Kepala Seksi Pendidikan Dasar Kecamatan Palmerah Kota Administrasi Jakarta Barat
mengesahkan Laporan hasil penelitian Tindakan Sekolah ( PTS ) dengan judul :
Disyahkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 13 September 2012
Kepala Seksi Pendidikan Dasar
Kecamatan Palmerah Jakarta Barat
H .Kholil , M.M.Pd
Nip.196310271986031011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah serta kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian
Tindakan ini dengan baik.
Akhirnya peneliti berharap agar Tim penilai OJL dapat memberikan penilaian
terhadap Laporan Penelitian Tindakan ini, sebagai salah satu persyaratan untuk
melengkapi laporan On Job Learning
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah........................................................................ 8
C. Perumusan Masalah ....................................................................... 9
D. Tujuan Penelitian............................................................................. 9
E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 10
sekolah memiliki peran utama dan sangat menentukan, terutama dalam membina dan
sumber daya manusia melalui pendidikan di sekolah, banyak faktor yang ikut
dua bagian yaitu faktor intern sekolah dan faktor ekstern sekolah. Lingkungan fisik,
antara lain gedung, sekolah, ruang kelas dengan pengaturan ventilasi dan
perpustakaan, ruang kepala sekolah, dan ruang guru, buku pelajaran, buku
sekolah, pagar sekolah, halaman untuk bermain dan olahraga, serta peraturan tata
antar komunitas sekoilah, nilai-nilai yang berkembang dan berlaku dalam lingkungan
suasana dan iklim proses kegiatan belajar mengajar, kepatuhan dan ketaatan seluruh
Faktor ekstern lingkungan fisik dan lingkungan sosial. antara lain, gedung-
perdagangan), pasar tradisional, daerah terpencil, daerah banjir, dan tempat mangkal
pedagang kaki lima. Sedangkan lingkungan sosial meliputi : hubungan dan komunitas
serta moral untuk mengarah kepada hal yang baik dan benar sesuai dengan tujuan
dan menyenangkan, hal ini tentunya kepala sekolah melalui kinerjanya dapat
sehingga siswa belajar lebih aktif, dengan keaktifan siswa tersebut, tentunya kepada
sekolah juga harus dapat memenuhi kompetensi guru sebagai fasilitator yang dapat
mengubah perilaku belajar siswa yang lemah menjadi nilai tambah terhadap
sarana dan prasarana serta biaya apabila seluruh komponen tersebut memenuhi
syarat tertentu dalam meningkatkan mutu. Namun dari beberapa komponen tersebut
yang lebih banyak berperan adalah tenaga kependidikan yang bermutu yaitu yang
kependidikan yang profesional tidak akan terwujud begitu saja tanpa adanya upaya
mempunyai peran penting dalam hal ini adalah kepala sekolah, dimana kepala sekolah
dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan
kompetensi guru tidak hanya berhenti pada kompetensi pribadinya saja, melainkan
Profesionalitas guru tidak hanya menguasai bidang ilmu, bahan ajar, dan metode yang
tepat, akan tetapi mampu memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi
Sebagai contoh yang dapat kita ambil didasarkan pada fenomena yang baru-
baru dialami oleh siswa SMU, dimana hasil belajar atau kelulusan ujian nasional,
banyak siswa yang gagal pada tingkat kelulusan, bila disadari, siapakah yang
bertanggung jawab dalam hal ini ? siswa, guru, sistem atau pemerintah terkait. Oleh
karena itu, gejala demikian apabila tidak dicarikan solusinya akan menjadi bumerang
pada pendidikan di negeri kita ini. Untuk itu kesiapan guru pada sejumlah
kompetensinya menjadi hal yang sangat urgen dalam dalam mengelola kelas,
Bertitik tolak dari hal di atas, maka pendidikan merupakan tanggung jawab
ditentukan oleh kuantitas dan kekayaan sumber alam. Untuk itu melalui pembinaan
dan kompetensi terhadap guru diharapkan mutu pendidikan akan lebih meningkat,
pendidikan, sehingga guru dapat dijadikan sebagai modal dasar untuk mengupayakan
kemajuan bangsa, seperti terungkap dalam naskah Propenas, Bab IV, tentang arah
Sumber daya manusia yang berkualitas tidak muncul begitu saja, tetapi harus
melalui suatu proses pendidikan, yang juga harus berkualitas tinggi. Upaya untuk
pendidikan juga didasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat
dan tidak terduga sehingga guru kiranya perlu mengejar ketinggalan dibidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, sebagaimana yang diamanatkan dalam propernas. Usaha
mempunyai tiga dimensi yaitu masukan, proses, dan hasil. Dimensi masukan antara
lain guru, sarana dan prasarana, dana, lingkungan dan siswa. Sementara dimensi
proses berorientasi pada metode, cara, prosedur, strategi, dan pendekatan dalam
guru untuk berperan aktif dalam rangkan meningkatkan mutu pendidikan. Penyediaan
guru agar mereka mampu menyusun soal-soal dengan baik dan menghasilkan
Atas dasar ini gejala yang tampak pada Sekolah Dasar Negeri Kemanggisan
19 pagi, Jakarta Barat sebagai salah unsur pembina lembaga sekolah yang memiliki
Satuan Pendidikan (KTSP) yang akan dilaksanakan dan dikembangkan, hal ini
tentunya terkait dengan kinerja guru dalam menyusun soal-soal, tetapi pada
pelaksanaannya Kepala Sekolah telah menjabarkan KTSP kepada guru, namun daya
serap siswa belum menjadi harapan, hal ini perlu dibuat kerangka pembinaan yang
menyusun soal-soal kurang berpedoman belum berpedoman pada apa yang termuat
dalam RPP, selain itu soal-soal yang disusun tidak masih memiliki tingkat validitas
dibentuk belum memiliki tingkat kebutuhan terhadap daya serap siswa sehingga perlu
suatu alat atau sarana yang dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusunan
soal-soal.
