Surat inipun dinamai patihatul-kitab , yang berarti pembukaan kitab , karena kitab
al-Qur'an dimulai atau dibuka dengan surat ini .Dia yang mulai ditulis di dalam
Mushhaf , dan dia yang mulai dibaca ketika tilawatil Qur'an , meskipun bukan dia surat
yang mula-mula diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w.
Nama Surat al- Fatihah ini memang telah mashur sejak permulaan nubuwwat.
Adapun tempat dia diturunkan , pendapat yang lebih kuat ialah yang menyatakan bahwa surat ini
diturunkan di Mekkah. Al-Wahidi menulis di dalam kitabnya Asbabun-Nuzul dan as-Tsa'labi di
dalam tafsirnya riwayat dari Ali bin Abu Thalib , dia berkata bahwa kitab ini diturunkan di Mekkah,
dari dalam suatu perbendaharaan di bawah 'Arsy .
Menurut suatu riwayat lagi dari Abu Syaibah di dalam al-Mushannaf dan Abu Nu'aim dan
al-Baihaqi di dalam Dalailun- Nubuwwah, dan as-Tsa'labi dan al-Wahidi dari hadits Amer bin
Syurahail , bahwa setelah Rasulullah s.a.w mengeluhkan pengalamannya di dalam gua itu
setelah menerima wahyu pertama, kepada Khadijah, lalu beliau dibawa oleh Khadijah kepada
Waraqah, maka beliau ceritakan kepadanya, bahwa apabila dia telah memencil seorang diri
didengarnya suara dari belakangnya: "Ya Muhammad, ya Muhammad, ya Muhamad !
Mendengar suara itu akupun lari." Maka berkatalah Waraqah : "Jangan engkau berbuat begitu;
tetapi jika engkau dengar suara itu , tetap tenanglah engkau, sehingga dapat engkau dengar
apa lanjutan perkataannya itu ".
Selanjutnya Rasulullah s.a.w berkata: "Maka datang lagi dia dan terdengar lagi suara itu : "Ya
Muhammad ! Katakanlah : Bismillahir-Rahmanir-Rahim, Alhamdulillahi-Rabbil-
`Alamin, sehingga sampai kepada Waladh-Dhaalin". Demikian Hadits itu.
Abu Nu'aim di dalam ad-Dalaail meriwayatkan pula tentang seorang laki-laki dari Bani
Salamah, dia berkata : "Tatkala pemuda pemuda Bani Salamah masuk Islam , dan Islam pula
anak dari Amer Jumawwah, berkatalah istri Amer itu kepadanya : "Sukakah engkau
mendengarkan dari ayah engkau sesuatu yang telah diriwayatkan dari padanya ? "Anak itu lalu
bertanya kepada ayahnya apakah agaknya riwayat tersebut lalu dibacanya : "Alhamdulillahi
Rabbil `Alamin" (sampai ke akhir).
Ibnu al-Anbari pun meriwayatkan bahwa dia menerirna riwayat dari Ubadah bin as-Shamit
bahwa surat Fatihatul-Kitab ini memang diturunkan di Mekkah. Sungguhpun demikian ada juga
satu riwayat yang diterima oleh perawi-perawinya dari Mujahid , bahwa beliau ini berpendapat
bahwa surat ini diturunkan di Madinah .
Tetapi, entah karena sengaja hendak mengumpulkan di antara dua pendapat, ada pula
segolongan yang menyatakan bahwa Surat diturunkan dua kali, pertama di Mekkah, kemudian
diturunkan sekali lagi di Madinah.
Tetapi menjadi lebih kuatlah pendapat golongan yang terbesar tadi bila kita ingat bahwa
sembahyang lima waktu mulai di fardhukan ialah sejak di Mekkah , sedang sembahyang itu
dianggap tidak sah kalau tidak membaca al-Fatihah menurut Hadits :
"Tidaklah (sah) sembahyang bagi siapa yang tidak membaca Fatihatul Kitab." (Hadits
ini dirawikan oleh al-Jama'ah, daripada Ubadah bin as Shamit).
Dia termasuk satu Surat yang mula-mula turun. Meskipun Iqra' sebagai lima ayat permulaan
dari Surat al-`Alaq yang terlebih dahulu turun, kemudian itu pangkal surat Ya Ayyuhal
Muddatstsir, Kemudian itu pangkal surat Ya Ayyuhal Muzzammil, namun turunnya ayat-ayat
itu terpotong-potong. Tidak satu Surat lengkap. Maka al-Fatihah sebagai surat yang terdiri dari
tujuh ayat, ialah Surat lengkap yang mula-mula sekali turun di Mekkah.
Di dalam Surat 15 (al-Hijr), ayat 87 ada disebut "Tujuh yang diulang-ulang (Sab'an minal
matsaani). Menurut Ibnu Katsir yang dimaksud ialah Surat al -Fatihah ini juga, sebab al-Fatihah
dengan ketujuh ayatnya inilah yang diulang-ulangi tiap-tiap rakaat sembahyang, baik yang
fardhu ataupun yang sunnat. Oleh sebab itu maka Sab'ul Matsaani , adalah nama Surat ini
juga.
