Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN LIVING QURAN: PEMBIASAAN MEMBACA ASMAUL HUSNA DI

PPTQ.MIFTAHUL HUDA BLITAR

Chaeryn Nisa, Dlolilatul Arsy UF, dan Mawaddah Sofiana Sari.

Email: Chaerynnisa@gmail.com, Dlolilatularsy@gmail.com, dan


Mawaddahsofia180@gmail.com.

Abstrak

Tulisan ini merupakan laporan penelitian yang mengenai Living Quran berupa pembiasaan
membaca Asmaul Husna di PPTQ.Miftahul Huda Desa Ringinanom, Kecamatan Udanawu,
Kabupaten Blitar. Pesantren ini telah didirikan sejak tahun 2013 oleh pengasuh yang bernama
Kyai Miftahul Huda dan Ibu nyai Hanik Latifah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tujuan
dan fadhilah pesantren dalam pembiasaan membaca Asmaul Husna. Penelitian living Quran
menggunakan penelitian lapangan (field research) metode yang di gunakan deskriptif kualitatif
Teknik pengumpulannya dengan melakukan observasi, wawancara, dokumentasi resepsi yang
digunakan yaitu resepsi fungsional. Pembiasaan ini dilakukan setiap hari sebanyak 4 kali, tujuan
dari pembacaan ini agar para santri selalu mengingat Allah setiap akan melakukan kegiatan,
dengaan membaca Asmaul Husna hati para santri akan menjadi lemah lembut, mudah
mengontrol emosi dan ketika meminta kepada Allah isyaallah akan dikabulkan.

Kata kunci: Living Quran, Asmaul Husna, pesantren.

Pendahuluan

Dzikir merupakan ibadah hati dan lisan yang tidak mengenal batasan waktu, bahkan
Allah mensifati “Ulil Albab” kepada mereka yang senantiasa menyebut Allah. Menurut KBBI
dzikir mempunyai arti puji-pujian kepada Allah yang dilafalkan secara berulang. Jadi dzikir
secara sederhana dapat di artikan mengingat Allah dan menyebut nama Allah secara berulang,
dzikir dalam pengertian mengingat Allah, sebaiknya dilakukan setiap saat, baik secara lisan
maupun dalam hati, dalam keadaan berdiri, duduk bahkan berbaring. Dalam kehidupan umat
islam sudah sepatutnya kita membersamai nama Allah dimana pun dan kapan pun kita berada.
Semua umat muslim bisa mengamalkan Asmaul Husna tanpa ada perbedaan pendapat
maupun aliran karena Asmaul Husna adalah nama-nama Allah yang baik. Sebagai alternatif
umat Muslim dalam Memuji Allah untuk mengingat dan memohon kepada sang penciptanya.

Kajian Living Quran yang membahas tentang pembiasaan membaca Asmaul Husna,
masih sangat minim. Dengan adanya beberapa penelitian terdahulu mengenai Dzikir atau
pembiasaan dengan membaca Asmanul Husna yang dikaji oleh penulis. Penulis skripsi dengan
judul “Studi Living Qur’an Pembacaan Rutinan Asmaul Husna di Padepokan Tawangsari
Tulungagung” yang ditulis oleh Muhammad Hafidz Mubarok, yang menjelaskan tentang rutinan
membaca Asmaul Husna di Tawangsari Tulungagung, yang bertepatan di pesantren Zumrotus
Salamah. Rutinan yang berada di Tawangsari ini berdiri sejak tanggal 20 November 2010.
Adapun dasar pembacaan dari pembacaan Asmaul Husna ini diambil dari QS. Al-A'raf ayat 180.
Rutinan Asmaul Husna berasal dari cucunya kiai Abu Mansyur (tokoh sufi di Nusantara) yaitu
Kiai Khoirul Hadi, sekarang beliau bertempat di malang. Sebenarnya rutinan ini sempat hilang
dan lama tidak diangkat dipermukaan hingga pada suatu saat cucu dari Kiai Abu Mansyur
mendapatkan suatu mimpi untuk menghadirkan kembali hingga akhirnya pada tahun 2010 bulan
11 tanggal 20 ada intruksi untuk kembali dirutinkan di Tawangsari Tulungagung.

