Anda di halaman 1dari 15

Kantor Editor : Lantai 2 Fakultas Syariah UIN SAIZU Purwokerto

Jl. A. Yani No. 40A Purwokerto JawaVol. 4 No.531226


Tengah 2 Juli-Indonesia
Des 2021
Telp. DOI
: +62 281 635624 Fax. +62 281 63665310.24090/volksgeist.v4i2.5329

ISSN Print 2615-5648 E-Mail : Volksgeist@uinsaizu.ac.id


ISSN Online 2615-174X Website : http://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/ Volksgeist

Regulasi Hukum Terhadap Keterlibatan Korban Tindak Pidana


Penyelundupan Manusia

Hana Farah Dhiba,1 Sabinadevi2


1,2
Politeknik Imigrasi
1
Email: hanafdhiba@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis regulasi hukum terhadap korban yang terlibat terjadinya
tindak pidana penyelundupan manusia dengan melihat bentuk penyertaan dan hubungan antara
pelaku dan korban. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif
dengan pendekatan hukum normatif. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan fakta-fakta
kejadian di lapangan dan menganalisisnya dengan dasar hukum perundang-undangan yang berlaku.
Adapun dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa korban tindak pidana penyelundupan
manusia dapat dikenakan proses hukum akibat adanya delik penyelundupan manusia ataupun
pembantuan pasif dengan berat ringannya sesuai dengan bentuk dan luasnya wujud perbuatan
masing-masing orang dalam mewujudkan tindak pidana.
Kata Kunci: Regulasi hukum; penyelundupan manusia; keterlibatan korban.
Abstract
This study aims to analyze the legal regulation of victims who are involved in the occurrence
of people smuggling by looking at the forms of participation and the relationship between the
perpetrator and the victim. The method used in this research is a qualitative descriptive method
with a normative legal approach. The research was conducted by collecting facts of events in the
field and analyzing them on the basis of the applicable laws and regulations. The results of the study
conclude that victims of criminal acts of human smuggling can be subjects to legal proceedings.
That is due to the human smuggling offenses or passive assistance with the severity of which is in
accordance with the form and extent of their actions in realizing the crime.
Keywords: Legal regulation; people smuggling; victim involvement.

Sejarah Artikel PENDAHULUAN


Dikirim: 04 Oktober 2021 Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
Direview: 09 November 2021 menjadikan aspek kehidupan masyarakat yang
Diterima: 29 November 2021 selama ini bersifat nasional berkembang men-
jadi bersifat internasional. Dengan bantuan
Diterbitkan: 01 Desember 2021
kemajuan teknologi informasi dan tranportasi,
perpindahan penduduk secara mudah melintasi

Kebijakan moderasi pidana mati 265 265


Vol. 4 No. 2 Juli- Des 2021
DOI 10.24090/volksgeist.v4i2.5628

batas negara dan menyebabkan terjadinya negara asal, negara transit, dan negara tujuan.
proses transnasionalisasi berbagai aspek Ketiga area ini merupakan sebuah siklus yang
kehidupan. Salah satu konsekuensi terjadinya perlu dicermati secara mendalam apabila ingin
transnasionalisasi adalah terjadinya proses mencari model penanganan terpadu terhadap
migrasi global atau dapat juga dikatakan bahwa kejahatan penyelundupan manusia. Pertama,
globalisasi identik dengan transnasionalisasi negara asal. Negara asal para imigran adalah
migrasi. negara-negara Timur Tengah dan Asia Selatan.
Transnasional migrasi menurut Iman Para imigran ini banyak berasal dari Irak,
Santoso adalah “Migrasi manusia secara pe- Iran, Mesir, Tunisia, Suriah dan Libia. Di
rorangan atau berkelompok dari berbagai Timur Tengah, para imigran banyak berasal
tingkatan dan selalu disertai oleh berbagai dari India, Pakistan, dan Afghanistan. Kedua,
negara transit. Negara transit adalah negara
aspek kehidupan, yang terus bergerak dari satu
yang dilewati atau disinggahi sementara oleh
wilayah negara ke berbagai wilayah negara
para imigran dari negara asal. Negara transit
lain, baik untuk tinggal sementara atau menetap
ini kebanyakan adalah Indonesia dan Malaysia.
serta bersifat multidimensi dengan berbagai
Para imigran ini berlayar selama sekian
dampaknya sebagai suatu strategi di dalam
minggu dan kemudian singgah dan bermukim
rangka mencari peluang kehidupan yang lebih
sementara di Indonesia dan Malaysia untuk
baik.”1
kemudian bersiap-siap menempuh perjalanan
Era dunia yang makin bebas dengan sarana ke negara Australia. Sebagai negara transit,
transformasi dan informasi yang semakin Indonesia dijadikan sebagai persinggahan
lancar, telah menunjang proses migrasi antar sementara oleh para imigran untuk sekedar
negara. Bergesernya loyalitas nasional dan istirahat, mengumpulkan perbekalan, dan
perpindahan penduduk antar negara akibat menyiapkan tenaga untuk kembali berlayar ke
pengaruh ekonomi global dan latar belakang Australia. Para imigran ini biasanya dibantu
yang lain telah menyebabkan Indonesia menjadi oleh oknum Warga Negara Indonesia (WNI)
daerah rawan penyelundupan manusia.2 Salah atau Warga Negara Asing (WNA) yang ada
satu faktor penyebab peningkatan kasus di Indonesia seperti membantu menyiapkan
penyelundupan manusia di Indonesia setiap semua kebutuhan dan persiapan, mulai dari
tahunnya yaitu kondisi geografis Indonesia menentukan tempat tinggal sementara hingga
sebagai negara kepulauan, yang memiliki menentukan lokasi pemberangkatan serta alat
banyak pulau kecil yang berada dekat dengan tranportasi yang digunakan untuk mengangkut
negara lain. Menjadikan Indonesia sebagai mereka. Ketiga, negara tujuan. Negara tujuan
negara transit untuk menuju negara tujuan. adalah negara yang menjadi tempat terakhir
Alur penyelundupan manusia yang atau tempat yang akan dituju oleh para imigran.
sekarang marak di Indonesia ini sebenarnya Negara tujuan ini adalah kebanyakan negara
dapat dipetakan dalam tiga area penting, yakni Australia. Adapula yang bertujuan ke Selandia
Baru, namun sebagian besar adalah negara
1
M. Iman Santoso, Prespektif Imigrasi Dalam Australia.3
United Nation Convention Against Transnational
Organized Crime, ed. Perum Percetakan Negara RI Pola migrasi ilegal yang terjadi di Indonesia
(Jakarta, 2007). khususnya di pulau-pulau perbatasan Indonesia
2
Mujibussalim Evlyn Martha Julianty, Dahlan
Ali, “Kebijakan Kriminal Dalam Penanggulangan 3
Agus Subagyo and Dadang Sobar Wirasuta,
Penyelundupan Manusia Di Indonesia,” Jurnal Ilmu “Penyelundupan Manusia Dan Ancaman Keamanan
Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 2, no. 2 Maritim Indonesia Desember 2013,” Jurnal Pertahanan
(2014): 41. 3, no. 3 (2013): 155.