pengalaman belajar, organisasi pengalaman belajar, dan cara penilaian. Lalu, supaya
materi itu bermanfaat bagi siswa dan mudah diikuti, seyogyanya dilakukan studi
demikian secara keseluruh kondisi guru ini belum dapat dilakukan dengan optimal,
pendidikan telah berjalan dengan baik, tetapi belum mencapai pada standar kelulusan
yang telah dicanangkan oleh Dinas Pendidikan, sehingga perlu adanya suatu sarana
satu tugas utama yang harus dipahami dan dilaksanakan sepenuh hati, serta
akuntabel. Oleh karena itu guru tersebut dalam melaksanakan tugas, harus
memperhatikan berbagai hal penting terkait erat dalam menyusun soal seperti
pembuatan kisi-kisi dalam menentukan indikator terhadap materi ajar, dan membuat
dan tujuan belajar, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun tahap
setelah kegiatan selesai. Di samping itu indikator mutu pendidikan juga dapat
meyakinkan adanya kemajuan dalam rangka menuju tercapainya sasaran dan atau
meningkatkan mutu pendidikan, maka perlu adanya pengkajian dan pembuktian baik
dalam menyusun soal ulangan semester melalui workshop di Sekolah Dasar Negeri
B. Identifikasi Masalah
Barat?
kompetensi guru?
5. Upaya apa yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru?
guru?
C. Perumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
kelas, akibatnya mutu pendidikan belum memenuhi standar yang diinginkan oleh
Dengan pemikiran awal yang sedemikian, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan dapat dimanfaatkan oleh pihak terkait
dan dijadikan ukuran terhadap mutu pendidikan. Secara lebih khusus pemanfaatan
hasil penelitian ini, utamanya untuk lembaga sekolah agar lebih memperhatikan
memuaskan pelanggan. Sehubungan dengan itu strategi yang mereka dapat lakukan,
melaksankaan atau mengelola proses belajar mengajar, (3) menilai kemajuan proses
belajar mengajar, dan (4) memperbaiki proses belajar mengajar berdasarkan hasil
evaluai dan informasi lainnya. Di samping untuk itu, keberhasilan strategi dalam
organisasi yang dijadikan lokus penelitian dapat memanfaatkan hasil penelitian ini,
untuk dipertimbangkan sebagai salah satu pola pembinaan bagi guru dalam
Jakarta Barat mampu memberikan layanan prima kepada guru dan siswa dalam
menunjang mutu pendidikan. Sedangkan manfaat lain dari hasil penelitian ini adalah,
secara terpadu yang mencakup aspek teoritik dan empirik terhadap kinerja Kepala
Sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru yang dapat dijadikan ukuran terhadap
A. Deskripsi Teori
Menurut Desi Anwar (2002; 79) Dalam kamus umum Bahasa Indonesia
kata kompetensi diartikan sebagai “kewenangan atau kekuasaan sesuatu hal. Hal
yang disebutkan terakhir nampaknya terlalu ideal dan terlalu teoritik, sebab dalam
seluruh mata pelajaran pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan dan guru
biasanya lebih suka memanfaatkan yang sudah ada apalagi jika yang
ini ditujukan untuk guru agar dapat membuat persiapan mengajar, baik berkaitan
kompetensi, maka seorang guru dapat menjabarkan mata pelajaran dalam arti
guru dalam merubah sikap dan prilaku anak untuk mencapai hasil belajar yang
mampu menyerap arti dari materi atau bahan yang telah diberikan (1991 ; 38).
oleh para guru pada tahap pengajaran. Kemampuan dasar ini akan dijadikan
2004) ”.
kembali apa yang pernah dipelajari, tetapi lebih dari itu kemampuan melibatkan
proses atau kegiatan mental sehingga lebih dinamis. Dengan demikian seorang
kompetensi pedagogik.
a. Kompetensi Profesional
b. Kompetensi Personal
menjadi sumber infensifikasi bagi subject memiliki kepribadian yang utuh dan
c. Kompetensi Sosial
d. Kompetensi Pedagogik
pengajaran.
dan bermanfaat bagi peserta didik. Sebagai acuan dalam melakukan analisis
Ashan yang dikutip oleh E. Mulyasa mencakup “analisis tugas (E. Mulyasa :
Disamping itu guru yang kompeten, yaitu seorang guru dalam membimbing dan
embina siswa hendaknya memberi teladan di tengah-tengah masyarakat baik
dalam sikap, tingkah laku dan tutur kata. Di tengah masyarakat ia dapat
Kedudukan guru seperti relevan dengan masa reformasi dewasa ini. Ia dapat
guru dalam memotivasi siswa dalam belajar. Guru yang berkompetensi dalam
guru dalam proses belajar mengajar ini meliputi banyak hal antara lain sebagai
suatu kualitas pengajaran yang berhasil. Oleh karena itu guru hendaknya
sebagai tenaga pengajar tentu harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan
profesinya, oleh sebab itu dalam penelitian ini dipilih tiga indikator kompetensi
besar daya serap siswa mampu mengaplikasikan materi yang diajarkan, dan
perangkat/paket tes atau beberapa paket tes paralel. Dasar acuan dalam merakit
dilakukan oleh dua orang atau lebih yang sama tingkat kompetensinya, akan
menghasilkan skor atau angka yang sama, atau jika orang yang sama
Materi ini akan disampaikan oleh fasilitator Direktorat PSMA, membahas spesifikasi kisi-
kisi UN 2012 dan perbedaannya dengan kisi-kisi UN tahun-tahun sebelumnya.
Materi ini berisi tentang berbagai informasi bagi para peserta tentang pengertian indikator
soal, cara merumuskan indikator soal yang dijabarkan dari indikator pencapaian KD,
berbagai teknik penulisan indikator soal yang mengacu pada aspek UKRK baik yang berisi
stimulus maupun tidak. Pada akhir kegiatan ini peserta diharapkan memiliki keterampilan
tentang cara merumuskan indikator soal, yang akan dijadikan dasar untuk menyusun kisi-
kisi soal.
