Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN INDUSTIAL

KEBIJAKAN HUBUNGAN INDUSTRIAL 5. Akibat kebijakan (effect), yaitu dampak


nyata kebijakan, baik yang disengaja atau
• Dye (1978: 1) menggambarkan bahwa tidak disengaja, positif maupun negatif, primer
“Public Policy as anything a government ataupun sekunder. Kebijakan publik adalah
choose to do or not to do”. Definisi ini merupakan kewenangan pemerintah dalam
mengandung dua makna yaitu: pertama, suatu sistem politik, berupa pangalokasian
pemerintah merupakan aktor pembuat nilai-nilai pada masyarakat, sebagai sarana
kebijakan; kedua, bahwa kebijakan itu untuk terpenuhinya kepentingan masyarakat.
merupakan pilihan dari aparatur pemerintah
(Badri, 1982:32), kebijakan publik dapat
untuk melakukan sesuatu atau tidak dibedakan menjadi:
melakukan sesuatu.
1. Kebijakan Politik (political policy).
• Jenkins yang dikutip oleh Howlett dan
Ramesh (1995:5) mengemukakan bahwa 2. Kebijakan Eksekutif (executive policy).
kebijakan publik sebagai satu rangkaian 3. Kebijakan Administrasi (administrative
keputusan yang saling berhubungan, yang policy).
diambil oleh aktor politik atau kelompok aktor
mengenai pemilihan tujuan dan cara 4. Kebijakan Teknis (technical or operational
mencapainya diantara struktur khusus dimana policy).
keputusan itu diambil. • Siagian (1985:49) berpendapat bahwa
kebijakan pemerintah terdiri dari 3 tingkatan
Karakter yang harus dipenuhi dalam
kebijakan, yaitu:
kebijakan, sebagaimana dikemukakan oleh
Anderson (1991: 21). 1. Kebijakan Umum, yang sifatnya mendasar
dan prinsipil;
1. Harus mempunyai tujuan, atau berorientasi
pada tujuan. 2. Kebijakan Pelaksanaan, dikenal juga dengan
istilah kebijakan operasional;
2. Berisi tindakan atau pola tindakan dari
pejabat-pejabatpemerintah. 3. Kebijakan Teknis. Kebijakan umu atau
kebijakan politik (Political will) di Indonesia
3. Kebijakan adalah apa yang benar-benar ditetapkan dalam batang tubuh Undang-
dilakukan olehpemerintah, bukan hanya Undang Dasar 1945 padapasal 27 ayat (2)
tentang apa yang akan dilakukan. yang berbunyi :”Tiap-tiap warga negara
4. Bersifat positif (merupakan tindakan berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
pemerintah mengenai masalah tertentu), atau layak bagi kemanusiaan”.
negatif (keputusan pejabat pemerintahuntuk Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
tidak melakukan sesuatu). Ketenagakerjaan
5. Kebijakan publik yang positif selalu • UU yang terdiri dari 193 pasal ini berfungsi
berdasarkan pada peraturan untuk mengatur perusahaan dan karyawan atau
Komponen yang harus dimiliki agar dapat pekerja yang berisi aturan main yang harus
dinilai sebagai sebuah kebijakan publik, dipahami, termasuk mengenai pengertian
hubungan industrial.
yaitu harus adanya:
Undang Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
1. Tujuan (goals) yang ingin dicapai. Penyelesaian
2. Rencana (plan/proposal), berupa pengertian Perselisihan Hubungan Industrial.
spesifik untuk mencapai tujuan.
• UU PPHI telah mengatur tentang apa saja
3. Program, rangkaian kegiatan yang keadaan dan bagaimana mekanisme
diarahkan untuk mencapai tujuan. pengakhiran hubungan kerja sepihak.
4. Kegiatan, yaitu langkah aksi untuk HUBUNGAN KERJA DAN PERJANJIAN
merealisasikan program. KERJA
Pengertian dan makna hubungan Kerja Teori dan Asas-asas Hukum Perjanjian
Kerja
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan • Obyek hukum ketenagakerjaan :
“Hubungan Kerja adalah hubungan antara 1. Obyek Material
pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan
perjanjian kerja yang mempunyai unsur Merupakan proses kerja manusia yang bersifat
pekerjaan, upah dan perintah” (Pasal 1, point social eknomis, dalam bentuk hasil kerja dan
15) pertambahan nilai (Keuntungan dan Upah)

Unsur / Elemen dalam Hubungan Kerja 2. Obyek Formal

1. Pengusaha, sebagai pemberi kerja Merupakan kompleksitas hubungan hukum


antara pekerja dengan pengusaha yang
2. Pekerja/buruh, sebagai pelaksana pekerjaan terbentuk melalui proses perjanjian kerja,
sehingga hubungan tersebut dinamakan
3. Perjanjian kerja hubungan kerja.
4. Pekerjaan Teori dan Asas-asas Hukum Perjanjian
5. Upah Kerja

6. Perintah Perjanjian Kerja adalah -> hubungan hukum


antara pekerja dengan pengusaha. Syarat-
Kerterhubungan antara Hubungan Kerja syarat hukum kontrak (law contract) versi
Anglo Saxon (USA) :
dan Hukum Perburuhan
1. Penawaran (offer) dan penerimaan
• Hukum Perburuhan adalah keseluruhan
(acceptance)
aturan, ketentuan, kaidah, norma, yang
mengatur tatanan hubungan pekerja/buruh 2. Kesesuaian kehendak (meeting of minds)
dengan pengusaha/majikan yang berada dalam
konteks hubungan kerja. 3. Prestasi/janji (consideration)

• Hubungan Kerja adalah hubungan antara 4. Kewenangan hukum para pihak (competent
pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan legal parties0 dan pokok persoalan yang sah
perjanjian kerja, yang mempunyai unsur-unsur (legal subject matter)
pekerjaan, upah dan perintah. Teori dan Asas-asas Hukum Perjanjian
Hubungan Kerja terjadi karena adanya Kerja
perjanjian kerja antara pengusaha dengan Menurut hukum Eropa Kontinental, dalam
pekerja/buruh (Pasal 50 Undang-Undang Pasal 1320 KUH Perdata atau Pasal 1365
Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 dan UU Buku IV NBW (BW Baru) Belanda,
No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja) mempersyaratkan harus adanya:
Teori dan Asas-asas Hukum Perjanjian 1. Kesepakatan kedua belah pihak
Kerja (toesteming/izin).
• Subyek hukum ketenagakerjaan terdiri dari : 2. Kecakapan/kewenangan bertindak untuk
1. Pengusaha/majikan (Sebagai pemberi melakukan perbuatan hukum dan
kerja/subyek hukum 3. Obyek perjanjian (onderwerp
perorangan). derovereenskomst)

2. Pekerja/buruh (sebagai pelaksna 4. Kausa yang halal (geoorloofde oorzaak)


pekerjaan/subyek hokum perorangan). Unsur-Unsur Perjanjian
3. Organisasi Pekerja dan organisasi 1. Adanya bagian/unsur sebagai inti (pokok)
pengusaha (subyek hokum badan). perjanjian (disebut juga essensialia0, yaitu
HUBUNGAN INDUSTIAL
unsur mutlak (absolut) keberadaannya, apabila 3. Tidak dapat mensyaratkan adanya masa
tidak ada maka perjanjian menjadi tidak sah. percobaan kerja.
2. Adanya bagian/unsur bukan inti (pokok) 4. Hanya dapat digunakan untuk pekerjaan
perjanjian, ada 2 bentuk : tertentu yang menurut sifat atau kegiatannya
akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu:
a. Naturalia, bagian perjanjian yang bersifat
mangatur terhadap pihak-pihak a. Pekerjaan yang sekali selesai atau
sementara,
b. Aksidentalia, bagian tambahan yang bersifat
mengikat pihak-pihak b. Penyelesaiannya paling lama 3 tahun,
Asas-asas perjanjian c. Bersifat musiman,
1. Kebebasan berkontrak d. Berhubungan dengan produk baru, produk
tambahan, masih percobaan, masih penjajakan.
2. Konsensualisme
5. Masa perjanjian paling lama 2 tahun,
3. Kepercayaan dengan perpanjangan 1 kali (paling lama 1
4. Kekuatan mengikat tahun).

5. Persamaan dalam hukum 6. Pembaharuan harus melewati tenggang


waktu 30 hari (hanya untuk 1 kali) paling lama
6. Keseimbangan 2 tahun
7. Kepastian hokum Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu
(PKWTT)
8. Moral
Diatur di dalam Pasal 60 hingga Pasal 63
9. Kepatutan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003,
10. Kebiasaan dimana di dalamnya memuat hal-hal umum
perjanjian kerja, sebagai berikut :
jenis-jenis perjanjian kerja berdasarkan
dua kualifikasi 1. Dapat mensyaratkan masa percobaan paling
lama 3 bulan.
1. Menurut masa berlakunya perjanjian.
2. Selama masa percobaan upahnya dilarang di
a. Perjanjian Kerja Waktu Terntentu (PKWT) bawah upah minimum.
b. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu 3. Mengatur tentang berakhirnya perjanjian
(PKWT) kerja.
2. Menurut cara pekerjaan dilaksanakan. 4. Jika perjanjian kerja dibuat secara lisan,
a. Perjanjian Kerja biasa. maka harus dibuat surat pengangkatan kerja.

b. Perjanjian pemborongan pekerjaan. Pembagian Perjanjian Kerja Menurut Cara


Pekerjaan Dilaksanakan
c. Perjanjian penggunaan pekerja dari
perusahaan penyedia jasa pekerja. 1. Perjanjian Kerja Biasa