266 Hana, Sabinadevi


Vol. 4 No. 2 Juli- Des 2021
DOI 10.24090/volksgeist.v4i2.5628

pada akhirnya berimplikasi pada munculnya berkisar antara US$ 3.000 – US 15.000 per
masalah keamanan berupa aksi-aksi kejahatan korban. Tentu ini jumlah yang tidak sedikit.
yang melintasi batas negara (transnational Berbagai modus operandi yang dilakukan dalam
crime), juga kejahatan transnasional yang penyelundupan manusia dengan melibatkan
terorganisir (transnational organized crime). berbagai pihak atau pelaku. Setidaknya ada dua
Transnational organized crime adalah suatu peran dalam penyelundupan manusia, yakni
kelompok terstruktur yang terdiri dari tiga orang sebagai otak penyelundupan yang bersifat
atau lebih, terbentuk dalam satu periode waktu pasif dan berada di negara asal, dan ada yang
dan bertindak secara terpadu dengan tujuan berperan sebagai agen penyelundupan yang
untuk melakukan satu tindak pidana serius atau bersifat aktif berasa di negara transit atau negara
pelanggaran atau lebih yang ditetapkan menurut tujuan. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa
Konvensi, untuk mendapatkan, secara langsung penyelundupan manusia adalah kejahatan yang
atau tidak langsung, keuntungan keuangan atau terstruktur.6
materi lainnya.4 Melihat dampak dan perkembangan jenis
Penyelundupan manusia dan imigran ilegal kejahatan ini yang semakin luas maka dunia
mempunyai keterkaitan satu sama lain. Imigran internasional sepakat membuat instrumen
ilegal berhasil masuk ke negara transit maupun hukum internasional untuk bersama-sama
negara tujuan tidak selalu membutuhkan memberantas tindak pidana transnasional yang
kerjasama dengan para agen penyelundup, terorganisir melalui United Nations Convention
mereka juga dapat menyelundupkan dirinya Against Transnational Organized Crime Tahun
sendiri ke negara tujuan tanpa membutuhkan 2000 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
agen penyelundup.5 Menentang Tindak Pidana Transnasional yang
Penyelundupan ini ditujukan untuk me- Terorganisir, yang selanjutnya akan disebut
masok pasar perdagangan seks internasional UNTOC). Indonesia sendiri sudah meratifikasi
dan buruh. Penyelundupan tersebut dilakukan konvensi tersebut melalui Undang-Undang No.
melalui jejaring kejahatan internasional yang 5 tahun 2009. Seiring perkembangannya pada
terorganisasi baik melalui jalur negara perantara tahun 2004 dibentuk protokol tambahan dari
maupun langsung. Semakin meningkatnya UNTOC tahun 2000 tersebut yaitu Protokol
secara signifikan aktivitas kelompok kejahatan Against The Smuggling of Migrant by Land,
terorganisir dalam terjadinya penyelundupan Sea, and Air, Supplementing the United
migran, dapat membahayakan Negara-negara Nations Convention Against Transnational
dan kehidupan serta keselamatan para migran Organized Crime (Protokol Menentang Pe-
itu sendiri. Hasil temuan dari buku yang disusun nyelundupan Migran Melalui Darat, Laut, dan
oleh International Organization for Migration Udara, Melengkapi Konvensi Perserikatan
(IOM) menunjukkan bahwa adanya transaksi Bangsa Bangsa Menentang Tindak Pidana
uang yang tidak sedikit dalam penyelundupan Transnasional yang Terorganisir). Protokol
manusia. Biaya yang harus dikeluarkan oleh tambahan ini sudah diratifikasi oleh Indonesia
setiap korban kepada pelaku penyelundupan melalui Undang-undang No. 15 Tahun 2009.
Konsekuensi sebuah negara menjadi
4
UNTOC, “United Nations, Convention Against salah satu Negara Peserta (mengikatkan diri)
Transnational Organized Crime” (n.d.). atas suatu perjanjian internasional adalah
5
Kadarudin, “People Smuggling Dalam
Perspektif Hukum Internasional Dan Penegakan 6
International Organization for Migration,
Hukumnya Di Indonesia,” Jurnal Perpustakaan XII, no. Penyelidikan Dan Penyidikan Dalam Tindak Pidana
2 (2013): 69–70. Penyelundupan Manusia, 2012.

Regulasi Hukum Terhadap Keterlibatan 267


Vol. 4 No. 2 Juli- Des 2021
DOI 10.24090/volksgeist.v4i2.5628

munculnya hak dan kewajiban negara pihak itu, dari aspek tanggung jawab terletak pada
yang mengadakannya. Daya ikat atas perjanjian diri korban dan pelaku secara bersama-sama.
tersebut didasarkan atas prinsip pacta sunt Menurut Hukum Nasional yang tertuang pada
servanda. Konvensi Wina tahun 1969 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Hukum Perjanjian menyatakan bahwa tiap-tiap dikenal delik penyertaan (deelneming).
perjanjian berlaku mengikat bagi negaranegara Sudah ada beberapa penelitian sebelumnya
pihak dan para pihak tersebut harus yang mengkaji tentang penyelundupan manusia,
melaksanakan kewajibannya dengan itikad diantaranya penelitian Junef9, dalam penelitian
baik (good faith) demi tercapainya maksud dan tersebut dikaji mengenai bagaimana praktik
tujuan dari perjanjian tersebut. Setiap Negara penyelundupan manusia yang marak terjadi di
Peserta perjanjian harus menghormati hak-hak Indonesia, faktor-faktor yang menyebabkan
dan kewajiban-kewajiban dari masing-masing maraknya praktik penyelundupan manusia
pihak maupun pihak ketiga yang mungkin dan upaya pemerintah dalam menanggulangi
diberikan hak dan atau dibebani kewajiban.7 kejahatan tersebut.
Pasal 4 ayat (1) Undang-undang No. 24 tahun Selanjutnya penelitian lain yang mem-
2000 tentang Perjanjian Internasional yang bahas tentang penyelundupan manusia oleh
menyatakan: Yasmirah10, penelitian ini mengkaji tentang
“Pemerintah Republik Indonesia membuat analisis peraturan hukum terhadap imigran
perjanjian internasional dengan satu Negara illegal yang menjadi pelaku penyelundupan
atau lebih, organisasi internasional, atau manusia di Indonesia serta penanganannya oleh
subyek hukum internasional lain berdasarkan pemerintah.
kesepakatan; dan para pihak berkewajiban Penelitian dengan judul “Penegakan
untuk melaksanakan perjanjian tersebut dengan Hukum Tindak Pidana Penyelundupan
itikad baik”. Manusia (People Smuggling) dalam hukum
Salah satu kewajiban dari negara peserta positif Indonesia” dilakukan oleh Eka Annisa
UNTOC dan protokolnya adalah perlindungan Salam menitikberatkan pada penegakan hukum
korban. Dalam perlindungan korban, negara terhadap tindak pidana penyelundupan manusia
peserta wajib untuk melestarikan dan berdasarkan Undang-Undang Keimigrasian
melindungi hak orang yang menjadi objek yang belum maksimal. Selain itu, turut dibahas
kegiatan penyelundupan manusia khususnya kebijakan formulasi di masa mendatang guna
hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, atau menangani kasus penyelundupan manusia11.
perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, Berdasarkan penelitian yang telah di-
tidak manusiawi, dan merendahkan martabat lakukan tersebut, maka penelitian yang
manusia.8 membahas regulasi hukum terhadap korban
Ditinjau dari persfektif tanggung jawab tindak pidana perdagangan manusia layak
korban dikenal istilah Provocative Victims yaitu
korban yang disebabkan peranannya untuk 9
Muhar Junef, “Kajian Praktik Penyelundupan
Manusia Di Indonesia (Study of People Smuggling
memicu terjadinya kejahatan. Oleh karena Practices in Indonesia),” Jurnal Pendidikan Hukum De
Jure 20, no. 1 (2020): 85–102.
7
I Wayan Pathriana, “Hukum Perjanjian 10
Yasmirah Mandasari Saragih et al., “Penegakan
Internasional,” in 2 (Bandung, 2005), 261–63. Hukum Terhadap Pelaku Penyelundupan Manusia Ke
8
Air United Nations, Protokol Against The Indonesia” 4, no. 1 (2021): 161–74.
Smuggling of Migrant by Land, Sea, Supplementing 11
Eka Annisa Salam, “Penegakan Hukum Tindak
the United Nations Convention Against Transnational Pidana Penyelundupan Manusia Dalam Hukum Positif
Organized Crime, n.d. Indonesia” 3, no. April 2020 (2020): 9–20.