Dan artikel yang berjudul “Living Qur’an: Pembiasaan Membaca Asmaul Husna di
Sekolah Dasar” yang ditulis oleh Fahrul Usmi dan Raja Muhammad Kadri menjelaskan tentang
pembiasaan membaca Asmaul Husna di SD. Sabbihisma 2 Padang adalah ciri Khas dari sekolah
tersebut dengan menggunakan irama tertentu seperti irama hijaz. Pembacaan Asmaul Husna
dilakukan setiap hari sebelum memulai pembelajaran yang di pimpin oleh guru yang masuk pada
jam pertama serta bila ada kegiatan pengajian, dan pertemuan mingguan dan bulanan yang
memimpin pembacaan Asmaul Husna yakni para ustadz. Adapun tujuan dalam membaca
Asmaul Husna adalah mengharap pahala dan surga dari Allah.1

Dari kajian diatas penulis menemukan adannya persamaan dan perbedaan. Persamaanya
yaitu menjadilan Asmaul Husna sebagai pembiasaan dalam dalam memulai pelajar, serta Rutinan
yang diadakan sebulan sekali maupun hari tertentu, sedangkan perbedaan adalah cara membaca
Asmaul Husna, yaitu dengan menggunakan irama-irama. Dari situ penulis ini menjelaskan
mengenai Sejak kapan pembiasaan membaca Asmaul Husna dilaksanakan, kapan waktu

1
Fahrul Usmi Raja Muhammad Kadri, “Living Qur’an: Pembiasaan As,” Asatiza 2, no. 3 (2021).
membaca Asmaul Husna, apa fadhilah yang diyakini ketika mengamalkan Asmaul Husna serta
apa tujuan membaca Asmaul Husna.

Metode Penelitian

Dalam penelitian living Quran penulis menggunakan penelitian lapangan (field research)

yakni penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung di lapangan , metode yang di gunakan
deskriptif kualitatif yang menggambarkan fenomena atau kenyataan yang ada, baik bersifat alami
maupun rekayasa manusia. Penelitian ini di lakukan di PPTQ.Fathul huda blitar dimulai sejak 9
november sampai 4 desember 2023. sumber data yang penulis dapatkan yakni dari pengasuh
pondok, pengurus pondok, dan para santri. Teknik pengumpulannya dengan melakukan
observasi, wawancara, dokumentasi resepsi yang digunakan yaitu resepsi fungsional.

Hasil dan Pembahasan

Mengenal Asmaul Husna

Asmaul Husna menurut istilah merupakan nama-nama baik bagi Allah Swt. sebagai bukti
kebesaran-Nya dan kesempurnaan-Nya. Seperti yang dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al Hasyr
ayat 24 yang bunyinya:

‫ُهَو ُهّٰللا اْلَخ اِلُق اْلَبا ُئ اْلُمَصِّو ُر َلُه اَاْلْس َم ۤا ُء اْلُحْس ٰن ۗى ُيَس ِّبُح َلٗه َم ا ِفى الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِۚض َو ُهَو اْلَع ْيُز اْلَحِكْيُࣖم‬
‫ِز‬ ‫ِر‬

Artinya: “Dialah Allah Yang Maha Pencipta, Yang Mewujudkan dari tiada, dan Yang
Membentuk rupa. Dia memiliki nama-nama yang indah. Apa yang di langit dan di bumi
senantiasa bertasbih kepada-Nya. Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”2

Dalam kitab tafsir Al-Misbah dijelaskan bahwa (‫ )األسماء‬al~asma' adalah bentuk jamak
dari kata (‫ )االسم‬al-ism yang biasa diterjemahkan dengan nama. Ia berakar dari kata (‫ )الّسمو‬as-
sumuw yang berarti ketinggian, atau (‫ )الّس مة‬as-simah yang berarti tanda. Memang nama
merupakan tanda bagi sesuatu, sekaligus harus dijunjung tinggi. Apakah nama sama dengan yang
dinamai atau tidak, di sini diuraikan perbedaan pendapat ulama yang berkepanjangan,
melelahkan dan menyita energi itu. Namun yang jelas bahwa Allah memiliki apa yang dinamai-
Nya sendiri dengan al-asma ’ dan bahwa al-asma ’ itu bersifat husna.3

