunan di daerah Desa. Berangkat dari hal tersebut,

untuk melaksanakan amanat Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desam

aka dibentuklah sebuah Program Penguatan Pemerintahan dan Pembangunan Desa

(P3PD) yang bertujuan untuk peningkatan kualitas belanja desa dan peningkatan

manajemen layanan desa terhadap masyarakat desa3. Selain itu, untuk mensuksesi

2
“Pasal 86 Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa“
3
“Kemendagri. 2020. Profil P3PD. https://p3pd.info/web/profil.php. “

3
Program Penguatan Pemerintahan dan Pembangunan Desa (P3PD) diterbitkan juga

Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor

39B/M.PPN/HK/03/2020 Tentang Pembentukan Tim Program Penguatan dan

Pembangunan Desa (P3PD). Pembentukan tim P3PD ini bertujuan untuk memastikan

pencapaian target nasional pada program penguatan pemerintahan dan pembangunan

desa4.

Program Penguatan Pemerintahan dan Pembangunan Desa (P3PD) menjadi

sebuah harapan bagi pemerataan pembangunan di Desa serta diyakini mampu untuk

membawa perubahan pada manajemen layanan pemerintah Desa maupun kualitas

kehidupan masyarakat Desa melalui inovasi serta pemanfaatan teknologi yang optimal

agar terciptanya sebuah sistem Pemerintahan Desa dan rantai masyarakat di Desa

menajdi efektif dan efisien. Terlebih lagi dengan diterbitkannya Peraturan Presiden

Nomor 95 Tahun 2018 Tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik, menjadikan

Program Penguatan Pemerintahan dan Pembangunan Desa (P3PD) memiliki tujuan

untuk mengembangkan Sistem Pemerintahan Desa agar menjadi sistem yang efektif

dan efisien, transparan, serta akuntabel melalui pemanfaatan teknologi digital, seperti

internet.

Menanggapi hal tersebut yang sudah tertulis di atas, maka dalam pelaksanaan

Program Penguatan Pemerintahan dan Pembangunan Desa (P3PD) dibentuk suatu

4
“Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 39B/M/PPN/HK03/2020“

4
kegiatan pembangunan berkelanjutan yang disebut Desa Cerdas (Smart Village). Desa

Cerdas (Smart Village) merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari Program

Penguatan Pemerintahan dan Pembangunan Desa (P3PD) yang ditujukan untuk

pembangunan Desa- Desa yang ada di Indonesia agar menjadi Desa yang mandiri serta

inovatif dalam mengentaskan segala persoalan- persoalan yang ada di Desa tersebut

dengan penggunaan serta pemanfaatan teknologi digital yang secara optimal. Selain

itu, Desa Cerdas (Smart Village) juga bertujuan untuk menjadikan kelembagaan Desa

sebagai kelembagaan yang memiliki kualitas dan kapasitas yang optimal, melalui:

1) Peningkatan kualitas kinerja aparatur Pemerintah Desa melalui sistem

pemerintahan berbasis elektronik;

2) Peningkatan partisipasi masyarakat Desa dalam pembangunan Desa;

3) Peningkatan koordinasi, supervisi monitoring dan evaluasi kinerja aparatur

Pemerintah Desa dalam perencanaan dan penganggaran Dana Desa melalui

Sistem Informasi Desa yang berbasiskan elektronik.

Dengan adanya kegiatan pembangunan Desa Cerdas (Smart Village) ini

diharapkan bagi Desa- Desa di Indonesia mampu untuk mandiri serta mampu

berinovasi dalam mengentaskan segala persoalan- persoalan yang ada di Desa,

termasuk di dalamnya persoalan mengenai tingginya urbanisasi dari Desa ke Kota serta

menghilangkan ketimpangan gap ketertinggalan antara Desa dan Kota. Dalam hal ini,

Desa di dorong untuk mandiri, dengan tujuan dapat memanfaatkan serta

mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki Desa, hal tersebut sesuai dengan

5
adanya Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa yang menjelaskan bahwa

Desa merupakan kesatuan wilayah yang memiliki hak asal-usul dan hak tradisional

istimewa yang dapat mengatur dan mengurusi rumah tangganya sendiri5. Hal tersebut

juga didukung dengan sepenuhnya dalam kegiatan Desa Cerdas (Smart Village), yang

mana dalam pelaksanaannya dilakukan secara partisipatif melalui partisipasi

masyarakat Desa dengan menerapkan dan memanfaatkan teknologi yang sesuai dengan

kebutuhan masyarakat serta Desa tersebut. Dengan kata lain dapat artikan bahwa

inovasi yang dilakukan dalam pemanfaatan teknologi sebagai pembangunan Desa yang

berkelanjutan diinisiasi oleh masyarakat Desa setempat yang didasari dengan

kebutuhan Desa.

