Anda di halaman 1dari 21

Hadits tentang Menghafal 

Asmaul Husna & Keutamaannya


Lengkap – Hadits tentang menghafal Asmaul Husna penting
untuk dipelajari umat muslim. Terlebih ada berbagai manfaat
besar yang didapat umat muslim setelah membiasakan membaca
nama-nama indah Allah. 
Asmaul Husna merupakan nama-nama baik bagi Allah SWT.
yang tertulis dalam hadits dan Al-Quran. Dalam setiap nama
baik tersebut terdapat makna sekaligus doa yang mujarab bagi
orang-orang beriman. 
Menghafal Asmaul Husna
Asmaul Husna terdiri dari 99 nama-nama indah bagi Allah yang
bisa dihafalkan umat muslim. Mengapa umat muslim perlu
menghafal Asmaul Husna dan mengamalkannya di dalam
kehidupan sehari-hari?
Salah satu alasannya untuk meningkatkan keimanan seseorang
kepada Sang Pencipta. Sehingga dengan menghafal Asmaul
Husna setiap umat muslim bisa mengambil hikmah dari nama-
nama indah tersebut.
Selain hadits tentang menghafal Asmaul Husna juga akan
membantu umat muslim yang hendak mengamalkannya dalam
kehidupan nyata. Bayangkan jika kamu ingin mengamalkan
kebiasaan baik namun terkendala dengan lafalnya.
Hal tersebut berpotensi membuat umat muslim salah
mengintepretasikan maknanya. Sehingga kesalahan intepretasi
ini akan memengaruhi niat dan hasil yang didapat meski doa
dilakukan pada waktu khusus. 
Agar lebih mudah menghafal Asmaul Husna tidak ada salahnya
umat muslim menambah wawasan tentang hadits dan
keutamaannya. Selain itu keyakinan tentang manfaat yang
didapat setelah membaca Asmaul Husna ikut meningkat. 
Hadits tentang Menghafal Asmaul Husna dan Keutamaannya 
Terdapat beberapa hadits yang menjelaskan tentang pentingnya
membaca dan menghafal nama-nama indah Allah. Memahami
hadits tersebut akan membuatmu yakin bahwa Asmaul Husna
mempunyai makna khusus. 
Terlebih setelah kamu membaca hadits tentang menghafal
Asmaul Husna. Rasa keinginan untuk terus mengamalkan
bacaan Asmaul Husna bisa jadi meningkat tanpa kamu sadari
sebelumnya. 
Dalam Al-Quran disebutkan bahwa umat muslim yang
menghafal nama-nama indah Allah akan dijamin masuk ke
surga. Allah SWT juga memberikan balasan baik bagi hamba-
Nya yang menyelipkan Asmaul Husna saat berdoa. 
Hadits tentang menghafal Asmaul Husna tersebut terdapat
dalam Al-Quran Surat Al A’raf ayat ke 180. Dalam surah
tersebut Allah SWT berfirman bahwa sesungguhnya Allah
mempunyai Asmaul Husna. 
Maka umat muslim dapat memohon kepada-Nya dengan
menyebut nama-nama indah Allah. Allah juga meminta umat
muslim untuk meninggalkan orang-orang yang menyimpang
dari kebenaran di dalam Asmaul Husna.
Mereka nantinya juga akan mendapatkan balasan dari apa yang
telah dikerjakan. Hadits tentang menghafal Asmaul Husna juga
terdapat pada QS. Al Hasyr ayat 23 sampai 24. 
Dalam surah tersebut dijelaskan bahwa tidak ada Tuhan yang
berhak disembah selain Allah. Dialah yang mengetahui hal gaib
dan nyata, Maha Pemurah dan Penyayang, dan disebutkan
nama-nama indah Allah. 
Beberapa nama-nama indah Allah yang terdapat dalam surah
tersebut diantaranya Yang Mahasuci, Yang Maha Perkasa, dan
Yang Maha Memelihara. Mengamalkan Asmaul Husna tentunya
sangat dianjurkan seperti keutamaannya berikut ini. 
1. Doa Asmaul Husna dikabulkan Allah SWT
Berdoa dengan menyelipkan nama-nama indah Allah sudah
menjadi tradisi umat muslim sejak lama karena dianggap
bermanfaat. Salah satu manfaat menghafalkan Asmaul Husna
yaitu doa tersebut dijamin dikabulkan. 
Berdoa dengan menyelipkan Asmaul Husna tentunya membuat
Allah senang. Terlebih Allah SWT telah memerintahkan setiap
umat muslim untuk berdoa dengan menyelipkan nama-nama
indah-Nya seperti yang tercantum dalam Asmaul Husna.
Memang pada dasarnya Allah SWT akan mendengar setiap doa
dan permintaan dari umat-Nya. Namun dengan menyebut
Asmaul Husna tentu saja doa-doa yang dipanjatkan dengan
ikhlas akan dikabulkan Allah. 
2. Rasulullah menganjurkan mempelajari Asmaul Husna
Terdapat hadits tentang menghafal Asmaul Husna yang bisa
dijadikan dasar bagi umat muslim. Rasulullah SAW bersabda
bahwa benar setiap orang yang mendengar Asmaul Husna
dianjurkan untuk mempelajarinya (HR. Ahmad).
Dari hadits tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa umat
muslim memang dianjurkan untuk memahami dan mempelajari
Asmaul Husna. Hal tersebut lantaran keutaamannya yang besar
terhadap kehidupan manusia. 
Jika Nabi Muhamamad SAW sudah menganjurkan sudah
seharusnya umat muslim juga mengikuti jejaknya. Terlebih
jaminan surga menanti bagi orang-orang yang mengamalkan
Asmaul Husna dengan ikhlas. 
3. Jaminan masuk surga bagi umat muslim 
Keutamaan hafal Asmaul Husna yang paling utama adalah
jaminan masuk surga bagi umat muslim. Barangsiapa yang
menghafal 99 nama indah Allah dan merenunginya niscaya ia
akan dijamin masuk surga. 
Dalam Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa
sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama, seratus kurang satu.
Barang siapa yang menghafalkannya maka ia akan masuk
surga. 
Dari hadits tersebut sudah jelas bahwa umat muslim harus
mengetahui nama-nama baik nan indah milik Allah SWT. Orang
yang menghafalkannya serta mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari akan mudah masuk surga. 