268 Hana, Sabinadevi


Vol. 4 No. 2 Juli- Des 2021
DOI 10.24090/volksgeist.v4i2.5628

untuk diteliti. Oleh sebab itu, penelitian ini PEMBAHASAN


melengkapi penelitian yang membahas tentang Tinjauan Umum Tentang Penyelundupan
penyelundupan manusia di Indonesia yang Manusia di Indonesia
telah ada sebelumnya. Perbedaan penelitian ini
Menurut Deputi Bidang Keamanan
dibandingkan dengan ketiga penelitian di atas
Nasional Menkopolhukam Bambang Suparno,
adalah dalam penelitian ini menitikberatkan
salah satu masalah yang dihadapi dalam
pada analisis regulasi dan upaya hukum bagi
menangani masalah imigran ilegal yaitu
korban yang turut serta dalam tindak pidana
lemahnya regulasi. Khususnya yang mengatur
penyelundupan manusia.
tentang penanganan imigran ilegal yang masuk
Penelitian ini adalah penelitian hukum ke Indonesia. Mengingat Australia sebagai
normatif yang bersifat kualitatif. Ronny Hanitijo negara tujuan, maka Indonesia berpotensi
Soemitro mengemukakan bahwa penelitian besar menjadi tempat singgah para imigran
hukum normatif yang juga bisa disebut dengan ilegal. Oleh karenanya Pemerintah Australia
penelitian hukum doktrinal yang menggunakan kerap mendesak Indonesia untuk aktif dan
sumber data sekunder berupa peraturan serius menangani imigran ilegal. Sehingga
perundang-undangan, keputusan-keputuasan dapat dihadang agar tidak masuk ke wilayah
pengadilan, teori hukum, dan pendapat para Australia.
sarjana terkemuka dalam proses pengambilan
Dari tahun ke tahun imigran ilegal dan
datanya.12
penyelundupan orang ke Indonesia dan transit
Penelitian ini merupakan studi kepustakaan melalui Indonesia semakin meningkat. Hal ini
sebagai upaya dalam menemukan kolerasi atau terbukti dari fakta yang diperoleh menunjukan
relevansi teori terkait penelitian ini. Sementara, bahwa dari waktu ke waktu, cara-cara ilegal
teknik pengumpulan data yang digunakan justru lebih menjadi pilihan dalam proses
adalah dokumen-dokumen atau bahan-bahan migrasi. Laporan dari Bureau of Public Affairs,
tertulis yang ada relevan terhadap penelitian. US Departement of State pada bulan Juni 2003
Adapun bahan datanya adalah bahan hukum memaparkan bahwa tiap tahun sekitar 800.000
primer dan bahan hukum sekunder. Analisis s/d 900.000 orang telah diselundupkan dengan
data yang digunakan adalah analisis hukum mengabaikan batas-batas internasional.14
normatif karena yang menjadi objek dalam
Keberadaan imigran ilegal dan interaksinya
penelitian ini adalah atuaran perundang-
dengan warga Indonesia berdampak sosial
undangan yang mempunyai kekuatan hukum
psikologis terhadap kondisi imigran ilegal
tetap dan mengikat. Analisis terhadap aturan
maupun warga Negara Indonesia. Dampak
perundang-undangan hanya dilakukan terhadap
sosial psikologis dari interaksi sosial yang
pasal-pasal yang isinya merupakan kaedah.
dialami oleh imigran ilegal maupun warga
Setelah dilakukan analisa, maka kontruksi
Negara Indonesia tampaknya cenderung
dilaksanakan dengan memasukkan pasal-pasal
mengakibatkan masalah yang lebih serius jika
tertentu ke dalam kategori-kategori atas dasar
tidak ditangani secara komprehensif. Berangkat
pengertian-pengertian dasar dari sistem hukum
dari kenyataan obyektif bahwa pengalaman
tersebut.13
konflik di masa lalu dan atau pengalaman
12
Subana, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah
mengalami diskrimanasi, serta beberapa hidup
(Bandung: CV Pustka Setia, 2010). dalam kemiskinan di negara asal maupun negara
13
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penegakan Hukum (Jakarta: PT. Raja 14
M. Imam Santoso, Hukum Pidana Internasional
Grafindo Persada, 2008). (Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013).

Regulasi Hukum Terhadap Keterlibatan 269


Vol. 4 No. 2 Juli- Des 2021
DOI 10.24090/volksgeist.v4i2.5628

kedua sebelum masuk Indonesia sebagai push bahwa aspek penegakan hukum di Indonesia
factor sebagian besar imigran ilegal berimigrasi. relatif rendah.
Maka dapat dipastikan bahwa mereka masuk
ke Indonesia dengan kondisi psikososial yang
Tinjauan Umum Tentang United Nations
rentan. Stress paska pengalaman traumatik,
Convention Against Transnational Orga­
prasangka terhadap outgroup, kecenderungan
nized Crime
perilaku agresif dialami oleh mereka ketika
Tujuan Konvensi ini adalah untuk
masuk Indonesia. Kodisi psikososial yang
memajukan kerja sama untuk mencegah dan
negatif ini tampaknya semakin memburuk
memberantas tindak pidana transnasional
karena pengalaman negatif yang diperoleh
terorganisasi secara lebih efektif. Tujuan
dalam perjalanan menuju negara tujuan akhir
Konvensi ini, maka disamakan persepsi pada
maupun ditangkap serta ditahan di Indonesia.
setiap negara peserta tentang pemakaian istilah,
Konsekuensi logis dari kondisi psikososial
yakni;
yang negatif tentunya mempengaruhi imigran
illegal dan interaksinya terhadap warga Negara 1. “Kelompok pelaku tindak pidana
Indonesia dan meningkatkan kerentanan terorganisasi” berarti suatu kelompok
terjadinya masalah psikososial yang serius. terstruktur yang terdiri dari tiga orang atau
lebih, terbentuk dalam satu periode waktu
Kondisi psikososial yang serius tentunya
dan bertindak secara terpadu dengan
memerlukan penanganan yang lebih profesional.
tujuan untuk melakukan satu tindak pidana
Kenyataanya akses untuk mendapatkan
serius atau pelanggaran atau lebih yang
penanganan yang lebih profesional masih
ditetapkan menurut Konvensi ini, untuk
sangat terbatas. Dampak ke depan diduga
mendapatkan, secara langsung atau tidak
akan muncul antara lain meningkatnya prilaku
langsung, keuntungan keuangan atau
beresiko imigran ilegal sebagai bentuk upaya/
materi lainnya;
aktifitas untuk mengurangi stres (stress-relief
2. “Tindak pidana serius” berarti tindakan
activities), misalnya peningkatan konsumsi
yang merupakan suatu tindak pidana
alkohol dan prostitusi.
yang dapat dihukum dengan maksimum
Hal ini tentunya menimbulkan masalah
penghilangan kemerdekaan paling kurang
sosial yang menjadi beban Indoensia. Potensi empat tahun atau sanksi yang lebih berat;
kekerasan yang dilakuakan oleh imigran ilegal
3. “Kelompok terstruktur” berarti suatu
sebagai ekspresi frustasi pun sangat besar
kelompok yang tidak secara acak dibentuk
kemungkinannya akan terjadi. Motivasi yang
untuk melakukan tindak pidana dengan
sangat besar untuk sukses, tiba di negara tujuan
segera dan tidak perlu memiliki peran
utama untuk dapat memperbaiki keadaaan
yang ditetapkan secara formal bagi
ekonomi keluarga dan hidup aman dan damai
para anggotanya, kesinambungan dari
seperti yang dicita-citakan, kemungkinan keanggotaannya maupun suatu struktur
besar mendorong imigran ilegal untuk yang jelas;
menggunakan berbagai upaya dan kesempatan
4. “Kekayaan” berarti aset berbentuk apapun,
(tujuan menghalalkan segala cara) untuk
baik berbentuk atau tidak berbentuk,
mendapatkannya termasuk berbuat kriminal,
bergerak atau tidak bergerak, berwujud
melanggar hukum atau aturan yang ada di
atau tidak berwujud, dan dokumen atau
Indonesia. Hal ini sangat mungkin terjadi
instrumen hukum yang membuktikan hak
terutama apabila imigran ilegal menyadari