2
Titin Supartinah, Rahasia Kedahsyatan Asmaul Husna (jakarta: Lembar Langit Indonesia, 2014).
3
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volume 5 (Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2005).
Secara harfiyah Asmaul Husna merupakan “nama-nama yang baik”. Asmaul Husna
merujuk pada nama-nama, gelar, sebutan, sekaligus sifat-sifat Allah yang indah. Istilah ini
dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Thaha ayat 8 yang bunyinya:

‫ُهّٰللَا ٓاَل ِاٰل َه ِااَّل ُهَۗو َلُه اَاْلْس َم ۤا ُء اْلُحْس ٰن ى‬

Artinya: “Allah tidak ada tuhan selain Dia. Milik-Nyalah nama-nama yang terbaik.”

Sebagai umatnya tiada keraguan kita mengamalkan asma Allah tersebut, dan tiada
kebingungan bagi kita untuk meyakini-Nya. Untuk orang yang awam mungkin bingung mengapa
Allah Swt memiliki banyak nama, dan mengapa kita lebih sering menyebut-Nya dengan Allah
Swt. Para ulama berpendapat bahwa kebenaran adalah konsistensi dengan kebenaran yang lain .
dengan cara ini, umat muslim tidak akan mudah menulis “Allah adalah...” karena tidak ada satu
hal pun yang dapat di setarakan dengan Allah, akan tetapi harus dapat mengerti dengan hati dan
keterangan Al-Quran tentang Allah ta’ala.4

Dan juga dijelasakan dalam Tafsir-Al Misbah bahwa Kata (‫ )الحسنى‬al-husna adalah
bentuk mnannats/feminin dari kata (‫ )احسن‬ahsan yang berarti terbaik. Pensifatan nama-nama
Allah dengan kata yang berbentuk superlatif ini, menunjukkan bahwa nama-nama tersebut bukan
saja baik, tetapi juga yang terbaik dibandingkan dengan yang lainnya, yang dapat disandang-Nya
atau baik hanya untuk selain-Nya saja, tapi tidak baik untuk-Nya. Sifat Pengasih misalnya adalah
baik. Ia dapat disandang oleh makhluk/manusia, tetapi karena asma’ al-husna (nama-nama yang
terbaik) hanya milik Allah, maka pastilah sifat kasih-Nya melebihi sifat kasih makhluk, baik
dalam kapasitas kasih maupun substansinya. Di sisi lain sifat pemberani, merupakan sifat yang
baik disandang oleh manusia, namun sifat ini tidak wajar disandang Allah, karena keberanian
mengandung kaitan dalam substansinya dengan jasmani dan mental, sehingga tidak mungkin
disandangkan kepada-Nya. Ini berbeda dengan sifat kasih, pemuran’, adil dan sebagainya.
Contoh lain adalah anak cucu. Kesempurnaan manusia adalah jika ia memiliki keturunan, tetapi
sifat kesempurnaan manusift ini, tidak mungkin pula disandang-Nya karena ini meftgakibatkan
adanya unsur kesamaan Tuhan dengan yang lain, di samping menunjukkan kebutuhan, sedang
hal tersebut mustahil bagi-Nya.Nah, demikianlah kata (‫ )الحسنى‬al-husna menunjukkan bahwa
nama-nama-Nya benar-benar sempurna, tidak tercemar oleh kekurangan.5

4
Supartinah, Rahasia Kedahsyatan Asmaul Husna. Hal. 7-8
5
Shihab, Tafsir Al-Misbah Volume 5.
Profil Pesantren dan sejarah Pembiasaan membaca Asmaul Husan di PPTQ. Fathul
Hudan

