Disusun Oleh:
MUHAMMAD WAHYUDIN SIMBAR
6670190078
1
DAFTAR ISI
i
“BAB I“
“PENDAHULUAN“
Dewasa ini, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berkembang begitu pesat dan
tidak dapat dihindari begitu saja perkembangannya, terlebih lagi pada saat ini
penguasaan dalam pemanfaatan teknologi menjadi salah satu tolak ukur dalam
menentukan kemajuan dari sebuah Negara. Berdasarkan hal tersebut, maka mau tidak
mau beberapa negara, termasuk Indonesia memasuki era teknologi digital yang di
dalamnya menuntut adanya perubahan kehidupan di berbagai aspek, baik itu dari aspek
warga negaranya.
Di era digital ini, pemerintah dituntut untuk lebih sensitif serta tanggap dalam
untuk terus berupaya dan berinovasi dalam pemanfaatan teknologi secara optimal.
Upaya yang dimaksud diatas adalah beberapa kebijakan maupun kebijakan struktural
menerbitkan beberapa kebijakan mengenai hal tersebut. Salah satunya ialah dengan
1
pembuka dari upaya pemerintah dalam pemanfaatan teknologi secara optimal, yang
Selain itu, pemanfaatan teknologi secara optimal juga merupakan salah satu
khususnya daerah Desa? Karena pada dasarnya, daerah Desa dinilai daerah terbelakang
serta terdapat ketimpangan gap antara daerah Kota dan Desa, baik itu dari infrastruktur,
sarana dan prasarana, serta Sumber Daya Manusia (SDM). Atas dasar tersebut maka
Indonesia agar terciptanya pemerataan pembangunan antara daerah Kota dan Desa.
Pemerataan pembangunan ini tentunya akan mengurangi gap ketimpangan antara Kota
dan Desa, selain itu pemerataan pembangunan ini juga dapat mengurangi dan bahkan
dapat mengendalikan arus urbanisasi dari Desa ke Kota yang dinilai terus meningkat
Menanggapi hal tersebut yang sudah tertulis di atas, maka sangat diperlukan
1
“ Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-
Government“
2
pembangunan baik itu dari segi infrastruktur, sarana dan prasarana serta manajemen
tata laksana yang ada di Desa. Terlebih lagi dalam Undang- Undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa yang di dalamnya pada Pasl 86 mengamanatkan bahwa Pemerintah
Daerah Kab/ Kota wajib untuk mengembangkan Sistem Informasi Desa yang dapat
diakses oleh Desa beserta masyarakat Desa guna mendukung pembangunaan yang ada
di Desa. Pembangunan desa tersebut yang sudah tertulis di atas, meliput: fasilitas
perangkat keras dan perangkat lunak, jaringan serta sumber daya manusia. Selain itu,
data Desa, data pembangunan Desa serta informasi lain yang berkaitan dengan
sera di dukung oleh Undang- Undang Nomoe 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah
Daerah dan dipertegas oleh Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
yang dapat meningkatkan pembangunan di daerah Desa. Berangkat dari hal tersebut,
untuk melaksanakan amanat Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desam
(P3PD) yang bertujuan untuk peningkatan kualitas belanja desa dan peningkatan
manajemen layanan desa terhadap masyarakat desa3. Selain itu, untuk mensuksesi
2
“Pasal 86 Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa“
3
“Kemendagri. 2020. Profil P3PD. https://p3pd.info/web/profil.php. “
3
Program Penguatan Pemerintahan dan Pembangunan Desa (P3PD) diterbitkan juga
Pembangunan Desa (P3PD). Pembentukan tim P3PD ini bertujuan untuk memastikan
desa4.
sebuah harapan bagi pemerataan pembangunan di Desa serta diyakini mampu untuk
kehidupan masyarakat Desa melalui inovasi serta pemanfaatan teknologi yang optimal
agar terciptanya sebuah sistem Pemerintahan Desa dan rantai masyarakat di Desa
menajdi efektif dan efisien. Terlebih lagi dengan diterbitkannya Peraturan Presiden
untuk mengembangkan Sistem Pemerintahan Desa agar menjadi sistem yang efektif
dan efisien, transparan, serta akuntabel melalui pemanfaatan teknologi digital, seperti
internet.