Dalam sesi ini akan dibahas tentang pentingnya menyusun kisi-kisi soal ( blueprint)
sebelum penyusunan butir soal. Dengan adanya kisi-kisi soal, diharapkan peserta akan
lebih mudah merumuskan butir soal karena spesifikasi soal yang akan diujikan sudah jelas
dan terukur. Disamping itu pemetaan soal yang akan diujikan sesuai dengan SK-KD sudah
tertentu, sehingga penyebaran butir soal relatif merata sesuai dengan kebutuhan. Pada
akhir kegiatan ini, peserta akan menghasilkan dokumen kisi-kisi soal pemantapan ujian
nasional tahun pelajaran 2011-2012.
Pada sesi ini akan diinformasikan tentang aturan penulisan butir soal menyangkut aspek
substansi/materi, konstruksi dan kebahasaan. Materi ini merupakan dasar/acuan bagi
penulis soal sehingga soal yang dihasilkan diharapkan bermutu dan dapat mengukur
dengan tepat aspek yang hendak diukur. Pada akhir sesi ini pemahaman peserta
diharapkan dapat ditingkatkan, sehingga dapat merumuskan butir soal dengan baik sesuai
dengan kaidah yang telah ditetapkan.
7. Penulisan Butir Soal
Kegiatan penulisan butir soal dilakukan dalam bentuk kegiatan mandiri oleh peserta sesuai
dengan kisi-kisi yang telah disusun pada kegiatan sebelumnya. Dalam kegiatan penulisan
butir soal akan didampingi oleh tim fasilitator sesuai dengan pembagian tugasnya. Alokasi
waktu untuk kegiatan penulisan butir soal relatif lebih lama dibandingkan dengan sesi
lainnya, karena pada akhir sesi ini peserta wajib menyelesaikan butir soal yang telah ditulis
dalam bentuk kartu soal-kartu soal sebanyak 5 (lima) paket.
Kegiatan ini dilakukan untuk menganalisis butir soal secara kualitatif, agar soal yang
disusun sesuai dengan kisi-kisi dan kaidah penulisan butir soal. Kegiatan telaah butir soal
dilakukan menggunakan kartu telaah soal. Pada akhir sesi ini peserta wajib mengisi kartu
telaah dan melakukan edit terhadap soal yang dipandang tidak sesuai dengan ketentuan
pada kartu telaah. Editing dilakukan terhadap 5 (lima) paket butir soal yang telah disusun
pada kegiatan sebelumnya.
Perakitan tes dilakukan dalam rangka menyusun soal yang tertuang pada kartu soal
menjadi master naskah soal US tahun pelajaran 2011-2012. Soal-soal yang telah diedit
melalui kegiatan telaah soal, disusun menjadi naskah soal US tahun pelajaran 2011-2012.
Editing dilakukan pada saat finalisasi terkait dengan penataan tampilan naskah soal ( lay
out), pengaturan margin, spasi, keterbacaan, dan penggandaan master naskah soal US.
Pada akhir kegiatan ini akan tersusun 5 (lima) buah master naskah soal US tahun
pelajaran 2011-2012.
leksikal kata kepemimpinan berasal dari kata dasar pimpin, kemudian mendapat
prefik ke dan sufik an. Kata dasar pimpin memilki berbagai bentuk kata sehingga
saling berinteraksi secara intensif. Interaksi tersebut disusun dalam suatu struktur
dan prasartana dan lain-lain. Usaha untuk mengatur dan mengarahkan sumber
budaya kerja yang tinggi agar guru dapat melaksanakan tugas mengajarnya
pencapaian suatu tujuan tertentu. Pengarahan dalam hal ini berarti menyebabkan
orang lain bertindak dengan cara tertentu atau mengikuti arah tertentu. Pemimpin
yang berhasil, baik yang memimpin beberapa atau beratus - ratus guru. Seorang
pemipin yang efektif akan selalu mencari cara yang lebih baik. Seorang bisa
berkesinambungan dari lembaga sekolah. Sifat - sifat ini berbeda - beda pada
yang erat dengan motivasi. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan seorang
pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga pimpinan itu dalam
menciptakan motivasi dan meningkatkan kinerja guru dalam diri setiap guru,
kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi
suatu organisasi. Para pemimpin juga memainkan peranan kritis dalam membantu
seorang yang mampu mempengaruhi perilaku orang lain, sehingga mau mengikuti
dijelaskan pula bahwa ”Pemimpin dalam suatu organisasi adalah seseorang yang
manager dapat membawa mutu dari hasil pelaksanaan tugas pegawai yang lebih
memberikan motivasi yang baik kepada anak buahnya, salah satunya agar dapat
meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerjanya.Pemimpin yang baik bukan hanya
dengan usaha meningkatkan proses dan hasil kerja. Untuk itu keperluan analisis
pelaksanaan tugas, (3) menilai kemajuan proses hasil kerja, dan (4) menafsirkan
tugas.
yang ditujukan kepada pegawai yang mencakup indikator sebnagai berikut : (1)
beberapa macam hal, antara lain : jenis organisasi, situasi sosial dalam
cukup banyak agar seseorang yang akan menduduki jabatan pemimpin dapat
pemimpin adalah:
pergaulan.