4. Merenungkan makna dalam Asmaul Husna 


Selain menghafal nama-nama yang sudah tercantum di dalam
Asmaul Husna rupanya umat muslim juga dianjurkan untuk
merenungkan maknanya. Hadits keutamaan menghafal Asmaul
Husna memang tidak hanya berjumlah satu saja. 
Tidak hanya itu total nama dalam Asmaul Husna yang perlu
dimengerti maknanya yaitu seratus kurang satu. Setiap nama
yang tercantum dalam Asmaul Husna mengandung makna dan
doa bagi orang-orang muslim. 
Seperti misalnya salah satu nama Allah yaitu Ar-Rahman yang
berarti Maha Pengasih. Jika dilihat nama indah Allah tersebut
hanya terdiri dari dua kata yaitu Maha Pengasih. 
Namun jika direnungkan kembali Ar-Rahman tidak hanya
sebuah nama indah melainkan ada doa di dalamnya. Allah
Ta’ala merupakan zat yang Maha Mengasihi setiap makhluknya
di dunia.
5. Mengingatkan kebesaran Allah SWT.
Manusia terkadang lalai dengan kebesaran Allah SWT sehingga
merasa dirinya paling benar dan besar. Padahal manusia perlu
membutuhkan pertolongan dari Allah SWT dalam berbagai hal. 
Misalnya saja pada saat sedang sakit maka Allah menurunkan
obat yang bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit tersebut.
Selain itu Allah juga memberikan berbagai macam alternatif
pengobatan.
Tidak hanya itu Allah juga membantu setiap umatnya yang
sedang kesusahan. Sehingga umat muslim bisa langsung
mendapatkan solusi dari setiap permasalahan yang sedang
dihadapi semasa hidup.
Kebesaran Allah sudah tercantum dalam berbagai hadits Asmaul
Husna dan artinya yang dapat dipelajari umat muslim. Oleh
karena itu selalu mengingat kuasa Allah maka umat muslim
diajurkan menghafalkan Asmaul Husna. 
Dengan menghafal Asmaul Husna tentunya umat manusia akan
tersadar bahwa semua bantuan berasal dari Allah. Sehingga hal
tersebut menjauhkan diri dari sifat sombong, takabur dan merasa
paling benar. 
6. Mengamalkan kandungan Asmaul Husna 
Berbagai hadits tentang menghafal Asmaul Husna bisa menjadi
landasan bagi umat muslim dalam bertindak dan bersyukur.
Namun tugas umat muslim tidak berhenti setelah menghafal
nama-nama indah Allah saja. 
Umat muslim mempunyai tugas untuk mengamalkan apa yang
dipelajari dari Asmaul Husna. Mulai dari nama indah di urutan
pertama sampai Asmaul Husna bagian ayat akhir. 
Bagaimana mengamalkan isi kandungan yang terdapat pada
Asmaul Husna? Sebenarnya setiap umat muslim dapat
mengamalkan kandungan maknanya dengan caranya masing-
masing asalkan tujuan akhirnya tetap sama. 
Contohnya saat kamu hendak mengamalkan isi makna dari nama
Al Rahiim yang berarti Maha Penyayang. Allah sesungguhnya
menyayangi setiap umatnya yang terdapat di muka bumi ini. 
Untuk meneladaninya kamu juga dapat mengamalkan nama
Allah tersebut dengan membentuk karakter diri yaitu
menyayangi sesama. Umat muslim perlu membentuk jati diri
saling menyayangi dan tidak menyakiti orang lain. 
Dengan demikian wujud pengamalan Asmaul Husna dapat
tercapai lewat amalan baik tersebut. Tidak hanya itu kamu juga
dapat mengamalkan isi kandungan Asmaul Husna lewat doa dan
dzikir. 
7. Mendekatkan diri kepada Sang Pencipta 
Umat muslim perlu meneladani keutamaan Asmaul Husna Al
Kabiir dalam kehidupan sehari-hari. Al Kabiir yang terdapat di
dalam Asmaul Husna mempunyai makna Allah Maha Besar. 
Dalam Asmaul Husna sudah disebutkan nama-nama Allah yang
memiliki kemiripan satu sama lain. Namun makna dari nama-
nama tersebut tetap diamalkan oleh umat muslim dengan
harapan yang berbeda.
Umat muslim yang mengamalkan setiap nama di dalam Asmaul
Husna diharapkan bisa lebih dekat dengan Sang Pencipta.
Kedekatan antara Tuhan dan hamba-Nya akan membuat
keinginan mudah tercapai. 
Bayangkan jika kamu selama ini jauh dengan perbuatan dan
amalan baik. Kemudian meminta keinginan yang besar kepada
Allah dan memohon agar permintaan tersebut segera
dikabulkan. 
Allah memang akan mengabulkan setiap permintaan hamba-
Nya. Namun Allah SWT. juga akan melihat niat dari permintaan
setiap umatnya dan ketebalan iman orang yang meminta berkah. 
Karena memiliki kedekatan dengan Sang Pencipta tentunya
kamu akan lebih mudah berkomunikasi dengan Allah. Selain itu
kedekatan tersebut membuat umat muslim lebih tenang
menghadapi setiap tantangan hidup. 