Di dalam Surat 3 (Ali-Imran) ayat 7, ada disebut Ummul Kitab, ibu dari kitab. Menurut Imam
Bukhari di dalam permulaan tafsirnya, yang dinamaiUmmul Kitab itu ialah al- Fatihah ini, sebab
dia yang mula ditulis dalam sekalian Mushaf dan dia yang mulai dibaca di dalam sembahyang.
Cuma Ibnu Sirin yang kurang sesuai dengan penamaan demikian. Dia lebih sesuai jika
dinamai Fatihatul Kitab saja. Sebab di dalam Surat 13 (ar-Ra'ad) ayat 39 terang dikatakan
bahwa Ummul Kitab yang sebenarnya ada di sisi Allah.
Tetapi beberapa Ulama lagi tidak keberatan menamainya juga Ummul Qur'an, artinya ibu dari
seluruh isi al-Qur'an, karena ada sebuah Hadits yang dirawikan oleh Imam Ahmad dari Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah s.a.w bersabda :
"Dia adalah ibu al-Qur'an , dan dia adalah Fatihatul kitab dan dia adalah tujuh yang
diulang-ulang.
Dia bernama Melengkapi, sebab seluruh Syariat lengkapnya tersimpul dalamnya. Dia
bernama Puji pujian, sebab dipangkali dengan puji kepada Allah. Dan dia bernama Surat
Sembahyang, karena sembahyang tidak sah kalau dia tidak dibaca.
Bilamana kita kelak telah sampai kapada penafsiran isinya, dapatlah kita fahami bahwa
segala nama itu memang sesuai dengan dia. Apatah lagi pokok ajaran Islam yang sejati,
yang menjadi ibu dari segala pelajaran, yaitu Tauhid, telah menjadi isi dari ayat-ayatnya itu
pertama sampai akhir.
Tidak ada puji, apapun macamnya puji untuk yang lain, hanya untuk Allah semata-mata.
Dan di dalam ayat itu telah tersebut Tuhan sebagai Robbi, atau Robbun, yang berarti
Pemelihara, Pengasuh, Pendidik dan Penyubur. Diikuti oleh ayat yang menyebut dua nama
Alloh, yaitu ArRohman, Yang Maha Murah dan ArRohim Yang Maha Penyayang, nampaklah
betapa pertalian Khaliq dengan MakhlukNya, yang kelak di dalam al-Qur'an akan diuraikan
berulang-ulang. Kemudian pokok ajaran utama dari al Quran ialah tentang hari pembalasan,
Hari Kiamat, Hari Berbangkit, dari ilal syurga dan neraka; semuanya ini telah tersimpul
dalam ayat " Maliki yaumiddin" yang mempunyai hari pembalasan.
Sebagai kesempatan ibadah kepada Allah, dan tidak ada ibadat buat yang lain, yaitu
isi yang sejati dari Tauhid, maka datanglah ayat: " Iyyaka na'budu wa iyyaka
nasta'in". Hanya engkau yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah tempat kami
memohon pertolongan.
Untuk mencapai Ridho Alloh, maka Tuhan menunjukkan garis jalanNya yang harus
ditempuh, lalu Allah mengutus Rasul-rasulNya membawa Syariat dan memimpin kepada
manusia bagaimana menempuh jalan itu; Isi Al-Qur'an yang ini tersimpul dalam
ayat "Ihdinas Shirothol Mustaqim".
Kemudian itu al-Qur' an berisi kabar yang menggembirakan bagi orang yang taat dan
patuh, kebahagiaan di dunia dan syurga di akhirat yang di dalam istilah agama
disebut wa'ad, ini telah terkandung di dalam ayat "Shirotholladzina an `amta `alaihim
", jalan yang telah Engkau beri nikmat atasnya. Kemudian al-Qur'an pun memberikan
ancaman siksa dan azab bagi orang yang lengah dan lalai, kufur dan durhaka, yang
disebut wa'id. Maka tersimpul pulalah kata al-Qur'an ini pada ujung surat tentang orang
yang maghdhub, kena murka Tuhan, dan orang yang dhoollin, orang yang sesat.
Demikian pula al-Qur'an menceritakan keadaan umat-umat yang telah terdahulu, yang
telah binasa dan hancur karena dimurkai Tuhan, dan diceritakan juga kaum yang sesat
dari jalan yang benar; itupun telah tersimpul di dalam kedua
kalimat maghdhubi dan dhoollin itu.
Menilik yang demikian itu dapatlah kita pahami apa sebab maka al-Fatihah itu
disebut Ummul Kitab atau Fatihatul-kitab, yang pada pembukaan telah disimpul isi dari 114
Surat yang mengandung 6.236 ayat itu.