4) Motivasi pribadi. Keinginan menjadi pimpinan harus dating dari jati dirinya
6) Kecakapan mengajar. Pemimpin adalah guru yang baik. Oleh karena itu
cukup banyak agar seseorang yang akan menduduki jabatan pemimpin dapat
merupakan pertimbangan yang sangat terkait dengan hati nurani dan memiliki
juga berorientasi pada karyawan. Menurut Rivai (2007 :67) bahwa “Gaya
yang berbeda (baik lingkungan fisik misalnya iklim, suhu udara, curah hujan,
diidentifikasikan berdasar atas sifat atau ciri yang dimiliki oleh para pemimpin.
teori ini, seseorang bisa belajar dan mengembangkan diri menjadi seorang
pemimpin yang efektif, tidak tergantung pada sifat-sifat yang sudah melekat
namun untuk menjadi seorang pemimpin dapat dipelajari dari apa yang
sensivity, yaitu dengan tepat dapat merasakan dan mengerti tingkah laku
berbagai kegiatan, dan salah satu yang akan dilaksanakan melalui kegiatan
depan sekolah yang ideal dan sekolah yang efektif, yang dapat memuaskan
untuk mewujudkan bayangan sekolah yang ideal dan efektif serta memuaskan
perubahan, jika sekolah itu telah bermutu sesuai atau melebihi keinginan,
Sebagai bahan perbandingan dengan penelitian ini, maka disajikan beberapa hasil
Dari hasil penelitian ini, diduga berlaku juga untuk penelitian tindakan
sebagai faktor utama yang paling menentukan dalam meningkatkan mutu pendidikan,
pendidikan. Oleh sebab itu kompetensi guru dalam mengajar sangat diperlukan,
pembelajaran.
memberi kekuatan bagi peserta didik dalam upaya mencapai mutu pendidikan.
besar terhadap tugas-tugas yang dikerjakan, dalam rangka membina kinerja guru,
sedangkan kompetensi mengajar guru merupakan hasil dari evaluasi belajar siswa
penguasaan materi yang diajarkan kepada siswa, sehingga siswa akan mengalami
suatu kegiatan, dan kegiatan tersebut disebut dengan kegiatan pendidikan. Dengan
D. Hipotesis Tindakan
hipotesis tindakan dalam penelitian ini terbagi dalam 3 (tiga) siklus yang mengambil
Barat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Dalam hubungan ini, pilihan lokasi penelitian didasarkan atas kemudahan, manfaat,
keterbatasan dana dan tenaga yang tersedia. Sementara itu, waktu yang digunakan
Pengawas, sehingga waktu yang digunakan dalam penelitian ini lebih kurang 4 bulan
yaitu dari Bulan Juni 2012 s.d. September 2012 dengan kegiatan penelitian sebagai
berikut:
Tabel
Jadwal Kegiatan Penelitian
adalah Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Model proses yang digunakan dalam
PTS ini adalah Model Proses Siklus (Putaran/Spiral) yang mengacu pada model
PTS Kemmis S, dan Mc. Taggert R yang dikutip oleh Arikunto. Model dari putaran
pada setiap siklusnya, yaitu (1) membuat rencana tindakan, (2) melaksanakan
Perencanaan
Siklus 1
Refleksi
Tindakan/
Observasi
Perbaikan
Rencana
Siklus 2 Refleksi
Tindakan/
Observasi Perbaikan
Rencana
Siklus 3
Refleksi
Tindakan/
Observasi
Gambar 3
Bagan Rancangan Pelaksanaan PTK Model Spiral (Arikunto, 2006 : 74)
2. Subjek/Partisipasi yang Terlibat Dalam Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh guru di SDN Kemanggisan 19 Pagi
Jakarta Barat yang berjumlah 13 orang guru. Sementara partisipan dalam penelitian
ini adalah Kepala Sekolah (peneliti sendiri) di SDN Kemanggisan 19 Pagi Jakarta
Barat, observer, dan Kepala Sekolah dari SD Negeri atau teman Sejawat selaku
laporan. Peneliti bukan sebagai peneliti murni, namun terlibat aktif dalam kegiatan
muncul dalam pembelajaran serta memikirkan solusi yang tepat sebagai alternatif
siklus. Mengingat penelitian ini dibatasi oleh ruang dan waktu maka dalam penelitian ini
akan dilaksanakan dalam dua siklus, dan tiap siklus terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
Perencanaan
adalah seluruh materi pembelajaran sekolah. Pada tiap siklus dilakukan satu kali
pertemuan dengan pemberian satu masalah yang berbeda-beda pada tiap
siklusnya.
tindakan sekolah baik untuk kepala sekolah maupun untuk guru yang akan diisi
oleh observer.
Tindakan
disusun dalam skenario pembelajaran. Dalam penelitian ini juga melibatkan observer
sebagai pengamat dalam proses penelitian. Yang dimaksud observer di sini adalah
Pengamatan/Observasi
dalam menyusun RPP, Silbus, dan Penggunaan metode mengajar guru yang
Refleksi
selanjutnya.
Pada saat proses kegiatan refleksi tersebut, antara peneliti dengan tim peneliti
mengadakan diskusi dan tanya jawab dengan tujuan untuk melakukan perbaikan
pada proses pembelajaran bagi peneliti pada putaran berikutnya. Proses refleksi
mulai perbaikan merupakan verifikasi data hasil pengamatan tim peneliti, sehingga
akan diperoleh data yang sama dan tepat antara peneliti dengan tim peneliti. Dari
verifikasi data hasil pengamatan tersebut akan diperoleh data yang akurat mengenai
kompetensi guru belum tercapai skor perolehan rata-rata nilai capaian minimal < 70,
kompetensi guru dilihat dari nilai capaian rata-rata sudah mencapai minimal >70 .
1. Apabila guru mampu menyusun RPP dan silabus dengan baik, diberi nilai 70 - 79
2. Abila guru mampu menyusun RPP dan silabus dengan baik, dapat
80 – 89
a. Siklus Pertama
1. Perencanaan
sebagai berikut:
Penelitian merencanakan tindakan sekolah berdasarkan penelitian yaitu:
dalam tahapan ini adalah: bahan ajar yang akan dijadikan penyusunan, silabus dan
RPP, dan penyusunan soal melaksanakan supervisi angket dan lembar observasi
dll.
2. Tindakan Pelaksanaan
kelamin.
dan penggunaan metode mengajar dan garis besar materi yang akan
dipelajari.
3. Pengamatan
Kepsek mengamati kegiatan pembelajaran pertemuan kesatu dengan
4. Refleksi
1. Perencanaan
Beberapa perangkat yang disiapkan dalam tahapan ini adalah: seluruh bahan ajar,
pemilihan metode, dan membuat draft penyusunan RPP dan Silabus, Tugas-tugas
2. Tindakan Pelaksanaan
Setelah kegiatan kelompok selesai, dilanjutkan dengan diskusi yang dipandu oleh
Kepsek untuk membahas hal-hal yang tidak atau belum terselesaikan dalam
kegiatan kelompok.