1. Sejarah Pondok Pesantren


Pesantren Fathul Huda merupakan sebuah pesantren tahfidz yang berada di Desa
Ringinanom, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar. Pesantren ini telah didirikan sejak tahun
2013 oleh pengasuh yang bernama Kyai Miftahul Huda dan Ibu nyai Hanik Latifah. Awalnya,
pesantren ini berdiri secara tunggal tanpa ada sekolah formal di dalamnya. Karena tuntutan
santri yang bertambah di setiap tahunnya, pengasuh memutuskan untuk mendirikan sekolah
formal. Sekolah tersebut dinamai dengan Mts. Fathul Huda yang berdiri pada tahun 2019.
Dalam waktu yang cukup singkat, sekolah formal di pesantren telah berkembang menjadi Mts.
Riset Fathul Huda. Selain bangku Madrasah Tsanawiyah, pesantren juga bekerjasama dengan
sekolah SMK Darul Huda yang terletak di Desa Wonodadi, Kabupaten Blitar. Sedangkan santri
yang masih duduk di Madrasah Ibtidaiyah, mereka mengenyam pendidikan formal di MI Guppi
Roudlotut Tholibin.
PPTQ Fathul Huda memiliki program yang teratur di setiap hari dan minggunya. Untuk
program harian, santri selalu dibiasakan untuk sholat berjamaah 5 waktu, setor hafalan Al-
Qur’an serta mengaji kitab kuning. Adapun program mingguan adalah diadakannya muhadhoroh
dan maulid diba'. Semua kegiatan tersebut wajib diikuti oleh para santri mulai dari jenjang
Madrasah Ibtidaiyah sampai dengan Sekolah Menengah Kejuruan.

2. Sejarah dan Praktik Pembiasaan Asmaul Husna

Membaca Asmaul Husna merupakan sebuah amaliah yang selalu dilakukan oleh para
santri. Praktik pembiasan Asmaul Husna ini dimulai sejak awal pertama didirikannya pesantren
yakni pada tahun 2013 sampai sekarang, mereka diwajibkan membaca Asmaul Husna di Semua
kegiatan yang bernilai positif di pesantren di awali dengan membaca Asmaul Husna namun
Pembiasaan rutin Asmaul Husna dilaksanakan setiap hari dengan waktu yang sudah ditentukan
yakni, (1) dilaksanakan setelah sholat subuh. Sebelum itu, para santri sudah memiliki kebiasaan
bangun tidur pada pukul 03.00-04.30, untuk mengantri mandi lalu dilanjutkan dengan sholat
tahajud, qobliyah subuh, kemudian para santri melaksanakan sholat subuh berjamah dan
dilanjutkan pembiasaan membaca Asmaul Husna. Santri mulai membuka mata sudah di sodori
Asmaul Husna karena pengasuh bertujuan para santri fikiranya masih fress belum memikirkan
apapun itu namun sudah mengagungkan nama allah sampi nanti tidur lagi. (2) pada apel pagi
sebelum masuk kelas. Dilaksanakan di halaman pesantren, diawali dengan membaca nadhom
Aqidatul Awwam, karena didalam nadhom tersebut terdapat sifat-sifat wajib dan mustahil Allah,
sifat wajib dan mustahil rosul serta nama-nama nabi, rosul, malaikat dan tugas tugasnya, yang
dapat menambah keimanan kita kemudian di tutup dengan Asmaul Husna sebagai pujian kepada
Allah. (3) setelah sholat Ashar. (4) setelah sholat Magrib.

Ibu Nyai Hanik Latifah menyampaikan pada wawancara : “Pada dasarnya, pengasuh
yakin ketika anak-anak di ajak berdoa dengan membaca Asmaul Husna, paling tidak hati anak
anak akan menjadi lembut. Karena berdoa itu melembutkan hati terlebih dahulu. Ketika hatinya
sudah lembut, pasti sangat mudah untuk mengontrol emosi dan insyaallah hatinya juga akan
menjadi baik. Dengan ini, ketika kita meminta insyaallah Allah akan mengijabah.” Selain itu,
pengasuh memiliki pemikiran untuk mengamalkan Asmaul Husna karena pengasuh menyakini
bahwa Asmaul Husna adalah 99 nama Allah yang terbaik, dan memiliki landasan untuk
melaksanakan pembiasan membaca Asmaul Husna tersebut, seperti yang tercantum dalam Al-
Qur'an surat Al-A'raf ayat 180.

