Anda di halaman 1dari 3

Surat At-Taubah tidak di awali dengan bsmalah, kenapa.?

Seperti kita ketahui, dalam Alquran hanya surah at-Taubah yang tanpa diawali dengan
bacaan Basmalah. Alhasil, kita bila ingin membaca surah tersebut hanya perlu
membaca ta'awwuz--"audzubillah himinasyaitonirrajim."
Mengapa demikian?

Pertama-tama, Sebelum membaca Alquran--surah apa pun--kita memang diperintahkan untuk


membaca ta'awwuz terlebih dahulu. Perintah ini ditegaskan dalam Alquran surah an-Nahl ayat 98.
Artinya, "Apabila kamu membaca Alquran, maka mohonlah perlindungan kepada Allah dari
(godaan) setan yang terkutuk."

Adapun basmalah, memang hanya surah at-Taubah (sering pula disebut sebagai surat Bara'ah)
yang tak diawali dengan "Bismillahirrahmanirrahim."
Karena itu, para ulama qira'at umumnya bersepakat, tidak membaca basmalah pada awal surah
tersebut. Memang, ada juga yang membolehkannya, setelah menganalisis sebab tidak
dicantumkannya basmalah pada surah at-Taubah.

Pertama, karena surah tersebut mengandung ancaman kepada orang-orang musyrik.


Padahal, basmalah mengandung makna rahmat. Maka, tak wajar bila membaca basmalah untuk
ayat-ayat yang ditujukan kepada mereka.
Beberapa ulama membolehkan membaca basmalah sebelum surah at-Taubah bila bersandar pada
alasan ini saja. Sebab, tak dibacanya basmalah itu hanya khusus bagi orang-orang musyrik yang
memang tidak wajar memperoleh rahmat. Adapun kaum Muslimin yang membaca surah tersebut,
maka rahmat dapat diperoleh sehingga membaca basmalah insya Allah mengantarkan pada
meraih berkat-Nya.

Kedua, tidak dicantumkannya basmalah pada awal surah kesembilan itu adalah karena at-Taubah
diduga sebagai kelanjutan daripada surah al-Anfaal (surat kedelapan).
Jika memang surah Bara'ah merupakan lanjutan surat sebelumnya, maka tidak ada alasan untuk
melarang membaca basmalah pada awal surah Bara'ah. Sebab, tidak ada halangan atau larangan
membaca basmalah pada awal setiap juz yang biasanya merupakan pertengahan (lanjutan) dari
satu surah. Akan tetapi, pendapat ini tidak didukung oleh banyak ulama.

Bagaimana bila mulai membacanya pada pertengahan (bukan awal) surah?


Di sini, para ulama berbeda pendapat. Menurut pakar qiraat Ibnul Jazri (wafat 833 H) dalam
bukunya An-nasyr fi l-qiraat al-'asyr, mayoritas ulama-ulama Irak membaca basmalah ketika
memulai membaca Alquran pada pertengahan surah. Adapun mayoritas ulama di Maroko, Tunis
dan Andalusia, tidak membacanya.

Atas dasar itu, membaca Basmalah pada pertengahan surah at-Taubah diperbolehkan. Ini bukan
dalam konteks semata-mata membaca surah tersebut, melainkan dalam konteks memenuhi
anjuran Nabi Muhammad SAW. Yakni, memulai setiap pekerjaan dengan basmalah. Sabda beliau:
''Setiap persoalan penting yang tidak dimulai dengan Bismillahirahmanirrahim, maka persoalan
tersebut cacat."

sumber : Tanya jawab fikih Koran Republika bersama Quraish Shihab.

penjelasan Syekh Ali Jaber mengenai 3 alasan mengapa surah At Taubah tidak diawali dengan