Menanggapi hal tersebut yang sudah tertulis di atas, maka dalam pelaksanaan
4
“Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 39B/M/PPN/HK03/2020“
4
kegiatan pembangunan berkelanjutan yang disebut Desa Cerdas (Smart Village). Desa
Cerdas (Smart Village) merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari Program
pembangunan Desa- Desa yang ada di Indonesia agar menjadi Desa yang mandiri serta
inovatif dalam mengentaskan segala persoalan- persoalan yang ada di Desa tersebut
dengan penggunaan serta pemanfaatan teknologi digital yang secara optimal. Selain
itu, Desa Cerdas (Smart Village) juga bertujuan untuk menjadikan kelembagaan Desa
sebagai kelembagaan yang memiliki kualitas dan kapasitas yang optimal, melalui:
diharapkan bagi Desa- Desa di Indonesia mampu untuk mandiri serta mampu
termasuk di dalamnya persoalan mengenai tingginya urbanisasi dari Desa ke Kota serta
menghilangkan ketimpangan gap ketertinggalan antara Desa dan Kota. Dalam hal ini,
mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki Desa, hal tersebut sesuai dengan
5
adanya Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa yang menjelaskan bahwa
Desa merupakan kesatuan wilayah yang memiliki hak asal-usul dan hak tradisional
istimewa yang dapat mengatur dan mengurusi rumah tangganya sendiri5. Hal tersebut
juga didukung dengan sepenuhnya dalam kegiatan Desa Cerdas (Smart Village), yang
masyarakat Desa dengan menerapkan dan memanfaatkan teknologi yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat serta Desa tersebut. Dengan kata lain dapat artikan bahwa
inovasi yang dilakukan dalam pemanfaatan teknologi sebagai pembangunan Desa yang
kebutuhan Desa.
Village), dilakukan seleksi pada beberapa Desa yang ada di Indonesia untuk
menentukan 3.000 Desa yang akan melaksanakan Desa Cerdas (Smart Village) ini.
Seleksi tersebut didasarkan pada keterwakilan wilayah yang ada di Indonesia, dalam
pelaksanaan seleksi tersebut dibagi menjadi 3 (tiga) tahap: Tahap I pada Tahun 2021,
dipilih 350 Desa; Tahap II Tahun 2022, dipilih 1000 Desa; Tahap III Tahun 2023,
dipilih 1650 Desa6. Pada tahun 2022 ini telah dilakukan penetapan 1000 Desa yang
lolos seleksi dalam pelaksanaan kegiatan Desa Cerdas (Smart Village), termasuk di
5
“Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa“
6
“Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Informasi Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Nomor 55 Tahun 2022 Tentang Penetapan 1000 Desa Cerdas“
6
resmi dinyatakan dalam Surat Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Informasi
Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 55 Tahun 2022. Desa Cadasari
merupakan Desa yang lolos seleksi untuk melaksanakan kegiatan Desa Cerdas (Smart
Desa Cerdas (Smart Village) menjadikan Desa Cadasari memiliki kesempatan untuk
menjadi Desa yang mandiri dan mampu mengentaskan segala persoalan- persoalan
yang ada serta dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia maupun
manajemen layanan yang ada di Desa Cadasari. Seperti yang diketahui bahwa Desa
minimnya kompetensi Sumber Daya Manusia yang ada di Desa, minimnya partisipasi
masyarakat yang ada di Desa serta kurangnya infrastruktur yang memadai dalam
Atas dasar hal tersebut yang sudah tertulis di atas, maka penulis tertarik untuk
Smart Village (Studi Kasus: Desa Cadasari Kecamatan Cadasari, Pandeglang). Karena
pada dasarnya sinergitas antar stakeholder merupakan salah satu kunci dalam
“Berdasarkan latar belakang tersebut yang sudah tertulis di atas, maka penulis
7
1. Adanya potensi di Desa Cadasari untuk menjadi Desa Cerdas (Smart Village)
yang mampu mandiri dan berinovasi dalam mengentaskan permasalah yang ada
8
2. Untuk mengetahui bagaimana langkah Pemerintah Desa terhadap peningkatan
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi pendukung serta penghambat
Penulis berharap dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat, baik itu bagi
para pembaca maupun penulis sendiri. Adapun manfaat yang penulis harapkan dari
1. “Manfaat Teoritis“
sinergitas stakeholder Desa dalam pembangunan Desa. Selain itu, penelitian ini
2. “Manfaat Praktis“
Cadasari, Pandeglang.