‫َو ِلَّلِه ٱَأْلَمْسٓاُء ٱُحْلْس ٰىَن َفٱْدُعوُه َهِباۖ َو َذُرو۟ا ٱَّلِذيَن ُيْلِح ُد وَن ِف َأْس ِئِهۦۚ َسُيْجَزْو َن َم ا َك اُن ۟او َيْع َم ُلوَن‬
Artinya: “Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah
mereka kerjakan.”
Didalam surat Al-A’raf ayat 180 ini dijelaskan menurut penafsiran Al Misbah, ayat ini
didahulukannya kata “ ‫ ”هّلل‬dengan kata “lillah” ketika Dia mengatakan “‫ ”وهّلل األسماء الحسنى‬dan “wa
lillab al-asma' al-husna” menunjukkan bahwa hanya Allah yang memiliki nama-nama indah ini.
Jika Anda mengatakan “Allah Rahim”, rahmat-Nya pasti berbeda dari rahmat , yang mungkin
Anda maksudkan untuk mengacu padanya. Sebenarnya, nama dan sifat-sifat yang dia miliki
berasal dari bahasa manusia. Namun, kata-kata yang digunakan oleh manusia selalu mewakili
kebutuhan dan kekurangan, meskipun ada beberapa yang tidak dapat dihilangkan dari
kekurangan tersebut. Manusia tidak dapat dipisahkan dari keberadaan mereka pada satu tempat,
arah, atau kepemilikan arah (dimensi waktu dan tempat). Ini tidak disandarkan kepada Allah
karena itu adalah keinginan manusia dan kebutuhan manusia.
Dari beberapa ayat yang membahas Asmaul Husna pada dasarnya mengaitkannya dengan
doa atau ibadah, yaitu ayat dalam surah al-Araf, di mana Allah berfirman, “Serulah Allah atau
serulah ar-Rafaman. Dengan Nama apa yang mana saja kamu seru, Dia memiliki al asma' al-
husna” (QS. al-Isra' [17]: 110).6
Ayat-ayat ini mendorong orang untuk berdoa atau menyeru-Nya dengan sifat dan nama-
nama terbaiknya. Salah satu makna perintah ini adalah dorongan untuk menyesuaikan isi
permohonan dengan sifat Allah. Jadi, jika seseorang meminta rezeki, ia menyeru Allah dengan
sifat ar-Rozaq, yang berarti, “Wahai Allah Yang Maha Pemberi rezeki, anugerahilah kami
rezeki”, dan jika seseorang meminta ampunan, ia menyeru Allah dengan sifat Ghafur, yang
berarti, “Wahai Allah Yang Maha Pengampun, ampunilah dosa-dosa saya”, dan seterusnya.
Menyebut sifat-sifat yang sesuai dapat mendorong pengabulan doa. Akan membuat pemohon
merasa lebih baik dan optimis karena permohonannya didasarkan pada keyakinan bahwa Tuhan
memiliki apa yang dimohonkannya.
Untuk berdoa dengan nama-nama ini, seseorang harus menyadari dua hal penting:
kebesaran dan keagungan Allah, dan kelemahan dan kebutuhan dirinya kepada-Nya. Jika ini
dilakukan, doa akan berhasil. Sebuah riwayat yang mengatakan bahwa Asmul Husna berjumlah
99 sangat populer. Sebuah riwayat mengatakan, “Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh
sembilan nama, seratus kurang satu siapa yang Ahshaha’? (mengetahui, menghitung, atau
memeliharanya) maka dia masuk ke surga.” “Allah yang ganjil (Esa) senang pada yang ganjil”
(Ahmad. Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, dan lain-lain).
Ulama menafsirkan kata (‫ )احصاها‬Ahshaha dengan berbagai cara, seperti “memahami
artinya, dan mempercayainya” atau memiliki kemampuan untuk melaksanakan isi-Nya dan
berakhlak dengan nama-nama itu.7
Tetapi jelas bahwa beberapa hanya membaca nama-nama itu dan mengagungkan-Nya
beberapa percaya pada artinya dan beberapa menghafal, memahami, dan mengamalkannya. Kata
itu mencakup semua itu, dan insya Allah, setiap orang dapat menerima rahmat Ilahi sesuai
dengan apa yang Ilahi inginkan dan inginkan. Ini adalah pendapat pedagang.