Kemudian ada pula penafsir berkata bahwa seluruh al-Qur'an dengan Suratnya yang
114 dan ayatnya yang 6.236 ayat itu, semuanya telah tersimpul dalam Surat al-Fatihah.
Dengan peninjauan tersebut di atas tadi, dapatlah penafsiran demikian itu kita terima.
Tetapi di antara mereka melanjutkan lagi. Dia berkata bahwa Surat al-Fatihah itu telah
tersimpul di dalam Bismillahir-Rohmanir-Rohim ; barangkali setelah merenungkan agak
mendalam tentang Maha MurahNya Tuhan Allah kepada hambaNya dan kasih sayangNya
sehingga diutusNya Rasul , diwahyukanNya Kitab-kitab Suci, disediakanNya Surga bagi
yang taat dan ampunan bagi yang taubat.
Penafsiran ini masih juga dapat kita terima. Tetapi setengah penafsir itu melanjutkan lagi.
Katanya, BismillahirRohmanirRohim itu tersimpul dalam huruf B (al-Baa) pada
permulaan Bismillah ! Dan selanjutnya lagi , ada mereka yang berkata bahwa
huruf Ba pangkal Bismillah itupun tersimpul dalam titik huruf Ba itu. Sampai di huruf Ba dan
titiknya itu, penafsir ini tidak mau mengikut lagi. Sebab itu bukan lagi penafsiran yang berdasar
ilmu, tetapi sudah satu khayal !
Apa sebab ?
Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab, dan bahasa Arab mempunyai 28 huruf, di
antaranya hurup kedua, yaitu al-Baa, atau hurup B dalam istilah Latin. Tetapi kalau
membacanya secara tunggal ialah al-Baa ( dengan ditekan sedikit ujungnya, sehingga berbunyi
ada hamzah). Maka menurut undang- undang bahasa Arab dan ejaannya , barulah sebuah
huruf berarti apabila dia telah dirangkaikan dengan huruf yang lain atau kalimat yang lain. Dan
yang khusus pada hurup al-Baa baru dia berarti dengan, setelah dia diberi baris bawah (kasrah)
dan dirangkaikan dengan satu kalimat yang bersifat isim (nama).
Misalnya bi Muhammadin yang berarti (dengan Muhammad). Billahi (dengan Allah).
Atau Bismillahi. (dengan nama Allah).
Cobalah pikirkan, bagaimana akan dapat diterima apabila dikatakan bahwa seluruh al-
Fatihah terkumpul ke dalam BismillahirRohmanir-Rohim dan Bismillahir-Rohmanir-
Rohim terhimpun seluruhnya kepada hurup al-Baa ?
Dan lebih tidak dapat diterima pula kalau dikatakan bahwa huruf al Baa itupun terkumpullah
kepada titiknya yang ada di bawah itu. Yang berarti bahwa seluruh isi al-Qur' an, yang terdiri
dari 114 Surat mengandung 6.236 ayat terhimpun semuanya kepada satu titik. Bukan
sembarang titik, tetapi titik Ba yang di bawah itu.
Bagaimana akan disimpulkan ke sana, padahal baik di jaman Rosululloh s.a.w atau di
waktu Sayidina Abu Bakar as-Shiddiq memerintahkan mengumpulkan al-Qur'an ke dalam satu
Mushhaf, ataupun selanjutnya setelah Usman Bin Affan memerintahkan membuat Mushaf al-
Imam, sebagai Mushhaf yang resmi sampai sekarang, pada ketiganya itu huruf al-Baa belum
lagi bertitik
Huruf- huruf al-Qur'an , termasuk huruf al-Baa barulah diberi bertitik di jaman pemerintahan
Abdul Malik bin Marwan, Khalifah ke 5 Bani Umaiyah, atas buah pikiran daripada Wali Negeri
Irak,
Oleh sebab itu maka penafsiran seperti demikian bukanlah mempunyai dasar yang dapat
dipertanggungjawabkan menurut al-Qur'an dan Hadits dan dirayah atau riwayat ahli-ahli tafsir
yang mu'tamad. Dia hanya satu khayal yang dapat pelemak-lemakkan kata, tetapi tidak akan
bertemu dari mana sumbernya, kalau hendak dicari dengan seksama
Tentang ini agak panjang juga pembicaraan di antara para ulama, baik Bismillah di
permulaan al-Fatihah atau Bismillah di permulaan sekalian Surat al-Qur'an, kecuali pada
permulaan Surat Baroah (at Taubah). Yang menjadi perbincangan ialah, apakah Bismillah di
permulaan Surat itu masuk dalam Surat atau di luar Surat ? Pembicaran tentang ini selanjutnya
telah menjadi sebab perbincangan pula, wajibkah imam rnembaca Bismillah itu
dengan jahar (suara keras) pada sembahyang yang jahar (Maghrib, Isya dan Subuh), atau
membaca dengan sir (tidak dikeraskan membacanya) melainkan Alhamdulillah selanjutnya saja
? Atau tidak dibaca sama sekali, dan hanya langsung rnenjaharkan al- Fatihah ?.