3. Pengamatan
dan Silabus
dan Silabus
4. Refleksi
1. Perencanaan
Beberapa perangkat yang disiapkan dalam tahapan ini adalah: bahan ajar, RPP,
2. Tindakan Pelaksanaan
Silabus
3. Pengamatan
4. Refleksi
b. Siklus Kedua
1. Perencanaan
Dalam perencanaan siklus kedua pertemuan kesatu, beberapa perangkat yang
disiapkan dalam tahapan ini adalah: bahan ajar, silabus, RPP, dan lembar
observasi .
2.Tindakan Pelaksanaan
Peneliti memberikan penjelasan tentang tata cara penyusunan RPP dan silbus
serta penggunaan metode mengajar guru yang termuat dalam garis besar materi
dipandu oleh guru untuk membahas hal-hal yang tidak atau belum terselesaikan
secara individu dan kelompok untuk guru terkait dengan metode yang akan
3. Pengamatan
4. Refleksi
1. Perencanaan
2. Tindakan Pelaksanaan
3. Pengamatan
Kepsek mengamati kegiatan penyusunan soal-soal dengan menitikberatkan
4. Refleksi
1. Perencanaan
Beberapa perangkat yang disiapkan dalam tahapan ini adalah: bahan ajar,
2. Tindakan Pelaksanaan
3. Pengamatan
4. Refleksi
Siklus III
Pada siklus III Kepala Sekolah bersama-sama dengan guru memperbaiki
penyusunan RPP, Silbus, Membuat Kisi-kisi Soal, membuat draft soal, serta
C. Instrumen Penelitian
a. Tes
b. Observasi
c. Kuesioner
d. RPP
e. Silabus
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes , observasi dan wawancara.
Tes dipergunakan untuk mendapatkan data tentang pengetahuan guru baik dalam
menyusun RPP, silabus, penggunaan metode, dan cara membuka dan menutup
F. Analisis Data
guru.
pengetahuan lainnya.
G. Indikator Keberhasilan
Hasil Kinerja Guru dikatakan tuntas jika angkanya lebih besar atau sama dengan 70,
dikatakan tidak tuntas jika angkanya kurang dari atau sama dengan 70. Penerapan
menyusun RPP, silabus, dan mengembangkan metode dengan baik keaktifan siswa
lebih besar atau sama dengan kriterian nilai 70 %, dikatakan tidak berhasil jika
Pembelajaran guru, dan penyusunan soal-soal kurang dari atau sama dengan 70 %
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Barat, yang diawali dengan perijinan Pengawas Sekolah untuk meneliti guru, dalam
Sedangkan untuk perolehan data yang akurat peneliti terjun langsung mencari dan
Dalam Menyusun Soal Melalui Kegiatan Workshop, merupakan salah satu tugas
melalui kinerja guru inilah tentunya mutu pendidikan akan dicapai. Untuk itu sebelum
melangkah mencapai mutu pendidikan, sumber daya guru sebagai peran sentral
untuk membentuk prilaku siswa dalam belajar. Sehingga tuntutan kompetensi guru
pembelajaran, akhir dari proses pembelajaran tentunya guru dituntut untuk memenuhi
pembuatan soal sebagai ukuran terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Untuk itu
Kepala Sekolah sebagai pemimpin perlu menata ulang terhadap sumber daya guru
keberhasilan guru dalam membuat soal merupakan pencabaran dari tugas akhir guru.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka Kepala Sekolah sebagai Pembina dan
sekolah ini, peneliti perlu mengetahui seberapa besar kompetensi guru dalam
disebarkan kepada guru dapat digambarkan pada tingkat kompetensi guru sebelum
Tabel 2
Persepsi Guru Dalam Menyusun Soal
Dari tabel di atas dapat diketahui, bahwa kompetensi guru dalam membuat
soal masih rendah, hal ini dilihat dari sebaran instrumen yang mengukur kadaan
kompetensi guru yang ada, mereka kesulitan untuk menentukan soal yang bermutu.
persepsi, bahwa soal yang disusun tidak mengarah pada tujuan pembelajaran
terdapat 6 orang guru atau 49%, dan nilai yang paling rendah terjadi pada aspek
kaidah penulisan soal, sehingga selama ini guru dalam membuat soal kurang
perlu adanya suatu pelatihan yang dapat meningkatkan kompetensi guru baik melalui
yang dilakukan selama 6 hari efektif, yaitu dari dari tanggal 1 s.d. 8 Agustus 2012
dan merupakan bagian dari kegiatan Siklus. Sedangkan sebagai fasilitator atau nara
sumber Kepala Sekolah mendatangkan pengawas yang dapat dijadikan sebagai Nara
Sumber. Untuk itu jadwal kegiatan workshop dapat dilihat pada lampiran.
Siklus I dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan yaitu pada hari; Senin, 3 Juli
2012, Jum’at, 27 Juli 2012, dan Jum’at, 3 Agustus 2012, pertemuan ketiga
adalah seluruh guru SDN Kemanggisan 19 Pagi Jakarta Barat, pada semester 1
penelitian tindakan sekolah dilakukan selama 6 hari atau 6 kali pertemuan, sebelum
kegiatan workshop dimulai guru mengisi daftar hadir, dan seluruhnya mengikuti
kegiatan workshop. Kegiatan workshop diawali dengan orientasi program. Pada
memberikan arahan dan bimbingan kepada guru dalam memahami pembuatan soal.
