Faktor Kombinasi Beban Dan Faktor Pengali Untuk Disain Pondasi
Faktor Kombinasi Beban Dan Faktor Pengali Untuk Disain Pondasi
Sebelum 2003: Gempa untuk disain ijin, SF = 3.0 untuk pondasi tiang
E = E1 +/- 0.3*E2
Setelah 2003: Gempa untuk disain ijin, SF = 2.5 untuk pondasi tiang
Setelah 2013: Gempa untuk disain berbasis kekuatan, SF = 2.5 untuk pondasi tiang
Dimana : P1 = kapasitas pada kondisi layan, P2 = pada kondisi gempa sedang, P3 = pada gempa kuat
Faktor 0.6 dari code diperlukan untuk menyamakan hasil dari metode disain kekuatan dan metode disain
tegangan ijin.
Faktor reduksi 0.70 dari code diperlukan untuk menyamakan hasil metode disain tegangan ijin karena
beban gempa yang digunakan sekarang adalah untuk metode disain kekuatan (Strength Design Method).
Kalau beberapa beban dikombinasikan termasuk beban sementara, maka dapat diberikan faktor reduksi
0.75 (reduksi 25%) untuk beban sementara, kecuali untuk analisis kondisi uplift, dimana pemberian faktor
ini mungkin bisa memberikan hasil yang tidak konservatif.
Note:
Namun untuk L yang telah direduksi > 0.50 untuk gempa, apakah faktor reduksi ini dapat diterapkan
bersamaan sehingga menjadi : 0.50*0.75 = 0.375?
Didalam SNI, untuk kombinasi tegangan ijin, tidak disebutkan bahwa L dapat direduksi 0.50 pada
kombinasi dengan beban gempa.
Untuk disain tegangan ijin, ada beberapa material yang tegangan ijinnya bisa dinaikkan untuk kombinasi
beberapa beban diatas, seperti disain tegangan ijin utk baja utk kombinasi beban angin/gempa, dalam hal
ini apabila faktor 0.75 (reduksi 25%) sudah digunakan, maka faktor 1.3 utk menaikkan tegangan ijin
tidak boleh dilakukan lagi. Hal ini jarang lagi dijumpai karena umumnya disain baja sudah menggunakan
metode kekuatan (LRFD).
Untuk disain tegangan ijin lainnya, seperti pada disain daya dukung ijin pondasi, dimana daya dukung ijin
dapat dinaikan 1.3 karena efek dari durasi dan rate perubahan beban dinamik (gempa), maka faktor
kenaikan daya dukung ijin ini, misalkan 1.3, dapat diterapkan bersamaan dengan faktor 0.75 diatas.
a. Dalam analisis kapasitas aksial tiang, yang disediakan oleh Geoteknik hanyalah : (SF = 2.5)
P1 = Pijin aksial untuk beban layan = Pult / SF, Pult = P pada disp 25mm atau 4%D (utk D > 800)
P2 = 1.3*P1
P3 = 1.3*1.2*P1 = 1.56*P1
Dalam SNI disebutkan bahwa untuk kondisi gempa kuat, tegangan ijin yang ada dapat dinaikan dengan
faktor overstrength 1.2, namun tidak boleh digabungkan dengan kenaikan tegangan ijin 1.3, kecuali
diijinkan oleh code.