Supaya lebih mudah peninjauan kita tentang perbedaan-perbedaan pendapat para sarjana
keislaman itu, terlebih dahulu kita kemukakan titik-titik pertemuan. Semuanya tidak ada selisih
bahwa Bismillahir RohmanirRohim itu memang ada tertulis dalam surat 27 (an-Naml) yaitu
seketika Maharani Balqis, raja perempuan dari negeri Saba menerangkan kepada orang-orang
besar kerajaannya bahwa dia menerima sepucuk surat dari Nabi Sulaiman yang ditulis :
الر ِح ْي ِم
الر ْح َم ِن ه
َّللاِ ه
س ِم ه
ْ ِِ ب
ِ
Tentang Bismillah ada di permulaan tiap-tiap surat, kecuali surat Baraah atau at-Taubah
tidaklah ada perselisihan Ulama. Yang diperselisihkan ialah terletaknya dipangkal Surat itu
menjadikan dia termasuk dalam Surat itukah, atau sebagai pembatasnya dengan Suratsurat
yang lainnya saja, atau dia menjadi ayat tunggal sendiri. Golongan yang terbesar dari Ulama
Salaf berpendapat bahwa Bismillah di awal Surat adalah ayat pertama dari Surat itu sendiri.
Beginilah pendapat Ulama Salaf Mekkah, baik Fuqahanya atau ahli Qira'at ; di antaranya
ialah Tbnu Katsir dan Ulama Kufah, termasuk dua ahli Qira'at terkemuka, Ashim dan al-Kisaa-
i. Dan sebagian sahabat- sahabat Rasulullah dan Tabi'in di Madinah.
Dan Imam Syafi'i di dalam fatwanya yang jadid (baru), demikian pula pengikutpengikut
beliau. Dan Sufyan as-Tsauri dan Imam Ahmad pada salah satu di antara dua katanya.
Demikian pula kaum al-Imamiyah (dari Syi'ah). Demikian pula dirawikan daripada Ulama
sahabat, yaitu Ali bin Abu Thalib, Abdullah bin Abbas dan Abdulloh bin Umar dan Abu
Hurairoh ; dan Ulama Tabi'in, yaitu Said bin Jubair, Athoo' dan az-Zuhri dan Ibnul Mubarok
Alasan mereka ialah karena telah ijma seluruh sahabat Rasululloh s.a.w dan yang
datang mereka. berpendapat bahwa Bismillah itu wajib ditulis dipangkal setiap Surat, kecuali
dipangkal Surat at-Taubah. Dikuatkan lagi dengan larangan keras Rasululloh s. a.w
memasukkan kalimat-kalimat lain yang bukan temasuk kepadanya, Sehingga al-Qur'an itu
bersih daripada yang bukan wahyu. Sedangkan kalimat Amin yang jelas jelas diperintahkan
membacanya oleh Rasulullah sehabis selesai membaca Waladh-dhallin,terutama di belakang
imam ketika sembahyang jahar, lagi tidak boleh dimasukkan atau dicampurkan ke dalam
al-Qur'an, khususnya al-Fatihah, ketika menulis Mushaf, apatah lagi menambahkan
Bismillahir-Rahmanir-Rahim di pangkal tiap-tiap Surat, kecuali Surat Baraah, kalau
memang dia bukan termasuk surat itu.
Pendapat mereka ini dikuatkan lagi oleh sebuah Hadits yang dirawikan oleh Imam Muslim
di dalam Shahihnya, yang diterima dari Anas bin Malik, Berkata Rasulullah s.a.w
"Telah diturunkan kepadaku tadi satu Surat. Lalu beliau baca : Bismilahir-
Rohmanir-Rohim, sesungguhnya telah Kami berikan kepada engkau sangat banyak,
maka sembahyanglah engkau kepada Tuhan engkau dan hendaklah engkau
berkorban, sesungguhnya orangyangbenci kepada engkau itulah yang
akanputusketurunan"
Di dalam Hadits ini jelas bahwa di antara Bismillahir Rohmanir -Rohim dibaca
senafas dengan Surat yang sesudahnya. Di siniberlakulah suatu Qiyas, yakni pada
Surat Inna A'thoina yang paling pendek, lagi beliau baca senafas
dengan Bismillahsebagai pangkalnya, apatah lagi alFatihah yang menjadi ibu dari segala
isi al-Qur'an. Dan apatah lagi surat-surat yang panjang-panjang.
