KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif
2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Soekamto dalam Shoimin (2014:23) menjelaskan bahwa model pembelajaran
merupakan kerangka yang memuat prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan menjadi pedoman
perancang dan mengajar dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar. Arends
(1997) dalam Shoimin (2014:23-24) menjelaskan bahwa model pembelajaran
termasuk tujuan, sintaks, lingkungan dan system pengelolaannya. Joyce, Weil and
Shower (1992) dalam Budiyanto (2016:9) menjelaskan bahwa model pembelajaran
memiliki makna yang lebih luas dari strategi, metode atau prosedur. Serta sarana
komunikasi yang penting dalam mengajar di kelas. Sedangkan menurut Trianto
dalam Akkas (2022) menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan
perencanaan sebagai pedoman dalam pembelajaran di kelas ataupun tutorial.
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) menjelaskan bahwa kooperatif
bersifat Kerjasama. Huda (2013) dalam Ilfa (2015) menjelaskan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan proses belajar dalam kelompok degan
menguataman kerjasama dan bersistem reward. Rusman (2012) dalam Choiriyah
(2017) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah bentuk pembealjaran
yang belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif dengan
anggotanya dan bersifat heterogen. Isjoni (2014) dalam Yana (2019) menjelaskan
bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dikerjakan secara
bersama-sama dengan membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu
tim. Yana (2019) menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif pelaksanannya
tidak harus belajar dari guru namun siswa dapat saling membelajarkan. Tampubolon
(2014) dalam Choiriyah (2017) memperjelas bahwa pembelajaran kooperatif
menekankan pada sikap dan intelektual sehingga mencapai tujuan pembelajaran.
Dari pengertian yang diuraikan tersebut dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan kerangka ataupun prosedur yang terkonsep dan sistematis
dalam menyelenggarakan pembelajaran dikelas untuk mencapai tujuan belajar
tertentu. Sedangkan, Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang
1
menekankan sikap maupun intelektual siswa dengan melibatkan siswa didalam
kelompok secara kolaborasi dan bersifat heterogen tanpa harus belajar dari guru.
2
memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik baik sosial,
keterampilan maupun pengetahuan secara berkelompok maupun individu.
Selain itu, menurut Suprijono (2011) dalam Asrinah (2019) menjelaskan langkah-
langkah Snowball Throwing yakni:
1. Guru menyampaikan materi yang disajikan
2. Guru membentuk kelompok dan memanggil ketua kelompok untuk memberi
penjelasan materi.
3. Ketua kelompok menejlaskan materi dari guru kepada temannya.
4. Siswa diberikan kertas kerja untuk menulis satu pertanyaan tentang materi
yang sudah dijelaskan ketua kelompok.
5. Kertas yang berisi pertanyaan dibuat seperti bola dan dilempar kepada satu
siswa.
6. Setelah satu siswa mendapat pertanyaan mereka menjawabnya.
7. Evaluasi
4
8. Penutup
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa langkah model
pembelajaran Snowball Throwing yakni:
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan meteri yang dipelajari.
2. Guru membentuk kelompok dan memanggil ketua kelompok untuk
memberikan penjelasan materi kepada anggotanya.
3. Ketua kelompok kembali ke kelompoknya kemudian menjelelaskan materi
kepada anggotanya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberi kertas untuk menulis pertanyaan
tentang materi yang sudah dijelaskan ketua kelompok.
5. Kertas yang sudah berisi pertanyaan kemudia dibuat seperi bola dan dilempar
dari siswa sat uke lainnya selama ± 15 menit.
6. Setelah itu, siswa diberi kesempatan menjawab pertanyaan yang ditulis.
7. Evaluasi
8. Penurup
6
disyaratkan (Purwanti,2018). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan cerminan penguasaan suatu materi dari proses belajar berupa
kognitif, afektif maupun psikomotorik siswa.
7
4. Anak senang merasakan, melakukan atau memperagakan sesuatu secara
langsung, melalui pengalaman ini ia akan menghubungkan konsep yang mereka
dapatkan sehingga perlu adanya keterlibatan langsung dari anak.