Dimana:
Faktor 0.70 = Reduksi akibat data gempa dari metode disain kekuatan
Faktor 0.75 = Reduksi akibat kombinasi beban tetap dan sementara
Faktor 1.30 = Kenaikan tegangan ijin akibat efek pembebanan yang dinamis
Faktor 1.20 = Kenaikan tegangan ijin akibat overstrength
Kalau keempat faktor ini penyebabnya berbeda, maka bisa digunakan secara bersamaan, sehingga:
P3 = 1.3*1.2*P1 = 1.56*P1
b. Dalam analisis kap lateral tiang, biasanya diberikan data sbb oleh Konsultan geoteknik:
P1 = Pijin lateral untuk beban layan (Kapasitas lateral tiang pada disp lateral 6.25mm)
P2 = Pijin lateral untuk gempa sedang (Kapasitas lateral tiang pada disp lateral 10mm)
P3 = Pijin lateral untuk gempa kuat (Kapasitas lateral tiang pada disp lateral 25mm)
Namun apabila Pijin yang diberikan oleh analisis geoteknik, pada kombinasi gempa diatas, sudah
memperhitungkan hal diatas (dengan menggunakan faktor SF atau disp max yang berbeda pada saat gempa
sedang dan gempa kuat), maka penggunaan faktor 1.3 akan memberikan hasil yang tidak konservatif. Jadi
apabila digunakan faktor 1.3, maka harus diterapkan pada P1 (daya dukung pada kondisi layan), atau
diambil minimum dari 1.3*P1 dan P2 atau minimum dari 1.56*P1 dan P3.
Sifat dari material tanah pada beban siklik agak berbeda dibandingkan material beton dan baja. Pada
material beton dan baja, pada beban siklik/dinamis, pada frekuensi sedang dan tinggi, nilai E dan Fy
mengalami peningkatan dengan faktor perbesaran dinamis (FBD) sebesar 1.3-1.4. Sedangkan pada tanah
didapati bahwa pada beban siklik, P-Y curve yang ada malah mengalami reduksi. Demikian juga Q-Z
curve (tahanan ujung) dan T-Z curve (tahanan friksi), khususnya pada tanah dengan potensi liquifaksi.
Dalam kasus ini penggunaan faktor 1.3 tidak direkomendasikan dan hanya bisa diterapkan pada kapasitas
penampang pondasi dan kapasitas aksial tanah saja, bukan pada kapasitas daya dukung lateral tanah
terhadap pondasi.
Kesimpulan
1. Faktor pengali 1.3 dan 1.56 pada kap pondasi ijin diterapkan pada P1:
Daya dukung tiang = min(daya dukung bahan tiang, daya dukung tanah)
P1 = Daya dukung aksial ijin tiang = Pult/SF, Pult = P,ultimate (pada disp ijin max)
P1 = Daya dukung lateral ijin tiang = Pijin pada deformasi lateral ijin 6.25mm
2. Faktor pengali yang diterapkan tidak boleh melampaui Pmax = P2 atau P3 yang ditentukan code
akibat kombinasi beban yang digunakan (P2,P3 telah termasuk efek dinamis, liquifaksi, dll) :
Kap pile & daya dukung aksial tanah*: Daya dukung lateral tanah
(Tanpa liquifaksi) (term. aksial pada liquifaksi*)
Gempa nominal: P1*1.3 <= P2 P1 = P2
Gempa kuat: P1*1.56 <= P3 P1*1.2 <= P3
4. Moment rencana pilecap harus dihitung menggunakan : (Kalau dihitung per pilecap sendiri)
Mu = dari 1.4*P1, dimana 1.4 = estimasi load factor rata2 (1.2+1.6)/2, disain dengan Fy
Mu = dari 1.0*P2, disain dengan Fy
Mu = dari 1.0*P3, disain dengan Fy* = 1.25*Fy (konservatif bila pakai Fy saja)
Aplikasi konsep diatas pada Modul Disain Fondasi di SANSPRO
Dalam program SANSPRO, faktor pengali (1.0,1.2) atau (1.3,1.56) dapat diinput dan diedit oleh user
sesuai kebutuhan. Note : Karena SANSPRO tidak bisa membedakan faktor 1.3 untuk aksial dan lateral
pile, maka lebih konservatif bila menggunakan faktor 1.0 dan 1.2 saja.
Pc, Ph dan Pt yang diberikan adalah daya dukung ijin fondasi terhadap aksial tekan, lateral dan aksial tarik
(faktor 1.3 dan 1.56 perlu diubah menjadi 1.0 dan 1.2 untuk tanah potensi liquifaksi dsb)
Selain faktor diatas, beberapa parameter dan opsi lain perlu ditentukan user dengan baik: