Anda di halaman 1dari 3

Kawasan Kota Lama Semarang Semakin

Gemerlap, Warga Pinggiran Semakin Tersisih

Sejumlah wisatawan memadati Taman Srigunting yang ada di Kawasan Kota Lama
Semarang saat akhir pekan, beberapa waktu lalu.

Kawasan Kota Lama Semarang merupakan satu di antara ikon Kota Semarang.
Kawasan tersebut juga menjadi jujugan wisatanya dari beberapa daerah.
Beberapa waktu lalu kawasan tersebut mencatatkan rekor kunjungan wisatawan.
Kota Lama Semarang juga mengalahkan tingkat kunjungan Candi Borobudur dengan
162.719 kunjungan.
Tempat wisata yang dipenuhi bangunan berarsitektur Eropa itu kini juga bertransformasi.
Gemerlap dan berbagai tempat makan kekinian bakal menyambut para pengunjung.
Di balik hingar-bingarnya, kawasan itu menyisakan cerita pedih bagi masyarakat sekitar.
Ketimpangan sosial sangat dirasa oleh warga yang telah lama mendiami tempat itu.
Pasalnya, mensyarakat berekonomi rendah yang ada di sekitarnya hanya menjadi penonton.
Mereka hanya bisa menyaksikan hingar-bingar kawasan wisata tersebut tanpa terlibat di
dalamnya.
"Jomplang," kata Ahmad (50) warga yang ditinggal di salah satu sudut Kawasan Kota Lama
Semarang, menanggapi perkembangan kawasan wisata itu, Jumat (19/8/2022).
Maju dan semakin populernya Kota Lama Semarang, dituturkannya tak berimbas pada
peningkatan perekonomian warga.
"Karena keterlibatan warga sekitar tidak ada, misalpun dilibatkan hanya untuk jaga parkir,"
jelasnya.
Menurutnya, pemodal besar bisa leluasa menempati gedung-gedung di Kota Lama Semarang.
"Fakta di lapangan seperti itu, warga pinggiran di Kota Lama Semarang tidak ada yang
difasilitasi tempat berdagang atau pekerjaan layak untuk menyambut wisatawan. Semakin
kesini warga pinggiran semakin tersisih," terangnya.
Tanggapan Ahmad juga berdasar jika dihubungkan dengan tingkat kemiskinan di Kota
Semarang.
Meski Kota Semarang terus berbenah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
termasuk di sektor wisata.
Namun kondisi di lapangan 360 derajat berbeda, karena semakin berkembangnya tempat
wisata di beberapa titik yang ada, jumlah penduduk miskin di Kota Semarang justru
meningkat.
Data dari BPS menyebutkan, jumlah penduduk miskin di Kota Semarang tahun 2020
berjumlah 79,58 ribu orang atau 4,34 persen dari total jumlah penduduk.
Jumlah itu mengalami kenaikan di tahun 2021 mencapai 84,45 ribu jiwa atau 4,56 persen dari
total jumlah penduduk.
Dari data itu, penambahan warga miskin di Kota Semarang dalam satu tahun terkahir
mencapai 4,87 ribu jiwa.
Bertambahnya jumlah warga miskin itu dibarengi dengan berkembangnya destinasi wisata
yang ada seperti Kota Lama Semarang.
Menyoal kesenjangan sosial di Kawasan Kota Lama Semarang, Pegiat Sejarah Kota Lama
Semarang, Tjahjono Rahardjo juga mengatakan hal serupa.
Ia berujar ketimpangan sosial sangat jelas terlihat dan dirasakan masyarakat berekonomi
rendah di Kawasan Kota Lama Semarang.
"Perkembangan Kawasan Kota Lama Semarang menciptakan kesenjangan sosial. Karena
masyarakat kecil di sana hanya jadi penonton. Dalam arti, mereka tak dilibatkan secara
optimal," tuturnya.
Tjahjono juga memberikan contoh mengenai ketimpangan sosial yang terjadi di Kota Lama
Semarang.
Sejumlah warga mulai terlihat medatangi kawasan Kota Lama untuk sekedar jalan- jalan dan
berswa foto berlatar bangunan berarsitektur kuno khas negeri kincir angin,Rabu (17/06/20).
Kota lama Semarang memiliki deretan bangunan tua peninggalan Belanda dimana masa
pendudukan Belanda, kawasan kini biasa disebut Little Netherland ini difungsikan sebagai
pusat pemerintahan Kota Semarang. Untuk menjaga keamanan bersama, pengunjung
menerapkan social distancing dan di kawasan Kota Lama juga di sediakan tempat pencuci
tangan untuk meminimalisir resiko penularan covid-19.
Sejumlah warga mulai terlihat medatangi kawasan Kota Lama untuk sekedar jalan- jalan dan
berswa foto berlatar bangunan berarsitektur kuno khas negeri kincir angin,Rabu (17/06/20).
Kota lama Semarang memiliki deretan bangunan tua peninggalan Belanda dimana masa
pendudukan Belanda, kawasan kini biasa disebut Little Netherland ini difungsikan sebagai
pusat pemerintahan Kota Semarang. Untuk menjaga keamanan bersama, pengunjung
menerapkan social distancing dan di kawasan Kota Lama juga di sediakan tempat pencuci
tangan untuk meminimalisir resiko penularan covid-19. (Tribun Jateng/Hermawan Handaka)
"Misalnya pengayuh becak, saya sendiri terlibat untuk memberikan pengetahuan dan paduan
ke mereka. Harapan kami pengayuh becak bisa merasakan perkembangan Kota Lama
Semarang dari ilmu yang diberikan dengan menjadi guide sembari menyauh becak untuk
mengantar wisatawan. Namun kenyataannya, mereka justru dilarang dan digusur," kata
Tjahjono.
Ditambahkannya, ketimpangan sosial itu jadi sorotan para pelajar, yang mulai bergerak untuk
memberikan edukasi ke warga di Kawasan Kota Lama Semarang.
"Ada kelompok mahasiswa yang melihat kesenjangan sosial di Kawasan Kota Lama
Semarang. Mereka bergerak dan melakukan pelatihan ke masyarakat di sana," imbuhnya.

Anda mungkin juga menyukai