270 Hana, Sabinadevi


Vol. 4 No. 2 Juli- Des 2021
DOI 10.24090/volksgeist.v4i2.5628

atas, atau kepentingan terhadap, asset penyidikan dan penuntutan atas tindak pidana
tersebut; pencucian hasil kejahatan, korupsi, dan tindak
5. “Hasil tindak pidana” berarti setiap pidana terhadap proses peradilan, serta tindak
kekayaan berasal dari atau diperoleh, pidana yang serius, yang bersifat transnasional
secara langsung atau tidak langsung, dan melibatkan suatu kelompok pelaku tindak
melalui pelaksanaan suatu tindak pidana; pidana yang terorganisasi.
6. “Pembekuan” atau “penyitaan” berarti pe- Konvensi menyatakan bahwa suatu tindak
larangan sementara pemindahan, konversi, pidana dikategorikan sebagai tindak pidana
pelepasan atau perpindahan kekayaan, atau transnasional yang terorganisasi jika tindak
menerima penjagaan atau pengawasan pidana tersebut dilakukan:
kekayaan secara sementara berdasarkan 1. Lebih dari satu wilayah negara;
suatu perintah yang dikeluarkan oleh 2. Suatu negara, tetapi persiapan, perencanaan,
pengadilan atau badan berwenang lainnya; pengarahan atau pengendalian atas ke-
7. “Perampasan” yang meliputi perampasan jahatan tersebut dilakukan di wilayah
bilamana dapat diberlakukan, berarti negara lain;
pencabutan permanen atas kekayaan 3. Suatu wilayah negara, tetapi melibatkan
dengan perintah pengadilan atau badan suatu kelompok pelaku tindak pidana
berwenang lainnya; yang terorganisasi yang melakukan tindak
8. “Tindak pidana asal” berarti setiap pidana di lebih dari satu wilayah negara;
tindak pidana yang mana hasil-hasil yang atau
diperolehnya dapat menjadi subjek dari 4. Suatu wilayah negara, tetapi akibat yang
suatu tindak pidana sebagaimana dimaksud ditimbulkan atas tindak pidana tersebut
dalam Pasal 6 Konvensi ini; dirasakan di negara lain
9. “Organisasi regional integrasi ekonomi” Konvensi menyatakan bahwa Negara
berarti suatu organisasi yang dibentuk Pihak wajib melakukan segala upaya termasuk
oleh Negara-negara berdaulat dalam suatu membentuk peraturan perundang-undangan
wilayah, yang Negaranegara Pihaknya telah nasional yang mengkriminalkan perbuatan
menyerahkan kompetensinya dalam hal yang ditetapkan dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal
yang diatur dalam Konvensi ini dan yang 8, dan Pasal 23 Konvensi serta membentuk
telah diberikan kuasa, menurut prosedur kerangka kerja sama hukum antarnegara,
internalnya, untuk menandatangai, seperti ekstradisi, bantuan hukum timbal balik
mengesahkan, menerima, menyetujui dalam masalah pidana, kerja sama antaraparat
atau mengikat; referensi “Negara-Negara penegak hukum dan kerja sama bantuan teknis
Pihak” dalam Konvensi ini berlaku pada serta pelatihan.
organisasi-organisasi tersebut dalam batas-
batas kewenangan mereka.
Prinsip Konvensi menyatakan bahwa Tinjauan Umum Tentang Korban Kejahatan
negara pihak, dalam menjalankan kewajibannya, 1. Pengertian Korban
wajib mematuhi prinsip kedaulatan, keutuhan Secara luas, pengertian korban diartikan
wilayah, dan tidak mencampuri urusan dalam bukan hanya sekedar korban yang menderita
negeri negara lain. Sedangkan ruang lingkup langsung, akan tetapi korban tidak langsung
Konvensi menyatakan bahwa Konvensi pun juga mengalami penderitaan yang
ini mengatur mengenai upaya pencegahan, dapat diklarifikasikan sebagai korban. Yang

Regulasi Hukum Terhadap Keterlibatan 271


Vol. 4 No. 2 Juli- Des 2021
DOI 10.24090/volksgeist.v4i2.5628

dimaksud korban tidak langsung di sini seperti, d. Biologically weak victim adalah kejahatan
istri kehilangan suami, anak yang kehilangan disebabkan adanya keadaan fisik korban
bapak, orang tua yang kehilangan anaknya, dan seperti wanita, anak-anak, dan manusia
lainnya.15 lanjut usia (manula) merupakan potensial
Selanjutnya secara yuridis, pengertian korban kejahatan. Ditinjau dari aspek
korban termaktub dalam Undang-Undang pertanggungjawabannya terletak pada
Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan masyarakat atau pemerintah setempat
Saksi dan Korban, yang dinyatakan korban karena tidak dapat memberi perlindungan
adalah “seseorang yang mengalami penderitaan kepada korban yang tidak berdaya;
fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang e. Social weak victims adalah korban yang
diakibatkan oleh suatu tindak pidana. Melihat tidak diperhatikan oleh masyarakat
rumusan tersebut, yang disebut korban adalah: bersangkutan seperti para gelandangan
a. Setiap orang; b. Mengalami penderitaan dengan kedudukan sosial yang lemah.
fisik, mental, dan/atau; c. Kerugian ekonomi; d. Untuk pertanggungjawabannya secara
Akibat tindak pidana. penuh terletak pada penjahat atau
Dalam kajian viktimologi terdapat pre- masyarakat;
sfektif dimana korban bukan saja bertanggung f. Selfvictimizing victims adalah korban
jawab dalam kejahatan itu sendiri tetapi kejahatan yang dilakukan sendiri (korban
juga memiliki keterlibatan dalam terjadinya semu) atau kejahatan tanpa korban.
kejahatan. Menurut Stephen Schafer, dari Pertanggungjawabannya sepenuhnya
persfektif tanggung jawab korban itu sendiri terletak pada korban karena sekaligus
mengenal tujuh bentuk, yakni: sebagai pelaku kejahatan;
a. Unrelated victims adalah mereka yang g. Political victims adalah korban karena
tidak ada hubungan dengan si pelaku dan lawan politiknya. Secara sosiologis, korban
menjadi korban karena memang potensial. ini tidak dapat dipertanggungjawabkan
Untuk itu, dari aspek tanggung jawab kecuali adanya perubahan konstelasi
sepenuhnya berada dipihak korban; politik.16
b. Provocative victims merupakan korban 2. Klausa Turut Serta Korban
yang disebabkan peranan korban untuk Dalam Terjadinya Tindak Pidana
memicu terjadinya kejahatan. Karena itu, Penyelundupan Manusia
dari aspek tanggung jawab terletak pada diri
Pengertian turut serta (ikut serta,
korban dan pelaku secara bersamasama;
bersamasama) melakukan perbuatan pidana
c. Participating victims yakni perbuatan
(delict) dapat dilakukan oleh beberapa orang
korban tidak disadari dapat mendorong
bersama-sama. Turut serta (deelneming) dari
pelaku melakukan kejahatan. Misalnya,
beberapa orang dalam perbuatan pidana dapat
mengambil uang di Bank dalam jumlah
merupakan kerjasama, yang masing-masing
besar yang tanpa pengawalan, kemudian
dapat berbeda-beda sifat dan bentuknya.17
dibungkus dengan tas plastik sehingga
mendorong orang untuk merampasnya. Menurut R. Soesilo dijelaskannya bahwa,
Aspek ini pertanggungjawaban sepenuhnya
ada pada pelaku; 16
Lilik Mulyadi, Kapita Selekta Hukum
Pidana Kriminologi Dan Viktimologi (Denpasar, Bali:
Djambatan, 2017).
15
Muhadar, Viktimisasi Kejahatan Pertanahan 17
Umar Said Sugiarto, Pengantar Hukum
(Yogyakarta, 2006). Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2015).

