Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PENGUJIAN MATERIAL

Nama : Wiyoga sutarto ( 2020061034143 )

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS CENDRAWASIH
DESEMBER 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
karuniaNyalah, maka penulis dapat menyelesaikan makalah “pengujian material” ini tepat
pada batas waktunya. Makalah tugas ini dibuat dari berbagai sumber atau referensi.Pada
makalah tugas ini, penulis berusaha menyusun dalam bentuk paparan yang akan mempermu-
dah para pembaca untuk dapat belajar lebih baik, karena didalamnya terdapat ringkasan ma-
teri yang penulis buat secara sederhana sehingga mudah dipahami.Penulis menyadari
makalah tugas ini jauh dari sempurna, hal ini mengingat
kemampuan pengetahuan dan kepustakaan yang penulis miliki sangat terbatas, Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaannya
agar makalah tugas ini dapat digunakan sebaik mungkin.Akhir kata, penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian makalah “pen-
gujian material” ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Penulisan
1.3. Manfaat
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jenis-jenis pengujian
2.2. Pengujian tarik
2.3. Pengujian kekerasan
2.4. Pengujian impact
BAB III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Suatu logam mempunyai sifat-sifat tertentu yang dibedakan atas sifat fisik, mekanik, thermal,
dan korosif. Salah satu yang penting dari sifat tersebut adalah sifat mekanik. Sifat mekanik
terdiri dari keuletan, kekerasan, kekuatan, dan ketangguhan. Sifat mekanik merupakan salah
satu acuan untuk melakukan proses selanjutnya terhadap suatu material, contohnya untuk
dibentuk dan dilakukan proses permesinan. Untuk mengetahui sifat mekanik pada suatu
logam harus dilakukan pengujian terhadap logam tersebut. Salah satu pengujian yang di-
lakukan adalah pengujian tarik.

Dalam pembuatan suatu konstruksi diperlukan material dengan spesifikasi dan sifat-sifat
yang khusus pada setiap bagiannya. Sebagai contoh dalam pembuatan konstruksi sebuah jem-
batan. Diperlukan material yang kuat untuk menerima beban diatasnya. Material juga harus
elastis agar pada saat terjadi pembebanan standar atau berlebih tidak patah. Salah satu contoh
material yang sekarang banyak digunakan pada konstruksi bangunan atau umum adalah
logam.

Meskipun dalam proses pembuatannya telah diprediksikan sifat mekanik dari logam tersebut,
kita perlu benar-benar mengetahui nilai mutlak dan akurat dari sifat mekanik logam tersebut.
Oleh karena itu, sekarang ini banyak dilakukan pengujian-pengujian terhadap sampel dari
material.

Pengujian ini dimaksudkan agar kita dapat mengetahui besar sifat mekanik dari material, se-
hingga dapat dlihat kelebihan dan kekurangannya. Material yang mempunyai sifat mekanik
lebih baik dapat memperbaiki sifat mekanik dari material dengan sifat yang kurang baik den-
gan cara alloying. Hal ini dilakukan sesuai kebutuhan konstruksi dan pesanan.

a. Uji tarik
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan
cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Hasil yang didapatkan
dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena
mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur
ketahanan suatu material ter
hadap gaya statis yang diberikan secara lambat.Salah satu cara
untuk mengetahui besaran sifat mekanik dari logam adalah dengan uji tarik. Sifat mekanik
yang dapat diketahui adalah kekuatan dan elastisitas dari logam tersebut. Uji tarik banyak
dilakukan unt
uk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai
data pendukung bagi spesifikasi bahan. Nilai kekuatan dan elastisitas dari material uji dapat
dilihat dari kurva uji tarik.
b. Uji kekerasan
Makna nilai kekerasan suatu material berbeda untuk kelompok bidang ilmu yang berbeda.
Bagi insinyur metalurgi nilai kekerasan adalah ketahanan material terhadap penetrasi
sementara untuk para insinyur disain nilai tersebut adalah ukuran dari tegangan alir, untuk
insinyur Lubrikasi kekerasan berarti ketahanan terhadap mekanisme keausan, unt
uk para
insinyur mineralogi nilai Itu adalah ketahanan terhadap goresan, dan untuk
para mekanik
work
-
shop lebih bermakna Kepada ketahanan material terhadap pemotongan dari alat potong.
Begitu banyak konsep kekerasan mater ial yang dipahami oleh kelompok i
lmu, walaupun
demikian konsep
-
konsep tersebut dapat. Dihubungkan pada satu mekanisme yaitu tegangan
alir plastis dari material yang diuji.
Uji keras merupakan pengujian yang paling efektif karena dengan pengujian ini, kita dapat
dengan mudah mengetahui gam
baaran sifat mekanis suatu material. Meskipun pengukuran
hanya dilakukan pada suatu titik, atau daerah tertentu saja, nilai kekerasan cukup valid untuk
menyatakan kekuatan suatu material. Dengan dengan melakukan uji keras, material dapat
dengan mudah di go
longkan sebagai material ulet atau getas.
c. Uji impact
Dalam perkembangan dunia industri, terutama yang berhubungan dengan penelitian bahan
dan penggunaannya, maka dalam proses produksinya banyak hal atau criteria yang harus
dipenuhi agar material te
rsebut dapat digunakan dalam dunia industri.
Untuk penggunaan sebagai bahan, sifat
-
sifat khas dari material logam harus diketahui sebab
logam tersebut akan digunakan untuk berbagai macam keperluan dan keadaan. Sifat logam
tersebut meliputi sifat mekanik, s
ifat thermal, sifat kimia, kemampukerasan, kemampuan
dimensi, dan lain sebagainya. Adapun dalam percobaan ini yang akan diuji adalah sifat
mekanik dari logam terutama sifat ketangguhannya.
Dengan mengetahui tingkat ketangguhan logam, maka tentunya kita dap
at memperkirakan
kemampuannya dalam menerima energi tumbukan yang diberikan secara tiba
-
tiba sehingga
dapat mematahkan suatu material

1.2. Tujuan Penulisan


Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
1.
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Material Teknik
2.
Untuk menambah wawasan tentang Uji tarik,uji keerasan dan impact
1.3. Manfaat
mahasiswa bisa langsung tau cara pengoperasian mesin uji tarik dan hardness.
bisa mengetahui kemampuan masing – masing spesimen benda kerja tersebut.
Bisa mengetahui batas maxsimum dari masing- masing spesimen .
Serta bisa membedakan bendakerja satu  dengan  yang laen.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Jenis-jenis pengujian
 Pengujian Tarik
Tensile test adalah pengujian kekuatan suatu material dengan menarik suatu bahan
sampai putus. Pada tensile test suatu material akan mengalami kerusakan, karena tensile test
adalah pengujian kekuatan material dengan menarik suatu material sampai putus. Jadi mate-
rial yang ditest kekuatannya akan rusak.
            Pengujian ini merupakan proses pengujian yang biasa dilakukan karena pengujian
tarik dapat menunjukkan perilaku bahan selama proses pembebanan. Pada uji tarik , benda uji
diberi beban gaya tarik , yang bertambah secara kontinyu, bersamaan dengan itu dilakukan
pengamatan terhadap perpanjangan yang dialami benda uji.
Uji tarik mungkin dapat dikatakan pengujian yang paling mendasar. Pengujian ini
sangat sederhana, tidak mahal dan telah mengalami standarisasi di seluruh dunia, baik dari
metode pengujian, bentuk spesimen yang diuji dan metode perhitungan dari hasil pengujian
tersebut. Dengan menarik suatu material secara perlahan-lahan, kita akan mengetahui reaksi
dari material tersebut terhadap pembebanan yang diberikan dan seberapa panjang material
tersebut bertahan sampai akhirnya putus.
 Pengujian Kekerasan
Secara umum semua sifat mekanik dapat terwakili oleh sifat kekerasan bahan.
Orang berasumsi bahwa yang keras itu pasti kuat, sehingga “jika dibutuhkan bahan yang
kuat, maka pilih bahan yang keras” ini merupakan pernyataan yang keliru, bahwa ada suatu
bahan yang memiliki kesebandingan antara kekerasan dengan kekuatan itu benar tetapi ada
juga sifat yang justru perbandingannya terbalik bahwa bahan yang keras akan rapuh. Oleh
karena itu diperlukan definisi yang spesifik antara kekerasan dengan kekuatan kendati mas-
ing-masing memilki korelasi.

Pengujian kekerasan ini bertujuan :

1.      Untuk memperoleh harga kekerasan suatu logam.

2.      Untuk mengetahui perubahan suatu sifat dan perubahan suatu kekerasan dari logam   sete-

lah di Heat Treatment.

3.      Untuk mengetahui kekerasan baja terhadap kecepatan pendinginan.


4.      Untuk mengetahui perbedaan kekerasan yang disebabkan oleh media pendingin.

Berdasarkan pada persyaratan tersebut maka ketiga metode tersebut pengujian kek-
erasan yang dibakukan pemakaiannya adalah :
1.      Pengujian kekerasan dengan penekanan(indentation test)
      Pengujian ini dilakukan merupakan pengujian kekerasan terha-dap bahan logam dimana
dalam menentukan kekerasaannya deilakukan dengan cara menganalisis indentasi atau bekas
penekanan pada benda uji sebagai reaksi dari pembebanan tekan
2.      Pengujian kekerasan dengan goresan (sratch test)
Merupakan pengujian kekerasan terhadap benda (logam) dimana dalam menentukan
kekerasannya dilakukan dengan mencari perban-dingan dari bahan yang menjadi standart.
3.      Pengujian kekerasan dengan cara dinamik (dynamic test)
Merupakan pengujian kekerasan dengan mengukur tinggi pantu-lan dari bola baja atau in-
tan (hammer) yang dijatuhkan dari ketinggian tertentu.
Pengujian yang paling banyak dipakai adalah penekanan-penekanan tertentu pada
benda kerja dengan bahan tertentu dengan mengukur ukuran penekanan yang berbentuk di-
atasnya :
a. Metode Rockwell
b. Metode Brinel
c. Metode Vickers