6
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volume 5 (Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2005), hal.317.
7
Ibid, hal. 318.
Ibnu Katsir menulis, At-Tirmidzi dalam Sunati-nya, setelah kalimat, “Allah ganjil (Esa)
senang pada yang ganjil”, menambahkan Asmaul Husna Jumlah di atas sebagaimana terbaca
melebihi sembilan puluh sembilan nama, tetapi ada ulama yang menjadikan jumlah Asmaul
Husna hanya sembilan puluh sembilan nama, sesuai dengan bilangan populer itu, dengan tidak
meyebutkan Asmaul Husna.
“Hadits ini (dengan tambahan nama-nama itu) adalah hadits ( ‫ )غريب‬gharib, yakni hanya
diriwayatkan oleh seorang perawi dan dari berbagai sumber melalui Abu Hurairah,” kata At-
Tirmidzi. Tidak diketahui apakah Ibnu Katsir menyebutkan nama-nama tersebut dalam banyak
riwayat lain; bahkan dalam satu riwayat, dia berakhir dengan Abu Hurairah, yang menguraikan
nama-nama tersebut dengan penambahan atau pengurangan. Banyak pakar mengklaim bahwa
penyebutan nama-nama tersebut dalam hadits di atas adalah tambahan dan dilakukan oleh ulama
setelah menghimpunnya dari Al-Qur'an. Oleh karena itu, Ibnu Katsir menyatakan, “Ketahuilah
bahwa asma' al-husna tidak terbatas pada sembilan puluh sembilan nama.” Para ulama yang
merujuk kepada al-Qur'an memiliki hitungan yang berbeda tentang bilangan Asmaul Husna
yakni sembilan puluh sembilan.8
Memang benar, bilangan Asmaul Husna dihitung dengan cara yang berbeda oleh para
ulama yang merujuk kepada al-Qur'an. Thabathafoa'i, misalnya, mengatakan bahwa ada seratus
dua puluh tujuh nama, belum lagi jika ditambahkan dengan hadits yang menguraikan nama-
nama tersebut. Dalam Syarh al-Asma’ al-Husna, Ibnu Barjam al-Andalusi (wafat 536 H)
mengumpulkan 132 nama umum yang dia anggap termasuk dalam Asmaul Husna. Al-Qurthubi
dalam Menurut tafsirnya, bukunya “Al- Kitab al-Asna Fi Syarh Asm a’ Al-Husna” memuat
nama-nama Tuhan yang ada lebih dari 200 nama yang disepakati, diperdebatkan, dan berasal dari
para ulama sebelumnya. Bahkan Abubakar Ibnul Araby adalah salah satu ulama yang menganut
madzhab Maliki, seperti yang dikutip oleh Ibnu Katsir mengatakan bahwa beberapa ulama telah
mengumpulkan seribu nama Tuhan dari al-Qur'an dan Sunnah. Contohnya: Mutimmu nurihi,
Khairul Waritsin, Khairul Makirin dan lain-lain.9
Melakukan penyimpangan dalam nama-nama-Nya berarti memanggil atau menamai-Nya
dengan nama yang tidak wajar, atau menolak nama-nama-Nya yang indah seperti menolak nama

8
Ibid. hal 318-320.
9
Ibid.320.
ar-Rahman (baca QS. al-Furqan [25]: 60) atau menyebut nama-Nya dalam konteks kekufuran
dan Kedurhakaan.10
Dari kedua penafsiran di atas dapat di simpulkan bahwa hanya Allah Swt. saja yang
memiliki nama-nama indah sebanyak 99 nama, bahkan ada juga ulama’ yang mengatakan lebih
dari 99 nama, pada ayat ini sudah jelas bahwa Allah meminta umat muslim untuk berdoa dengan
menyebut nama-nama Allah, kita harus berdoa atau menyerukan dengan sifat dan nama-nama
terbaiknya dengan ini seseorang harus menyadari dua hal penting yaitu kebesaran dan keagungan
Allah, dan kelemahan dan kebutuhan dirinya kepada-Nya.

Fadilah Membaca Asmaul Husna

kita sebagai makhluk diwajibkan untuk beribadah kepada Allah, di dalam Al-Qur’an
dijelaskan bahwa Allah Swt. menciptakan jin dan manusia semata-mata agar beribadah kepada-
Nya salah satu ibadah yang dapat dilakukan yakni dengan berikhtiar dan berdoa. Sewaktu
berdo’a sebaiknya kita gunakan untuk menyebut Asmaul Husna. Saat berdo’a kepada Allah kita
diperintahkan tidak hanya menggunakan lam jalalah (Allah) atau disebut ismut dzat saja, tetapi
kita juga dianjurkan untuk menggunkan atau menyebut nama Allah yang terbaik itu dalam
berdo’a maupun berzikir, karena nama-nama itu sesuai dengan sifat-sifat-Nya yang berjumlah
99.