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) Perjanjian antara pekerja/buruh dengan


pengusaha atau pemberi
• Diatur di dalam pasal 57 hingga Pasal 59
Undang-Undang kerja, memuat syarat-syarat kerja serta hak-
hak dan kewajiban para pihak diatur Pasal 50
Nomor 13 Tahun 2003, dimana di dalamnya Pasal 63 UU No. 13 Tahun 2003 baik PKWT
memuat ketentuanketentuan sebagai berikut: mapun PKWTT, sebagai mana dijelaskan pada
bagian terdahulu.
1. Didasarkan atas jangka waktu tertentu atau
selesainya suatu pekerjaan. 2. Perjanjian Pemborongan Pekerjaan (Pasal
65 UU. No. 13 Tahun 2003)
2. Harus dibuat secara tertulis.
Adalah bentuk perjanjian yang dilakukan oleh 1. PANDANGAN TRADISIONAL
satu perusahaan untuk menyerahkan sebagian
pekerjaan pada dan untuk dilaksanakan Kelompok ini memandang bahwa semua
olehperusahaan lainnya. konflik bersifat buruk dan tidak baik, karena
senantiasa berpotensi menimbulkan kekerasan,
Persyaratan yang harus dipenuhi : kerusakan, irasional,
1) Perjanjian pemborongan pekerjaan harus sehingga destruktif dan merugikan organisasi.
dibuat secara tertulis.
2. PANDANGAN HUBUNGAN MANUSIA
2) Ada pembatasan jenis-jenis pekerjaan yang
dapat diserahkan (diborongkan). Kelompok ini memandang bahwa konflik
merupakan sesuatu yang wajar, tidak
3) Persyaratan badan hukum bagi perusahaan terelakkan dan seringkali bisa bermanfaat
pemborong pekerjaan. untuk organisasi anggota organisasi,
tergantung pada bagaimana organisasi
4) Persyaratan perlindungan kerja dan syarat- memandang serta mengelola konflik.
syarat kerja bagi pekerja yang bekerja pada
perusahaan pemborong pekerjaan. 3. PANDANGAN INTERAKSIONIS
3. Perjanjian Penggunaan Pekerja dengan Kelompok ini berpandangan bahwa konflik
Perusahaan Penyedia Jasa bersifat konstruktif dan fungsional
(bermanfaat), karena menimbulkan kreativitas,
Pekerja (Pasal 66 UU No. 13 Tahun 2003). dan inovasi. Mereka beranggapan bahwa
Adalah bentuk perjanjian antara perusahaan kelompok yang senantiasa kooperatif, tenang,
dengan perusahaan penyedia jasa damai dan serasi cenderung statis, apatis dan
pekerja/buruh (outsourcing) untuk tidak tanggap terhadap perubahan. (Stephen P.
menyediakan pekerja dipekerjakan di Robbins, 2002).
perusahaannya.
Bentuk-Bentuk Perselisihan
Persyaratan :
Hak
1) Pembatasan jenis jenis pekerjaan yang
dapat menggunakan pekerja dari • Perselisihan yang timbul karena tidak
dipenuhinya hak, akibat adanya perbedaan
penyedia jasa pekerja. pelaksanaan atau penafsiran terhadap
2) Persyaratan perlindungan kerja, ketentuan perundang-undangan, PK, PP, atau
perlindungan upah, syarat-syarat kerja, serta PKB
penyelesaian perselisihan. Kepentingan
PENYELESAIAN PERSELISIHAN • Perselisihan yang timbul dalam hubungan
HUBUNGAN INDUSTRIAL kerja karena tidak aanya kesesuaian pendapat
Pengertian dan Makna Perselisihan Hubungan mengenai pembuatan, dan atau perubahan
syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam PK,
Industrial atau PP, atau PKB
• Jenis-Jenis Konflik oranisasi :
1. Konflik Vertikal, konflik antara atasan PHK
dengan bawahan atau menajemen dengan
pegawai • Perselisihan yang timbul karean tidak adanya
ksesuaian pendapat mengenai pengakhiran
2. Konflik Horisontal, konflik antar bawahan hubungan kerja yang dilakukan salah satu
(antar pekerja), misalnya konflik antar Serikat pihak
Pekerja.
Antar SP/SB
3. Konflik Diagonal, konflik antara anggato
organisasi dengan pihak luar organisasi. • Perselisihan antar SP dengan SP lain hanya
dalam satu perusahaan, karena tidak adanya
Pandangan Dalam Konflik kesesuaian paham mengenai keanggotan,
HUBUNGAN INDUSTIAL
pelaksanaan hak dan kewajiban dengan kesepakatan oleh masing-masing
keserikatperkajaan. pihak.
1. Penyelesaian Perselisihan Secara Bi- • Produk penyelesaiannya berupa persetujuan
partit bersama (PB).
• Perselisihan menyangkut perselisihan • Apabila tidak dicapai kesepakatan, maka
kepentingan, perselisihan hak, perselisihan konsiliator mengeluarkan anjuran tertulis
PHK maupun perselisihan antar SP/SB.
4. Arbitase
• Dilaksanakan secara langsung oleh pihak–
pihak (pekerja dan pengusaha/manajemen) • Menyangkut perselisihan kepentingan,
secara musyawarah, tanpa melibatkan pihak perselisihan PHK dan perselisihan SP/SB
ketiga dan merupakan awal langkah • Menggunakan jasa arbiter (wasit atau juru
penyelesaian. runding), yang berasal dari kalangan
• Bentuk penyelesaiannya berupa Persetujuan profesional dan yang ditunjuk melalui
Bersama. kesepakatan masing-masing pihak.