Dalam konteks mewujudkan program pembangunan Desa Cerdas (Smart

Village), dilakukan seleksi pada beberapa Desa yang ada di Indonesia untuk

menentukan 3.000 Desa yang akan melaksanakan Desa Cerdas (Smart Village) ini.

Seleksi tersebut didasarkan pada keterwakilan wilayah yang ada di Indonesia, dalam

pelaksanaan seleksi tersebut dibagi menjadi 3 (tiga) tahap: Tahap I pada Tahun 2021,

dipilih 350 Desa; Tahap II Tahun 2022, dipilih 1000 Desa; Tahap III Tahun 2023,

dipilih 1650 Desa6. Pada tahun 2022 ini telah dilakukan penetapan 1000 Desa yang

lolos seleksi dalam pelaksanaan kegiatan Desa Cerdas (Smart Village), termasuk di

dalamnya Desa Cadasari, Kecamatan Cadasari Kabupaten Pandeglang. Hal tersebut

5
“Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa“
6
“Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Informasi Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Nomor 55 Tahun 2022 Tentang Penetapan 1000 Desa Cerdas“

6
resmi dinyatakan dalam Surat Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Informasi

Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 55 Tahun 2022. Desa Cadasari

merupakan Desa yang lolos seleksi untuk melaksanakan kegiatan Desa Cerdas (Smart

Village), tentunya dengan terpilihnya Desa Cadasari untuk melaksanakan kegiatan

Desa Cerdas (Smart Village) menjadikan Desa Cadasari memiliki kesempatan untuk

menjadi Desa yang mandiri dan mampu mengentaskan segala persoalan- persoalan

yang ada serta dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia maupun

manajemen layanan yang ada di Desa Cadasari. Seperti yang diketahui bahwa Desa

Cadasari sendiri memiliki beberapa masalah terkait Pembangunan Desa, seperti:

minimnya kompetensi Sumber Daya Manusia yang ada di Desa, minimnya partisipasi

masyarakat yang ada di Desa serta kurangnya infrastruktur yang memadai dalam

penyelenggaraan pemerintahan berbasis elektronik.

Atas dasar hal tersebut yang sudah tertulis di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian terkait Sinergitas Antar Stakeholder Dalam Rangka Mewujudkan

Smart Village (Studi Kasus: Desa Cadasari Kecamatan Cadasari, Pandeglang). Karena

pada dasarnya sinergitas antar stakeholder merupakan salah satu kunci dalam

mensuksesi kegiatan Desa Cerdas (Smart Village) ini.

“1.2. Identifikasi Masalah“

“Berdasarkan latar belakang tersebut yang sudah tertulis di atas, maka penulis

mengidentifikasi masalah penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut: “

7
1. Adanya potensi di Desa Cadasari untuk menjadi Desa Cerdas (Smart Village)

yang mampu mandiri dan berinovasi dalam mengentaskan permasalah yang ada

di Desa melalui pemanfaatan teknologi digital

2. Kurangnya kompetensi Sumber Daya Manusia yang ada di Desa Cadasari

dalam pengoperasian infrastruktur digital

3. Minimnya dukungan maupun partisipasi masyarakat Desa dalam pelaksanaan

Program Pembangunan Desa

“1.3. Rumusan Masalah“

“Berdasarkan identifikasi masalah tersebut yang sudah disebutkan di atas, maka

penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “

1. Inovasi apa yang dilakukan oleh Pemerintah Desa Cadasari dalam

mengembangkan potensi Desa melalui pemanfaatan teknologi digital?

2. Bagaimana Peran Pemerintah Desa dalam rangka meningkatkan kompetensi

Sumber Daya Manusia yang ada di Desa?

3. Bagaimana Sinergitas antar stakeholder dalam rangka mewujudkan kegiatan

pembangunan Desa Cerdas (Smart Village)?