a)  Uji Kekerasan Rockwell
             Pengujian Rockwell merupakan suatu uji untuk mengetahui tingkat kekerasan.
Tingkat kekerasan yang di uji adalah tingkat kekerasan logam baik logam ferrous maupun
logam non ferrous dengan menggunakan alat Rockwell Hardness Tester.
Indentor = Intan / Bola Baja

b)  Metode Pengujian Brinel


           Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan memberikan penekanan kepermukaan
suatu speciment uji. Penekanan ini dilakukan dengan menggunakan suatu penekan (indentor)
berbentuk bola.
Indentor = Bola Baja

c)  Metode Pengujian Vickers


           Kekerasan ini diukur dengan mempergunakan alat penguji vickers. Dalam pengujian
ini dipakai piramid dimana dengan sudut bidang duanya 136o sebagai penekan.
            Hasil pengujian tidak tergantung pada besarnya beban / gaya tekan. Alat ini dapat
mengukur kekerasan bahan mulai dari sangat lunak ( 5 VHN ) sampai yang sangat keras
( 1500 VHN ), tanpa perlu mengganti daya tekan dapat dipilih antara      1 – 120 Kg tergan-
tung kekerasan atau ketebalan bahan yang diuji.
Indentor = Intan
      Kekerasan vickers pada prinsipnya sama dengan kekerasan brinell, yaitu beban dibagi
luas tapak penekanan.

Pengujian impact

Uji impact dilakukan untuk menentukan kekuatan material sebagai sebuah metode uji
impact digunakan dalam dunia industry khususnya uji impact charpy dan uji impact izod.
Dasar pengujian ini adalah penyerapan energy potensial dari beban yang mengayun dari su-
atu ketinggian tertentu dan menumbuk material uji sehingga terjadi deformasi.
Sistem Pengujian Pukul Takik
1.    Uji Charphy
Benda uji diletakkan secara mendatar dan ditahan pada sisi kiri & kanan. Kemudian
benda dipukul pada bagian belakang takikan, letaknya persis di tengah.Takikan membe-
lakangi pululan.
2.    Uji Izod
Benda uji dijepit pada satu ujungnya pada posisi tegak. Lalu benda uji ini dipukul dari
sisi depan pada sisi ujung yang lain.
Macam-Macam Patahan :
1.      Patahan getas
Patahan yang tejadi pada bahan yang getas.
Contoh : besi tuang.
2.      Patahan liat
Patahan yang terjadi pada bahan yang lunak.
Contoh : baja lunak, tembaga dsb.
3.      Patahan campuran
Patahan yang terjadi pada bahan yang cukup kuat, namun ulet.

2.2. Pengujian tarik

Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material
dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu [Askeland, 1985]. Hasil yang didapatkan
dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena mengah-
silkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu
material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.

Gambar 1. Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran standar.

Seperti pada gambar 1 benda yang di uji tarik diberi pembebanan pada kedua arah sumbunya.
Pemberian beban pada kedua arah sumbunya diberi beban yang sama besarnya.

Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan pada material. Di-
mana spesimen uji yang telah distandarisasi, dilakukan pembebanan uniaxial sehingga spesi-
men uji mengalami peregangan dan bertambah panjang hingga akhirnya patah. Pengujian
tarik relatif sederhana, murah dan sangat terstandarisasi dibanding pengujian lain. Hal-hal
yang perlu diperhatikan agar penguijian menghasilkan nilai yang valid adalah; bentuk dan di-
mensi spesimen uji, pemilihan grips dan lain-lain.

1. Bentuk dan Dimensi Spesimen uji

Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8 atau D638. Bentuk dari
spesimen penting karena kita harus menghindari terjadinya patah atau retak pada daerah grip
atau yang lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan agar retak dan
patahan terjadi di daerah gage length.

1. b.      Grip and Face Selection

Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak tepat, spesimen uji
akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw break). Ini akan menghasilkan
hasil yang tidak valid. Face harus selalu tertutupi di seluruh permukaan yang kontak dengan
grip. Agar spesimen uji tidak bergesekan langsung dengan face.