272 Hana, Sabinadevi


Vol. 4 No. 2 Juli- Des 2021
DOI 10.24090/volksgeist.v4i2.5628

turut serta dalam arti kata ‘bersama-sama Menurut Satochid Kartanegara dalam
melakukan’ sedikitnya harus ada dua orang melihat pada hubungan tiap peserta dengan
yang melakukan (pleger) dan orang yang turut pertanggungjawaban pidananya, maka menurut
melakukannya (medepleger) peristiwa pidana sifatnya deelneming itu dapat dibedakan dalam
itu. Contoh A berniat mencuri di rumah B dan dua bentuk yaitu;
sengaja C untuk bersama-sama melakukan. a. Bentuk-bentuk deelneming yang ber-
Kedua-keduanya masuk rumah dan mengambil diri sendiri, dalam bentuk ini per-
barang-barang, atau C yang menggali lubang, tanggungjawaban dari tiap-tiap peserta
sedangkan A yang masuk dan mengambil dihargai sendiri-sendiri;
barang-barangnya. Disini C dihukum sebagai b. Bentuk deelneming yang tidak berdiri sen-
‘medepleger’, karena melakukan perbuatan diri, disebut juga “accessori deelneming”,
pelaksanaan pencurian itu. Andaikata C hanya pertanggungjawaban dari peserta yang satu
berdiri di luar untuk menjaga dan memberi digantungkan pada perbuatan peserta yang
isyarat kalau ada orang datang, maka C lain, yakni dilakukannya sesuatu perbuatan
dihukum sebagai “medeplichtige’, Pasal 56 yang dapat dihukum kepada satu peserta,
sebab perbuatannya hanya bersifat menolong maka peserta yang satu yang lain pun juga
saja.18 dapat dihukum.20
Pandangan Pompe tentang medepleger Pemberian kesempatan, sarana atau
adalah turut mengerjakan terjadinya sesuatu keterangan adalah cara untuk menggerakkan
tindak pidana dengan adanya 3 (tiga) seseorang. Jelas kiranya bahwa jika ada
kemungkinan, yaitu: pembantu tentu ada yang dibantu, yaitu yang
a. Mereka masing-masing memenuhi semua disebut sebagai pelaku utama atau petindak.
unsur dalam rumusan delik. Misal dua Hubungan antara pembantu dengan petindak
orang dengan bekerjasama melakukan atau pelaku utama adalah pembantuan.
pencurian di sebuah gudang beras; Pembantuan ditentukan bersamaan dengan
b. Salah seorang memenuhi semua unsur terjadinya kejahatan. Pembantuan dibagi
delik, sedang yang lain tidak. Misal menjadi dua jenis yakni; Pembantuan aktif
dua orang pencopet (A dan B) saling (active medeplichtigheid) dan Pembantuan
bekerjasama, A yang menabrak orang pasif (passive medeplichtigheid). Dalam
yang menjadi sasaran, sedang B yang doktrin hukum pidana, dikenal ada dua sistem
mengambil dompet orang itu; pembebanan pertanggungjawaban pidana pada
c. Tidak seorangpun memenuhi unsur-unsur penyertaan, yakni;
delik seluruhnya, tetapi mereka bersama- a. Setiap orang yang terlibat bersama-sama
sama mewujudkan delik itu. Misal dalam kedalam suatu tindak pidana dipandang
pencurian dengan merusak (Pasal 363 ayat dan dipertanggung jawabkan secara sama
1 ke 5 KUHP) salah seorang melakukan dengan orang yang sendirian melakukan
pengangsiran, sedang kawannya masuk tindak pidana tanpa dibeda-bedakan baik
rumah dan mengambil barang-barang yang
kemudian diterimakan kepada kawannya Turutserta Melakukan Dalam Ajaran Penyertaan, Telaah
yang mengangsir tadi.19 Kritis Berdasarkan Teori Pemisahan Tindak Piana Dan
Pertanggungjawaban Pidana (Prenadamedia Group,
18
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum 2014).
Pidana (KUHP) Serta Penjelasannya Pasal Demi Pasal 20
Satochid Kartanegara, “Kumpulan Kuliah
(Bogor, 1985). Hukum Pidana,” in 1 (Balai Lektur Mahasiswa, n.d.),
19
Muhammad Ainul Syamsu, Pergeseran 419.