“1.4. Tujuan Penelitian“

Tujuan yang ingin penulis capai dala penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana sinergitas yang terjalin antar stakeholder dalam

rangka mewujudkan Desa Cerdas (Smart Village)

8
2. Untuk mengetahui bagaimana langkah Pemerintah Desa terhadap peningkatan

partisipasi masyarakat Desa sebagai elemen penting dalam mewujudkan Desa

Cerdas (Smart Village)

3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi pendukung serta penghambat

dalam mewujudkan Desa Cerdas (Smart Village)

“1.5. Manfaat Penelitian“

Penulis berharap dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat, baik itu bagi

para pembaca maupun penulis sendiri. Adapun manfaat yang penulis harapkan dari

penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. “Manfaat Teoritis“

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai

penambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca maupun penulis mengenai

sinergitas stakeholder Desa dalam pembangunan Desa. Selain itu, penelitian ini

juga diharapkan mampu untuk dijadikan referensi untuk dikembangkan lebih

lanjut dan disempurnakan oleh peneliti selanjutnya yang berkesinambungan.

2. “Manfaat Praktis“

Penelitian ini juga diharapkan mampu untuk memberikan manfaat

secara praktis kepada masyarakat maupun aparatur Pemerintah Desa.

Khususnya masyarakat dan aparatur Pemerintahan Desa Cadasari Kecamatan

Cadasari, Pandeglang.

9
“BAB II“

“TINJAUAN PUSTAKA“

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep dan teori dalam

melakukan tinjauan kepustakaan terkait dengan sinergitas antar stakeholder dalam

rangka mewujudkan Desa Cerdas (Smart Village). Berkaitan dengan hal tersebut,

penulis melakukan eksplorasi terhadap beberapa konsep dan teori, diantaranya:

“2.1. Konsep Desa”

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Desa dijelaskan sebagai kesatuan

wilayah yang dipimpin oleh Kepala Desa dan di dalamnya terdiri dari beberapa

keluarga7. Selanjutnya dalam Undang- Undang nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

menerangkan bahwa Desa atau Desa adat merupakan kesatuan wilayah yang memiliki

batas- batas berwenang dan di dalamnya terdapat kesatuan masyarakat hukum untuk

mengurusi urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat tersebut berdasarkan hak

asal- usul dan hak tradisional masyarakat setempat yang diakui dan dihormati dalam

sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia8.

Pendapat lainnya mengenai konsep Desa ialah kesatuan wilayah yang diisi oleh

kegiatan sekelompok manusia dan lingkungannya, seperti kegiatan sosial, ekonomi,

7
“Kamus Besa Bahasa Indonesia https://kbbi.web.id/desa.html. “ “
8
“Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa“

10
politik dan budaya, yang saling berinteraksi dengan wilayah lainnya9. Berdasarkan

definisi- definisi tersebut dapat dikatakan bahwa Desa merupakan kesatuan wilayah

didalmnya terdiri dari masyarakat hukum yang mempunyai kepengurusannya sendiri

dan dipilih secara partisipatif, selain itu, dapat mengatur dan mengurusi rumah

tangganya sendiri sesuai dengan kondisi sosial, budaya setempat berdasarkan hak asal-

usul atau hak tradisional yang bersifat istimewa dan masih dalam ikatan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

“2.2. Konsep Pembangunan Desa Cerdas (Smart Village) “

Pembangunan Desa dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan guna

meningkatkan kapabilitas lembaga maupun masyarakat Desa terkait pengelolaan serta

pemanfaatan potensi yang dimiliki oleh Desa. Pada dasarnya, pembangunan Desa

diarahkan untuk melaksanakan amanat Undang- Undang Dasar Negara Republik

Indonesia, yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum agar terwujudnya masyarakat

yang adil, makmur dan sejahtera. Hal tersebut yang sudah tertulis di atas diperjelas oleh

Djiwadono dalam (Sjafrizal, 2016) yang menyebutkan bahwa pembangunan Desa

memiliki tujuan, diantaranya:

a) Tujuan peningkatan ekonomi, dengan cara peningkatan produktivitas Desa

untuk menanggulangi masalah kemiskinan;

b) Tujuan pemerataan kesejahteraan sosial yang diarahkan pada penduduk Desa;

9
“Sidik Permana. 2016. Antropologi Pedesaan Dan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta:
Deepublish“

11
c) Tujuan peningkatan kualitas kultural yang ada pada masyarakat Desa;

d) Tujuan peningkatan partisipasi masyarakat Desa dalam proses proses

pembangunan Desa maupun pemanfaatan hasil pembangunan Desa10.