Beban yang diberikan pada bahan yang di uji ditransmisikan pada pegangan bahan yang di
uji. Dimensi dan ukuran pada benda uji disesuaikan dengan estándar baku pengujian.
Gambar 2. Dimensi dan ukuran spesimen untuk uji tarik

 Kurva tegangan-regangan teknik dibuat dari hasil pengujian yang didapatkan.

Gambar  3.  Contoh kurva uji tarik

Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata dari pengujian
tarik. Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan cara membagi beban yang diberikan dibagi
dengan luas awal penampang benda uji. Dituliskan seperti dalam persamaan 2.1 berikut:

s= P/A0

Keterangan ;     s   : besarnya tegangan (kg/mm2)

P   : beban yang diberikan (kg)

A0 : Luas penampang awal benda uji (mm2)

Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik adalah regangan linier rata-
rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan yang dihasilkan setelah pengujian
dilakukan dengan panjang awal. Dituliskan seperti dalam persamaan 2.2 berikut.
Keterangan ;  e   : Besar regangan

L   : Panjang benda uji setelah pengujian (mm)

Lo : Panjang awal benda uji (mm)

Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung pada komposisi,
perlakuan panas, deformasi plastik, laju regangan, temperatur dan keadaan tegangan yang
menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang digunakan untuk menggambarkan
kurva tegangan-regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen
perpanjangan dan pengurangan luas. Dan parameter pertama adalah parameter kekuatan,
sedangkan dua yang terakhir menyatakan keuletan bahan.

Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan berbanding lurus terhadap re-
gangan. Deformasi tidak berubah pada pembebanan, daerah remangan yang tidak menim-
bulkan deformasi apabila beban dihilangkan disebut daerah elastis. Apabila beban melampaui
nilai yang berkaitan dengan kekuatan luluh, benda mengalami deformasi plastis bruto. Defor-
masi pada daerah ini bersifat permanen, meskipun bebannya dihilangkan. Tegangan yang
dibutuhkan untuk menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar dengan bertambah-
nya regangan plastik.

Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui nilai modulus elastisitas. Per-
samaannya dituliskan dalam persamaan

Keterangan ;    E  : Besar modulus elastisitas (kg/mm2),

e : regangan

σ  : Tegangan (kg/mm2)

Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk mengimbangi penu-
runan luas penampang lintang benda uji dan tegangan teknik (sebanding dengan beban F)
yang bertambah terus, dengan bertambahnya regangan. Akhirnya dicapai suatu titik di mana
pengurangan luas penampang lintang lebih besar dibandingkan pertambahan deformasi beban
yang diakibatkan oleh pengerasan regang. Keadaan ini untuk pertama kalinya dicapai pada
suatu titik dalam benda uji yang sedikit lebih lemah dibandingkan dengan keadaan tanpa be-
ban. Seluruh deformasi plastis berikutnya terpusat pada daerah tersebut dan benda uji mulai
mengalami penyempitan secara lokal. Karena penurunan luas penampang lintang lebih cepat
daripada pertambahan deformasi akibat pengerasan regang, beban sebenarnya yang diper-
lukan untuk mengubah bentuk benda uji akan berkurang dan demikian juga tegangan teknik
pada persamaan (1) akan berkurang hingga terjadi patah.

Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan beberapa sifat
mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara lain [Dieter, 1993]:

1. Kekuatan tarik
2. Kuat luluh dari material
3. Keuletan dari material
4. Modulus elastic dari material
5. Kelentingan dari suatu material
6. Ketangguhan.

Kekuatan Tarik

Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian tarik adalah kuat luluh (Yield
Strength) dan kuat tarik (Ultimate Tensile Strength). Kekuatan tarik atau kekuatan tarik mak-
simum (Ultimate Tensile Strength / UTS), adalah beban maksimum dibagi luas penampang
lintang awal benda uji.

di mana, Su        = Kuat tarik

                   Pmaks  = Beban maksimum

A0       = Luas penampang awal

Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban maksimum di-
mana logam dapat menahan sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas.

Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu uji tarik, tetapi
pada kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam kaitannya dengan kekuatan
bahan. Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban maksi-
mum, di mana logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas.
Akan ditunjukkan bahwa nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan logam kecil sekali kegu-
naannya untuk tegangan yang lebih kompleks, yakni yang biasanya ditemui. Untuk berapa
lama, telah menjadi kebiasaan mendasarkan kekuatan struktur pada kekuatan tarik, dikurangi
dengan faktor keamanan yang sesuai.