• Apabila tidak berhasil dicapai persetujuan • Produk hasil penyelesaian berupa nota
bersama, maka pihak-pihak dapat bersepakat kesepakatan,
untuk melanjutkan penyelesaian ke tahap • Apabila tidak dicapai kesepakatan, maka
kedua, dimana ada 3 opsi penyelesaian, yaitu arbiter mengeluarkan putusan
melalui cara :
• Kasasi ke Mahkamah Agung
• Mediasi, Konsiliasi, atau Arbitrasi
PERLINDUNGAN, PENGUPAHAN DAN
2. Penyelesaian Perselisihan Dengan Cara KESEJAHTERAAN PEKERJA
Mediasi
JENIS PERLINDUNGAN KERJA (Zaeni
• Penyelesaian perselisihan tingkat kedua Asyhadie, Hukum Ketenagakerjaan Bidang
apabila penyelesaian secara bi-partit tidak Hubungan Kerja (2007:78))
berhasil mencapai persetujuan bersama,
dilaksanakan melalui jasa mediator (penengah) 1. Perlindungan Sosial, perlindungan bagi
sebagai pihak ketiga yang merupakan pegawai pekerja anak agar mampu menjalani
pemerintah di bidang ketenagakerjaan, setelah kehidupan masa depannya, perlindungan bagi
mendapat limpahan perkara dari pihakpihak pekerja wanita agar selain bekerja juga mampu
yang berselisih. mengurus dan merawat keluarganya, jaminan
kesehatan dan sebagainya.
• Hasil penyelesaian diharapkan berupa
persetujuan Bersama (PB), sedangkan apabila 2. Perlindungan Tekni, tentang keselamatan
tidak tercapai kesepakatan, maka mediator dan kesehatan kerja
mengeluarkan produk yang bernama anjuran
3. Perlindungan Ekonomis, jaminan
tertulis
pengupahan, kesejahteraan pekerja dan
• Apabila anjuran tidak diterima oleh salah keluarganya dan sebagainya.
satu atau kedua pihak (melalui
jawaban anjuran), maka pihak-pihak dapat
mengajukan penyelesaian ke Peradilan
Hubungan Industrial. Bab X Bagian Kesatu Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 mulai Pasal 67 hingga Pasal
3. Konsiliasi
87, tentang jenis serta sasaran perlindungan,
• Menyangkut perselisihan kepentingan, terdiri dari:
perselisihan PHK dan perselisihan SP/SB,
1. Perlindungan Pekerja Penyandang Cacat
dengan menggunakan jasa pihak ketiga yaitu
jasa konsiliator (juru damai), yang ditunjuk 2. Perlindungan Pekerja Anak
3. Perlindungan Pekerja Perempuan
4. Perlindungan Waktu Kerja sehingga dinamakan dengan anak yang
terpaksa bekerja.
5. Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Perlindungan Pekerja Perempuan
Perlindungan Pekerja Penyandang Cacat 1. Seorang perempuan memiliki fungsi ganda
dalam kehidupannya. Pertama, fungsi utama
Pasal 67 ayat 1 UU No 13 Tahun 2003 yang bersifat nurture, yaitu untuk mengurus
“Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja keluarga, merawat, membesarkan dan
penyandang cacat wajib memberikan mendidik anak. Kedua, fungsi tambahan yaitu
perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat untuk mendukung tugas suami sebagai kepala
kecacatannya”. Beberapa kebijakan yang telah keluarga dengan bekerja dan berusaha untuk
ditetapkan menyangkut tentang: menambah penghasilan suami. Oleh karena
itu, harus dilakukan upaya perlindungan agar
1. Kewajiban bagi perusahaan untuk fungsi utamanya tidak tergeser oleh fungsi
menyediakan kesempatan kerja bagi tambahan.
penyandang cacat.
2. Secara natural (kodrati), seorang perempuan
2. Jenis-jenis pekerjaan yang disediakan harus memiliki tugas dan fungsi-fungsi alami yang
disesuaikan dengan tingkat dan jenis kecacatan tidak bisa dihindari, yaitu fungsi hamil,
yang dimiliki. melahirkan dan menyusui bayi, dimana peran
tersebut tidak dinisbikan oleh fungsi
3. Dilarang melakukan diskriminasi terhadap
tambahan, sehingga harus dilakukan
pekerja penyandang cacat, sepanjang ada
perlindungan.
kesamaan dalam pekerjaan yang sama dan
prestasi yang sama. Perlindungan Waktu Kerja dan Waktu
Istirahat
4. Kewajiban untuk menyediakan sarana, pra-
sarana, lingkungan kerja dan fasilitas kerja 1. Fungsi Fisik. Bahwa secara jasmani dan
yang memadai sesuai tingkat dan jenis mental pekerja sebagai manusia memiliki
kecacatannya. keterbatasan waktu untuk bekerja.
Perlindungan Pekerja Anak 2. Fungsi Sosial. Setiap pekerja akan
memerlukan waktu yang cukup untuk merawat
Pasal 68 UU No 13 tahun 2003
keluarganya, bersosialisasi dengan teman dan
1. Seorang anak belum memiliki kapasitas kerabatnya, merayakan hari-hari besar sosial
yang mencukupi secara fisik, mental, moral dan keagamaan, serta menikmati waktu luang
dan sosial untuk melaksanakan dan (leisure) dengan keluarga, kerabat dan teman-
bertanggung jawab atas pekerjaan yang temannya.
dilakukannya. Sehingga apabila dipaksakan
Beberapa aturan yang telah ditetapkan dalam
maka akan merugikan bahkan membahayakan
perlindungan waktu kerja dan waktu istirahat
bukan saja bagi anak itu sendiri, tetapi juga
adalah:
perusahaan dan orang-orang lain di tempat
kerja. 1. Pembatasan waktu kerja. Maksimal 7 jam
sehari dan 40 jam seminggu untuk waktu kerja
2. Seorang anak di usia sekolah harus diberi
6 hari kerja seminggu, atau 8 jam sehari dan
kesempatan seluasluasnya untuk belajar,
40 jam seminggu untuk waktu kerja 5 hari
sebagai persiapan menjalani masa depan
kerja seminggu. Dalam keadaan dan untuk
dirinya dan keluarganya. Sehingga apabila
pekerjaan tertentu dapat menyimpang dengan
waktunya digunakan untuk bekerja, maka menggunakan peluang kerja lembur (over
kesempatan tersebut dapat terhalangi. time).

