• Hubungan Kerja adalah hubungan antara 4. Kewenangan hukum para pihak (competent
pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan legal parties0 dan pokok persoalan yang sah
perjanjian kerja, yang mempunyai unsur-unsur (legal subject matter)
pekerjaan, upah dan perintah. Teori dan Asas-asas Hukum Perjanjian
Hubungan Kerja terjadi karena adanya Kerja
perjanjian kerja antara pengusaha dengan Menurut hukum Eropa Kontinental, dalam
pekerja/buruh (Pasal 50 Undang-Undang Pasal 1320 KUH Perdata atau Pasal 1365
Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 dan UU Buku IV NBW (BW Baru) Belanda,
No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja) mempersyaratkan harus adanya:
Teori dan Asas-asas Hukum Perjanjian 1. Kesepakatan kedua belah pihak
Kerja (toesteming/izin).
• Subyek hukum ketenagakerjaan terdiri dari : 2. Kecakapan/kewenangan bertindak untuk
1. Pengusaha/majikan (Sebagai pemberi melakukan perbuatan hukum dan
kerja/subyek hukum 3. Obyek perjanjian (onderwerp
perorangan). derovereenskomst)
• Apabila tidak berhasil dicapai persetujuan • Produk hasil penyelesaian berupa nota
bersama, maka pihak-pihak dapat bersepakat kesepakatan,
untuk melanjutkan penyelesaian ke tahap • Apabila tidak dicapai kesepakatan, maka
kedua, dimana ada 3 opsi penyelesaian, yaitu arbiter mengeluarkan putusan
melalui cara :
• Kasasi ke Mahkamah Agung
• Mediasi, Konsiliasi, atau Arbitrasi
PERLINDUNGAN, PENGUPAHAN DAN
2. Penyelesaian Perselisihan Dengan Cara KESEJAHTERAAN PEKERJA
Mediasi
JENIS PERLINDUNGAN KERJA (Zaeni
• Penyelesaian perselisihan tingkat kedua Asyhadie, Hukum Ketenagakerjaan Bidang
apabila penyelesaian secara bi-partit tidak Hubungan Kerja (2007:78))
berhasil mencapai persetujuan bersama,
dilaksanakan melalui jasa mediator (penengah) 1. Perlindungan Sosial, perlindungan bagi
sebagai pihak ketiga yang merupakan pegawai pekerja anak agar mampu menjalani
pemerintah di bidang ketenagakerjaan, setelah kehidupan masa depannya, perlindungan bagi
mendapat limpahan perkara dari pihakpihak pekerja wanita agar selain bekerja juga mampu
yang berselisih. mengurus dan merawat keluarganya, jaminan
kesehatan dan sebagainya.
• Hasil penyelesaian diharapkan berupa
persetujuan Bersama (PB), sedangkan apabila 2. Perlindungan Tekni, tentang keselamatan
tidak tercapai kesepakatan, maka mediator dan kesehatan kerja
mengeluarkan produk yang bernama anjuran
3. Perlindungan Ekonomis, jaminan
tertulis
pengupahan, kesejahteraan pekerja dan
• Apabila anjuran tidak diterima oleh salah keluarganya dan sebagainya.
satu atau kedua pihak (melalui
jawaban anjuran), maka pihak-pihak dapat
mengajukan penyelesaian ke Peradilan
Hubungan Industrial. Bab X Bagian Kesatu Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 mulai Pasal 67 hingga Pasal
3. Konsiliasi
87, tentang jenis serta sasaran perlindungan,
• Menyangkut perselisihan kepentingan, terdiri dari:
perselisihan PHK dan perselisihan SP/SB,
1. Perlindungan Pekerja Penyandang Cacat
dengan menggunakan jasa pihak ketiga yaitu
jasa konsiliator (juru damai), yang ditunjuk 2. Perlindungan Pekerja Anak
3. Perlindungan Pekerja Perempuan
4. Perlindungan Waktu Kerja sehingga dinamakan dengan anak yang
terpaksa bekerja.
5. Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Perlindungan Pekerja Perempuan
Perlindungan Pekerja Penyandang Cacat 1. Seorang perempuan memiliki fungsi ganda
dalam kehidupannya. Pertama, fungsi utama
Pasal 67 ayat 1 UU No 13 Tahun 2003 yang bersifat nurture, yaitu untuk mengurus
“Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja keluarga, merawat, membesarkan dan
penyandang cacat wajib memberikan mendidik anak. Kedua, fungsi tambahan yaitu
perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat untuk mendukung tugas suami sebagai kepala
kecacatannya”. Beberapa kebijakan yang telah keluarga dengan bekerja dan berusaha untuk
ditetapkan menyangkut tentang: menambah penghasilan suami. Oleh karena
itu, harus dilakukan upaya perlindungan agar
1. Kewajiban bagi perusahaan untuk fungsi utamanya tidak tergeser oleh fungsi
menyediakan kesempatan kerja bagi tambahan.
penyandang cacat.
2. Secara natural (kodrati), seorang perempuan
2. Jenis-jenis pekerjaan yang disediakan harus memiliki tugas dan fungsi-fungsi alami yang
disesuaikan dengan tingkat dan jenis kecacatan tidak bisa dihindari, yaitu fungsi hamil,
yang dimiliki. melahirkan dan menyusui bayi, dimana peran
tersebut tidak dinisbikan oleh fungsi
3. Dilarang melakukan diskriminasi terhadap
tambahan, sehingga harus dilakukan
pekerja penyandang cacat, sepanjang ada
perlindungan.
kesamaan dalam pekerjaan yang sama dan
prestasi yang sama. Perlindungan Waktu Kerja dan Waktu
Istirahat
4. Kewajiban untuk menyediakan sarana, pra-
sarana, lingkungan kerja dan fasilitas kerja 1. Fungsi Fisik. Bahwa secara jasmani dan
yang memadai sesuai tingkat dan jenis mental pekerja sebagai manusia memiliki
kecacatannya. keterbatasan waktu untuk bekerja.
Perlindungan Pekerja Anak 2. Fungsi Sosial. Setiap pekerja akan
memerlukan waktu yang cukup untuk merawat
Pasal 68 UU No 13 tahun 2003
keluarganya, bersosialisasi dengan teman dan
1. Seorang anak belum memiliki kapasitas kerabatnya, merayakan hari-hari besar sosial
yang mencukupi secara fisik, mental, moral dan keagamaan, serta menikmati waktu luang
dan sosial untuk melaksanakan dan (leisure) dengan keluarga, kerabat dan teman-
bertanggung jawab atas pekerjaan yang temannya.
dilakukannya. Sehingga apabila dipaksakan
Beberapa aturan yang telah ditetapkan dalam
maka akan merugikan bahkan membahayakan
perlindungan waktu kerja dan waktu istirahat
bukan saja bagi anak itu sendiri, tetapi juga
adalah:
perusahaan dan orang-orang lain di tempat
kerja. 1. Pembatasan waktu kerja. Maksimal 7 jam
sehari dan 40 jam seminggu untuk waktu kerja
2. Seorang anak di usia sekolah harus diberi
6 hari kerja seminggu, atau 8 jam sehari dan
kesempatan seluasluasnya untuk belajar,
40 jam seminggu untuk waktu kerja 5 hari
sebagai persiapan menjalani masa depan
kerja seminggu. Dalam keadaan dan untuk
dirinya dan keluarganya. Sehingga apabila
pekerjaan tertentu dapat menyimpang dengan
waktunya digunakan untuk bekerja, maka menggunakan peluang kerja lembur (over
kesempatan tersebut dapat terhalangi. time).
3. Ada pengecualian bagi anak untuk dapat 2. Hak pekerja untuk mendapat istirahat dari
dipekerjakan antara usia 13 sampai 15 tahun pekerjaannya, yaitu:
untuk melakukan pekerjaan ringan, sepanjang
a. Istirahat dalam jam kerja sekurang-
tidak mengganggu perkembangan dan
kurangnya setengah jam.