Kecenderungan yang banyak ditemui adalah menggunakan pendekatan yang lebih rasional
yakni mendasarkan rancangan statis logam yang liat pada kekuatan luluhnya. Akan tetapi,
karena jauh lebih praktis menggunakan kekuatan tarik untuk menentukan kekuatan bahan,
maka metode ini lebih banyak dikenal, dan merupakan metode identifikasi bahan yang sangat
berguna, mirip dengan kegunaan komposisi kimia untuk mengenali logam atau bahan. Selan-
jutnya, karena kekuatan tarik mudah ditentukan dan merupakan sifat yang mudah dihasilkan
kembali (reproducible). Kekuatan tersebut berguna untuk keperluan spesifikasi dan kontrol
kualitas bahan. Korelasi empiris yang diperluas antara kekuatan tarik dan sifat-sifat bahan
misalnya kekerasan dan kekuatan lelah, sering dipergunakan. Untuk bahan-bahan yang getas,
kekuatan tarik merupakan kriteria yang tepat untuk keperluan perancangan.

Tegangan di mana deformasi plastik atau batas luluh mulai teramati tergantung pada
kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat dari elastik
menjadi plastik yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastik
mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti. Telah digunakan berbagai kriteria permulaan
batas luluh yang tergantung pada ketelitian pengukuran regangan dan data-data yang akan di-
gunakan.

1. Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan mikro pada skala regangan
2 X 10-6 inci/inci. Batas elastik nilainya sangat rendah dan dikaitkan dengan gerakan
beberapa ratus dislokasi.
2. Batas proporsional adalah tegangan tertinggi untuk daerah hubungan proporsional an-
tara tegangan-regangan. Harga ini diperoleh dengan cara mengamati penyimpangan
dari bagian garis lurus kurva tegangan-regangan.
3. Batas elastik adalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan oleh bahan tanpa ter-
jadi regangan sisa permanen yang terukur pada saat beban telah ditiadakan. Dengan
bertambahnya ketelitian pengukuran regangan, nilai batas elastiknya menurun hingga
suatu batas yang sama dengan batas elastik sejati yang diperoleh dengan cara pen-
gukuran regangan mikro. Dengan ketelitian regangan yang sering digunakan pada ku-
liah rekayasa (10-4 inci/inci), batas elastik lebih besar daripada batas proporsional. Pe-
nentuan batas elastik memerlukan prosedur pengujian yang diberi beban-tak diberi be-
ban (loading-unloading) yang membosankan.

Kekuatan luluh (yield strength)

Salah satu kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil pengujian tarik adalah kuat luluh
(Yield Strength). Kekuatan luluh ( yield strength) merupakan titik yang menunjukan peruba-
han dari deformasi elastis ke deformasi plastis [Dieter, 1993]. Besar tegangan luluh dituliskan
seperti pada persamaan 2.4, sebagai berikut.

Keterangan ;   Ys  : Besarnya tegangan luluh (kg/mm2)

Py  : Besarnya beban di titik yield (kg)

Ao : Luas penampang awal benda uji (mm2)

Tegangan di mana deformasi plastis atau batas luluh mulai teramati tergantung pada
kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat dari elastik
menjadi plastis yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastis mu-
lai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti.

Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil defor-
masi plastis yang ditetapkan. Definisi yang sering digunakan untuk sifat ini adalah kekuatan
luluh ditentukan oleh tegangan yang berkaitan dengan perpotongan antara kurva tegangan-re-
gangan dengan garis yang sejajar dengan elastis ofset kurva oleh regangan tertentu. Di
Amerika Serikat offset biasanya ditentukan sebagai regangan 0,2 atau 0,1 persen (e = 0,002
atau 0,001)
Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah setelah benda uji diberi pembe-
banan hingga 0,2% kekuatan luluh offset dan kemudian pada saat beban ditiadakan maka
benda ujinya akan bertambah panjang 0,1 sampai dengan 0,2%, lebih panjang daripada saat
dalam keadaan diam. Tegangan offset di Britania Raya sering dinyatakan sebagai tegangan
uji (proff stress), di mana harga ofsetnya 0,1% atau 0,5%. Kekuatan luluh yang diperoleh
dengan metode ofset biasanya dipergunakan untuk perancangan dan keperluan spesifikasi,
karena metode tersebut terhindar dari kesukaran dalam pengukuran batas elastik atau batas
proporsional.

Pengukuran Keliatan (keuletan)

Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban pada saat diberikan pene-
trasi dan akan kembali ke baentuk semula.Secara umum pengukuran keuletan dilakukan un-
tuk memenuhi kepentingan tiga buah hal [Dieter, 1993]:

1. Untuk menunjukan elongasi di mana suatu logam dapat berdeformasi tanpa terjadi
patah dalam suatu proses suatu pembentukan logam, misalnya pengerolan dan ek-
strusi.
2. Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang mengenai kemampuan
logam untuk mengalir secara pelastis sebelum patah.
3. Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau kondisi pengolahan

Modulus Elastisitas

Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan keelastisitasannya. Makin be-
sar modulus, makin kecil regangan elastik yang dihasilkan akibat pemberian tegangan.Modu-
lus elastisitas ditentukan oleh gaya ikat antar atom, karena gaya-gaya ini tidak dapat dirubah
tanpa terjadi perubahan mendasar pada sifat bahannya. Maka modulus elastisitas salah satu
sifat-sifat mekanik yang tidak dapat diubah. Sifat ini hanya sedikit berubah oleh adanya pe-
nambahan paduan, perlakuan panas, atau pengerjaan dingin.