Dan sebuah Hadits lagi yang dirawikan ad-Daruquthni dari Abu Hurairah, berkata dia :
Berkata Rasulullah s.a.w :
Dan ada pula satu pendapat tunggal dari Imam Ahmad bin Hanbal, yaitu bahwa pada al-
Fatihah sajalah Bismillahir Rohmanir Rohim itu termasuk ayat, sedang pada surat-surat yang
lain tidak demikian halnya. Oleh karena masalah ini tidaklah mengenai pokok akidah, tidaklah
kita salah jika kita cenderung kepada salah satu pendapat itu, mana yang lebih dekat kepada
penerimaan ilmu kita sesudah turut menyelidiki. Adapun bagi penafsir mi. terlepas daripada
menguatkan salah satu pendapat, maka di dalam menafsirBismilahir-Rohmanir-Rohim pada
pembukaan al-Fatihah, kita jadikan dia ayat yang pertama, menurut Hadits Abu Hurairah
yang dirawikan oleh ad-Daruquthni itu.
Dan tidak mungkin BismillahirRamanir-Rahim dimuka al-Fatihah itu disebut sebagai satu
ayat pembatas dengan surat yang lain, karena tidak ada surat lain yang terlebih dahulu dari
pada surat al-Fatihah. Karena itu maka Bismilluhir-Rohmanir-Rohim yang pada al-Fatihah
inilah yang kita tafsirkan lebih luas, sedang Bismillah yang 112 surat lagi hanya akan kita
tuliskan terjemahannya saja. Sebab tentu saja membosankan kalau sampai
113 Bismillah ditafsirkan, dan 114 dengan Bismillah dalam surat Nabi Sulaiman kepada Ratu
Balqis dalam surat an-Naml itu.
Sekarang tentang arti ibadat.
kasih dan sayangNya, cinta yang hakiki, tidak terbagi pada yang
lain. Sehingga jikapun kita cinta kepada yang lain, hanyalah karena
yang lain itu nikrnat dari Dia. Misalnya kita mencintai anak dan
isteri, harta dan benda. Atau kita mencintai tanah air tempat kita
Semuanya itu adalah karena dianya nikmat dari Dia. Tidak dapat
kalau ada cinta lain di samping cinta kepadaNya, itulah cinta yang
Dan tidak ada pula yang lain yang kita puja atau kita sembah yang
belaka.
disuruhNya kasih kepada ibu bapak. Setia kepada negara dan raja
bunda, atau kepada negara, raja dan kepada kepala negara, atau
kepada guru.
segala rencana yang telah kita cadangkan di dalam hidup ini. Tenaga
kita sangat terbatas, dan kita tidak akan sampai kalau tidak Tuhan
yang menolong.
Engkau.
akan nilai imannya, di dalam isti 'anah kita tetap hanya kepada
menolong orang sakit, dan orang sakit datang meminta tolong dan
baca dan ilmu yang lain. Semuanya itu jangan dicampur adukan
lemah, yang kaya menolong yang miskin. Dan semua itu adalah
Maka tolong menolong, yang satu meminta tolong kepada yang lain,
clan yang lain meminta tolong kepada yang satu di dalam urusan
ternpat beribadat. Di atas manusia yang tolong menolong itu ada lagi
segalanya.
sama sekali tidak dalam rencana kita. Mengertilah kita bahwa ada
Robb.
kuburan seorang guru atau orang alim yang kita pandang keramat.
kita tidak akan meminta pertolongan kepada yang lain dengan cara
demikian. Sebab yang lain itu tidak masuk akal bahwa dia dapat
menolong.
itu ada dua buah dinding tinggi. Pada kedua dinding tinggi itu
ada beberapa pintu terbuka, dan di atas tiap-tiap pintu itu ada
manggil :
dalam."
menyeru di ujung jalan itu ialah Kitab Allah, dan penyeru yang
Muslim".
Berkata Ibnu Katsir dalam tafsirnya bahwa Hadits ini hasan lagi
shohih.
Islam. Dan sumber petunjuk dalam Islam itu tidak lain ialah al-
orang lain belum tentu naik Haji itu menjadi Shirathal Mustaqim,
yang bodoh. Dengan ayat ini kepada kita telah ditunjukkan apa yang
ini, samalah artinya dengan melalui suatu jalan. Kita takut akan
bahaya dan ingin selamat dalam perjalanan itu. Kita mau yang baik
dan tidak mau yang buruk. Kita mau yang manfaat dan tidak mau
Dia Rahman dan Rahim, tetapi Dia juga menguasai dan mempunyai
telah menyatakan tekad bahwa yang kita sembah hanya Dia dan
lapar kita menangis, bila terasa basah kitapun menangis ; dan sejak
warna yang dilihat. Dalam masa perangsuran itu kita diberi naluri
pikiran.
melihat dan merasa seketika kereta api yang kita tumpangi berhenti
di sebuah stasiun dan bahwa dia telah berangkat pula, padahal yang
berangkat itu belum kereta api yang kita tumpangi itu, melainkan
menolaknya.
Tetapi akal saja belumlah cukup menjadi pedoman. Sebab dalam diri
kita sendiri bukan akal dan panca indera saja yang harus
kita, demikian juga naluri-naluri yang lain. Kita kepingin makan dan
mempunyai persediaan.