pertumbuhan fisik, mental, moral dan sosial,
HUBUNGAN INDUSTIAL
b. Istirahat mingguan selama 1 hari kerja Perlindungan Upah
untuk waktu 6 hari kerja seminggu, dan 2 hari
untuk waktu kerja 5 hari seminggu. Substansi yang diatur dalam perlindungan
upah terdiri dari:
c. Cuti tahunan selama 12 hari kerja bagi
pekerja yang telah memiliki masa kerja 12 1. Upah Minimum
bulan terus menerus. 2. Upah Kerja Lembur
d. Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 3. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan;
bulan, untuk dilaksanakan pada tahun ketujuh
selama 1 bulan dan tahun kedelapan selama 1 4. Upah tidak masuk kerja karena melakukan
bulan. pekerjaan lain di luar pekerjaannya;
e. Kesempatan bagi pekerja untuk beribadah 5. Upah karena menjalankan hak waktu
sesuai kewajiban agamanya. istirahat kerja
f. Istirahat pada hari-hari libur resmi. 6. Bentuk dan cara pembayaran upah
Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan 7. Denda dan potongan upah
Kerja
8. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan
Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja upah;
dimaksudkan untuk melindungi pekerja dari
9. Struktur dan skala pengupahan yang
risiko-risiko fisik, mental dan sosial yang
proporsional;
mungkin timbul berkaitan dengan hal-hal yang
berhubungan dengan pekerjaannya langsung 10. Upah untuk pembayaran pesangon; dan
maupun tidak langsung, sepert :
11. Upah untuk perhitungan pajak
• risiko kecelakaan kerja, penghasilan.
• peledakan, Ketentuan dalam Perlindungan Upah
• kebakaran, 1. Upah minimum ditetapkan berdasarkan
kebutuhan hidup layak dengan memperhatikan
• penyakit akibat kerja,
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
• serta moral dan kesusilaan.
2. Pengaturan pengupahan yang ditetapkan
Pengupahan atas kesepakatan antara pengusaha dan
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat
Sudut Pandang Pengupahan buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan
1. Pekerja. Memandang upah sebagai alat pengupahan yang ditetapkan peraturan
untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan perundang-undangan yang berlaku.
keluarganya (sandang, pangan, papan, sosial). 3. Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh
2. Pengusaha. Memandang upah sebagai faktor tidak melakukan pekerjaan (Pasal 93 ayat (1)
produksi yang harus diperhitungkan dalam Undang–undang No. 13 Tahun 2003), kecuali:
unsur biaya perusahaan. a. Pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat
3. Pemerintah. Upah merupakan salah satu melakukan pekerjaan;
variabel untuk menentukan tingkat b. Pekerja/buruh perempuan yang sakit pada
kesejahteraan masyarakat dan tingkat hari pertama dan kedua masa haidnya
pertumbuhan ekonomi nasional seperti, tingkat sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;
konsumsi/daya beli masyarakat, pertumbuhan
perusahaan, lapangan kerja, tingkat inflasi. c. Pekerja/buruh tidak masuk kerja karena
menikah, menikahkan, mengkhitankan,
4. Multi dimensi upah. Upah dapat dilihat dari membaptiskan anaknya, istri melahirkan atau
dimensi ekonomi sosial, politik, keamanan/ keguguran kandungan, suami/istri atau anak
ketertiban, budaya, hukum. atau menantu atau orang tua atau mertua atau
anggota keluarga dalam satu rumah meninggal e. istri melahirkan atau keguguran kandungan,
dunia; dibayar untuk selama 2 (dua) hari;
d. Pekerja/buruh tidak dapat melakukan f. suami/ istri, orang tua/ mertua atau anak atau
pekerjaannya karena sedang menjalankan menantu meninggal dunia, dibayar untuk
kewajiban terhadap negara; selama 2 (dua) hari; anggota keluarga dalam
satu rumah meninggal dunia, dibayar untuk
e. Pekerja/buruh tidak dapat melakukan selama 1 (satu) hari.
pekerjaannya karena menjalankan ibadah yang
diperintahkan agamanya; Kesejahteraan Pekerja
f. Pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan Pertama, ketentuan tentang Jaminan Sosial
yang telah dijanjikan tetapi pengusaha tidak Tenaga Kerja, yang untuk selanjutnya telah
mempekerjakannya, baik karena kesalahan diatur di dalam peraturan perundang-undangan
sendiri maupun halangan yang seharusnya tersendiri sejak Peraturan Pemerintah Nomor
dapat dihindari pengusaha; 33 Tahun 1977 tentang Asuransi Sosial
Tenaga Kerja, lalu diperbaiki dengan Undang-
g. Pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat; Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan
h. Pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat Sosial Tenaga Kerja, terakhir diatur oleh
pekerja/serikat buruh atas persetujuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
pengusaha; Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan.
