Anda di halaman 1dari 9

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

ARSITEKTUR KONSTEKSTUAL
Dosen Pengampu : Ir. Ibrahim Tohar, M.T.

INTERPRETASI MAKNA KULTURAL


KAWASAN KAMPUNG MAJAPAHIT
MOJOKERTO

NAMA KELOMPOK
1. Gibran Carnelio -1441900025
2. Kefin Setyawan -1441900021
3. Agus Setyawan -1441900088
4. Fatrik Faza D.P -1441900095
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Studi


Bedasarkan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah RIPPDA
Kabupaten Mojokerto tahun 2007 tentang wisata budaya dan peninggalan sejarah,
dimana terdapat situs bersejarah yang memiliki nilai kultural yang tinggi yang
lokasinya terdapat di Kecamatan Trowulan, yaitu situs bekas kerajaan Majapahit
yang dikembangkan menjadi Mojopahit Park. Mojopahit Park merupakan komplek
situs sejarah Kerajaan Mojopahit yang terdiri atas beberapa peninggalan sejarah
berupa candi, museum Mojopahit, dan juga Kampung Majapahit. Kampung Majapahit
sendiri merupakan sebuah rencana kampung tematik yang memiliki ciri desain
arsitektural zaman Majapahit.

Pembangunan rumah Majapahit di Kampung Majapahit ini menjadi suatu


inovasi dalam pengembangan pariwisata di Trowulan. Rumah Majapahit diharapkan
dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan sekaligus sebagai konsep desa
wisata Kampung Majapahit. Proses pembangunan rumah budaya Majapahit
dilakukan tidak serta merta dibangun begitu saja, melainkan melalui berbagai
pertimbangan yang dilakukan sebelum terealisasinya pembangunan ini.

1.2 Permasalahan
terdapat beberapa warga yang melakukan pemanfaatan rumah Majapahit tidak
sesuai dengan harapan dan tujuan dari perencanaan pembangunan rumah
Majapahit. Beberapa pemanfaatan yang tidak sesuai dengan harapan dan tujuan
yang telah direncanakan seperti dijadikan sebagai warung kopi, toko kelontong, salon
kecantikan dan sebagainya.
Sebagian besar warga yang melakukan ketidaksesuaian pemanfaatan rumah
Majapahit dahulunya telah menekuni profesi seperti berjualan sembako, sehingga
adanya pembangunan rumah Majapahit juga dimanfaatkan untuk kembali membuka
toko sembako. Selain itu ada pula yang dikarenakan keinginan untuk beralih profesi
dari sebelumnya seperti salah satu warga yang dulunya berprofesi sebagai
pengerajin batu bata setelah adanya rumah majapahit memutuskan untuk membuka
warung makan. Hal ini merupakan dampak positif dari pembangunan rumah
Majapahit yang dapat meningkatkan atau membuka peluang bagi warga untuk
menambah penghasilannya. Namun pemanfaatan yang dilakukan tersebut kurang
sesuai dengan perencanaan awal pembangunan rumah Majapahit yang diharapkan
dapat dimanfaatkan sebagai homestay, art shop, dan penunjang program desa
wisata.

Rumah majapahit yang sesuai


pemanfaatan sebagai art shop

Rumah majapahit yang tidak


sesuai pemanfaatan dijadikan
sebagai toko & warung kopi
2.1 Pembahasan
a. Deskripsi obyek studi
Kampung Majapahit Mojokerto berlokasi di Desa Bejijong Kecamatan
Trowulan Kabupaten Mojokerto Jawa Timur. 

Sumber: Peta Garis Kabupaten Mojokerto, 2012


2.2 Foto Obyek
Bangunan rumah majapahit di kampung majapahit mojokerto
BAB II
INTERPRETASI MAKNA KULTURAL

1.1 Analisis atau interpretasi terhadap aktivitas masyarakat

Secara umum, kesibukan masyarakat Desa Bejijong selain pengrajin


patung adalah di bidang pertanian. Namun, dalam perkembangannya,
masyarakat juga mulai aktif dan produktif dalam memanfaatkan peluang
desa wisata yang ada. Dimana, mulai terbentuk kegiatan wisata seperti,
penyediaan homestay, warung makan, galeri seni dan kerajinan, batik
Trowulan. Kerja sama antara masyarakat menumbuhkan kesadaran mereka
akan keuntungan desa wisata Kampung Majapahit ini. Disisi lain, juga
mendapat berbagai sosialisasi dari Pemprov Jatim mengenai cara melayani
wisatawan dan mengetahui apa saja yang dibutuhkan dan apa yang
menarik wisatawan untuk datang ke Kampung Majapahit. Hal ini membuat
masyarakat semakin tertarik untuk terlibat dalam kegiatan kepariwisataan.
Disamping itu, di desa wisata kampung Majapahit ini, disediakan paket
wisata untuk wisatawan, diantaranya: wisata edukasi pertanian, wisata
edukasi kerajinan patung cor kuningan, dan wisata edukasi batik Trowulan.