Kita ingin orang lainpun ingin. Untuk mencari apa yang kita ingini
hal yang pahit mulanya dan manis ujungnya. Dan ada pula
Mesti ada tuntunan terhadap akal itu sendiri. Itulah Hidayat Agama.
dibelakang hidup yang sekarang ini ada lagi Hari Akhirat. Untuk
adakah dia membawa maslahat bagi diri sendiri dan bagi sesama
Menurut pelajaran ilmu ukur ruang, garis lurus ialah jarak yang
yang kita mohonkan ini, dua titik itu ialah : yang pertama titik kita
Kita berjalan menuju Dia dan kita datang dari Dia. Mau atau tidak
mau, namun kita adalah dari Dia, menuju Dia, dan bersama Dia.
Oleh karena banyaknya rintangan, kerapkali kita lupa akan hal itu.
Atau ada mengetahui, tetapi tidak tahu jalan mana yang akan
Kita memohon agar Dia sendiri menujuki kita jalan lurus itu,
terserah. Kalau petunjuk jalan lurus itu tidak diberi, walaupun yang
lain hal yang remeh diberikanNya, maka yang lain itu besar
(pangkal ayat 7)
Kita telah mendengar berita, bahwa terdahulu dari kita, Tuhan Allah
telah menempuh jalan yang lurus itu, sebab itu maka kita mohon
kepada Tuhan agar kepada kita ditunjukkan pula jalan itu. Telah
ada Nabi-nabi dan Rasul-rasul yang diutus Tuhan, dan telah ada
pula orang-orang yang menjadi syahid dan telah ada pula orang-
jaman. Oleh sebab itu maka kita memohonkan pulalah agar kepada
dengan selamat.
kami mana yang benar, karena yang benar hanya satu, tidak
siurnya jangan sampai kita menjadi "Datuk segala Iya", atau sebagai
padahal jiwa kering dan gersang, karena tidak pernah disirami oleh
akan menjadi suluh kami di dalam hidup di dunia ini, dan bekal
Engkau.
dalam hidup yang sekarang ini. Permulaan dari ridha Allah itu ialah
lam yang berarti menyerah diri sukarela kepada Tuhan, dan iman
kepada kehidupan.
itu. Karena kalau nikmat itu telah datang, telah tercapailah oleh kita
kekayaan yang sejati. Dengan kekayaan itu kita tidak merasa takut
Dalam hikayat lama ada disebutkan bahwa pada suatu hari seorang
karena sibuk. Maka sangatlah duka cita hati pejabat besar yang
tidak senang lagi. Maka setelah bubar majelis itu diapun kembali
Sri Paduka tidak berkenan lagi kepada patik, telah patik ambil
perasaan kita wahai insan yang ghafil, kalau Tuhan Allah yang
Tuhan bersama orang yang lain, tetapi kalau Tuhan murka kepada
ada orang yang tidak akan dilawan bercakap oleh Tuhan pada waktu
bumi dan langit, masih amat sedikit juga, karena ada yang akan
dibawa ke akhirat.
"Itulah orang yang tidak ada bagian untuk mereka di akhirat dan
membersihkan mereka, dan bagi mereka azab yang pedih. " (Ali-Imran
77)
Dan seperti itu pula tertulis pada Surat al-Baqarah, ayat 179, Tidak
Orang yang dimurkai ialah yang sengaja keluar dari jalan yang benar
walaupun dia telah tahu bahwa itu tidak berat. Maka siksaan
علَ ْي ِه ْم
َ ب َ
ِ غ ْي ِر ا ْل َم ْغض ُْو
"Dan bukan jalan mereka yang sesat". (ujung ayat 7).
sebenarnya.
telah kita maklumi bahwa kepercayaan kepada Tuhan itu telah ada
itu belumlah menjadi jaminan bahwa orang itu tidak akan sesat lagi.
memang ada. Tetapi mereka tidak mau percaya akan adanya Rasul,
akan adanya Allah itu saja sudah cukup, agama tidak perlu lagi.
kepada benda saja, sudah nyata tersesat. Yang percaya ada Tuhan
saja, tetapi tidak percaya akan adanya syariat yang diturunkan Allah
seluruh yang ada ini adalah Tuhan belaka, atau Polytheisme, yaitu
dari ar-Rabbi' bin Anas, dan riwayat Abdulah bin Humaid juga
Hadits lain yang dirawikan oleh Imam Ahmad dan lain-lain daripada
Abdullah bin Syaqiq, daripada Abu Zar, dan dirawikan juga oleh
ialah Nasrani."
bahwa mereka itu " keras tengkuk", tak mau tunduk, sampai mereka
mereka katakan Isa itu anak Allah, bahkan Allah sendiri menjelma
sampai kita menempuh jalan yang akan dimurkai Allah pula, sebagai
Tuhan.
tingkat :
kehidupan itu.
dalam alam ini, yang tidak dapat jalan lain untuk mengelakkannya.
mereka tidak sama dengan orang yang beroleh hidayat dan petunjuk.
sekehendakNya.
tidak percaya akan nikmat akal dan yang lebih senang dalam
kejahilan.
terletak merk lslam pada lainnya, dan masih diberi tanda "hijau" *
Kalau pembaharuan tidak datang , umat itu akan hancur dan hilang
sekalian sembahyang yang sunnat dan nawafil, maka dalam hal ini
oleh al-Jamaah)
sahih).