Hasil observasi selama pertemuan pertama siklus I kegiatan workshop dilihat pada
tabel 6 berikut
Tabel 6
Hasil Pengamatan Sikap Guru Dalam Kegiatan Penyusunan Soal
Dalam Rangka Menunjang Kompetensi Guru
Sekolah Dasar Negeri Kemanggisan 19 Pagi
Pada siklus I
1 Kesungguhan 7 51%
2 Kemampuan Bertanya 5 38%
3 Prakarsa 5 38%
4 Pemecahan Masalah 5 38%
5 Penyelesaian Tugas 7 51%
sehingga perlu ada perubahan yang dikembangkan dalam penelitian ini. Gambaran
guru yang memiliki nilai tertinggi pada aspek penyelesaian tugas, sehingga motivasi
dalam membuat soal masih dapat ditingkatkan, manakala guru tersebut dapat
mengembangkan ide-ide dan gagasan. Sedangkan pada pertemuan kedua siklus I yaitu
pada hari Rabu 27 Juli 2012, dengan materi seperti kaidah-kaidah pembuatan soal dan
mengembangkan butir soal. Dalam kegiatan ini guru dibagi menjadi 4 (lima) kelompok
masing-masing kelompok terdiri dari 3 orang guru, masing-masing kelompok untuk lebih
aktif dan menunjukkan prakarsa dalam perakitan soal dan kegiatan kelompok diakhiri
dengan presentasi, namun saat mempresentasi butir soal, dan setiap kelompok harus
Hasil kegiatan workshop pada siklus I ini berakhir memperlihatkan rata-rata nilai
yang diperoleh 69, hal ini masih di bawah ketuntasan, dan masih perlu adanya
pembinaan, motivasi, maupun penguatan dalam membuat soal, mengingat dari 13 guru
belum secara keseluruh dapat mengembangkan soal dengan baik. Untuk itu gambaran
hasil kegiatan Workshop nilai yang diperoleh guru 69, sedangkan indikator yang dinilai
terangkum dalam lampiran dan skore yang dmiliki guru dalam kegiatan workshop
sebagai berikut.
Tabel 7
Nilai rata-rata kemampuan Guru dalam menyusun soal
pada siklus I
Ketuntasan
No Nilai Rata-rata Daya Serap Standar Nilai
(Prosentase)
1. 69 69% 70 15%
Dari tabel 6 nilai rata-rata kemampuan guru dalam membuat soal pada siklus I ini
adalah 69 dengan ketuntasan belajarnya 15%. Hal tersebut baik secara klasikal
penyusunan butir soal belum memenuhi standar kualitas soal, dan secara individu
masih terdapat 9 guru yang harus ditingkatkan dalam pembuatan soal, mengingat
selama ini guru dalam membuat soal tanpa melakukan langkah-langkah yang benar,
sehingga dengan kegiatan workshop ini guru akan memenuhi penyusunan soal sesuai
Data di atas dapat disajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:
Agustus 2012, Selasa, 11Sep , dan 13 Sep 2012. Subyek penelitian adalah Guru
Pada siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada Jum’at, 10 Agst 2012, kegiatan
Workshop di awali dengan tanya jawab bertujuan untuk memperbaiki siklus II dan
memberikan pembinaan kepada guru dalam menyusun soal, dan memperbaiki pada
siklus I.
Tanya jawab ini dilaksanakaakan selama 20 menit, yang dengan tujuan agar guru lebih
memahami langkah-langkah penyusunan soal, yang nantinya akan memacu guru untuk
lebih konsentrasi penyusunan soal, maka pada pelaksanaan siklus II guru mulai
memiliki ide-ide dan gagasan baru dalam menyusun soal, hal ini dilihat dari keaktifan
soal, perakitan soal hingga bagaimana menentukan pen-skoran soal, hal ini tentunya
membuat Nara sumber dan Kepala sekolah selaku assisten Nara sumber dan sekaligus
keadaan ini guru mulai membentuk kompetensinya dalam menyusun soal.. Sehingga
peneliti bekerjasama dengan Nara Sumber untuk melanjutkan kegiatan workshop, dan
Kepala sekolah mulai membentuk kelompok dalam lima besaran kelompok, setiap
kelompok beranggotakan 4 orang guru. Dalam kegiatan ini setiap kelompok ditugaskan
guru dakam kegiatan penyusunan soal sebagaimana dilihat dari Tabel 8 sebagai
berikut.
Tabel 8
Hasil pengamatan sikap guru dalam kegiatan workshop
Pada siklus II pertemuan 1.
No Komponen yang diamati Jumlah Prosentase
1 Kesungguhan 10 87
2 Kemampuan membut soal 9 80
3 Prakarsa 8 73
4 Pemecahan Masalah 10 80
5 Penyelesaian Tugas 12 93
Dari tabel diatas, bahwa terjadinya peningkatan aktifitas kegiatan workshop pada
Siklus II, hal ini dapat dilihat dari komponen yang diamati hampir secara keseluruhan
berjalan sangat baik, yang dimulai dari kesungguhan hingga penyelesaian tugas,
sudah mulai nampak dalam menyusun soal menggunakan prosedur dalam penulisan
soal, dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan juga sudah mulai terlihat bahwa
mediator dituntut untuk lebih cerdas dalam menanggapi pertanyaan guru, sehingga
penyusunan soal dapat dilihat dari grafik pada siklus II sebagai berikut.