i. Pekerja/buruh melaksanakan tugas
pendidikan dari perusahaan Kedua, mengatur penyelenggaraan fasilitas
kesejahteraan pekerja, baik yang disediakan
4. Upah yang dibayarkan kepada pekerja / oleh perusahaan maupun di Kelola oleh
buruh yang sakit sebagaimana dimaksud pekerja/buruh atau oleh serikat pekerja/buruh,
dalam ayat (2) huruf a sebagai berikut: dalam bentuk koperasi pekerja/buruh.
a. untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar NEGOSIASI DALAM HUBUNGAN
100% (serratus perseratus) dari upah; KERJA
b. untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% Kegiatan yang bersifat Negosiasi dalam
(tujuh puluh lima perseratus) dari upah; Hubungan Industrial
c. untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% 1. Negosiasi pada saat proses perjanjian kerja
(lima puluh perseratus); individual, sebelum terjadinya hubungan kerja.
d. untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua 2. Negosiasi pada saat proses penyusunan
puluh lima perseratus) dari upah sebelum Perjanjian Kerja Bersama (colective labor
pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh agreement), antara pengusaha dengan serikat
pengusaha. pekerja/buruh maupun gabungan pengusaha
dengan gabungan serikat pekerja/buruh.
5. Upah yang dibayarkan kepada
pekerja/buruh yang tidak masuk bekerja 3. Negosiasi dalam hal penerapan dan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c pelaksanaan perjanjian kerja maupun
sebagai berikut: perjanjian kerja bersama, jika dalam
pelaksanaannya dinilai ada hal-hal yang tidak
a. pekerja/ buruh menikah, dibayar untuk
sesuai dengan materi perjanjian.
selama 3 (tiga) hari;
4. Negosiasi dalam hal terjadinya perbedaan
b. menikahkan anaknya, dibayar untuk selama
pendapat antara pengusaha dengan pekerja dan
2 (dua) hari;
atau serikat pekerja/buruh, mengenai tujuan
c. mengkhitankan anaknya, dibayar untuk yang akan dicapai maupun cara mencapai
selama 2 (dua) hari; tujuan.
• (Hubungan kerja: Hubungan antara Alasan phk yang dilarang uu Pasal: 153
pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan uuk
perjanjian kerja, yang mempunyai unsur 1. Pekerja sakit selama 12 bulan ( max ) terus
pekerjaan, upah dan perintah). menerus .
§ PHK tidak terjadi tanpa ada 2. Pekerja memenuhi kewajiban negara.
kesalahan/pelanggaran/keadaan tertentu.
3. Pekerja menjalankan ibadah agamanya.
PHK dikualifikasi sebagai perselisihan
karena: 4. Pekerja menikah, hamil, melahirkan atau
gugur kandungan.
a) Pekerja menolak di PHK;
5. Pekerja menyusui bayinya yang telah diatur
b) Pekerja menolak kompensasi PHK; oleh pk / pp / pkb.
c) Pekerja keberatan dengan alasan PHK; 6. Karena pertalian darah atau ikatan
d) Pekerja keberatan dengan cara pelaksanaan perkawinan kecuali dalam pp /Pkb.
PHK; 7. Pekerja mendirikan,menjadi anggota dan
e) Pengusaha tetap pada pendirian untuk atau pengurus serikat Pekerja,melakukan
melakukan PHK; dan kegiatan serikat pekerja diluar jam kerja atau
di Dalam jam kerja atas dasar kesepakatan
f) Kesepakatan terhadap rencana PHK tidak pengusaha (pp/pkb).
tercapai dalam Bipartit. Yang berhak
mengakhiri hubungan kerja 8. Pekerja mengadukan pengusaha kepada
yang berwajib karena Pengusaha melakukan
a) Pengusaha b) Pekerja tindak pidana.
c) Pengadilan 9. Karena perbedaan paham, agama, aliran
politik, sara, jenis kelamin, Kondisi fisik, atau
Persyaratan Umum Phk status perkawinan.
• Pengusaha Harus Memperoleh Penetapan 10. Pekerja dalam keadaan cacat, atau sakit
Dari Lembaga Penyelesaian Perselisihan akibat kecelakaan kerja.