bismillah.
1. Isi surah At Taubah kenapa surah  Allah membukakan cerita orang-orang munafik
Alasan pertama At Taubah tidak diawali dengan bismillah adalah karena isi surah tersebut
pa tidak ada bismillahirohmanirohim? karena isi surah At Taubah Allah membukakan cerita orang-
orang munafik," ungkap Syekh Ali Jaber.
Syekh Ali Jaber mengatakan, "Kalau kita mau check up iman, kita ingin tahu kita iman atau muna
fik. Baca surah At Taubah."
Dengan membaca surah At Taubah, kita bisa mengetahui diri kita beriman atau munafik. Mengapa
demikian? Karena di dalam surah ini Allah menerangkan banyak sifat-sifat munafik.
"Kita periksa, kira-kira diantara sifat ada didalam diri kita, kalau ada berarti hati-hati. Segera
taubat," terang Syekh Ali Jaber.
Allah SWT menerangkan setiap cerita orang munafik di dalam surah ini. Jika sifat-sifat tersebut
terungkap dalam surah At Taubah, bukan berarti Allah SWT ingin menjelekkan mereka atau
zatnymerupakan cerita mengenai orang-orang munafik.
"Kenaa, tetapi Allah menjelekkan sifat kemunafikan itu sendiri.
Bismillahirrahmanirrahim memiliki makna rahmat dan kasih sayang Allah SWT. Karena hal
tersebut saling bertentangan, sehingga surah At Taubah tidak diawali dengan bismillah.
2. Surah At Taubah merupakan sambungan dari surah Al Anfal
Pendapat kedua kenapa surah At Taubah tidak diawali dengan bismillah, karena surah ini
merupakan sambungan dari surah Al Anfal.
"Jadi boleh kita sambungkan surah Al Anfal diteruskan dengan surah At Taubah," kata Syekh Ali
Jaber.
3. Perintah Rasulullah SAW
"Begitu turunnya ayat-ayat Al Quran, Rasulullah SAW sebagai orang yang tidak bisa menulis. Dia
mempunyai beberapa sahabat, yang kerjaannya tukang nulis," ungkap Syekh Ali Jaber.
Karena Rasulullah SAW tidak bisa menulis, ia menyuruh para sahabat untuk menulis setiap ayat Al
Quran yang turun. Rasulullah SAW mengarahkan setiap tata letak penulisan dari ayat tersebut.
Ketika bagian surah At Taubah, Rasulullah SAW menyuruh para sahabat untuk tidak menulis
bismillah.
Menurut Syekh ALi Jaber, diantara ketiga alasan ini yang paling kuat adalah alasan pertama.
Surah At Taubah menerangkan mengenai sifat-sifat orang munafik. Tentu, hal ini tidak sesuai
dengan arti dari bismillah, yaitu mengenai rahmat Allah.
Karena alasan itulah surah At Taubah tidak diawali dengan bismillah.***

Mengapa Surat at-Taubah Tak Dimulai dengan Basmalah?


Para sahabat sepakat tidak mencantumkan basmalah dalam surat at-Taubah berdasarkan pada
periwayatan yang diterima oleh mereka dari Nabi. Setiap surat dalam Al-Quran diawali oleh
basmalah kecuali dalam surat at-Taubah atau al-Bara'ah. Dalam surat at-Taubah tidak
dicantumkan basmalah sebagaimana surat-surat yang lain.

Hal demikian menimbulkan pertanyaan banyak kalangan: kenapa hanya surat at-Taubah yang
tidak dicantumkan basmalah?  
Sejarah penulisan Al-Quran berawal sejak turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad. Namun
penulisan Al-Quran pada saat itu dalam kondisi yang sangat terbatas. Nabi setiap kali menerima
wahyu, beliau memanggil sekretaris (katib resmi) untuk mendokumentasi wahyu tersebut ke
dalam bentuk tulisan. Dukomentasi wahyu ini kemudian dikenal dengan nama mushaf (penulis
akan menggunakan kata mushaf).   

Pada masa Utsman bin Affan, mushaf ini kemudian ditulis kembali dalam rangka menjaga dari
kesalahan sekaligus menjaga otentesitas variasi bacaan Al-Quran (qira'at Al-Quran). Penulisan
masa ini, dilaksanakan oleh tim yang telah mendapatkan rekomendasi dari khalifah Utsman dan
persetujuan para pembesar sahabat. Direktur utama dalam penulisan mushaf ini adalah Zaid bin
Tsabit. Secara teknis pelaksanaan penulisan ini dilakukan secara selektif dan ketat. Setiap ayat
yang hendak ditulis harus melalui persaksian dua orang yang mendengar langsung dari Nabi.  

Tidak hanya itu saja, Sayyidina Utsman mengeluarkan kebijakan yang luar biasa, yaitu
memerintahkan untuk membakar semua mushaf selain mushaf yang ditulis oleh tim. Hal ini
dilakukan dalam rangka menyatukan persepsi tentang bacaan Al-Quran yang sesuai bacaan Nabi

Dengan demikian dapat dipastikan bahwa penulisan Al-Quran ini telah tuntas tanpa problem yang
berarti. Kembali pada pertanyaan di atas: kenapa dalam surat at-Taubah tidak dicantumkan
basmalah, apakah hal ini sesuai petunjuk Nabi, sahabat atau tim penulis mushaf lupa
mencantumkannya?.    Dalam banyak kesempatan, penulis sering mendapat pertanyaan, baik dari
kalangan mahasiswa/mahasiswi maupun dari kalangan masyarakat biasa, yang kira-kira hampir
sama dengan di atas, yaitu kenapa dalam surat at-Taubah tidak dicantumkan basmalah bahkan
tidak diperkenankan membacanya, baik di awal surat maupun di tengah-tengah surat?   