Sedangkan menurut Syamsu (2011) dalam bahan ajar Ilmu pendidikan
(2017) menjelaskan karakteristik peserta didik kelas rendah sebagai berikut:
1. Adanya hubungan positif yang tinggi antara kondisi jasmani dengan prestasi
maka, apabila jasmani sehat maka potensi mendapatkan prestasi semakin besar
2. Memiliki sikap taat atau tunduk pada aturan – aturan permainan
3. Cenderung memuji diri sendiri dengan menyebutkan nama sendiri
4. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang lain
5. Jika tidak mampu menyelesaikan suatu soal, maka soal dianggap tidak penting
6. Khusus masa usia 6-8 tahun, anak menghendaki nilai rapor yang baik, tanpa
mempertimbangkan apakah prestasinya memadai atau tidak
Untuk usia kelas tinggi sebagai berikut:
1. Adanya minat terhadap hal yang praktis dan konkret sehingga cenderung
membandingkan pekerjaan-pekerjaan praktis
2. Realistik, memiliki rasa ingin tahu yang besar, ingin belajar
3. Menjelang akhir masa ini muncul minat pada hal dan mata pelajaran khusus,
bakat-bakat tertentu mulai mulai menonjol
4. Saat usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa untuk
menyelesaikan dan memenuhi keinginannya. Selepas umur tersebut anak akan
akan berusaha menyelesaikan tugasnya sendiri
5. Anak mampu memandang nilai rapor sesuai dengan prestasi yang diraih
6. Anak-anak gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Anak
mulai mampu membuat aturan permainan sendiri, tidak tergantung pada aturan
permainan yang lazim
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa anak usia sekolah
dasar khususnya kelas empat memiliki karakteristik anak senang bermain, bergerak,
bekerja dalam kelompok dan senang merasakan, melakukan maupun memperagakan
sesuatu secara langsung.
9
2.1.5 Pembelajaran Matematika SD
2.1.5.1 Pembelajaran Matematika
Menurut Sudarajat dalam Latifa dkk (2022) matematika menjadi alat untuk
menyampaikan ide-ide maupun informasi. Matematika penting dipelajari oleh
peserta didik karena berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Muhsetyo, dkk dalam
Marsinah, dkk menjelaskan bahwa pembelajaran matematika adalah proses belajar
peserta didik melalui kegiatan terencana sehingga mendapatkan kompetensi tentang
bahan matematika yang dipelajari. Sedangkan menurut Marsinah, dkk pembelajaran
mateamtika merupakan proses pemberian pengalaman belajar yang dirancang
dengan sengaja untuk mencapai tujuan suasana lingkungan dan diperolehnya
kompetensi matematika yang dipelajari. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan proses belajar
peserta didik yang dilakukan secara sengaja dan terencana untuk mencapai tujuan
kompetensi matematika yang dipelajari.
11
Penelitian yang dilakukan Oleh Evi Hasim dan Meylan Saleh dengan jduul
“Menulis Kalimat Sederhana Melalui Implementasi Model Snowball Throwing Pada
Siswa Kelas II SDN 11 Limboto Barat Kabupaten Gorontalo”. Adapun hasil yang
penelitian adanya peningkatan kemampuan soswa dengan menggunakan model
Snowball Throwing.
Penelitian Selanjutnya dengan judul “Penggunaan Metode Snowball
Throwing untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS di Sekolah Dasar” pada tahun
2021 oleh Faslia. Adapun hasil yang peroleh yakni metide Snowball Throwing dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian oleh Zeni
Wulandari tahun 2020 dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Snowball
Throwing Berbantuan Media Magic Box Terhadap Hasil Belajar IPS (Penelitian
Pada Siswa Kelas IV Di SDN Menayu 1, Kecamatan Muntilan, Kabupaten
Magelang”. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa model
pembelajaran Snowball Throwing berbantuan media magic box memberikan
pengaruh terhadap hasil belajar peserta didik.