Gambar 5 Diagram batang hasil pengamatan sikap guru kegiatan workshop
penyusunan soal pada siklus II
Pertemuan ketiga pada siklus II yaitu Rabu, 13 Sept 2012 dilakukan dari pukul
08.00 – 14.00. Pada pertemuan akhir siklus II ini kegiatan inti penyusunan soal
Hasil kegiatan workshop dalam menyusun soal yang dicapai pada siklus II ini
berakhir memperlihatkan soal perolehan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan
kondisi awal sebelum kegiatan workshop dimulai. Rata-rata hasil kegiatan workshop
kemampuan guru dalam menyusun soal diperoleh adalah 76. Hal ini secara klasikal
maupun individu guru sudah adanya peningkatan kompetensi guru dalam menyusun
soal. Sedangkan hasil kegiatan workshop dalam penyusunan soal ulangan sekolah
Tabel 9
Nilai rata-rata kemampuan guru dalam menyusun soal pada Siklus II
Ketuntasan
No Nilai Rata-rata Daya Serap KKM
(Prosentase)
1. 76 76% 70 100%
Dari tabel 5, nilai rata-rata kegiatan workshop pada siklus II ini adalah 75 dengan
ketuntasan belajarnya 100%. Data di atas dapat disajikan dalam bentuk diagram
Gambar 6 : Diagram batang tentang kemampuan guru dalam menyusun soal pada
Siklus II
B.Pembahasan
baik pada pembuatan kisi-kisi soal maupun menentukan jenis soal mereka belum
menunjukan pada ketajaman dalam membuat soal, hal ini memungkinkan mereka
belum terbiasa untuk membuat langkah-langkah dalam menyusun soal. upaya ini
perlu adanya suatu alat pembinaan yang dapat membangkitkan kompetensi guru
Berangkat dari kondisi ini maka pada siklus I (pertama) dalam penelitian ini
menghasilkan 69%, hal ini secara klasikal belum memenuhi nilai ketutantasan namun
secara individu masih terdapat 10 guru yang perlu mendapat perhatian dan membuat
soal.
Pada Siklus I masih terdapat 10 (tiga belas) guru yang belum memenuhi
ketuntasan, maka pada siklus II, kondisi tersebut perlu diperbaiki dengan
meningkatkan upaya yang lebih dipertajam dalam kegiatan praktek, sehingga pada
siklus II ini kegiatan workshop. Dengan pendalaman materi ini guru lebih mudah
soal, sehingga perubahan terjadi pada pengamatan, hampir seluruh guru memberikan
mengemukakan pendapatnya. Kegiatan workshop ini mulai berjalan sangat baik, dan
setiap guru menggali ide-ide dan gagasan-gagasan dalam perakitan soal. sehingga
mengembangkan butir soal dan menentukan opsi bagi soal pilihan ganda, gambaran
kegiatan workshop yang terangkum dalam pengamatan dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 10
Rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus I dan
siklus II.
Siklus I Siklus II
No Komponen yang diamati
Jml % (Persentase) Jml % (Persentase)
1 Kesungguhan 7 11
51 87
2 Kemampuan Membuat 5 10
Soal 38 80
Siklus I Siklus II
No Komponen yang diamati
Jml % (Persentase) Jml % (Persentase)
3 Prakarsa 5 9
38 73
4 Pemecahan Masalah 5 10
38 80
5 Penyelesaian Tugas 7 12
52 93
Dari tabel 10 di atas, dapat diketahui pada kesungguhan guru dalam membuat soal
dapat meningkat, hal ini tentunya berpengaruh pada aspek lainnya seperti
yang dibuktikan guru dalam tanggung jawab menyusun soal dapat ditingkatkan.
dalam menyusun soal, hal ini dapat dilihat dari perbandingan siklus I dan II, dimana
kenaikan kompetensi guru dalam menyusun soal dapat meningkat, dan hasil tersebut
Dari gambar di atas nampak terlihat bahwa siklus I dan siklus II terdapat kenaikan yang cukup
tajam baik dari keaktifan siswa hingga siswa dalam mengemukakan pendapat, hal ini
mengindikasikan bahwa siswa belum berkonsentrasi pada pembelajaran siklus I, sehingga guru
memotivasi dengan mencoba meningkatkan alat peraga dan memberikan kesempatan siswa
tersebut untuk selau mencoba dan mencoba sebagai penguatan, Jika jawabannya kurang
Tabel 11
Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada siklus I dan siklus II
Siklus II
No Kriteria
Siklus I Siklus II
1 Rata-rata nilai 69 83%
2 Daya serap 69 83%
3 Ketuntasan 60% 100%
Dari tabel 11 rata-rata nilai siswa pada siklus I ke Siklus II mengalami kenaikan 14 point yaitu
dari 69 pada siklus I naik menjadi 83 pada siklus II. Kenaikan nilai siswa sangat tinggi dan dipengaruhi
oleh keaktifan siswa dalam belajar, selain itu metode demontrasi yang digunakan dapat membantu
daya serap siswa dalam menerima materi sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.
Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui, bahwa aktivitas siswa dalam pemecahan
masalah mengalami kenaikan dari 70% menjadi 100%.hal tersebut disebabkan keaktifan,
ketertiban, menjawab soal, dan berpendapat siswa sangat cepat dan tangkas, hal ini
tentunya berpengaruh pada kenaikan hasil belajar siswa yang ditunjukan pada siklus II.
penggunaan alat peraga dan metode kerja kelompok yang sesuai dapat memacu siswa
untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Hal ini ditandai dengan meningkatnya hasil
belajar siswa pada akhir siklus II yaitu nilai rata-rata kelas mencapai 98. Ini berarti sudah
memenuhi indikator keberhasilan. Karena siswa seluruhnya sudah mencapai lebih dari
75% dari jumlah siswa. Sehingga dari hasil siklus I ke SiklusII terdapat peningkatan.
Menurut skiner bahwa belajar adalah suatu perilaku yag kompleks, maka perlu
disesuaikan dengan fase-fase belajar hasil belajar yang dikehendaki. Ini sesuai pendapat
Piaget bahwa belajar ada empat fase perkembangan, diantarana adalah operasi formal,
dimana siswa telah dapat berpikir dengan baik terhadap materi yang disampaikan.
Dengan demikian Penggunaan Alat Peraga dan Metode Kerja Kelompok dapat
meningkatkan hasil belajar matematika pada Pokok Bahasan menyajikan data dalam
bentuk tabel dan diagram Pada Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Kemanggisan 19
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang tercakup dalam penelitian ini, dapat
dirumuskan temuan penelitian sebagai berikut, terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara pembinaan, kompetensi guru terhadap mutu pendidikan, baik secara
sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Dari hasil temuan, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
pendidikan. Oleh sebab itu semakin tinggi pembinaan, maka akan semakin tinggi
mutu pendidikan. Dengan demikian, pembinaan guru di Sekolah Dasar Negeri Gugus
sangat signifikan terhadap mutu pendidikan di SDN Gugus VII Kecamatan Palmerah.