Hubungan Industrial.
Alasan Phk Yang Uu Diperkenankan
• (PASAL 151 AYAT 3 UU NO.13 TH 2003).
Dalam hal perundingan sebagaimana 1. Karena pekerja melakukan kesalahan berat.
dimaksud dalam ayat (2) benar-benar tidak ( pasal 158 uu no. 13 / 2003 )
menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya
dapat memutuskan hubungan kerja dengan 2. Perusahaan tutup akibat mengalami
pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan kerugian terus menerus selama 2 tahun, atau
keadaan memaksa (force majeur). Harus ada
HUBUNGAN INDUSTIAL
bukti dari akuntan publik independen untuk 2 KOMPENSASI PHK
tahun terakhir. ( pasal 164 ayat 1 dan 2 uu no.
13 / 2003 ). Kompensasi yang diterima pekerja yang di
phk tergantung pada jenis
3. Perusahaan melakukan efisiensi /
rasionalisasi (pasal 164, ayat 3 uu no. 13 / Perjanjian kerjanya:
2003 ). 1. Kompensasi pkwt = ganti rugi
4. Karena perusahaan berubah status, 2. Kompensasi pkwtt = pesangon, upmk & uph
penggabungan, peleburan, atau perubahan
kepemilikan( pasal 163, no. 13 / 2003 ) Kompensasi PKWT
5. Pekerja melakukan pelanggaran perjanjian • RUMUS KOMPENSASI PKWT SBB*:
kerja, peraturan perusahaan (pp), atau
• GANTI RUGI = ( MASA PKWT- MASA
perjanjian kerja bersama.syaratnya pekerja ybs
KERJA) X UPAH
diberikan surat peringatan i, ii, dan iii secara
berturut - turut. (pasal 161 no. 13/ 2003 ). • * Dasar hukumnya pasal 62 UU No.13 /
2003.
6. Karena perusahaan pailit (pasal 165 uu
no.13 / 2003). Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan
kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang
7. Pekerja mangkir selama 5 hari atau lebih
ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu
berturut- turut tanpa keterangan dan bukti
tertentu, atau berakhirnya hubungan kerja
yang sah dan pengusaha telah memanggilnya 2
bukan karena ketentuan sebagaimana
kali secara patut dan tertulis.(pasal 168 uu
dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1), pihak yang
no.13 / 2003 ).
mengakhiri hubungan kerja diwajibkan
8. Pekerja tidak dapat melakukan pekerjaan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya
selama 6 bulan (minimal) karena dalam Proses sebesar upah pekerja/buruh sampai batas
perkara pidana bukan ataspengaduan waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian
pengusaha. (pasal 160 uu no. 13 / 2003). kerja.
9. Pekerja yang mengalami sakit Kompensasi Pkwtt
berkepanjangan, cacat akibat kecelakaan kerja
• besaran pesangon yang diterima pekerja
sehingga tidak dapat bekerja setelah
tergantung Pada 3 hal sbb:
melampaui batas 12 bulan dapat mengajukan
phk.(pasal 172 uu no. 13 / 2003 ). 1. Alasan phk :
10.karena pengusaha melakukan perbuatan sbb 2. Masa kerja *
:
3. Besaran upah tetap bln terakhir **
A. Menganiaya, menghina atau mengancam
pekerja. • * lihat tabel pasal 156 ayat 2 uuk.
B. Menyuruh pekerja melakukan perbuatan • ** lihat pasal 157 uuk. (upah dimaksud
yang melanggar uu. adalah upah pokok + tunjangan tetap)
C. Tidak membayar upah tepat waktu selama 3 • Besaran uph (uang penggantian hak)
bulan berturut-turut. • terdiri dari 3 hal sbb *:
D. Tidak melakukan kewajiban yang telah 1. Biaya pulang ke tempat asal (khusus)
dijanjikan.
2. Uang pengganti cuti yang belum diambil **
E. Memerintahkan pekerja untuk
melaksanakan pekerjaan di luar yang 3. Uang perumahan dan pengobatan ***.
diperjanjikan ,
F. Memberikan pekerjaan yang
membahayakan jiwa, kesehatan, keselamatan,
dan kesusilaan. (pasal 169 uu no. 13 / 2003 )