Penelitian Selanjutnya oleh Redho Ade Putra, Hadiyanto dan Ahmad Zikri
dengan judul “Pengaruh Model Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas V Sekolah Dasar” pada tahun 2020. Adapun hasil penelitian yang diperoleh
yakni model pembelajaran Snowball Throwing memberikan pengaruh terhadap hasil
belajar siswa.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Lili Said Jamili pada tahun 2019
dengan jduul “Peningkatan hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Dengan Metode Snowball Throwing”. Adapun hasil penelitian yang diperoleh yakni
Pembelajaran dengan metode Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Penelitian selanjutnya dengan judul “Pengaruh Model Snowball Throwing
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 104230 Tanjung Sari
Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang T.A 2018/2019” yang dilakukan
oleh Rizka Desi Yana pada tahun 2019. Hasil dari penelitian yang dilakukan yakni
adanya pengaruh signifikan dalam penerapan model pembealajaran Snowball
Throwing terhadap hasil belajar peserta didik.
Penelitian selanjutnya berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Snowball
Throwing Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
12
(IPA) Materi Perubahan Sifat Benda Di Kelas V SD Negeri Prapag Kidul 01
Kecamatan Losari Kabupaten Brebes” oleh Christin Indrayani dan Dicky Surachman
pada tahun 2019. Adapun hasil penelitian yang diperoleh yakni model pembelajaran
Snowball Throwing memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Penelitian yang relevan selanjutnya dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Snowball Throwing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas
IV Pada Mata Pelajaran IPA di SD Negeri 151 Seluma” pada tahun 2018 oleh Meka
Aristianda. Hasil dari penelitian yang dilakukan yaitu Hasil belajar siswa meningkat
setelah menerapkan pembelajaran Snowball Throwing.
Penelitian selanjutnya, dari Purwanti tahun 2017 dengan Judul
“Perbandingan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Metode Snowball Throwing
Dengan Metode Ceramah Pada Mata Pelajaran IPS Materi Perkembangan Teknologi
Komunikasi Kelas IV MI Islahul Muttaallim Karang Genteng Kota Semarang Tahun
Pelajaran 2016/2017. Hasil dari penelitian yang dilakukan yakni terdapat perbedaan
hasil belajar siswa dalam menggunakan metode Snowball Throwing dengan metode
ceramah.
Penelitian relevan selanjutnya dengan judul “Pengaruh Penerapan Model
Snowball Throwing Terhadap hasil belajar Peserta Didik Kelas V Pada Mata
Pelajaran Matematika Di SDN. Gunung Sari I Kecamatan Rappocini Kota
Makassar” yang dilakukan pada tahun 2017 oleh Hasneti. Hasil yang diperoleh
bahwa penerapan Snowball Throwing efektif digunakan untuk peningkatan hasil
belajar peserta didik.
Penelitian relevan selanjutnya yakni berjudul “Penerapan Model Snowball
Throwing Berbantuan Media Powerpoint Untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas IV SD Tunas Harum Bangsa Kota Semarang”
yang dilakukan oleh Farah Nur Anina Ilfa pada tahun 2015. Berdasarkan kajian
literatur yang telah dilakukan diketahui bahwa model Snowball Throwing dapat
meningkatkan kulitas pembelajaran IPS.
1.Merencanakan
Analisis dampak
tindakan dalam
penerapan model
Identifikasi Masalah pembelajaran
pembelajaran
dan Potensi di Kelas V menerapkan model
kooperatif tipe
SD Negeri pembelajaran
snowball throwing pada
Pujokusuman 1 kooperatif tipe
hasil belajar peserta
snowball throwing.
didik.
2. Melakukan Uji
Lapangan dengan
beberapa siklus
14
2.4 Hipotesis
Adapun hipotesis dalam peneilitian Tindakan kelas ini adalah Jika
menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing pada pelaksanaan
pembelajaran matematika di kelas V SD Negeri Pujokusuman 1 maka, hasil belajar
peserta didik dapat meningkat.
15