Regulasi Hukum Terhadap Keterlibatan 273


Vol. 4 No. 2 Juli- Des 2021
DOI 10.24090/volksgeist.v4i2.5628

atas perbuatan yang dilakukannya maupun WNA di Terminal 2 Bandara Internasional


apa yang ada dalam sikap batinnya; Soekarno-Hatta (Soetta). Kelima WNA
b. Masing-masing orang yang bersama- tersebut diamankan lantaran diduga merupakan
sama terlibat dalam suatu tindak pidana sindikat penyelundupan manusia. Dari kelima
dipandang dan dipertanggungjawabkan WNA tersebut, 2 diantaranya merupakan WN
berbeda-beda, yang berat ringannya Malaysia yang masing-masing berinisial SRP
sesuai dengan bentuk dan luasnya wujud dan RU. Sementara 3 lainnya merupakan WN
perbuatan masing-masing orang dalam Srilanka dengan inisial MPS, TM dan MS. SRP
mewujudkan tindak pidana. dan WN datang ke Indonesia menggunakan
pesawat Asiana Airlines QZ726.22
Dalam terjadinya tindak pidana penye-
lundupan manusia, terkadang para korban Pada kasus ini terlihat bahwa MPS, TM
masuk dalam kriteria orang yang melakukan dan MS sebagai korban ikut turut serta dalam
turut serta (medepleger). Para korban tidak tindak penyelundupan manusia. Mereka
secara sadar dan sengaja bekerja sama dengan
secara langsung turut serta dalam terjadinya
para penyelundup manusia dalam terjadinya
tindak pidana penyelundupan manusia secara
tindak pidana. Mereka masuk ke wilayah
keseluruhan, namun melakukan perbuatan yang
Malaysia dengan paspor asli milik mereka dan
dapat membantu terwujudnya tindak pidana
setibanya di Malaysia mereka dibantu oleh
penyelundupan manusia. Diantara penyertaan
para penyelundup manusia memperoleh paspor
yang korban lakukan adalah: masuk dan/atau
Malaysia asli yang bukan miliknya atau dikenal
berada di Indonesia menggunakan dokumen
dengan istilah impostor. Lalu dengan paspor
perjalanan yang tidak sah. 21 Malaysia itu, para korban mencoba masuk ke
Korban yang akan diselundupkan ke negara negara transit selanjutnya yakni Indonesia.
tujuan biasanya berasal dari negara rawan atau Berarti para korban juga turut serta secara fisik
negara yang disinyalir banyak warga negaranya dalam terjadinya penyelundupan manusia.
yang menjadi imigran ilegal. Negara tujuan para Sehingga syarat turut serta dalam tindak pidana
korban biasanya akan melakukan pemeriksaan terpenuhi oleh para korban tersebut.
yang lebih ketat pada mereka sebagai bentuk Tindakan turut serta para korban ini
pencegahan terhadap imigran ilegal yang coba memang tidak memenuhi unsur-unsur delik
masuk ke dalam wilayah negara mereka. Untuk penyelundupan manusia, tetapi para korban
menyembunyikan identitas mereka, para korban bersama dengan pelaku mewujudkan delik
menggunakan dokumen perjalanan palsu/ penyelundupan manusia. Sehingga dalam
dipalsukan atau menggunakan paspor sah tapi pertanggungjawabannya, para korban harus
bukan miliknya. Dalam mendapatkan dokumen dihargai sendiri atas tindakan yang mereka
yang tidak sah ini, korban akan dibantu oleh lakukan. Mereka telah memenuhi unsur delik
pelaku penyelundupan manusia. tindak pidana sesuai dengan UU No.6 Tahun
Seperti percobaan penyelundupan manusia 2011 Tentang Keimigrasian pasal 119 ayat
yang terjadi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (1) yang berbunyi: “Setiap Orang Asing yang
Soekarno-Hatta. Petugas Imigrasi Kelas I masuk dan/atau berada di wilayah Indonesia
Khusus Soekarno-Hatta mengamankan 5 yang tidak memiliki Dokumen Perjalanan dan

21
SR Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana Di 22
Iman Achdiat, “Sindikat Penyelundupan
Indonesia Dan Penerapannya (Jakarta: Storia Grafika, Manusia Dibongkar Imigrasi Soetta,” Air Magazine
2002). (Jakarta, 2017).

274 Hana, Sabinadevi


Vol. 4 No. 2 Juli- Des 2021
DOI 10.24090/volksgeist.v4i2.5628

Visa yang sah dan masih berlaku sebagaimana masuk ke Malaysia maupun ke Australia.
dimaksud dalam Pasal 8 dipidana dengan Menurut Herry, sindikat penyelundupan orang
pidana penjara paling lama 5 tahun dan pidana di Dumai ini telah menyelundupan sekitar 2.710
denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima WNA selama delapan bulan terakhir. “Dia bawa
ratus juta rupiah)”. masuk 600 orang dalam satu bulan. Selama
Selain itu, dalam perjalanannya ke negara delapan bulan terakhir hampir 2.000 orang.
tujuan, para korban kerap menyalahgunakan izin Empat tersangka dari sindikat penyelundupan
orang di Dumai ini akan dijerat Pasal 120 dan
tinggal. Misal saat masuk ke negara Indonesia,
Pasal 124 Undang-undang Nomor 6 Tahun
mereka memberikan keterangan palsu kepada
2011 tentang Keimigrasian.23
petugas agar dapat masuk ke wilayah negara
Indonesia. Biasanya mereka beralibi akan Pada kasus percobaan penyelundupan ini,
melakukan wisata atau kunjungan keluarga di para korban menyalahgunakan izin tinggal
dengan kegiatannya di rumah warga untuk
Indonesia. Pada kenyataannya mereka berada
menunggu keberangkatan ke negara tujuan.
di Indonesia untuk menunggu keberangkatan
Biasanya dalam menunggu keberangkatannya,
mereka menuju negara tujuan. Bahkan tidak
saat masuk ke wilayah negara Indonesia para
jarang mereka berada di Indonesia sampai masa
korban menggunakan fasilitas Bebas Visa
berlaku izin tinggalnya habis.
Kunjungan. Dalam hal meneruskan perjalanan
Modus operandi ini dilakukan oleh para ke negara lain, diperuntukkan bagi WNA yang
korban dengan sebelumnya telah berkoordinasi akan melakukan transit ke negara lain secara
terlebih dahulu dengan pelaku penyelundupan legal dan sah. Jadi kegiatan yang dilakukan para
manusia yang biasanya sudah berada atau korban dengan menunggu pemberangkatan
memang warga negara di negara transit. Di penyelundupan ke negara tujuannya adalah
negara transit oleh pelaku, para korban telah bentuk penyalahgunaan izin tinggal.
disediakan tempat penampungan sementara Selain itu, modus yang paling sering
sebelum diberangkatkan ke negara tujuan. dilakukan oleh penyelundup manusia adalah
Seperti percobaan penyelundupan menyelundupkan para korban tidak melalui
manusia yang terjadi di Riau. Badan Reserse Tempat Pemeriksaan Imigrasi. Hal ini tentu
Kriminal (Bareskrim) Polri mengungkap untuk menghindari pemeriksaan oleh Petugas
sindikat penyelundupan orang ke Malaysia. dan lebih memudahkan untuk menyelundupkan
Penangkapan di Riau berawal dari patroli yang lebih banyak orang. Penyelundupan meng-
digelar petugas. Saat itu polisi curiga pada gunakan alat pengangkut yang legal akan
seorang warga negara Bangladesh yang gerak- lebih menyulitkan bagi para penyelundup dan
geriknya mencurigakan. Berdasarkan hasil korban untuk masuk ke wilayah negara tujuan.
pemeriksaan awal, petugas menduga ia adalah Karena dengan menggunakan alat angkut legal,
pelaku penyelundupan orang. Polisi kemudian keamanan akan lebih ketat dan tentunya harus
memeriksa rumah warga tersebut. Petugas melewati pemeriksaan keimigrasian. Sehingga
mendapati 74 orang warga negara asing. para penyelundup lebih sering menggunakan
Dari pengembangan yang dilakukan, petugas alat angkut illegal dan melalui jalur illegal yang
minim pengamanan dari petugas.
kemudian menangkap tiga orang lainnya yang
merupakan anggota sindikat ini. Salah satunya
Tengku Said Saleh alias Haji Saleh yang diduga 23
Martahan Sohuturon, “Bareskrim Ungkap
menjadi penyedia kapal dan membawa imigran Sindikat Penyelundupan Orang Ke Australia,” cnn
indonesia, 2019.