8. Mendapatkan berkah setiap saat 


Setelah membaca hadits tentang menghafal Asmaul Husna
tentunya sebagai umat muslim kamu ingin mengetahui
manfaatnya. Berbicara mengenai manfaat yang didapat tentunya
ada berbagai macam keistimewaan dari Asmaul Husna. 
Satu diantaranya adalah orang yang hafal dan mengamalkannya
akan mendapatkan berkah sepanjang hidupnya. Setiap orang
pastinya ingin mendapatkan berkah dari pekerjaan yang
dikerjakan setiap hari. 
Jangan khawatir karena Allah SWT mengganti setiap hembusan
nafas dan kalimat Asmaul Husna yang diucapkan oleh umatnya.
Semua jerih payah saat melantunkan dzikir Asmaul Husna akan
dijamin keberkahannya.
Umat muslim tidak hanya mendapat jaminan masuk surga lewat
lantunan hadits tentang menghafal Asmaul Husna. Melantunkan
nama-nama indah Allah setiap hari secara rutin dan ikhlas akan
membuat hatimu menjadi tenang.
Hal tersebut lantaran setiap kalimat yang diucapkan
mengandung makna doa baik. Doa-doa lewat Asmaul Husna
tersebut digantikan dengan berkah dalam berbagai wujud seperti
kekayaan, nikmat dan kecerdasan. 

9. Meningkatkan rasa syukur kepada Allah 


Hadits tentang menghafal Asmaul Husna dapat dipelajari dan
ditemukan di Al-Quran. Namun apakah kamu sudah mengetahui
keutamaan mempelajari setiap nama indah Allah di dalam
Asmaul Husna?
Salah satu keutamaannya yaitu meningkatkan rasa syukur umat
muslim kepada Sang Pencipta. Umat muslim yang membaca
Asmaul Husna tentunya mengingat nama-nama Allah SWT
setiap saat. 
Hal tersebut membuat orang muslim selalu berpedoman pada
kebesaran Sang Pencipta dan nama-nama indah yang tertuang
dalam Asmaul Husna. Sehingga mereka takut melakukan
tindakan yang dibenci Allah. 
Dengan demikian umat manusia akan senantiasa bersyukur
dengan apa yang diberikan Allah SWT. Terlebih kebesaran
Allah terlihat jelas di dalam hadits tentang menghafal Asmaul
Husna. 

Penyimpangan Terhadap Asmaul Husna

Allah subhanahu wa ta’ala memiliki nama-nama yang indah. Di


dalam bahasa Arab disebut dengan Asmaul Husna ( ‫اَأل ْس َما ُء‬
ْ Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
‫)ال ُح ْسنَى‬.
{ ‫ون فِي َأ ْس َماِئ ِه َسيُجْ َز ْو َن َما َكانُوا‬
َ ‫ين ي ُْل ِح ُد‬
َ ‫َوهَّلِل ِ اَأْل ْس َما ُء ْال ُح ْسنَى فَا ْد ُعوهُ بِهَا َو َذرُوا الَّ ِذ‬
َ ُ‫} يَ ْع َمل‬
‫ون‬
Artinya: “Hanya milik Allah Asmaul Husna. Oleh karena itu,
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu
dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari
kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka
akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka
kerjakan.” (QS Al-A’râf : 180)
Untuk mengenal nama-nama tersebut haruslah merujuk kepada
Al-Qur’an dan As-Sunnah. Al-Qur’an
adalah kalamullah (perkataan Allah). Allah lebih tahu tentang
diri-Nya daripada seluruh makhluk-Nya. Begitu pula dengan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau lebih tahu
tentang Allah daripada seluruh manusia.
Ada beberapa permasalahan yang sangat menarik untuk dibahas
ketika kita berbicara tentang penyimpangan Asmaul Husna ini.
Asmaul Husna Tidak Hanya Sembilan Puluh Sembilan
Banyak orang yang menyangka bahwa Allah hanya memiliki
sembilan puluh sembilan nama, dengan dalil yang diriwayatkan
dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
( ‫ َد َخ َل ْال َجنَّة‬u‫صاهَا‬
َ ْ‫ين ا ْس ًما ِماَئةً ِإاَّل َوا ِحدًا َم ْن َأح‬
َ ‫) ِإ َّن هَّلِل ِ تِ ْس َعةً َوتِس ِْع‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh
sembilan nama/seratus dikurangi satu. Barang siapa yang dapat
menghitung atau menghapalnya maka dia akan masuk surga.”
(HR Al-Bukhari no. 2736 dan Muslim no. 6/2677)
Padahal, Allah memiliki banyak nama yang tidak kita ketahui
dan disembunyikan di sisi-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah berdoa, :
( … ‫ َأ ْو َأ ْن َز ْلتَهُ فِي‬، ‫ك‬ َ ِ‫ َأ ْو َعلَّ ْمتَهُ َأ َحدًا ِم ْن َخ ْلق‬، ‫ك‬
َ ‫ْت بِ ِه نَ ْف َس‬ َ ُ‫َأ ْسَأل‬
َ َ‫ك بِ ُك ِّل اس ٍْم هُ َو ل‬
َ ‫ك َس َّمي‬
ِ ‫ت بِ ِه فِي ِع ْل ِم ْال َغ ْي‬
َ ‫ب ِع ْن َد‬
‫ك‬ َ ْ‫ َأ ِو ا ْستَْأثَر‬، ‫ك‬َ ِ‫)… ِكتَاب‬
Artinya: “… Saya memohon dengan seluruh nama yang Engkau
miliki, yang Engkau menamakan diri-Mu dengannya, yang
Engkau ajarkan kepada salah seorang dari makhluk-Mu, yang
Engkau turunkan di dalam Kitab-Mu atau yang Engkau
sembunyikan di ilmu ghaib di sisi-Mu…” (HR Ahmad no. 3712,
Al-Hakim no. 1877 dan yang lainnya. Syaikh Al-Albani berkata
di Ash-Shahihah no. 199, “Hadist ini shahih.”)
Hadits di atas sangat jelas menyatakan bahwa nama
Allah subhanahu wa ta’ala tidak hanya sembilan puluh
sembilan, karena ada nama-nama yang disembunyikan di sisi-
Nya.
Seandainya ada seseorang mengatakan, “Saya punya uang Rp
10.000,00” Apakah kabar ini menunjukkan dia hanya punya
uang Rp 10.000,00 saja? Tentu tidak. Bisa saja dia memiliki
uang lebih dari itu. Begitu pula dengan penyebutan sembilan
puluh sembilan pada hadits di atas.
Al-Qurthubi berkata, “Telah kami sebutkan bahwa nama-nama
Allah ada yang telah disepakati oleh para ulama dan ada yang
masih diperselisihkan. Yang kami dapatkan di buku-buku para
imam kami, (nama-nama tersebut) mencapai lebih dari dua ratus
nama.” (Tafsir Al-Qurthubi (VII/325))
Ibnu Katsir berkata, “Al-Faqih Al-Imam Abu Bakr bin
Al-‘Arabi –salah satu imam madzhab Maliki menyebutkan di
dalam kitabnya ‘Al-Ahwadzi fî Syarhi At-Tirmidzi’
Bahwasanya sebagian ulama mengumpulkan nama-nama Allah
dari Al-Qur’an dan As-Sunnah sebanyak seribu nama. Allahu
a’lam.” (Tafsir Ibni Katsir (III/515))