Secara matematis persamaan modulus elastic dapat ditulis sebagai berikut.

Dimana, s = tegangan

ε = regangan

Tabel 1 Harga modulus elastisitas pada berbagai suhu [Askeland, 1985]


Kelentingan (resilience)

Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada waktu berdefor-
masi secara elastis dan kembali kebentuk awal apabila bebannya dihilangkan [Dieter, 1993].
Kelentingan biasanya dinyatakan sebagai modulus kelentingan, yakni energi regangan tiap
satuan volume yang dibutuhkan untuk menekan bahan dari tegangan nol hingga tegangan lu-
luh σo. Energi regangan tiap satuan volume untuk beban tarik satu sumbu adalah :

Uo = ½ σxеx        

Dari definisi diatas, modulus kelentingan adalah :

Persamaan ini menunjukan bahwa bahan ideal untuk menahan beban energi pada pemakaian
di mana bahan tidak mengalami deformasi permanen, misal pegas mekanik, adalah data ba-
han yang memiliki tegangan luluh tinggi dan modulus elastisitas rendah.

Ketangguhan (Toughness)

Ketangguhan (Toughness) adalah kemampuan menyerap energi pada daerah plastik. Pada
umumnya ketangguhan menggunakan konsep yang sukar dibuktikan atau didefinisikan. Salah
satu menyatakan ketangguhan adalah meninjau luas keseluruhan daerah di bawah kurva
tegangan-regangan. Luas ini menunjukan jumlah energi tiap satuan volume yang dapat dike-
nakan kepada bahan tanpa mengakibatkan pecah. Ketangguhan (S0) adalh perbandingan an-
tara kekuatan dan kueletan. Persamaan sebagai berikut.

UT ≈ su ef

atau
Untuk material yang getas

Keterangan;    UT  : Jumlah unit volume

Tegangan patah sejati adalah beban pada waktu patah, dibagi luas penampang lintang. Tegan-
gan ini harus dikoreksi untuk keadaan tegangan tiga sumbu yang terjadi pada benda uji tarik
saat terjadi patah. Karena data yang diperlukan untuk koreksi seringkali tidak diperoleh,
maka tegangan patah sejati sering tidak tepat nilai.

2.3. Pengujian kekerasan

Uji kekerasan adalah pengujian yang paling efektif untuk menguji kekerasan dari suatu ma-
terial, karena dengan pengujian ini kita dapat dengan mudah mengetahui gambaaran sifat
mekanis suatu material. Meskipun pengukuran hanya dilakukan pada suatu titik, atau daerah
tertentu saja, nilai kekerasan cukup valid untuk menyatakan kekuatan suatu material. Dengan
melakukan uji keras, material dapat dengan mudah di golongkan sebagai material ulet atau
getas.

Mengapa diperlukan pengujian kekerasan?

Di dalam aplikasi manufaktur, material dilakukan pengujian dengan dua pertimbangan yaitu
untuk mengetahui karakteristik suatu material baru dan melihat mutu untuk memastikan suatu
material memiliki spesifikasi kualitas tertentu.

Didunia teknik, umumnya pengujian kekerasan menggunakan 4 macam metode pengujian


kekerasan, yakni :

1.      Brinnel (HB / BHN)

Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu
material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja (identor) yang ditekankan pada
permukaan material uji tersebut (spesimen). Idealnya, pengujian Brinnel diperuntukan untuk
material yang memiliki permukaan yang kasar dengan uji kekuatan berkisar 500-3000 kgf.
Identor (Bola baja) biasanya telah dikeraskan dan diplating ataupun terbuat dari bahan Kar-
bida Tungsten.
 

2.      Rockwell (HR / RHN)

Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell bertujuan menentukan kekerasan suatu mate-
rial dalam bentuk daya tahan material terhadap indentor berupa bola baja ataupun kerucut in-
tan yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut.

 
Untuk mencari besarnya nilai kekerasan dengan menggunakan metode Rockwell dijelaskan
pada gambar 4, yaitu pada langkah 1 benda uji ditekan oleh indentor dengan beban minor
(Minor Load F0) setelah itu ditekan dengan beban mayor (major Load F1) pada langkah  2,
dan pada langkah 3 beban mayor diambil sehingga yang tersisa adalah minor load dimana
pada kondisi 3 ini indentor ditahan seperti kondisi pada saat total load F yang terlihat pada
Gambar 4.

Besarnya minor load maupun major load tergantung dari jenis material yang akan di uji, je-
nis-jenisnya bisa dilihat pada Tabel 1.