Regulasi Hukum Terhadap Keterlibatan 275


Vol. 4 No. 2 Juli- Des 2021
DOI 10.24090/volksgeist.v4i2.5628

Para korban secara sadar dan sengaja untuk hal pelaksanaannya, mereka menyerahkan
naik ke alat angkut illegal ini. Mereka tahu proses dan cara masuk tanpa melalui tempat
kalau akan diselundupkan melalui jalur illegal pemeriksaan imigrasi pada penyelundup dan
yang tanpa melalui pemeriksaan keimigrasian. mereka hanya bersifat pasif. Namun dengan
Tindakan para korban ini memang dikehendaki kepasifannya itu para korban telah dengan
oleh si para korban untuk terjadi agar segaja memberi bantuan kepada penyelundup
penyelundupan manusia atas dirinya dapat untuk melakukan tindak pidana. Di luar dari
terlaksana. tindak pidana penyelundupan manusia, dengan
Seperti percobaan penyelundupan manusia kepasifannya para korban telah memenuhi
yang terjadi di Entikong. Aksi penyelundupan unsur delik pada UU No.6 Tahun 2011 Tentang
manusia dengan modus baru berhasil diungkap Keimigrasian pasal 113 yang berbunyi:
kepolisian dan petugas Imigrasi di Pos Lintas “Setiap orang yang dengan sengaja masuk atau
Batas Negara (PLBN) Entikong, Kabupaten keluar Wilayah Indonesia yang tidak melalui
Sanggau, Kalimantan Barat (Kalbar). Sebanyak pemeriksaan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat
dua dari tiga warga negara Indonesia (WNI) asal Pemeriksaan Imigrasi sebagaimana dimaksud
Nusa Tenggara Barat (NTB) disembunyikan dalam Pasal 9 ayat (1) dipidana dengan pidana
pelaku di bagasi belakang mobil yang mereka penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
tumpangi. Keduanya ditumpuk bersamaan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00
dengan tas bawaan. Dari kejadian itu, petugas (seratus juta rupiah)”.
Imigrasi bersama anggota Polsek Entikong
melakukan pemeriksaan lebih detil terhadap Pemidanaan Kepada Korban yang Turut
penumpang maupun kendaraan. Pada saat Serta dalam Terjadinya Penyelundupan
pemeriksaan kendaraan yang membawa pelaku Manusia
dan korban, petugas menemukan dua orang
Pada dasarnya pidana itu merupakan suatu
bersembunyi di bawah tumpukan tas pada
penderitaan/nestapa yang diberikan oleh negara
bagasi belakang mobil. Mendapati fakta itu,
kepada seseorang, dan hanya merupakan alat
petugas kemudian memeriksa keduanya. Dua
(instrumen) belaka, karenanya tidak mungkin
korban yang ditumpuk tas itu keadaannya sehat,
ia dapat mencapai tujuan. Untuk mencapai
mereka dikondisikan oleh IT untuk sembunyi
tujuan, pidana memerlukan dukungan konsep
di bagasi belakang sebelum memasuki PLBN.
pemidanaan. Mengingat pemidanaan sinonim
Atas perbuatan ini, pelaku dijerat UU Nomor
dengan perkataan penghukuman. Penghukuman
18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja
itu berasal dari kata dasar hukum, sehingga
Migran Indonesia dengan ancaman hukuman
dapat diartikan sebagai menetapkan hukum atau
10 tahun penjara.24
memutuskan tentang hukumnya (berechten).25
Pada kasus percobaan penyelundupan
Pemerintah Indonesia telah berusaha
ini, para korban tidak turut andil dalam
memberantas penyelundupan manusia.
penyelundupan. Namun mereka secara sadar
Indonesia sudah meratifikasi konvensi United
dan sengaja diselundupkan dengan alat angkut.
Nations Convention Against Transnational
Para korban memang berniat untuk melewati
Organized Crime dan mengharmonisasikan ke
batas wilayah suatu negara tanpa melalui
dalam hukum nasional melalui Undang-Undang
tempat pemeriksaan imigrasi. Namun dalam
24
Ade Putra, “Imigrasi Entikon-Bongkar Modus 25
M. Zen Abdullah, Pidana Penjara Eksistensi
Baru Penyelundupan Manusia Ke Malaysia,” okezone. Dan Efektifitasnya Dalam Upaya Resosialisasi Narapida
com, 2019. (Yogyakarta: Hasta Cipta Mandiri, 2009).

276 Hana, Sabinadevi


Vol. 4 No. 2 Juli- Des 2021
DOI 10.24090/volksgeist.v4i2.5628

No. 5 tahun 2009 tentang Pengesahan United dan kewajiban korban kejahatan.27
Nations Convention Against Transnational Tujuannya tidaklah untuk menyanjung-
Organized Crime (Konvensi Perserikatan nyanjung pihak korban, tetapi hanya untuk
Bangsa-Bangsa Menentang Tindak Pidana memberikan beberapa penjelasan mengenai
Transnasional yang Terorganisasi) dan protokol kedudukan dan peran korban serta hubungannya
tambahan dari UNTOC yaitu Protokol Against dengan pihak pelaku serta pihak lain. Kejelasan
The Smuggling of Migrant by Land, Sea, and Air, ini adalah sangat penting dalam rangka
Supplementing the United Nations Convention mengusahakan kegiatan pencegahan terhadap
Against Transnational Organized Crime dan berbagai macam viktimisasi, demi menegakkan
mengharmonisasikan ke dalam hukum nasional keadilan dan meningkatkan kesejahteraan
melalui Undang-undang No. 15 Tahun 2009 mereka yang terlihat langsung dalam eksistensi
tentang Pengesahan Protokol Against The suatu viktimisasi.28
Smuggling of Migrant by Land, Sea, and Air, Melihat hubungan antara pelaku dan
Supplementing the United Nations Convention korban penyelundupan manusia, maka istilah
Against Transnational Organized Crime yang tepat untuk menggambarkan orang-orang
(Protokol Menentang Penyelundupan Migran yang berniat untuk diselundupkan adalah objek
Melalui Darat, Laut, dan Udara, Melengkapi kejahatan bukan korban kejahatan. Hal ini karena
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mereka tidak mengalami penderitaan, baik fisik,
Menentang Tindak Pidana Transnasional yang mental, maupun emosional, kerugian ekonomi,
Terorganisir). atau mengalami pengabaian, penguruangan,
Selain melalui pembentukan hukum atau perampasan hak-hak dasarnya. Namun
nasional, pemerintah Indonesia telah me- mereka hanya menjadi objek dari tindak pidana
lakukan upaya lain seperti bekerjasama penyelundupan manusia. Karena tujuan utama
dengan negara lain, membentuk Satuan Tugas, dari pelaku penyelundupan bukanlah untuk
melakukan kerjasama antar instansi dan merampas, memanfaatkan, atau memberikan
memberikan hukuman yang berat kepada pelaku penderitaan kepada mereka.
penyelundupan manusia. Semua ini dilakukan Berkaitan dengan tujuan pemidanaan,
dalam upaya memberantas penyelundupan dikenal teori relatif yang menganggap dasar
manusia. hukum dari pemidanaan bukanlah pembalasan,
Mengenai korban kejahatan, terdapat akan tetapi tujuan dari pidana itu sendiri. Jadi
suatu studi yang mempelajari tentang korban teori ini menyadarkan hukuman pada maksud
penyebab timbulnya korban dan akibat dan tujuan pemidanaan itu, artinya teori
penimbulan korban yang merupakan masalah ini menjadikan dasar penjatuhan hukuman
manusia sebagai suatu kenyataan sosial pada maksud dan tujuan hukuman sehingga
yang disebut dengan Viktimologi.26 Melalui ditemukan manfaat dari suatu penghukuman.
viktimologi dapat diketahui berbagai aspek Jadi teori relatif bertujuan untuk mencegah agar
yang berkaitan dengan korban seperti: faktor ketertiban dalam masyarakat tidak terganggu.
penyebab munculnya kejahatan, bagaimana Teori relatif juga sering di sebut sebagai teori
seseorang dapat menjadi korban, upaya penangkalan, istilah penangkalan merupakan
mengurangi terjadinya korban kejahatan, hak
27
Arief Mansyur, Dikdik M, and Elisatris Gultom,
Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan: Antara Norma
26
Rena Yulia, Viktimologi Perlindungan Hukum Dan Realita (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007).
Terhadap Korban Kejahatan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 28
Yulia, Viktimologi Perlindungan Hukum
2010). Terhadap Korban Kejahatan.