Arti ‘Barangsiapa Yang Menghitung/Menghafalnya, Maka Dia


Akan Masuk Surga’
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan
nama/seratus dikurangi satu. Barang siapa yang dapat
menghitung atau menghapalnya maka dia akan masuk surga.”
(HR Al-Bukhari no. 2736 dan Muslim no. 6/2677)
Ihsha’ (menghitung/menghapal) Asmaul Husna di dalam hadits
tersebut memiliki empat tingkatan, yaitu:
Menghitung dan menghapal nama-nama tersebut
Memahami makna yang terkandung di dalamnya
Berdoa dengan menggunakan nama-nama tersebut, seperti: Ya
Razzaq (Yang Maha Memberi Rezeki)! Berilah aku rezeki, Ya
Ghafur (Yang Maha Pengampun)! Ampunilah dosa-dosaku.
Menyembah Allah dengan seluruh kandungan nama-nama
tersebut. Jika kita tahu bahwa Allah Ar-Rahim (Maha Pemberi
Rahmat), maka kita selalu mengharapkan rahmat atau kasih
sayang-Nya. Jika kita tahu bahwa Allah Al-Ghafur (Maha
Pemberi Ampun), maka kita selalu memohon ampun kepadanya.
Jika kita tahu bahwa Allah As-Sami’ (Maha Mendengar), maka
kita selalu menjaga perkataan kita, jangan sampai membuat Dia
marah. Jika kita tahu bahwa Allah Al-Bashir (Yang Maha
Melihat), maka kita selalu menjaga perbuatan kita agar tidak
mengerjakan sesuatu yang tidak diridhainya. (Lihat Taisir
Al-‘Aziz Al-Hamid hal. 555 dan Al-Qaul Al-Mufid (II/314-
316))
Sembilan Puluh Sembilan Asmaul Husna Di Dalam Satu
Hadits?
Tidak ditemukan hadits yang shahih yang menyebutkan dan
mengumpulkan sembilan puluh sembilan Asmaul Husna dalam
satu hadits. Adapun hadits yang diriwayatkan di dalam Sunan
At-Tirmidzi, Mustadrak Al-Hakim dan yang lainnya, para ulama
mendhaifkannya.
At-Tirmidzi setelah menyebutkan hadits yang terdapat di
dalamnya Asmaul Husna tersebut, beliau mengatakan, “Hadits
ini gharib…hadits ini diriwayatkan dengan jalan lain dari Abu
Hurairah dan kami tidak mengetahui pada sebagian besar
riwayat-riwayat tersebut yang menyebutkan nama-nama ini
kecuali di hadits ini…” (Sunan At-Tirmidzi no. 3507)
Ibnu katsir mengatakan, “Yang menjadi pegangan Jama’ah Al-
Huffadzh (para muhadditsin) adalah hadits tersebut mudraj
(Yaitu hadits yang di dalamnya terdapat tambahan dari orang
yang meriwayatkan hadits yang tidak termasuk bagian hadits
tersebut. Hadits mudraj adalah salah satu jenis hadits dha’if).”
(Tafsir Ibni Katsir (III/515))
Bolehkah Seseorang Diberi Nama Dengan Salah Satu Nama
Allah?
Nama-nama Allah subhanahu wa ta’ala terbagi menjadi dua
jenis, yaitu:
Pertama
Nama-nama yang mengandung sifat yang hanya khusus dimiliki
oleh Allah subhanahu wa ta’ala, seperti: Ar-Rahman, Al-Khaliq,
Al-Bari, Al-Qayyam, Al-Ilah, Ar-Razzaq, Ash-Shamad, dll.
Nama-nama Allah yang seperti itu hanyalah milik Allah dan
tidak boleh digunakan oleh makhluknya.
Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam melarang seseorang diberi nama dengan Malikul-Amlak
(Raja semua raja), dengan sabdanya:
( ‫ك ِإاَّل هَّللا ُ َع َّز َو َج َّل‬ ِ ‫ك اَأْل ْماَل‬
َ ِ‫ك… اَل َمال‬ َ ِ‫) ِإ َّن َأ ْخنَ َع اس ٍْم ِع ْن َد هَّللا ِ َر ُج ٌل تَ َس َّمى َمل‬
Artinya: “Sesungguhnya nama yang paling hina di sisi Allah
adalah seseorang yang bernama Malikul-Amlak (Raja semua
raja)…Tidak ada raja kecuali Allah ‘azza wa jalla.” (HR Muslim
20/2143)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang menggunakan
nama tersebut, karena di dalamnya terdapat suatu penyerupaan
dengan Allah pada nama dan sifat-Nya. Ini semua untuk
menjaga tauhid, menjaga hak Allah dan menutup pintu-pintu
menuju kesyirikan pada ucapan-ucapan manusia. Karena bisa
saja, dengan nama-nama yang sebenarnya hanya dikhususkan
untuk Allah, seseorang menyangka bahwa selain Allah yang
menggunakan nama tersebut juga memiliki sifat-sifat yang
terkandung pada nama tersebut. Ini termasuk syirik.
Malikul-Amlak (Raja semua raja) adalah Allah. Tidak ada yang
berhak memiliki gelar itu kecuali Allah. Oleh karena itu, para
ulama sepakat akan terlarangnya menggunakan nama-nama jenis
ini untuk makhluk-Nya. (Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-
Kuwaitiyah (XI/335-336))
Di negara kita banyak orang yang menggunakan nama-nama
yang seperti ini atau dipanggil dengan nama-nama tersebut,
seperti: Rahman, Shamad, Khaliq, Razzaq, dll. Hal ini tentu
tidak diperbolehkan.
Kedua
Nama-nama yang mengandung sifat yang tidak dikhususkan
untuk Allah subhanahu wa ta’ala, seperti: Al-Halim, Ar-Rahim,
Ar-Ra-uf, Al-‘Aziz, Al-Karim, Al-Hakim, Al-Hakam, Al-‘Aliy,
dll. Nama-nama Allah yang seperti itu boleh digunakan oleh
makhluknya. Karena Allah subhanahu wa ta’ala di dalam Al-
Qur’an menamakan makhluknya dengan nama-nama tersebut,
seperti pada ayat-ayat berikut:
‫فَبَ َّشرْ نَاهُ بِ ُغاَل ٍم َحلِ ٍيم‬
“Kemudian kami berikan kabar gembira kepadanya (yaitu
Ibrahim) dengan seorang anak yang (sabar/tenang).” (QS Ash-
Shaffat : 101)
Allah menamai Nabi Muhammad dengan Ra-uf dan Rahîm,
َ ِ‫بِ ْال ُمْؤ ِمن‬
ٌ ‫ين َر ُء‬
‫وف َر ِحي ٌم‬
“(Dia) amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang
mukmin.” (QS At-Taubah : 128)
Di dalam kisah Nabi Yusuf ‘alaihis-salam, Allah menyebut
penguasa pada saat itu dengan Al-Aziz.