9
“BAB II“
“TINJAUAN PUSTAKA“
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep dan teori dalam
rangka mewujudkan Desa Cerdas (Smart Village). Berkaitan dengan hal tersebut,
wilayah yang dipimpin oleh Kepala Desa dan di dalamnya terdiri dari beberapa
keluarga7. Selanjutnya dalam Undang- Undang nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
menerangkan bahwa Desa atau Desa adat merupakan kesatuan wilayah yang memiliki
batas- batas berwenang dan di dalamnya terdapat kesatuan masyarakat hukum untuk
asal- usul dan hak tradisional masyarakat setempat yang diakui dan dihormati dalam
Pendapat lainnya mengenai konsep Desa ialah kesatuan wilayah yang diisi oleh
7
“Kamus Besa Bahasa Indonesia https://kbbi.web.id/desa.html. “ “
8
“Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa“
10
politik dan budaya, yang saling berinteraksi dengan wilayah lainnya9. Berdasarkan
definisi- definisi tersebut dapat dikatakan bahwa Desa merupakan kesatuan wilayah
dan dipilih secara partisipatif, selain itu, dapat mengatur dan mengurusi rumah
tangganya sendiri sesuai dengan kondisi sosial, budaya setempat berdasarkan hak asal-
usul atau hak tradisional yang bersifat istimewa dan masih dalam ikatan Negara
Pembangunan Desa dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan guna
pemanfaatan potensi yang dimiliki oleh Desa. Pada dasarnya, pembangunan Desa
yang adil, makmur dan sejahtera. Hal tersebut yang sudah tertulis di atas diperjelas oleh
9
“Sidik Permana. 2016. Antropologi Pedesaan Dan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta:
Deepublish“
11
c) Tujuan peningkatan kualitas kultural yang ada pada masyarakat Desa;
karena pada dasarnya Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah Pedesaan.
Selain itu, Desa juga merupakan ujung tombak bagi arah kebijakan pemerintahan di
Indonesia, karena pada dasarnya Pemerintahan Desa ialah pemerintahan yang langsung
menjadi hal yang diprioritaskan. Terlebih lagi, daerah Desa dinilai daerah terbelakang
serta terdapat ketimpangan gap antara daerah Kota dan Desa, baik itu dari infrastruktur,
sarana dan prasarana, serta Sumber Daya Manusia (SDM) yang menyebabkan
tingginya arus urbanisasi dari Desa ke Kota. Atas dasar tersebut maka pembangunan
daerah Desa harus menjadi salah satu pembangunan prioritas di Indonesia agar
Menanggapi hal tersebut yang sudah tertulis di atas, maka dibentuklah Program
Desa Cerdas (Smart Village) sebagai inovasi dari pemerintah terkait pembangunan
Desa yang memanfaatan teknologi lokal untuk Pembangunan Desa. Dalam konteks
10
“Sjafrizal. 2016. Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Era Otonomi. Jakarta: Rajawali Pers“
12
ketersediaan sumber daya alam dan tenaga kerja serta budaya masyarakat setempat.
Lebih lanjut, tahapan utamanya dalam konsep Desa Cerdas (Smart Village) adalah
Desa.11 Hal tersebut didukung oleh Herdiana (2019) yang mengatakan sebuah Desa
dapat dikatakan Desa Cerdas apabila Desa tersebut secara inovatif mampu untuk
Dengan adanya kegiatan Desa Cerdas (Smart Village) ini diharapkan mampu
untuk mempersempit kesenjangan antara Desa dan Kota, serta diharapkan mampu
untuk mengendalikan arus urbanisasi dari Desa ke Kota yang kian tahun kian
meningkat13.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa Desa Cerdas (Smart
Village) dapat dimaknai sebagai Daerah pedesaan yang mana masyarakatnya ingin
membangun dengan kekuatan sendiri dengan memanfaatkan peluang baru yaitu TIK
dan inovasi serta pengetahuan digitalisasi agar tidak tertinggal. Yang mana dalam hal
11
“ Ramachandra, dkk. 2015. Smart Ragihalli: Effort towards Self-reliant & Self-sufficient system
empowering Man power (rural youth) with Appropriate Rural Technologies. Envis Technical Report
https://doi.org/10/13140/RG.2.1.3615.6646. “
12
“Dian Herdiana. 2019. Pengembangan Konsep Smart Village bagi Desa- Desa di Indonesia. IPTEK-
KOM, Vol. 21 No. 1“
13
“Subekti & Damayani. 2019. Penerapan Model Smart Village dalam Pengembangan Desa Wisata:
Studi pada Desa Wisata Boon Pring Sanankerto Turem Kabupaten Malang. JPALG, Vol. 3 No. 1“
13
tersebut mereka bertransformasi untuk mencapai sasaran- sasaran millennium
ekologi. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa Desa Cerdas (Smart Village)
itu dalam pelaksanaan program pembangunan Desa Cerdas (Smart Village) ini
diperlukan juga sinergitas antar stakeholder agar memiliki kesepahaman dan persepsi
adanya hubungan beberapa aktor yang bekerja untuk menciptakan sesuatu yang baru14.