Dibawah ini merupakan rumus yang digunakan untuk mencari besarnya kekerasan dengan
metode Rockwell. 

HR = E - e

Dimana :

F0        = Beban Minor(Minor Load) (kgf)

F1        = Beban Mayor(Major Load) (kgf)

F          = Total beban (kgf)

e          = Jarak antara kondisi 1 dan kondisi 3 yang dibagi dengan  0.002 mm

E         = Jarak antara indentor saat diberi minor load dan zero reference line yang untuk tiap
jenis indentor berbeda-beda yang bias dilihat pada table 1

HR      = Besarnya nilai kekerasan dengan metode hardness


2.4 Pengujian impact
Pengujian impak merupakan suatu pengujian yang mengukur ketahanan bahan terhadap
beban kejut. Inilah yang membedakan pengujian impak dengan pengujian tarik dan kekerasan
dimana pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan. Pengujian impak merupakan suatu
upaya untuk mensimulasikan kondisi operasi material yang sering ditemui dalam
perlengkapan transportasi atau konstruksi dimana beban tidak selamanya terjadi secara
perlahan-lahan, melainkan datang secara tiba-tiba. Contoh deformasi pada bumper mobil
pada saat terjadinya tumbukan kecelakaan.

        I.    
Prinsip dasar dari pengujian impak adalah penyerapan energi potensial dari pendulum
beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk beban uji,sehingga beban
uji mengalami deformasi maksimum hingga mengakibatkan perpatahan.

Gambar 1 Ilustrasi skematis pengujian impak dengan benda uji Charpy

Energi yang diserap oleh benda uji pada pengujian impak dinyatakan dalam satuan Joule dan
langsung dibaca pada skala (dial) penunjuk yang telah dikalibrasi yang terdapat pada mesin
penguji. Harga impak suatu bahan yang diuji dengan metode Charpy diberikan oleh 

dimana:          
E: energi yang diserap (joule)
A: luas area penampang dibawah takik (mm2)
sedangkan

dimana
P: beban yang diberikan (joule)
H0: ketinggian awal bandul (mm)
H1: ketinggian akhir setelah terjadi perpatahan benda uji (mm)
Metode Pengujian:
Berdasarkan benda uji impak, pengujian dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
A. Metode Charpy
Batang uji Charpy sebagaimana telah ditunjukkan pada Gambar 3.1 banyak digu-
nakan di Amerika Serikat. Sampel uji memiliki dimensi ukuran yaitu 10 x 10 x 55 mm (tinggi
x lebar x panjang). Posisi takik berada di tengah, kedalaman takik 2mm dari permukaan
benda uji dan sudut takik 45o. Bentuk takik berupa U, V, key hole (seperti lubang kunci).

           Gambar 2 Bentuk dan ukuran sampel metode Charpy

Gambar
Gambar 3. Ilustrasi pembebanan pada metode Charpy

Serangkaian uji Charpy pada satu material umumnya dilakukan pada berbagai temperatur se-
bagai upaya untuk mengetahui temperatur transisi. Pengukuran lain yang biasa dilakukan
dalam pengujian impak Charpy adalah penelaahan permukaan perpatahan untuk menentukan
jenis perpatahan (fracografi) yang terjadi. Secara umum sebagaimana analisis perpatahan
pada benda hasil uji tarik maka perpatahan impak digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Perpatahanberserat (fibrous fracture)
Melibatkan mekanisme pergeseran bidang-bidang kristal di dalam material atau logam yang
ulet (ductile). Ditandai dengan permukaan patahan yang berserat yang berbentuk dimpel yang
menyerap cahaya dan buram. Perpatahan dimple ditandai oleh adanya cekungan-cekungan
yang berbentuk sama sumbu, parabola atauelips, tergantung pada keadaan beban.
2. Perpatahan granular/kristalin
Dihasilkan oleh mekanisme pembelahan (cleavage) pada butir-butir dari material atau logam
yang rapuh (brittle). Ditandai dengan permukaan yang datar. Selain itu, faset datar
menampilkan “cirisungai” (river marking).Ciri sungai disebabkan oleh perambatan retak
melalui Kristal sepanjang sejumlah bidang sejajar membentuk lembah dan tepi tajam se-
hingga memberikan daya pantul cahaya yang tinggi (mengkilap).
3. Perpatahancampuran
Merupakankombinasikeduajenisperpatahan di atas