Perhatian pembangunan di Indonesia sudah seharusnya berfokus pada Desa,

karena pada dasarnya Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah Pedesaan.

Selain itu, Desa juga merupakan ujung tombak bagi arah kebijakan pemerintahan di

Indonesia, karena pada dasarnya Pemerintahan Desa ialah pemerintahan yang langsung

berinteraksi dengan masyarakat. Untuk itu, pembangunan Desa sudah seharusnya

menjadi hal yang diprioritaskan. Terlebih lagi, daerah Desa dinilai daerah terbelakang

serta terdapat ketimpangan gap antara daerah Kota dan Desa, baik itu dari infrastruktur,

sarana dan prasarana, serta Sumber Daya Manusia (SDM) yang menyebabkan

tingginya arus urbanisasi dari Desa ke Kota. Atas dasar tersebut maka pembangunan

daerah Desa harus menjadi salah satu pembangunan prioritas di Indonesia agar

terciptanya pemerataan pembangunan antara daerah Kota dan Desa.

Menanggapi hal tersebut yang sudah tertulis di atas, maka dibentuklah Program

Desa Cerdas (Smart Village) sebagai inovasi dari pemerintah terkait pembangunan

Desa yang memanfaatan teknologi lokal untuk Pembangunan Desa. Dalam konteks

pembangunan Desa Cerdas (Smart Village), menurut Ramachandra dkk (2015)

kerangka pembangunan Desa Cerdas (Smart Village) harus beradaptaso dengan

10
“Sjafrizal. 2016. Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Era Otonomi. Jakarta: Rajawali Pers“

12
ketersediaan sumber daya alam dan tenaga kerja serta budaya masyarakat setempat.

Lebih lanjut, tahapan utamanya dalam konsep Desa Cerdas (Smart Village) adalah

memahami sumber daya Desa yang kemudian mengimplementasikan sumber daya

tersebut melalui intervensi teknologi yang dapat mendukung kegiatan masyarakat

Desa.11 Hal tersebut didukung oleh Herdiana (2019) yang mengatakan sebuah Desa

dapat dikatakan Desa Cerdas apabila Desa tersebut secara inovatif mampu untuk

menggunakan serta memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup

seperti efisiensi serta efektivitas terkait manajemen layanan pemerintahan maupun

dalam mengentaskan permasalah yang ada di Desa 12.

Dengan adanya kegiatan Desa Cerdas (Smart Village) ini diharapkan mampu

untuk mempersempit kesenjangan antara Desa dan Kota, serta diharapkan mampu

untuk mengendalikan arus urbanisasi dari Desa ke Kota yang kian tahun kian

meningkat13.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa Desa Cerdas (Smart

Village) dapat dimaknai sebagai Daerah pedesaan yang mana masyarakatnya ingin

membangun dengan kekuatan sendiri dengan memanfaatkan peluang baru yaitu TIK

dan inovasi serta pengetahuan digitalisasi agar tidak tertinggal. Yang mana dalam hal

11
“ Ramachandra, dkk. 2015. Smart Ragihalli: Effort towards Self-reliant & Self-sufficient system
empowering Man power (rural youth) with Appropriate Rural Technologies. Envis Technical Report
https://doi.org/10/13140/RG.2.1.3615.6646. “
12
“Dian Herdiana. 2019. Pengembangan Konsep Smart Village bagi Desa- Desa di Indonesia. IPTEK-
KOM, Vol. 21 No. 1“
13
“Subekti & Damayani. 2019. Penerapan Model Smart Village dalam Pengembangan Desa Wisata:
Studi pada Desa Wisata Boon Pring Sanankerto Turem Kabupaten Malang. JPALG, Vol. 3 No. 1“

13
tersebut mereka bertransformasi untuk mencapai sasaran- sasaran millennium

development goals, seperti peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan dengan

tercapainya ketahanan sosial, ketahanan ekonomi, ketahanan pangan serta ketahanan

ekologi. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa Desa Cerdas (Smart Village)

menekankan pada pendekatan manajemen layanan dan partisipasi masyarakat, selain

itu dalam pelaksanaan program pembangunan Desa Cerdas (Smart Village) ini

diperlukan juga sinergitas antar stakeholder agar memiliki kesepahaman dan persepsi

dalam pembangunan yang diharapkan.

“2.3. Konsep Sinergitas“

Sinergitas menurut Hampden-Turner (1990) adalah suatu kondisi dimana

adanya hubungan beberapa aktor yang bekerja untuk menciptakan sesuatu yang baru14.

Pendapat lainnya dari Covey (2004) menjelaskan bahwa sinergitas merupakan sebuah

hubungan tingkat tinggi yang dibentuk dari beberapa orang di dalam sebuah kelompok

untuk mencapai tujuan15. Dari pengertian- pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa

sinergitas adalah kombinasi yang dilakukan dari berbagai elemen yang terlibat guna

memperoleh hasil terbaik seperti yang diharapkan. Sinergitas dapat berjalan dengan

baik apabila dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu melalui komunikasi dan koordinasi

yang dilakukan.

14
“Hampden-Turner. 1990. Charting the Corporate Mind: Graphic Solutions to Business Conflicts.
New York: The Free Press“
15
“Covey, R. Stephen. 2004. The 7 Habits of Highly Effective People. India: Manjul Publishing House“

14
“2.4. Penelitian Terdahulu“

Persamaan Perbedaan
Judul Penulis Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
Sinergitas Kiki Rasmala Sani Sinergitas Pemerintah Sama- sama Penelitian Sani
Pemerintah Desa & Syamsuddin, Desa Salohe dan Dinas berupaya melihat &Syamsuddin
Salohe Dan Dinas (2021) Pemberdayaan sinergitas antar berfokus pada
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa stakeholder di Desa penyelenggaraan
Masyarakat Dan dalam penyelenggaraan BUMDesa
Desa Dalam Badan Usaha Milik sedangkan penelitian
Penyelenggaraan Desa berjalan dengan penulis berfokus
Bumdesadi baik. Pemerintah Desa pada perwujudan
Kabupaten Sinjai Salohe juga bersinergi Desa Cerdas (Smart
dengan Pendamping Desa Village)
untuk memfasilitasi
pembentukan hingga
berjalannya Badan Usaha
Milik Desa dengan
menjalin komunikasi
langsung maupun tidak
langsung.

Sinergitas Rosalina Ginting, Daei aspek yang ada, Sama- sama meneliti Penelitian Rosalina,
Kelembagaan Suwarno Widodo sinergitas kelembagaan Sinergitas dengan dkk berfokus pada
Desa dalam & Rumiyatun Desa Jungsemi telah menggunakan Pengelolaan Dana
Pengelolaan Dana Istiyaningsih dilakukan dengan baik metode kualitatif Desa, sedangkan
Desa di Desa (2020) karena melibatkan penelitian penulis
Jungsemi, berbagai Lembaga yang berfokus pada upaya
Kecamatana ada dan beroperasi di mewujudkan
Kangkung berbagai Lembaga program Desa
Kabupaten pengelolaan dana desa Cerdas (Smart
Kendal Jawa serta melibatkan Village)
Tengah partisipasi masyarakat
desa melalui Musrenbang
Desa untuk
mengoptimalkan
pengelolaan Dana Desa.

Penerapan Smart M. Agung Saputra Hasil penelitian ini dapat Sama- sama Penelitian yang
Village Dalam & Auliya Rahman memberikan wadah bagi membahas Smart dilakukan Agung dan
Peningkatan Isnain masyarakat untuk lebih Village dengan isnain berfokus pada
Pelayanan mudah melihat produk menggunakan metode web
Masyarakat olahan desa dan layanan metode kualitatif engineering
Menggunakan administrasi yang sedangkan penulis
Metode Web dilakukan secara online. berfokus pada
Engineering sinergitas antar
(Studi Kasus: stakeholder
Desa Sukanegeri
Jaya)

15
“2.5. Kerangka Pemikiran“

16
“BAB III“

“METODE PENELITIAN“

“3.1. Pendekatan Penelitian“

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Metode kualitatif

dengan pendekatan Studi Kasus. Pendekatan ini dipillih karena studi kasus merupakan

pendekatan penelitian yang menyelidiki suatu masalah secara cermat dengan

mengumpulkan informasi yang lengkap dan akurat dengan menggunakan berbagai

prosedur pengumpulan data. Selain itu, pendekatan studi kasus dilakukan untuk

memperoleh pengetahuan dan menganalisis suatu kasus secara mendalam 16

“3.2. Teknik Pengumpulan Data“

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua)

jenis yaitu: Pertama, data primer yang merupakan data tentang sinergitas antar

stakeholder dalam rangka mewujudkan Smart Village yang bersumber langsung dari

lapangan, baik itu dari observasi maupun dari informan melalui wawancara. Kedua,

data sekunder yang bersumber daru dokumen, buku-buku, jurnal dan lainnya yang

memiliki relevansi terhadap penelitian ini.