3. Ada pengecualian bagi anak untuk dapat 2. Hak pekerja untuk mendapat istirahat dari
dipekerjakan antara usia 13 sampai 15 tahun pekerjaannya, yaitu:
untuk melakukan pekerjaan ringan, sepanjang
a. Istirahat dalam jam kerja sekurang-
tidak mengganggu perkembangan dan
kurangnya setengah jam.
pertumbuhan fisik, mental, moral dan sosial,
HUBUNGAN INDUSTIAL
b. Istirahat mingguan selama 1 hari kerja Perlindungan Upah
untuk waktu 6 hari kerja seminggu, dan 2 hari
untuk waktu kerja 5 hari seminggu. Substansi yang diatur dalam perlindungan
upah terdiri dari:
c. Cuti tahunan selama 12 hari kerja bagi
pekerja yang telah memiliki masa kerja 12 1. Upah Minimum
bulan terus menerus. 2. Upah Kerja Lembur
d. Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 3. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan;
bulan, untuk dilaksanakan pada tahun ketujuh
selama 1 bulan dan tahun kedelapan selama 1 4. Upah tidak masuk kerja karena melakukan
bulan. pekerjaan lain di luar pekerjaannya;

e. Kesempatan bagi pekerja untuk beribadah 5. Upah karena menjalankan hak waktu
sesuai kewajiban agamanya. istirahat kerja