Regulasi Hukum Terhadap Keterlibatan 277


Vol. 4 No. 2 Juli- Des 2021
DOI 10.24090/volksgeist.v4i2.5628

terjemahan dari kata “deterrence”. Teori DAFTAR PUSTAKA


penangkalan mempunyai suatu asumsi bahwa Abdullah, M. Zen. Pidana Penjara Eksistensi
manusia selalu rasional dan selalu berpikir Dan Efektifitasnya Dalam Upaya
sebelum bertindak dalam rangka ‘mengambi Resosialisasi Narapida. Yogyakarta:
manfaat maksimal yang rasional’ yang berarti Hasta Cipta Mandiri, 2009.
bahwa prospek untung dan rugi ditimbang Evlyn Martha Julianty, Dahlan Ali,
dengan keputusan-keputusan dan pilihan- Mujibussalim. “Kebijakan Kriminal
pilihan secara kalkulatif.29 Dalam Penanggulangan Penyelundupan
Manusia Di Indonesia.” Jurnal Ilmu
PENUTUP Hukum Pascasarjana Universitas Syiah
Dalam hal terjadinya kejahatan tindak Kuala 2, no. 2 (2014): 41.
pidana penyelundupan manusia posisi korban I Wayan Pathriana. “Hukum Perjanjian
juga melakukan penyertaan pidana dan dapat Internasional.” In 2, 261–63. Bandung,
dikenai hukuman atas perbuatan tersebut. 2005.
Bentuk penyertaan yang korban lakukan berupa Iman Achdiat. “Sindikat Penyelundupan
bersama-sama dengan pelaku mewujudkan delik Manusia Dibongkar Imigrasi Soetta.” Air
penyelundupan manusia ataupun pembantuan Magazine. Jakarta, 2017.
pasif. Sehingga pertanggungjawabannya, para Junef, Muhar. “Kajian Praktik Penyelundupan
korban yang turut serta dihargai sendiri yang berat Manusia Di Indonesia (Study of People
ringannya sesuai dengan bentuk dan luasnya Smuggling Practices in Indonesia).”
wujud perbuatan masing-masing orang dalam Jurnal Pendidikan Hukum De Jure 20,
mewujudkan tindak pidana. Dalam terjadinya no. 1 (2020): 85–102.
tindak pidana penyelundupan manusia, para
Kadarudin. “People Smuggling Dalam
korban menyetorkan sejumlah uang kepada
Perspektif Hukum Internasional Dan
pelaku. maka gambaran yang tepat untuk korban
Penegakan Hukumnya Di Indonesia.”
yang turut serta adalah objek penyelundupan
Jurnal Perpustakaan XII, no. 2 (2013):
manusia. Istilah korban kurang tepat karena
69–70.
mereka tidak mengalami penderitaan, baik fisik,
Kartanegara, Satochid. “Kumpulan Kuliah
mental, maupun emosional, kerugian ekonomi,
Hukum Pidana.” In 1, 419. Balai Lektur
atau mengalami pengabaian, penguruangan,
Mahasiswa, n.d.
atau perampasan hak-hak dasarnya oleh para
pelaku penyelundupan manusia. Oleh karena Luthan, Salman. Kebijakan Kriminalisasi Di
itu, posisi korban kejahatan dan adanya niat Bidang Keuangan. Yogyakarta: FHUII
yang disangkakan dapat menjadi dasar dari Press, 2014.
penentuan regulasi hukum bagi korban yang Mansyur, Arief, Dikdik M, and Elisatris
terlibat dalam tindak pidana. Hal ini perlu Gultom. Urgensi Perlindungan Korban
kewaspadaan dan sikap cermat penegak hukum Kejahatan: Antara Norma Dan Realita.
dalam menganalisis berat dan ringannya Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
hukuman yang akan disangkakan pada korban. Migration, International Organization for.
Penyelidikan Dan Penyidikan Dalam
Tindak Pidana Penyelundupan Manusia,
2012.
29
Salman Luthan, Kebijakan Kriminalisasi Di
Bidang Keuangan (Yogyakarta: FHUII Press, 2014).

278 Hana, Sabinadevi


Vol. 4 No. 2 Juli- Des 2021
DOI 10.24090/volksgeist.v4i2.5628

Muhadar. Viktimisasi Kejahatan Pertanahan. Soesilo, R. Kitab Undang-Undang Hukum


Yogyakarta, 2006. Pidana (KUHP) Serta Penjelasannya
Mulyadi, Lilik. Kapita Selekta Hukum Pidana Pasal Demi Pasal. Bogor, 1985.
Kriminologi Dan Viktimologi. Denpasar, Sohuturon, Martahan. “Bareskrim Ungkap
Bali: Djambatan, 2017. Sindikat Penyelundupan Orang Ke
Putra, Ade. “Imigrasi Entikon-Bongkar Modus Australia.” cnn indonesia, 2019.
Baru Penyelundupan Manusia Ke Subagyo, Agus, and Dadang Sobar Wirasuta.
Malaysia.” okezone.com, 2019. “Penyelundupan Manusia Dan Ancaman
Salam, Eka Annisa. “Penegakan Hukum Tindak Keamanan Maritim Indonesia Desember
Pidana Penyelundupan Manusia Dalam 2013.” Jurnal Pertahanan 3, no. 3 (2013):
Hukum Positif Indonesia” 3, no. April 155.
2020 (2020): 9–20. Subana. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah.
Santoso, M. Imam. Hukum Pidana Bandung: CV Pustka Setia, 2010.
Internasional. Bandung: Pustaka Reka Sugiarto, Umar Said. Pengantar Hukum
Cipta, 2013. Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2015.
Santoso, M. Iman. Prespektif Imigrasi Dalam Syamsu, Muhammad Ainul. Pergeseran
United Nation Convention Against Turutserta Melakukan Dalam Ajaran
Transnational Organized Crime. Edited Penyertaan, Telaah Kritis Berdasarkan
by Perum Percetakan Negara RI. Jakarta, Teori Pemisahan Tindak Piana
2007. Dan Pertanggungjawaban Pidana.
Saragih, Yasmirah Mandasari, Ahmad Prenadamedia Group, 2014.
Zaharuddin, Sani B Ahmad, and Roziya United Nations, Protokol Against The
Abu. “Penegakan Hukum Terhadap Smuggling of Migrant by Land, Sea, and
Pelaku Penyelundupan Manusia Ke Air. Supplementing the United Nations
Indonesia” 4, no. 1 (2021): 161–74. Convention Against Transnational
Sianturi, SR. Asas-Asas Hukum Pidana Di Organized Crime (n.d.).
Indonesia Dan Penerapannya. Jakarta: UNTOC. United Nations, Convention Against
Storia Grafika, 2002. Transnational Organized Crime (n.d.).
Soekanto, Soerjono. Faktor-Faktor Yang Yulia, Rena. Viktimologi Perlindungan Hukum
Mempengaruhi Penegakan Hukum. Terhadap Korban Kejahatan. Yogyakarta:
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008. Graha Ilmu, 2010.

Regulasi Hukum Terhadap Keterlibatan 279

Anda mungkin juga menyukai