16
Creswell W Jhon, Poth N Cheryl. 2018. Qualitative Inquiry & Research Design Choosing Among Five
Approaches Fourth Edition. SAGE Publications

17
“3.3. Teknik Analisis Data“

Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan mengolah dan

menginterpretasikan data. Data yang diperoleh dari lapangan kemudian di abstaksikan

dengan cara mengelompokkan mana yang bersifat abstrak dan mana yang harus

bersifat real dalam data tersebut.

Data tersebut kemudian dibagi ke dalam kategori-kategori yang sesuai,

sehingga memudahkan peneliti untuk mengecek keabsahan data tersebut. Yang

selanjutnya peneliti melanjutkan ke tahap interpretasi data dengan menelaah temuan

dan teori yang relevan terhadap temuan tersebut secara kritis.

18
REFERENCES

A Saibani. 2014. Pedoman Umum Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jakarta:


Media Pustaka
Alisyabana. 2003. Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan. Jakarta: Prisma
Andari, R N & S E. 2019. Developinig a Smart Rural Model for Rural area
Development in Indonesia. Jurnal Borneo Administrator Vol. 15 No. 1
Covey, R. Stephen. 2004. The 7 Habits of Highly Effective People. India: Manjul
Publishing House
Creswell W Jhon, Poth N Cheryl. 2018. Qualitative Inquiry & Research Design
Choosing Among Five Approaches Fourth Edition. SAGE Publications
Ginting, Rosalina; Suwarno Widodo & Rumiyatun Istiyaningsih. 2020. Sinergitas
Kelembagaan dalam Pengelolaan Dana Desa di Desa Jungsemi, Kecamatan
Kangkung Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat
Hampden-Turner. 1990. Charting the Corporate Mind: Graphic Solutions to Business
Conflicts. New York: The Free Press
Herdiana, Dian. 2019. Pengembangan Konsep Smart Village bagi Desa- Desa di
Indonesia. IPTEK-KOM, Vol. 21 No. 1
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan E-Government
Kamus Besa Bahasa Indonesia https://kbbi.web.id/desa.html.
Kemendagri. 2020. Profil P3PD. https://p3pd.info/web/profil.php.
Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Informasi Desa, Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 55 Tahun 2022 Tentang Penetapan 1000 Desa Cerdas
Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor
39B/M.PPN/HK/02/2020 Tentang Pembentukan Tim Program Penguatan
Pemerintahan dan Pembangunan Desa (P3PD)
Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 Tentang Sistem Pemerintah Berbasis
Elektronik
Permana, Sidik. 2016. Antropologi Pedesaan Dan Pembangunan Berkelanjutan.
Yogyakarta: Deepublish
Ramachandra, dkk. 2015. Smart Ragihalli: Effort towards Self-reliant & Self-sufficient
system empowering Man power (rural youth) with Appropriate Rural
Technologies. Envis Technical Report
https://doi.org/10/13140/RG.2.1.3615.6646.
Sani, Kiki Rasmala & Syamsuddin. 2021. Sinergitas Pemerintah Desa Salohe dan
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dab Desa dalam Penyelenggaraan Bumdesa di
Kabupaten Sinjai. Jurnal Al Qisthi Vol. 11 No. 2
Saputra, M. Agung & Isnain, Auliya Rahman. 2021. Penerapan Smart Village dalam
Peningkatan Pelayanan Masyarakat menggunakan Metode Web Engineering
(Studi Kasus: Desa Sukanegri Jaya). Jurnal Teknologi dan Sistem Informasi Vol.
2 No. 3

19
Sjafrizal. 2016. Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Era Otonomi. Jakarta:
Rajawali Pers
Subekti & Damayani. 2019. Penerapan Model Smart Village dalam Pengembangan
Desa Wisata: Studi pada Desa Wisata Boon Pring Sanankerto Turem Kabupaten
Malang. JPALG, Vol. 3 No. 1
Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional

20

Anda mungkin juga menyukai