Gambar 4. Ilustrasi permukaan patahan (fractografi) benda uji impact

Dengan adanya pengaruh kecepatan, maka bentuk suatu benda mempengaruhi


kemampuannya dalam menahan beban impak. Pada temparatur ruang, sebuah batang logam
ulet tidak akan mengalami perpatahan di bawah pembebanan impak. Untuk itu, spesimen
tersebut harus diberi notch (takik). Penggunaan notch tersebut menyebabkan besarnya
konsentrasi tegangan yang terlokalisasi, yang membuat energi perpatahan paling banyak
diserap pada bagian yang terlokalisasi tersebut,  dan cenderung menyebabkan tipe perpatahan
getas. Kecenderungan material ulet untuk berlaku seperti material getas ketika rusak pada
benda yang terdapat takik di dalamnya sering disebut notch sensitivity.
B. Metode izod
Metode Izod lazim digunakan di Inggris dan Eropa. Sampel uji memiliki dimensi
ukuran yaitu 10 x 10 x 75 mm (tinggi x lebar x panjang). Posisi takik berada pada jarak 28
mm dari ujung benda uji, kedalaman takik 2 mm dari permukaan benda uji dan sudut takik
45o. Bentuk takik berupa 

Gambar 5. Bentuk dan ukuran benda uji Izod


Benda diletakkan pada tumpuan dengan posisi vertikal dan dijepit. Sampel yang dijepit
menyebabkan pengujian berlangsung lama, sehingga tidak cocok untuk digunakan pada
pengujian dengan temperatur bervariasi. Sedangkan ayunan bandul dari arah depan takik
dengan pembebanan dilakukan dari arah muka takik.
Gambar 6. Ilustrasi pembebanan impak metode Izod

Gambar 7. Bentuk dan dimensi benda uji impak berdasarkan ASTM E23-56T

Informasi lain yang dapat dihasilkan dari pengujian impak adalah temperatur transisi bahan.
Temperatur transisi adalah temperatur yang menunjukkan transisi perubahan jenis perpatahan
suatu bahan bila diuji pada temperatur yang berbeda-beda. Faktor yang mempengaruhi
temperatur transisi 

adalah struktur kristal, ukuran butir, atom interstisi, heat treatment, specimen
orientation dan ketebalan spesimen.
Pada pengujian dengan temperature yang berbeda-beda maka akan terlihat bahwa
pada temperature tinggi material akan bersifat ulet sedangkan pada temperature rendah
material akan bersifat rapuh atau getas. Fenomena ini berkaitan dengan vibrasi atom-atom
bahan pada temperature yang berbeda dimana pada temperature kamar vibrasi itu berada
dalam kondisi kesetimbangan dan selanjutnya akan menjadi tinggi bila temperature
dinaikkan.
Vibrasi atom ini berperan sebagai suatu penghalang terhadap pergerakan dislokasi
pada saat terjadi deformasi kejut/impak dari luar. Dengan semakin tinggi vibrasi itu maka
pergerakan dislokasi menjadi relative sulit sehingga dibutuhkan energi yang lebih besar untuk
mematahkan benda uji. Sebaliknya pada temperature di bawah nol derajat Celcius, vibrasi
atom relatif sedikit sehingga pada saat bahan dideformasi pergerakan dislokasi menjadi
relative lebih mudah dan benda uji menjadi lebih mudah dipatahkan dengan energi yang
relatif rendah.
Informasi mengenai temperature transisi menjadi demikian penting bila suatu material
akan didesain untuk aplikasi yang melibatkan rentang temperature yang besar, misalnya dari
temperature di bawah nol derajat Celcius hingga temperature tinggi di atas 100 derajat
Celcius. Hampir semua logam berkekuatan rendah dengan struktur kristal FCC seperti
tembaga dan aluminium bersifat ulet pada semua temperature sementara bahan dengan
kekuatan luluh yang tinggi bersifat rapuh. Bahan keramik, polimer dan logam-logam BCC
dengan kekuatan luluh yang rendah dan sedang memiliki transisi rapuh-ulet bila temperature
dinaikkan. Hampir semua baja karbon yang dipakai pada jembatan, kapal, jaringan pipa dan
sebagainya bersifat rapuh pada temperature rendah
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan
            Bahwa besi memiliki banyak karakteristik atau sifat mekanis diantaranya ulet, getas
dan lain.  ini sudah dibuktikan pada pengujian tarik yang dilakukan. Yang pertama pada pen-
gujian besi kita tahu bahwa besi tersebut bersifat ulet sehingga tidak mudah patah sedangkan
pada aluminium bersifat getas atau mudah patah dan tidak terlalu banyak  perubahan defor-
masi yang signifikan ,serta pada plat bersifat liat dan mempunyai nilai maxcimal load tang
tinggi jadi dari ketiga spesimen yang telah di coba plat merupakan yang terbaik. Dan waktu
pengujian tekan berpengaruh pada nilai tekan.
Saran
    Ketika melakukan pengujian diharapkan mahasiswa bisa mengecek dan mengukur benda
kerja yang akan diuji tersebut agar bisa menghasilkan pengujian yang falid. Sehingga pengu-
jian tersabut tidak sia sia. Dan mengenai penulisan laporan ini kami minta maaf apa bila
dalam penulisan kurang sempurna.

Anda mungkin juga menyukai