Dalam rangka menjawab pertanyaan di atas, penulis perlu menjelaskan terlebih dahulu kronologi
tidak dicantumkannya basmalah dalam surat at-Taubah.   
Ada beberapa sebab yang melatarbelakangi tidak dicantumkannya basmalah dalam surat di atas.
Pertama, dalam tradisi Arab jahiliyah dahulu, jika mereka melakukan perjanjian dengan sebuah
kaum atau kabilah yang lain dan hendak memutuskan perjanjian tersebut, maka mereka
mengirimkan sepucuk surat pemutusan tanpa mencantumkan kalimat basmalah. Pun demikian,
ketika umat Islam memutuskan perjanjian dengan orang-orang musyrik, Nabi mengutus Sayyidina
Ali untuk membacakan surat di atas (at-Taubah) di hadapan mereka tanpa diawali dengan bacaan
basmalah, sesuai adat mereka.
Kedua, Ibnu Abbas bertanya kepada Utsman tentang tidak dicantumkannya basmalah dalam
surat at-Taubah. Utsman menceritakan kronologinya, bahwa pada masa Nabi, ketika wahyu
diturunkan kepadanya, Nabi memanggil salah satu sekretaris beliau untuk mendokumentasinya,
dan beliau mendekte penempatan dan tata letaknya. Perlu diketahui bahwa surat al-Anfal
termasuk surat yang turunnya awal, sedangkan surat at-Taubah termasuk surat yang turunnya
Terakhir, kedua kisah dan penyajiannya kedua surat di atas mirip dan hampir sama. Dalam hal
tersebut, Nabi tidak menjelaskan bahwa surat al-Anfal bagian dari surat at-Taubah. Saya pun
(Utsman bin Affan) berkesimpulan bahwa surat al-Anfal bagian dari surat at-Taubah. Oleh karena
itu, saya urutkan kedua surat tersebut tanpa mencantumkan basmalah.   

Ketiga, pada kekhalifahan Utsman, para sahabat berselisih pendapat tentang surat at-Taubah.
Sebagian sahabat menganggap bahwa antara surat at-Taubah dan al-Anfal adalah satu surat yang
tidak terpisahkan. Sebagian sahabat yang lain menganggap bahwa keduanya adalah dua surat
yang mandiri. Untuk mendamaikan kedua perselisihan tersebut, Utsman mengambil sikap tengah,
yaitu tidak mencantumkan basmalah. Tujuannya adalah agar kedua belah pihak yang berselisih
dapat saling menerima. Dari pihak yang menganggap keduanya (al-Anfal dan at-Taubah) satu
surat tidak keberatan, karena tidak dicantumkan basmalah.

Sedangkan dari pihak yang menganggap keduanya adalah dua surat yang mandiri juga dapat
menerima karena beda nama suratnya, meskipun tidak diawali dengan basmalah.    Keempat,
diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa beliau bertanya kepada Sayyidina Ali tentang tidak
dicantumkannya basmalah dalam surat at-Taubah. Sayyidina Ali menjelaskan bahwa basmalah
adalah kalimat aman sementara surat at-Taubah turun sebab perang, tidak aman.

Oleh karena demikian, antara aman dan perang tidak dapat disatukan. Demikian pula, dalam
basmalah itu terdapat kandungan rahmat, kasih sayang, sedangkan dalam surat at-Taubah
terdapat kemarahan. Oleh karena itu, antara rahmat dan kemarahan tidak bisa disatukan. Senada
dengan pendapat di atas, Imam al-Sufyan mengatakan bahwa basmalah adalah ayat rahmah,
rahmah memiliki arti aman. Sedangkan surat at-Taubah turun kepada orang-orang munafik dan
mengandung perang, sebab itu tidak aman bagi orang-orang munafik. 

Dari kronologi di atas dapat disimpulkan bahwa para sahabat sepakat tidak mencantumkan
basmalah dalam surat at-Taubah berdasarkan pada periwayatan yang diterima oleh mereka dari
Nabi. Pun demikian, Nabi ketika menerima ayat tersebut dari Jibril tidak disertai basmalah.

Hal ini juga dibuktikan bahwa tidak ada satu pun ahli qurra’ sab'ah (qira'at tujuh) maupun qurra'
asyrah (qira’at sepuluh) yang meriwayatkan membaca basmalah di awal surat at-Taubah. Artinya,
mereka sepakat meninggalkan membaca basmalah di awal surat at-Taubah.   

Dalam ilmu qiraat, dasar utama dalam membaca Al-Quran adalah bersumber dari Nabi dan
transmisi yang berkesinambungan. Sebab dalam membaca Al-Quran tidak ada istilah qiyas.
   ‫ وال قياس في القراءة‬،‫ القراءة سنة متبعة يأخذها األخر عن األول‬   
Imam al-Jazariy berkata dalam bentuk gubahan syair: 
  ‫ ألنه به اإلله أنزال *** وهكذا منه الينا وصال‬ 
Wallahu A'lam. 

Anda mungkin juga menyukai