ِ ‫ت ْال َع ِز‬
‫يز‬ ُ ‫ت ا ْم َرَأ‬
ِ َ‫قَال‬
“Istri Al-‘Aziz pun berkata.” (QS Yusuf : 51)
Para sahabat banyak yang menggunakan nama-nama seperti ini
dan tidak diingkari oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
seperti: ‘Ali, Karim bin Al-Harits bin ‘Amr As-suhami,
setidaknya ada 10 orang bernama Hakim dan setidaknya ada 30
orang yang bernama Al-Hakam. (Lihat Al-Ishabah fi Tamyizish-
shahabah. Ibnu Hajar Al-‘Asqalani pada nama-nama tersebut)
Akan tetapi, kita harus paham bahwa kesamaan nama dan sifat
Allah dengan makhlukNya tidak berarti Allah sama dengan
makhluknya. Seseorang bisa saja dijuluki Halim (yang sabar dan
tenang), tetapi hilm (kesabaran/ketenangan) yang dimilikinya
tidak akan sama dengan hilm yang dimiliki oleh Allah. Allah
memiliki sifat yang sempurna, tidak ada kekurangan dan tidak
ada yang bisa menandinginya. (At-Tadmuriyyah hal. 21-24)
Meskipun menggunakan nama-nama jenis kedua diperbolehkan,
tetapi tetap disunnahkan untuk menambahkan nama
penghambaan di depannya, yaitu dengan menggunakan kata
‘Abd (‫ )عبد‬untuk laki-laki, seperti: ‘Abdul-Halim, ‘Abdul-
Hakim, dll. (Sebagian ulama mengharamkan menggunakan
nama-nama Allah untuk nama seseorang secara mutlak,
walaupun nama-nama tersebut termasuk jenis yang kedua.
Pendapat ini lemah, tetapi sebaiknya kita tetap berhati-hati untuk
tidak menggunakannya untuk menghormati nama-nama Allah,
sebagaimana Rasulullah pernah mengganti orang yang berkun-
yah Abul-Hakam dengan Abu Syuraih).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengganti nama
seseorang yang bernama ‘Aziz menjadi ‘Abdurrahman
sebagaimana disebutkan di dalam riwayat Khaitsamah bin
‘Abdirrahman bin Abi Sabrah, dia menceritakan bahwa dulu
bapaknya – yaitu ‘Abdurrahman- pernah pergi bersama
kakeknya menuju ke Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bertanya, “Siapa
nama anakmu ini?” Kakekku pun menjawab, “’Aziz.” Nabi pun
mengatakan, “Jangan kau namai dia dengan nama ‘Aziz. Tetapi,
Namailah dia dengan ‘Abdurrahman.” Kemudian Nabi pun
berkata, “Sesungguhnya nama-nama yang paling bagus adalah
‘Abdullah, ‘Abdurrahman dan Al-Harits. (HR Ahmad no. 17606
dan yang lainnya. Syaikh Syu’aib berkata, “Hadits ini shahih.”)
Pada hadits ini tidak terdapat larangan menggunakan nama
‘Aziz, tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menggantikannya dengan yang lebih baik, yaitu
‘Abdurrahman.
Baca juga: Keindahan Asmaul Husna
Bentuk-Bentuk Penyimpangan Terhadap Asmaul Husna
Penyimpangan terhadap Asmaul Husna ada lima macam, yaitu:
Menamakan patung-patung yang diambil dari nama-nama Allah,
seperti: Patung yang bernama Al-Lat (‫ )الالت‬diambil dari nama
Allah Al-Ilah (‫)اإلله‬, Al-‘Uzza (‫ )العزى‬dari nama Allah Al-‘Azaz (
‫)العزيز‬, Al-Manat (‫ )مناة‬dari nama Allah Al-Mannan (‫)المنان‬.
Menamakan Allah dengan sesuatu yang tidak layak bagi Allah,
seperti: para filosof menamakan Allah dengan Prime Cause
(Sebab Utama) dan kaum Nashrani (Kristen) menamakan Allah
dengan Al-Abu (‫ )األب‬atau Tuhan Bapa.
Menamakan Allah dengan sifat-sifat kekurangan, seperti yang
dikatakan oleh orang-orang Yahudi bahwa Allah Faqir (Miskin)
atau tangan Allah terbelenggu.
Mentiadakan/menolak nama-nama Allah (ta’thil), seperti yang
dilakukan oleh kaum Jahmiyah mereka mengatakan bahwa
Asmaul Husna hanya sekedar nama yang tidak memiliki makna
dan arti. Mereka mengatakan, “Ar-Rahim (Yang Maha
Penyayang), tetapi Allah tidak disifati dengan Rahmah
(memberi kasih sayang), Al-Hayyu (Yang Maha Hidup), tetapi
Allah tidak disifati dengan hidup, As-Sami’ (Yang Maha
Mendengar) dan Al-Bashir (Yang Maha Melihat), tetapi Allah
tidak disifati dengan memiliki pendengaran dan penglihatan.
Ada juga orang-orang yang hanya menetapkan beberapa sifat
yang terkandung pada nama-nama tersebut tetapi menolak sifat
yang lainnya. Mereka menetapkan sifat berilmu pada Allah,
karena Allah memiliki nama Al-‘Alim (Yang Maha Berilmu),
tetapi mereka tidak menetapkan sifat memberi kasih sayang
(rahmah) pada Allah, padahal Allah memiliki nama Ar-Rahman
dan Ar-Rahim.
Orang yang mentiadakan/menolak nama-nama Allah ada
bermacam-macam. Di antara mereka ada yang keluar dari
agama Islam dan ada juga yang belum keluar dari agama Islam,
tergantung kepada seberapa besar tingkat kesesatannya.
Menyerupakan Allah dengan makhluknya (tamtsil), seperti
mengatakan bahwa penglihatan dan pendengaran Allah seperti
penglihatan dan pendengaran manusia, hidup Allah seperti hidup
makhluknya, dll. Ini tidak diperbolehkan. Allah telah
menyatakan di dalam Al-Qur’an bahwa Allah tidak serupa
dengan segala apapun. Allah berfirman:
ِ َ‫ْس َك ِم ْثلِ ِه َش ْي ٌء َوهُ َو ال َّس ِمي ُع ْالب‬
{ ‫صي ُر‬ َ ‫} لَي‬
Artinya: “Tidak ada yang sesuatu apapun yang semisal dengan-
Nya dan Dia adalah Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat.”
(QS Asy-Syura : 11)
(At-Tadmuriyah hal. 31-42, Tafsir Al-Qurthubi (VII/328-329),
Taisir Al-‘Aziz Al-Hamid hal. 560-561 dan Al-Qaul Al-Mufid
(II/317-318))
Nasihat
Mengenal Allah subhanahu wa ta’ala adalah suatu kewajiban.
Salah satu cara mengenal Allah adalah dengan mempelajari
Asmaul Husna dan Sifat-Sifat Allah yang tercantum di dalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Seseorang tidak mungkin memahami dengan benar arti dari
setiap nama dan sifat Allah kecuali dengan memahami bahasa
Arab.
Contohnya: Ar-Rahman diterjemahkan dengan Yang Maha
Pengasih dan Ar-Rahim diterjemahkan dengan Yang Maha
Penyayang, padahal kedua terjemahan tersebut kurang tepat dan
memang tidak kita temukan kata yang sepadan untuk
menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.
Begitulah halnya dengan sebagian besar Asmaul Husna dan
sifat-sifat Allah. Oleh karena itu, sempatkanlah diri untuk benar-
benar mempelajari bahasa Arab.
Demikian, mudahan bermanfaat.