Kasiat Asmaul Husna tidak sedikit jika dilihat dari segi memperoleh pahala, magfitrah,
kebahagiaan, ketenangan, kepandaian, kemuliaan, kesuksesan, keamanan, kekayaan, dan lain
sebagainya. Hal ini akan terwujud bila orang mau percaya dan menyakininya.11

Di atas telah dijelaskan bahwa nama-nama Allah yang indah itu tidak terbatas dalam
jumlah tertentu, dan bahwa sabda Nabi Saw., “Sesungguhnya Allah mempunyai sembilan puluh
sembilan Nama, seratus kurang satu, yang barang siapa menghafalnya maka ia masuk surga,”
tidak menunjukkan terbatasnya Asmaulhusna dalam bilangan ini. Pembatasan hadis ini
menunjukkan keutamaan sembilan puluh sembilan nama ini, dan bahwa ia memiliki kekhususan,
yaitu barang siapa menghafalnya maka ia masuk surga.

Hal ini menunjukkan keutamaan Asmaul Husna, sekaligus sebagai bantahan terhadap
orang yang menafikannya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Pendapat orang yang
10
Ibid, hal 322.
11
Umar Faruk, Khasiat-Khasiat Dan Fadilah 99 Asmaul Husna (Surabaya: Pustaka Media, 2021). Hal. 15-16
mengatakan bahwa sifat-sifat Allah tidak memiliki tingkatan merupakan pendapat yang tidak
didasari dalil. Sebagaimana nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya itu beragam, maka ia juga
berbeda tingkatan, seperti yang ditunjukkan Al-Kitab, Sunah, ijma, di samping akal.”38

Di antara dalil yang menunjukkan perbedaan keutamaan Asmaulhusna adalah riwayat


dari Nabi Saw. dalam berbagai khabar yang sahih bahwa Allah mempunyai Ismul A'zham (Nama
Agung) yang bila digunakan untuk memohon-Nya maka Dia akan memberi. Bila digunakan
untuk berdoa kepada-Nya, maka Dia akan mengabulkan. Tidak diragukan bahwa ini adalah
keutamaan besar yang dikhususkan untuk nama yang disebut sebagai nama Allah yang paling
agung ini. Barangkali kami bisa memaparkan sebagian hadis yang menjelaskan masalah ini,
kemudian setelah itu kita mengamati beberapa pernyataan ulama dalam mengidentifikasinya

Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat di simpulkan bahwa Asmaul Husna merupakan 99 nama
baik Allah yang harus kita percaya, pembiasaan membaca Amaul Husna di PPTQ.Miftahul Huda
sudah sejak 2013 sampai sekarang,hal ini sudah menjadi rutinitas setiap akan melakukan
kegiatan yang bernilai positif, pembiasaan ini dilakukan sebanyak 4 kali, dari bangun tidur
sampai akan tidur lagi yaitu setiap setelah sholat subuh, pada saat apel pagi, setelah sholat Asar,
dan setelah sholat Magrib. Tujuan dari pembacaan ini agar para santri selalu mengingat Allah
setiap akan melakukan kegiatan, disamping itu pengasuh juga meyakini bahwa hati para santri
akan menjadi lemah lembut, mudah mengontrol emosi dan ketika meminta kepada Allah
isyaallah akan dikabulkan.

Daftar Pustaka

Fahrul Usmi Raja Muhammad Kadri. “Living Qur’an: Pembiasaan As.” Asatiza 2, no. 3 (2021).

Faruk, Umar. Khasiat-Khasiat Dan Fadilah 99 Asmaul Husna. Surabaya: Pustaka Media, 2021.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah Volume 5. Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2005.

Supartinah, Titin. Rahasia Kedahsyatan Asmaul Husna. jakarta: Lembar Langit Indonesia, 2014.

Anda mungkin juga menyukai