UmmulQuran. "
yang mana yang kita baca. Demikianlah Mazhab Imam Malik, Imam
sampai kepada tabi'in dan yang sesudahnya. Oleh sebab itu baik
dalam sembahyang.
Bukhari)
Berkata Ibnu Sayidin Nas : "Isnad Hadits ini shahih dan rijalnya
Dan sebuah Hadits lagi dari Ubadah juga; dengan lafadz lain:
Dan ada lagi beberapa Hadits yang lain yang bersamaan maknanya
tidak boleh dengan suara keras, supaya jangan terganggu imam yang
sedang membacanya.
Dan mereka kuatkan pula dengan ayat 204 dari pada surat 7 (Surat
al-A'raf)
akan dia dan berdiam dirilah supaya kamu diberi rahmat. " (al-A'raf :
204)
Maka buah ijtihad dari golongan yang kedua ini, meskipun dihormati
khash. Maka menurut ilmu Ushul dalam hal yang seperti ini ada
undang-undangnya, yaitu:
Jadi kalau kita nyatakan secara lebih mudah dipahami ialah : Isi
diri ketika Al-Qur'an dibaca orang. Itu aam atau umum di mana saja,
Maka pada waktu itu perintah mendengar dan berdiam diri itu tidak
sembahyangnya.
telah takbir dan berdiam diri, apabila Imam telah membaca. hiipun
al-Fatihah.
Dan datang pula sebuah Hadits Anas bin Malik, dirawikan oleh Tbnu
9. Berkata Rasulullah s. a. w. :
" Apakah kamu membaca di dalam sembahyang yang kamu di
"
lain.
Masalah ini adalah masalah ijtihadiyah, yang kalau ada orang yang
Hadits Abu Hurairah dan ayat 104 surat al-A'raf tadi , pegangannya
tafsir ini, kalau orang bertanya, manakah di antara kedua paham itu
menjawab :
terrnasuK ayat di pangkal suatu surat atau hanya dalam surat an-
Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ibnu Zubair. Dan yang
Siirin, Ibnul Munkadir, Nafi' Maula Ibnu Umar, Zaid bin Aslam,
Makhuul, Umar bin Abdil Aziz, Amir bin Dinar dan Muslim bin
Khalid. Dan itu pula pilihan (Mazhab) Imam Syafi'i. Dan begitu pula
ialah : Abu Bakar, Umar, Usman, Ali bin Abu T'halib, Ibnu Mas'ud,
Ammaar bin Yasir, Ibnu Maghal dan lain-lain. Dan dari tabi'in, di
Alasan dari yang memilih (Mazhab) jahar ialah sebuah Hadits yang
Rahim.
Kemudian itu ada pula satu riwayat dari Na'im bin Abdullah al-
Hadits ini dirawikan oleh an-Nasai dan oleh Ibnu Khuzaimah dalam
Hadits dirawikan pula oleh Ibnu Hibban dan al-Hakim atas syarat
tiap hadits yang jadi pegangan buat menjahar itu ada saja Naqd
kepada hadits :
oleh Tirmidzi.
seorang diri. Sedang al-Jariri ini jadi perbicangan orang pula. Sebab
13. "Daripada Anas bin Malik, berkata dia : Aku telah sembahyang
bersama Rasulullah s. a. w., Abu Bakar, Umar dan Usman, maka
Dan beberapa hadits lagi yang sama artinya, semuanya dari Anas.
Jelas pula terdapat dua riwayat yang berlawanan, datang dari satu
orang, yaitu Anas bin Malik, yaitu sahabat Rasulullah dan pelayan
didengarnya sendiri ?
Kalau kita kembali saja kepada Qaidah Ushul fikih dan Ilmu hadits
"
amat jauh dari penerimaan akal kita bahwa Anas yang mendampingi
Abu Bakar, Umar dan Usman dua puluh lima tahun dan mendampingi
Nabi s.a.w sebagai sahabat sepuluh tahun lamanya, tidak sekali juga
Tetapi yang terang ialah bahwa Anas sendiri mengakui bahwa dia
tidak ingat lagi (sudah lupa) hukum itu. Karena sudah lama masanya
tidak dia ingat lagi dengan pasti, apakah mereka (Nabi s.a.w. dan
menetapkan jahar.
hadits yang menjelaskan bahwa memang Anas tidak ingat lagi soal
itu. Yaitu hadits yang dirawikan oleh ad-Dar uquthi dari Abu
"Aku telah tanyakan kepada Anas bin Malik, apakah ada Rasulullah
menanyakan kepadaku suatu soal yang aku tidak ingat lagi, dan
itu, jelas bahwa pedoman dari kata-kata atau sabda s.a.w sendiri
beliau. Baik yang menguatkan menjahar atau yang memilih siir saja.