1.2 Analisis atau interpretasi terhadap artefak


Salah satu kajian arkeologis menarik jaman Majapahit adalah arsitektur
bangunannya. Apalagi setelah para arkeolog menemukan bahwa di Situs
Segaran, halaman selatan Museum Majapahit (Museum Trowulan) Mojokerto,
terdapat Situs Pemukiman terlengkap sepanjang masa Majapahit. Di situs ini
terdapat sisa-sisa bangunan berupa lantai halaman, dinding batu bata, gentong,
pecahan keramik, sumur serta saluran drainase.
Hasil perbandingan antara sisa peninggalan dengan relief-relief candi
yang menampilkan bangunan masa Majapahit, situs pemukiman ini lebih
mengarah pada kompleks bangunan hunian yang ditempati para kawula
(masyarakat biasa) Majapahit. Tentu saja, bangunan untuk rakyat jelata ini
berbeda dengan bangunan milik bangsawan atau keluarga raja.
Gambaran rumah Gambaran rumah
pada relief Candi Minak Jinggo pada relief Candi Tegowangi

temuan arkeologis yang tersebar di Situs Segaran. Di sana terdapat sisa-sisa bangunan  berupa lantai
halaman, dinding bata, gentong, pecahan gerabah, sumur serta saluran drainase.
Berdasarkan temuan-temuan itu para arkeolog dan pecinta arsitektur klasik
merekontruksi rumah hunian jaman Majapahit. Hasilnya, berupa rumah yang berdiri di
atas batur, berangka kayu, berdinding gedek (anyaman bambu) dan sebagian papan
kayu. Atapnya ada yang berupa sirap dan genting berhias ukel. Lantainya berupa
susunan batu bata.

lantai rumah dengan susunan batu bata

halaman rumah dengan perkerasan batu andesit


BAB III
KESIMPULAN

1. Belum ada strategi yang diterapkan untuk mengendalikan ketidaksesuaian yang


terjadi. Karena anggapan dari Pemerintah yang menyatakan bahwa tidak ada
ketidaksesuaian yang dilakukan oleh warga. Namun dari pihak terkait telah
melakukan upaya pengendalian ketidaksesuaian pemanfaatan yaitu dengan
menitipkan hasil karya berupa batik majapahitan kepada beberapa warga
penerima rumah Majapahit untuk dijual.
2. Belum ada pengelolaan secara khusus yang menangani rumah Majapahit
ataupun desa wisata perkampungan Majapahit, seperti pembentukan badan
pengelola desa wisata. Sementara ini hanya ada program lanjutan setelah
pembangunan rumah Majapahit berupa pembangunan pagar Majapahitan yang
dilaksanakan pada bulan September 2016.

SARAN
Saran untuk pengembangan pariwisata serta mengendalikan ketidaksesuaian
pemanfaatan rumah Majapahit yang terjadi di Desa Bejijong antara lain :
1. Pembinaan secara periodik kepada warga Desa Bejijong dalam bidang pariwisata.
Baik pembinaan mengenai pemanfaatan rumah Majapahit secara tepat maupun
pembinaan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola dan
mengembangkan potensi pariwisata yang dimiliki.
2. Pembentukan badan pengelola desa wisata untuk mewujudkan Trowulan sebagai
destinasi wisata Perkampungan Majapahit. Badan pengelola sangat dibutuhkan
terutama agar dapat mengendalikan arah pemanfaatan pembangunan rumah
Majapahit guna mencapai tujuan yang telah direncanakan. Adanya badan
pengelola nantinya dapat melakukan evaluasi dari program pembangunan rumah
Majapahit, sehingga dapat menentukan langkah ataupun program-program
pengembangan lanjutan dalam mewujudkan destinasi wisata Perkampungan
Majapahit.

Anda mungkin juga menyukai