f. Istirahat pada hari-hari libur resmi. 6. Bentuk dan cara pembayaran upah
Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan 7. Denda dan potongan upah
Kerja
8. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan
Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja upah;
dimaksudkan untuk melindungi pekerja dari
9. Struktur dan skala pengupahan yang
risiko-risiko fisik, mental dan sosial yang
proporsional;
mungkin timbul berkaitan dengan hal-hal yang
berhubungan dengan pekerjaannya langsung 10. Upah untuk pembayaran pesangon; dan
maupun tidak langsung, sepert :
11. Upah untuk perhitungan pajak
• risiko kecelakaan kerja, penghasilan.
• peledakan, Ketentuan dalam Perlindungan Upah
• kebakaran, 1. Upah minimum ditetapkan berdasarkan
kebutuhan hidup layak dengan memperhatikan
• penyakit akibat kerja,
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
• serta moral dan kesusilaan.
2. Pengaturan pengupahan yang ditetapkan
Pengupahan atas kesepakatan antara pengusaha dan
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat
Sudut Pandang Pengupahan buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan
1. Pekerja. Memandang upah sebagai alat pengupahan yang ditetapkan peraturan
untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan perundang-undangan yang berlaku.
keluarganya (sandang, pangan, papan, sosial). 3. Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh
2. Pengusaha. Memandang upah sebagai faktor tidak melakukan pekerjaan (Pasal 93 ayat (1)
produksi yang harus diperhitungkan dalam Undang–undang No. 13 Tahun 2003), kecuali:
unsur biaya perusahaan. a. Pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat
3. Pemerintah. Upah merupakan salah satu melakukan pekerjaan;
variabel untuk menentukan tingkat b. Pekerja/buruh perempuan yang sakit pada
kesejahteraan masyarakat dan tingkat hari pertama dan kedua masa haidnya
pertumbuhan ekonomi nasional seperti, tingkat sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;
konsumsi/daya beli masyarakat, pertumbuhan
perusahaan, lapangan kerja, tingkat inflasi. c. Pekerja/buruh tidak masuk kerja karena
menikah, menikahkan, mengkhitankan,
4. Multi dimensi upah. Upah dapat dilihat dari membaptiskan anaknya, istri melahirkan atau
dimensi ekonomi sosial, politik, keamanan/ keguguran kandungan, suami/istri atau anak
ketertiban, budaya, hukum. atau menantu atau orang tua atau mertua atau
anggota keluarga dalam satu rumah meninggal e. istri melahirkan atau keguguran kandungan,
dunia; dibayar untuk selama 2 (dua) hari;
d. Pekerja/buruh tidak dapat melakukan f. suami/ istri, orang tua/ mertua atau anak atau
pekerjaannya karena sedang menjalankan menantu meninggal dunia, dibayar untuk
kewajiban terhadap negara; selama 2 (dua) hari; anggota keluarga dalam
satu rumah meninggal dunia, dibayar untuk
e. Pekerja/buruh tidak dapat melakukan selama 1 (satu) hari.
pekerjaannya karena menjalankan ibadah yang
diperintahkan agamanya; Kesejahteraan Pekerja
f. Pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan Pertama, ketentuan tentang Jaminan Sosial
yang telah dijanjikan tetapi pengusaha tidak Tenaga Kerja, yang untuk selanjutnya telah
mempekerjakannya, baik karena kesalahan diatur di dalam peraturan perundang-undangan
sendiri maupun halangan yang seharusnya tersendiri sejak Peraturan Pemerintah Nomor
dapat dihindari pengusaha; 33 Tahun 1977 tentang Asuransi Sosial
Tenaga Kerja, lalu diperbaiki dengan Undang-
g. Pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat; Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan
h. Pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat Sosial Tenaga Kerja, terakhir diatur oleh
pekerja/serikat buruh atas persetujuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
pengusaha; Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan.
i. Pekerja/buruh melaksanakan tugas
pendidikan dari perusahaan Kedua, mengatur penyelenggaraan fasilitas
kesejahteraan pekerja, baik yang disediakan
4. Upah yang dibayarkan kepada pekerja / oleh perusahaan maupun di Kelola oleh
buruh yang sakit sebagaimana dimaksud pekerja/buruh atau oleh serikat pekerja/buruh,
dalam ayat (2) huruf a sebagai berikut: dalam bentuk koperasi pekerja/buruh.
a. untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar NEGOSIASI DALAM HUBUNGAN
100% (serratus perseratus) dari upah; KERJA
b. untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% Kegiatan yang bersifat Negosiasi dalam
(tujuh puluh lima perseratus) dari upah; Hubungan Industrial
c. untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% 1. Negosiasi pada saat proses perjanjian kerja
(lima puluh perseratus); individual, sebelum terjadinya hubungan kerja.
d. untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua 2. Negosiasi pada saat proses penyusunan
puluh lima perseratus) dari upah sebelum Perjanjian Kerja Bersama (colective labor
pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh agreement), antara pengusaha dengan serikat
pengusaha. pekerja/buruh maupun gabungan pengusaha
dengan gabungan serikat pekerja/buruh.
5. Upah yang dibayarkan kepada
pekerja/buruh yang tidak masuk bekerja 3. Negosiasi dalam hal penerapan dan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c pelaksanaan perjanjian kerja maupun
sebagai berikut: perjanjian kerja bersama, jika dalam
pelaksanaannya dinilai ada hal-hal yang tidak
a. pekerja/ buruh menikah, dibayar untuk
sesuai dengan materi perjanjian.
selama 3 (tiga) hari;
4. Negosiasi dalam hal terjadinya perbedaan
b. menikahkan anaknya, dibayar untuk selama
pendapat antara pengusaha dengan pekerja dan
2 (dua) hari;
atau serikat pekerja/buruh, mengenai tujuan
c. mengkhitankan anaknya, dibayar untuk yang akan dicapai maupun cara mencapai
selama 2 (dua) hari; tujuan.

d. membaptiskan anaknya, dibayar untuk 5. Negosiasi mengenai jenis pekerjaan serta


selama 2 (dua) hari; cara melaksanakan pekerjaan
HUBUNGAN INDUSTIAL
6. Negosiasi mengenai usulan dan dukungan untuk mencapai harapan masa
pemenuhannya, berkaitan dengan depan
kepentingan-kepentingan di luar materi yang
telah diperjanjikan. Hakeket Negosiasi Dalam Hi