Dan setelah diselidiki pula semua sanad haditshadits itu, ada saja
kebanyakan kali. Dan tidak syak lagi, tentu tidaklah beliau selalu
menjaharkan tiap hari dan tiap malam lima kali selama-lamanya, baik
ahli sejamannya yang mulia itu. Ini adalah hal yang sangat mustahil,
namun dia tidaklah sharih, dan meskipun ada yang sharih , tidak
Qayyim.
"Dalam soal Ikhtilaf (perkara jahar dan siir Bismillah) ini, paling
Tersebut pula dalam kitab Nailul Authaar, menurut berita dari Ibnu
Abbas, Ibnu Umar dan Abu Hurairah jadi tukang bid'ah, adalah
suatu perbuatan yang jauh daripada sopan santun agama.
Agak panjang kita uraikan jahar atau siir Bismillah ini dalam "Tafsir"
Qur'an dan hadits itu , namun kita tidak juga dapat mengambil
yang sanggup dan telah cukup syarat, niscaya dia berijtihad dan
bagi yang belum ahli niscaya dia taqlid saja kepada yang pandai,
agama.
hendaknya dia dibaca pada tiap-tiap raka'at. Oleh sebab itu menjadi
Ada satu saran yang amat berbahaya di jaman-jaman akhir ini, yaitu
terancamlah kita oleh bahaya rohani yang besar sekali, yaitu : kita
kepercayaan yang telah kita anut. Di antara hidup kita sebagai orang
juga, bukan Mijn Huis, yang berati Saya Rumah, atau aku rumah,
empunya rumah.
memeluk Islam dari bangsa Persia dan bangsa Turki, namun lidah
lebih fasih. Ini diakui oleh bangsa Arab sendiri. Namun begitu dari
Ijtihad, bahwa tidak mengapa jika orang yang baru masuk Islam
meskipun dalam bahasa Arab juga, lagi tidak sah, apatah lagi
bahasa Arab karena dengan diterjemah itu telah hilang sari dan
mengaruhnya.
dalam fardhu `ain, wajib bagi tiap-tiap muslim. Dan saran yang
Kalau kita merasa berat menerima pendapat Imam Syafi'i r.a. yang
sehat pasti menerima apa yang dikatankan Imam Syafi'i itu. Betapa
khusyu akan tercapai kalau kita tidak mengerti apa yang kita
keinsyafan ?
Oleh sebab itu hendaklah dalam rumah tangga Islam, Ayah dan
maka yang berkata begitu maka orang yang hatinya telah jauh dari
Islam. Sebab sejak agama Islam rnenjadi anutan bangsa kita seribu
Oleh sebab itu telah termasuk ibadat, tidaklah boleh lagi kita tukar
daripada apa yang diajarkan oleh Nabi. Dan kalau a1-Fatihah tidak
Ini mungkin dan bisa kejadian pada seorang Muallaf yang baru
syahadat, dia sudah wajib sembahyang, padahal dia belum tahu baik
Kesimpulan
kita, bahwa yang kita sembah hanya Dia dan tempat kita
sejati. Setelah kita akui bahwa hanya Dia yang kita sembah, baruiah
yang pertama dan utama, yaitu meminta ditujuki jalan yang lurus.
Maka tidaklah kita meminta kepada Tuhan agar diberi benda, diberi
kecil dan remeh itu lagi, melainkan kita minta yang pokok, yaitu
yang MuttaQin, artinya menjadi contoh teladan bagi orang lain. Dan
setelah kita memohonkan agar kiranya kita diselamatkan Tuhan,
jangan tertempuh jalan yang dimurkai Allah dan jangan pula jalan
pamornya.
dua tali. Pertama tali dengan Allah, kedua tall dengan Alam,
persediaan bagi kita buat mengenal lagi seluruh isi al-Qur'an yang
jiwa kita, bila kita ikuti lagi dengan Shalat Nawafil, sembahyang
sunat ? Sembahyang Sunat Nawafil disediakan Tuhan, dengan
Masjid Jam', jama'ah dua Hari Raya, jama'ah gerhana bulan dan
sebab Dia yang menjadikan alam ini tempat kita hidup. Pada ayat
ketiga kita ulang lagi menyebut sifat Rahman dan RahimNya itu. Di
berlanjut lagi kepada yang diseberang hidup ini. Setelah selesai kita
akui segala
Rahman dan Rahim, segala puji dan kekuasaan dunia akhirat hanya
Dia yang empunya, tidak ada dicampuri yang lain, barulah kita
dari tempat kita memohon itu. Adalah sangat tidak sopan orang
Kita mempunyai nyawa atau roh, dan roh itupun hendaklah dijiwai
pula. Agama Islam adalah suatu agama yang menjadi roh dari roh