Oleh sebab itu tingginya kompetensi guru, maka akan berpengaruh terhadap
B. Saran
dinamis, komplek, dan semakin bervariasi, baik kualitas, maupun kuantitas. Oleh
karena itu maka, diperlukan adanya upaya nyata dan sungguh-sungguh untuk
meningkatkan pembinaan dan kompetensi guru dalam meningkatikan mutu
pendidikan. Selain itu upaya tersebut perlu dilakukan secara terencana, sistematis,
dan berkelanjutan, agar pembinaan dan kompetensi guru yang mencakup keahlian
teknis dan keterampilan dalam mengelola kelas sangat diperlukan guna menghasilkan
mengelola satuan pelajaran yang harus dikuasai guru. Dengan demikian, mereka
DAFTAR PUSTAKA
Achmad S. Ruky, Sistem Manajemen Kinerja Panduan Praktis Untuk Merancang dan
Maraih Kinerja Prima, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001
Daulat P. Tampubolon, Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Tinggi Menghadapi
Tantang Abad ke 21 (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001
Departemen Pendidikan Nasional, Himpunan Peraturan-Peraturan Bidang Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta : 1992
Departemen Pendidikan Nasional, Pembinaan Karir Tenaga Pengajar , Jakarta: Depdiknas,
2001
Depdiknas, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Pusdiklat Depdiknas
2004
Depdiknas, Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah, Depdiknas, Jakarta,
1999
Desi Anwar, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amelia, 2002)
Donald Ary , Metodologi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta 2000
Dikmenum, Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah: Suatu Konsepsi Otonomi
Sekolah (paper kerja), Depdikbud, Jakarta, 1999
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum, Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2005
Grmae, Minding, Every Body’s Business, Performance Management in Public Sector
Agency 1993.
Hendra Kusnoto, The Worlds Best Management Practices (Praktek Manajemen Terbaik
di Dunia Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001
Ki Mohamad Said Raksohadiprodjo, Masalah Pendidikan Nasional, Jakarta : PT Midas
Surya Grafindo, 1999
Lembaga Administrasi Negara, Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja ,
Jakarta: LAN, 1999
Moh. Uzer Usman, et, al. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 1993
MPR. Propernas, Surabaya : Terbit Terang, 1999.
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar , Bandung: Sinar Baru, 1989Sondang
P. Siagian, Produktivitas Kerja, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar , Bandung PT. Remaja
Rosdakarya, 2001
------------------, Prinsip-Prinsip Belajar Mengajar , Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
cetakan 10, 2002
Oemar Hamalik, Manajemen Belajar di Lembaga Sekolah , Bandung: Sinar Baru, 1989
Pusdiklat Depdiknas, Penilaian Kinerja Sekolah, Jakarta: Depdiknas, 2004
Rooijakkers, Mengajar dengan Sukses, Jakarta: PT. Grasindo, 1991
Sanusi Uwes, Manajemen Pengembangan Mutu Guru, Jakarta: Logos, 1999
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar , Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara, 1991
Suparno, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum sebagai Substansi Problem
Administrasi Pendidikan, Jakarta : Bina Aksara, 1998
Sondang P. Siagian, Produktivitas Kerja, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002
Soedijarto, Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional , Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia, 1993
Soedijarto, Menunju Pendidikan Nasional Yang relevan dan Bermutu , Jakarta: Balai
Pustaka, 1993
Soegarda Poerbakawatja. H.A.H, Harahap, 1990, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara
Semiawan, Conny R, dan Soedijarto, 1991, Mencari Strategi : Strategi Pendidikan
Nasional Manajemen Abad XXI, PT. Grasindo, Jakarta.
Wasty Soemanto, Dasar dan Teori Pendidikan Dunia, Surabaya: Usaha Nasional, 1982
Uzer Mohammad, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 1993
Suharsimi Arikunto, dkk; Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 74.
Tabel 3
Penyusunan Soal
Siklus I
ASPEK PENYUSUNAN BUTIR SOAL
Nilai
Teknik Penyu- Kaidah Telaahan Finali- Rata-
No.. Nama. Indikator sunan Penulisan Butir sasi Rata
Penulisan Kisi-kisi Butir Soal Soal Soal
Soal Soal
1 Responden A 60 50 60 65 65 63
2 Responden B 50 45 65 60 70 65
3 Responden C 55 45 70 70 75 65
5 Responden D 40 50 60 65 70 57
6 Responden E 55 50 65 70 75 65
7 Responden F 65 65 70 70 75 69
8 Responden G 70 60 75 70 80 71
9 Responden H 75 65 65 70 70 69
10 Responden I 65 60 60 65 75 68
11 Responden J 60 70 65 70 80 69
12 Responden K 70 65 70 75 80 72
13 Responden L 65 60 70 65 70 66
14 Responden M 50 60 70 70 70 68
15 Responden N 60 55 60 70 70 68
Rata – Rata 69
Tabel 3
Penyusunan Soal
Siklus II
ASPEK PENYUSUNAN BUTIR SOAL
Nilai
No. Nama Teknik Penyu- Kaidah Telaahan Finali- Rata-
Indikator sunan Penulisan Butir sasi Rata
Penulisan Kisi-kisi Butir Soal Soal Soal
Soal Soal
1 Responden A 70 70 70 65 75 73
2 Responden B 70 70 70 70 75 78
3 Responden C 65 70 70 70 75 72
5 Responden D 60 75 75 75 80 73
6 Responden E 65 75 75 75 85 76
7 Responden F 70 75 80 80 80 77
8 Responden G 80 80 80 80 85 81
9 Responden H 80 75 70 80 75 76
10 Responden I 65 70 70 75 80 72
11 Responden J 65 80 70 80 80 78
12 Responden K 75 80 70 80 80 79
13 Responden L 70 70 70 75 85 74
14 Responden M 65 65 70 80 85 76
15 Responden N 65 65 70 75 75 75
Rata - Rata 78