7. Dan sebagainya berkaitan dengan hubungan 1. Adanya dua pihak (pekerja-pengusaha)


kerja. yang satu sama lain saling berhadapan,
berkaitan dengan perbedaan tentang: tujuan
Integrasi dan harmonisasi pekerja dan yang ingin dicapai, cara pencapaian tujuan,
pengusaha pemenuhan kebutuhan pekerja, pencapaian
kepentingan pekerja, serta proses hubungan
• tujuan pekerja dan pengusaha sebagai kerja.
anggota Organsiasi
2. Adanya keinginan kedua pihak untuk
1. Mencapai tujuan organisasi yang timbul dari mewujudkan konsiliasi dan harmonisasi.
kepentingan bersama untuk menjaga
kelangsungan hidup organisasi (sustainability). 3. Adanya kesetaraan kedudukan dengan sikap
saling ketergantungan satu sama lain
2. Mencapai dan memenuhi tujuan individu, (interdependensi).
yang timbul dari kebutuhan dan kepentingan
diri, untuk memenuhi keinginan dan harapan 4. Dilakukan dengan cara: komunikatif,
dalam rangka mengembangkan hidup akomodatif, persuasif, serta keterbukaan,
(development). menghindarkan cara dan perilaku yang koersif,
represif dan ingin menang sendiri.
• Klasifikasi kebutuhan pekerja:
5. Dilakukan dengan cara yang rasional, untuk
1. Kebutuhan fisik pokok (kebutuhan primer): tujuan dan kepentingan yang lebih besar dan
Terpenuhinya kebutuhan makan, minum, tidur, lebih luas.
pakaian, seks, udara, suhu.
6. Setiap pihak harus senantiasa membangun
2. Kebutuhan sosial dan psikologis (kebutuhan dan memelihara nilai-nilai dirinya, untuk
sekunder): Seperti pikiran, perasaan, pergaulan meningkatkan posisi tawar dalam perundingan
sosial, misal: harga diri, pengakuan, (bargaining position).
ketenangan, kepastian, memiliki, memberi dan
menerima kasih sayang. 7. Perundingan yang tidak lancar, tidak efektif
dan tidak efisien, akan menimbulkan kerugian
• Hirarki Kebutuhan Teori Maslow bagi semua pihak.
1. Kebutuhan fisik dasar, 8. Jalannya perundingan yang tidak sehat dan
2. Rasa aman dan adanya jaminan, hasilnya dipaksakan (tidak
musyawarah/mufakat), akan mempengaruhi
3. Rasa memiliki dan kebutuhan sosial, proses hubungan industrial lebih lanjut.
4. Penghargaan dan status, 9. Menggambarkan kehidupan demokrasi
melalui system representasi.
5. Perwujudan diri.
10. Tuntutan kebutuhan negosiasi makin
• Materi perjanjian kerja baik individu maupun
meningkat, sejalan dengan:
kolektif :
a. Meningkatnya partisipasi pekerja (employee
1. Pekerjanjian Fisik – Ekonomi
participation).
Mengatur dan memenuhi kebutuhan tentang
b. Restrukturisasi sistem penghargaan (award
upah, kesejahteraan, jaminan social, waktu
restructuring).
kerja, kondisi kerja, keselamatan kerja.
c. Meningkatnya persaingan antar perusahaan.
2. Pernjanjian Sosial – Psikologis
d. Rasionalisasi perusahaan (merger, akuisisi,
Mengatur dan memenuhi rasa aman, jaminan
dll.).
kepastian, perlakuan manusiawi, hubungan
relasitas yang baik dan kekelurgaan, serta
e. Meningkatnya kebutuhan perundingan dari lembaga penyelesaian perselisihan
kolektif dalam rangka membuat Perjanjian hubungan industrial.
Kerja Bersama (collective labour agreement).
Pengecualian Pasal: 154 Uu 13/ 2003
11. Kompetensi negosiator
1. Dalam masa percobaan
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
2. Mengundurkan diri ( tanpa mengajukan
Pemutusan hubungan kerja adalah syarat ).
Pengakhiran hubungan kerja karena suatu Hal
tertentu yang mengakibatkan Berakhirnya hak 3. Mencapai usia pensiun (peraturan
dan kewajiban antara Pekerja dan pengusaha. perusahaan / pkb ).

Prinsip PHK 4. Berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu


( pkwt ).
§ PHK hanya dapat terjadi apabila pekerja dan
pengusaha memiliki hubungan kerja; 5. Pekerja meninggal dunia.