Pembaca muslimah yang semoga dirahmati


Allah, tawassul adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan
melaksanakan ketaatan kepada-Nya, beribadah kepada-Nya,
mengikuti petunjuk Rasul-Nya dan mengamalkan seluruh
amalan yang dicintai dan di ridhai-Nya, lebih jelasnya adalah
kita melakukan suatu ibadah dengan maksud mendapatkan
keridhaan Allah dan surga-Nya. Tentu saja ini merupakan
bentuk ibadah kepada Allah yang sering kali kita lakukan dalam
kehidupan kita namun perlu diketahui bahwa tidak sedikit pula
orang yang terjerumus kedalam tawassul yang itu sama sekali
tidak di syari’atkan di dalam agama Islam. Ada sebagian orang
yang mentakwil hadits-hadits tentang tawassul dengan
berdasarkan akal pemikiran dan hawa nafsu belaka. Sehingga
muncullah berbagai bentuk tawassul yang sama sekali tidak ada
tuntunannya dalam syari’at Islam bahkan merupakan kesyirikan
yang besar.
Untuk itulah disini kita akan membahas tentang berbagai macam
bentuk tawassul yang sudah tersebar bahkan di lingkungan
sekitar kita. Kita diperbolehkan melakukan  tawassul yang
syar’i karena ini merupakan suatu bentuk ibadah kepada Allah
yang sesuai dengan apa yang diajarkan Nabi
kita shallallahu’alaihi wa sallam. Namun jelas kita juga dilarang
dari melakukann berbagai bentuk tawassul yang bid’ah apalagi
syirik yang ini pun juga sudah tersebar dan menjadi kebiasan
bagi sebagian orang. Mereka menganggap dirinya sedang
beribadah dan memohon ridha-Nya namun ternyata sebaliknya,
murka Allah-lah baginya. Waliyyadzubillah.
Dengan itu maka kita akan mulai mengkaji apa sebenarnya
makna tawassul itu dan bagaimana yang disyari’atkan serta yang
bagaimana yang terlarang. Tentunya agar kita tidak terjerumus
ke dalamnya tanpa kita sadari karena kejahilan pada diri kita.
Pengertian Tawassul
Tawassul adalah mengambil sarana/wasilah agar do’a atau
ibadahnya dapat lebih diterima dan dikabulkan. Al-
wasilah menurut bahasa berarti segala hal yang dapat
menyampaikan dan mendekatkan kepada sesuatu. Bentuk
jamaknya adalah wasaa-il (An-Nihayah fil Gharibil Hadiit wal
Atsar :v/185 Ibnul Atsir). Sedang menurut istilah syari’at, al-
wasilah yang diperintahkan dalam al-Qur’an adalah segala hal
yang dapat mendekatkan seseorang kepada Allah Ta’ala, yaitu
berupa amal ketaatan yang disyariatkan. (Tafsir Ath-
Thabari IV/567 dan Tafsir Ibnu Katsir III/103)
Mengenai ayat diatas Ibnu
Abbas radhiyallahu’anhu berkata,”Makna wasilah dalam ayat
tersebut adalah al-qurbah (peribadatan yang dapat mendekatkan
diri kepada Allah).”
Demikian pula yang diriwayatkan dari Mujahid, Ibnu Wa’il, al-
Hasan, ‘Abdullah bin Katsir, as-Suddi, Ibnu Zaid, dan yang
lainnya. Qatadah berkata tentang makna ayat
tersebut,”Mendekatlah kepada Allah dengan mentaati-Nya dan
mengerjakan amalan yang di ridhoi-Nya.” (Tafsir Ibnu Jarir ath-
Thabari IV/567 dan Tafsir Ibnu Katsir III/103).
Adapun tawassul (mendekatkan diri kepada Allah dengan cara
tertentu) ada tiga macam: tawassul sunnah, tawassul bid’ah, dan
tawassul syirik.
Tawassul Sunnah
Pertama: Bertawassul dengan menyebut asma’ul husna yang
sesuai dengan hajatnya ketika berdo’a. Allah Ta’ala berfirman,
“Hanya milik Allah-lah asma’ul husna, maka bermohonlah
kepadaNya dengan menyebut asma’ul husna itu dan
tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
dalam menyebut nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat
balasan terhadap apa yang telah mereka kerjaan.” (Qs.Al-
A’raf:180)
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda dalam do’anya,
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan seluruh nama-
Mu, yang Engkau menamakan diriMu dengan nama-nama
tersebut, atau yang telah Engkau ajarkan kepada salah seorang
hambaMu, atau yang telah Engkau turunkan dalam kitab-Mu,
atau yang masih tersimpan di sisi-Mu.” (HR.Ahmad :3712)