Pendapat lainnya dari Covey (2004) menjelaskan bahwa sinergitas merupakan sebuah
hubungan tingkat tinggi yang dibentuk dari beberapa orang di dalam sebuah kelompok
untuk mencapai tujuan15. Dari pengertian- pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa
sinergitas adalah kombinasi yang dilakukan dari berbagai elemen yang terlibat guna
memperoleh hasil terbaik seperti yang diharapkan. Sinergitas dapat berjalan dengan
baik apabila dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu melalui komunikasi dan koordinasi
yang dilakukan.
14
“Hampden-Turner. 1990. Charting the Corporate Mind: Graphic Solutions to Business Conflicts.
New York: The Free Press“
15
“Covey, R. Stephen. 2004. The 7 Habits of Highly Effective People. India: Manjul Publishing House“
14
“2.4. Penelitian Terdahulu“
Persamaan Perbedaan
Judul Penulis Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
Sinergitas Kiki Rasmala Sani Sinergitas Pemerintah Sama- sama Penelitian Sani
Pemerintah Desa & Syamsuddin, Desa Salohe dan Dinas berupaya melihat &Syamsuddin
Salohe Dan Dinas (2021) Pemberdayaan sinergitas antar berfokus pada
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa stakeholder di Desa penyelenggaraan
Masyarakat Dan dalam penyelenggaraan BUMDesa
Desa Dalam Badan Usaha Milik sedangkan penelitian
Penyelenggaraan Desa berjalan dengan penulis berfokus
Bumdesadi baik. Pemerintah Desa pada perwujudan
Kabupaten Sinjai Salohe juga bersinergi Desa Cerdas (Smart
dengan Pendamping Desa Village)
untuk memfasilitasi
pembentukan hingga
berjalannya Badan Usaha
Milik Desa dengan
menjalin komunikasi
langsung maupun tidak
langsung.
Sinergitas Rosalina Ginting, Daei aspek yang ada, Sama- sama meneliti Penelitian Rosalina,
Kelembagaan Suwarno Widodo sinergitas kelembagaan Sinergitas dengan dkk berfokus pada
Desa dalam & Rumiyatun Desa Jungsemi telah menggunakan Pengelolaan Dana
Pengelolaan Dana Istiyaningsih dilakukan dengan baik metode kualitatif Desa, sedangkan
Desa di Desa (2020) karena melibatkan penelitian penulis
Jungsemi, berbagai Lembaga yang berfokus pada upaya
Kecamatana ada dan beroperasi di mewujudkan
Kangkung berbagai Lembaga program Desa
Kabupaten pengelolaan dana desa Cerdas (Smart
Kendal Jawa serta melibatkan Village)
Tengah partisipasi masyarakat
desa melalui Musrenbang
Desa untuk
mengoptimalkan
pengelolaan Dana Desa.
Penerapan Smart M. Agung Saputra Hasil penelitian ini dapat Sama- sama Penelitian yang
Village Dalam & Auliya Rahman memberikan wadah bagi membahas Smart dilakukan Agung dan
Peningkatan Isnain masyarakat untuk lebih Village dengan isnain berfokus pada
Pelayanan mudah melihat produk menggunakan metode web
Masyarakat olahan desa dan layanan metode kualitatif engineering
Menggunakan administrasi yang sedangkan penulis
Metode Web dilakukan secara online. berfokus pada
Engineering sinergitas antar
(Studi Kasus: stakeholder
Desa Sukanegeri
Jaya)
15
“2.5. Kerangka Pemikiran“
16
“BAB III“
“METODE PENELITIAN“
dengan pendekatan Studi Kasus. Pendekatan ini dipillih karena studi kasus merupakan
prosedur pengumpulan data. Selain itu, pendekatan studi kasus dilakukan untuk
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua)
jenis yaitu: Pertama, data primer yang merupakan data tentang sinergitas antar
stakeholder dalam rangka mewujudkan Smart Village yang bersumber langsung dari
lapangan, baik itu dari observasi maupun dari informan melalui wawancara. Kedua,
data sekunder yang bersumber daru dokumen, buku-buku, jurnal dan lainnya yang
16
Creswell W Jhon, Poth N Cheryl. 2018. Qualitative Inquiry & Research Design Choosing Among Five
Approaches Fourth Edition. SAGE Publications
17
“3.3. Teknik Analisis Data“
dengan cara mengelompokkan mana yang bersifat abstrak dan mana yang harus
18
REFERENCES
19
Sjafrizal. 2016. Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Era Otonomi. Jakarta:
Rajawali Pers
Subekti & Damayani. 2019. Penerapan Model Smart Village dalam Pengembangan
Desa Wisata: Studi pada Desa Wisata Boon Pring Sanankerto Turem Kabupaten
Malang. JPALG, Vol. 3 No. 1
Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
20