• (Hubungan kerja: Hubungan antara Alasan phk yang dilarang uu Pasal: 153
pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan uuk
perjanjian kerja, yang mempunyai unsur 1. Pekerja sakit selama 12 bulan ( max ) terus
pekerjaan, upah dan perintah). menerus .
§ PHK tidak terjadi tanpa ada 2. Pekerja memenuhi kewajiban negara.
kesalahan/pelanggaran/keadaan tertentu.
3. Pekerja menjalankan ibadah agamanya.
PHK dikualifikasi sebagai perselisihan
karena: 4. Pekerja menikah, hamil, melahirkan atau
gugur kandungan.
a) Pekerja menolak di PHK;
5. Pekerja menyusui bayinya yang telah diatur
b) Pekerja menolak kompensasi PHK; oleh pk / pp / pkb.
c) Pekerja keberatan dengan alasan PHK; 6. Karena pertalian darah atau ikatan
d) Pekerja keberatan dengan cara pelaksanaan perkawinan kecuali dalam pp /Pkb.
PHK; 7. Pekerja mendirikan,menjadi anggota dan
e) Pengusaha tetap pada pendirian untuk atau pengurus serikat Pekerja,melakukan
melakukan PHK; dan kegiatan serikat pekerja diluar jam kerja atau
di Dalam jam kerja atas dasar kesepakatan
f) Kesepakatan terhadap rencana PHK tidak pengusaha (pp/pkb).
tercapai dalam Bipartit. Yang berhak
mengakhiri hubungan kerja 8. Pekerja mengadukan pengusaha kepada
yang berwajib karena Pengusaha melakukan
a) Pengusaha b) Pekerja tindak pidana.
c) Pengadilan 9. Karena perbedaan paham, agama, aliran
politik, sara, jenis kelamin, Kondisi fisik, atau
Persyaratan Umum Phk status perkawinan.
• Pengusaha Harus Memperoleh Penetapan 10. Pekerja dalam keadaan cacat, atau sakit
Dari Lembaga Penyelesaian Perselisihan akibat kecelakaan kerja.
Hubungan Industrial.
Alasan Phk Yang Uu Diperkenankan
• (PASAL 151 AYAT 3 UU NO.13 TH 2003).
Dalam hal perundingan sebagaimana 1. Karena pekerja melakukan kesalahan berat.
dimaksud dalam ayat (2) benar-benar tidak ( pasal 158 uu no. 13 / 2003 )
menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya
dapat memutuskan hubungan kerja dengan 2. Perusahaan tutup akibat mengalami
pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan kerugian terus menerus selama 2 tahun, atau
keadaan memaksa (force majeur). Harus ada
HUBUNGAN INDUSTIAL
bukti dari akuntan publik independen untuk 2 KOMPENSASI PHK
tahun terakhir. ( pasal 164 ayat 1 dan 2 uu no.
13 / 2003 ). Kompensasi yang diterima pekerja yang di
phk tergantung pada jenis
3. Perusahaan melakukan efisiensi /
rasionalisasi (pasal 164, ayat 3 uu no. 13 / Perjanjian kerjanya:
2003 ). 1. Kompensasi pkwt = ganti rugi
4. Karena perusahaan berubah status, 2. Kompensasi pkwtt = pesangon, upmk & uph
penggabungan, peleburan, atau perubahan
kepemilikan( pasal 163, no. 13 / 2003 ) Kompensasi PKWT
5. Pekerja melakukan pelanggaran perjanjian • RUMUS KOMPENSASI PKWT SBB*:
kerja, peraturan perusahaan (pp), atau
• GANTI RUGI = ( MASA PKWT- MASA
perjanjian kerja bersama.syaratnya pekerja ybs
KERJA) X UPAH
diberikan surat peringatan i, ii, dan iii secara
berturut - turut. (pasal 161 no. 13/ 2003 ). • * Dasar hukumnya pasal 62 UU No.13 /
2003.
6. Karena perusahaan pailit (pasal 165 uu
no.13 / 2003). Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan
kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang
7. Pekerja mangkir selama 5 hari atau lebih
ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu
berturut- turut tanpa keterangan dan bukti
tertentu, atau berakhirnya hubungan kerja
yang sah dan pengusaha telah memanggilnya 2
bukan karena ketentuan sebagaimana
kali secara patut dan tertulis.(pasal 168 uu
dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1), pihak yang
no.13 / 2003 ).
mengakhiri hubungan kerja diwajibkan
8. Pekerja tidak dapat melakukan pekerjaan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya
selama 6 bulan (minimal) karena dalam Proses sebesar upah pekerja/buruh sampai batas
perkara pidana bukan ataspengaduan waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian
pengusaha. (pasal 160 uu no. 13 / 2003). kerja.
9. Pekerja yang mengalami sakit Kompensasi Pkwtt
berkepanjangan, cacat akibat kecelakaan kerja
• besaran pesangon yang diterima pekerja
sehingga tidak dapat bekerja setelah
tergantung Pada 3 hal sbb:
melampaui batas 12 bulan dapat mengajukan
phk.(pasal 172 uu no. 13 / 2003 ). 1. Alasan phk :
10.karena pengusaha melakukan perbuatan sbb 2. Masa kerja *
:
3. Besaran upah tetap bln terakhir **
A. Menganiaya, menghina atau mengancam
pekerja. • * lihat tabel pasal 156 ayat 2 uuk.

B. Menyuruh pekerja melakukan perbuatan • ** lihat pasal 157 uuk. (upah dimaksud
yang melanggar uu. adalah upah pokok + tunjangan tetap)

C. Tidak membayar upah tepat waktu selama 3 • Besaran uph (uang penggantian hak)
bulan berturut-turut. • terdiri dari 3 hal sbb *:
D. Tidak melakukan kewajiban yang telah 1. Biaya pulang ke tempat asal (khusus)
dijanjikan.
2. Uang pengganti cuti yang belum diambil **
E. Memerintahkan pekerja untuk
melaksanakan pekerjaan di luar yang 3. Uang perumahan dan pengobatan ***.
diperjanjikan ,
F. Memberikan pekerjaan yang
membahayakan jiwa, kesehatan, keselamatan,
dan kesusilaan. (pasal 169 uu no. 13 / 2003 )

Anda mungkin juga menyukai