Allah berfirman:
"Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-
Nya dengan menyebut asma-ul husna itu dan tinggalakanlah
orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat
balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan."(QS. Al-
A'raaf : 180)
Caranya, seorang hamba ketika berdoa kepada Allah, terlebih
dahulu menyebutkan nama-Nya yang sesuai dengan
permintaannya; seperti menyebutkan nama Yang Maha Pengasih
(Ar-Rahmaan), ketika ia meminta belas kasihan; atau menyebut
nama Yang Maha Pengampun (Ghafuur), ketika memohon
ampunan, dan sejenisnya.
Hanya milik Allah asmaulhusna, maka bermohonlah kepada-
Nya dengan menyebut Asmaaul Husna itu." (QS. Al-A'raf: 180)
namun maksudnya bukan kita disuruh berdoa dengan menyebut
semua nama ini secara keseluruhan. Karena Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam telah berdoa kepada Allah dengan Asmaul
Husna tanpa menyebutnya secara keseluruhan. Dan sebaik-baik
petunjuk adalah petunjuk beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Cara berdoa dengan Asmaul Husna ada dua macam: Pertama,


menyebutnya sebelum menyebutkan permohonan sebagai
tawassul (menjadikannya penghantar atau sarana ) kepada Allah,
seperti:

"‘Wahai Dzat Yang Mahahidup lagi Maha Berdiri dengan


sendiri-Nya, dengan rahmat-Mu aku mohon pertolongan. . ."

"Ya Allah, Wahai Dzat Mahapengampun ampunilah aku, Wahai


Dzat Mahapenyayang rahmatilah aku." Dan semisalnya.
Kedua, menyebutnya di penghujung doa sebagai
penutupnya. Misalnya: "Ya Allah anugerahkan kepada kami
rizki yang halal dan cukup, sesungguhnya engkah Adalah al-
Razzaq (pemberi rizki)."

"Ya Allah, ampuni dan rahmati aku, sesungguhnya Engkau Al-


Ghafurur Rahim (Mahapengampun lagi Mahapenyayang)."
Contoh lainnya seperti firman Allah:

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong


kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami,
dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena
sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (QS. Ali
Imran: 8)
Contoh lainnya dari hadits adalah doa yang diajarkan Nabi
Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada Abu Bakar al-Shiddiq:

"Ya Allah, Sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri


dengan kezaliman yang banyak. Tidak ada yang bisa
mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka ampunilah aku
dengan ampunan dari sisi-Mu dan rahmati aku. Sesungguhnya
Engkau Dzat Maha pengampun lagi Penyayang." (Muttafaq
'Alaih)
Bertawassul dengan nama Allah dalam doa bisa dalam bentuk
umum atau bentuk khusus yang sesuai isi permintaan –seperti
disebutkan dalam contoh di atas-. Bentuk umum, maksudnya
dengan menyebut nama Allah secara umum, contohnya:

"Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba


laki-laki-Mu, dan anak hamba perempuan-Mu. Ubun-ubunku
berada di tangan-Mu. Hukum-Mu berlaku pada diriku.
Ketetapan-Mu adil atas diriku. Aku memohon kepada-Mu
dengan segala nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau
namakan diri-Mu dengannya, atau Engkau turunkan dalam
Kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seorang dari
makhluk-Mu, atau yang Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib
yang ada di sisi-Mu, agar Engkau jadikan Al-Qur'an sebagai
penyejuk hatiku, cahaya bagi dadaku dan pelipur kesedihanku
serta pelenyap bagi kegelisahanku." (HR. Ahmad dan lainnya)

Dalam doa di atas seseorang berdoa dengan menyebut nama


Allah secara umum, ‫ك‬َ ‫ْت بِ ِه نَ ْف َس‬ َ ُ‫( َأ ْسَأل‬Aku
َ َ‫ك بِ ُكلِّ اس ٍْم هُ َو ل‬
َ ‫ك َس َّمي‬
memohon kepada-Mu dengan segala nama yang menjadi milik-
Mu, yang Engkau namakan diri-Mu dengannya), tanpa
menyebutkan rinciannya. Wallahu ta'ala A'lam.

Anda mungkin juga menyukai