Anda di halaman 1dari 6

Laporan Kerja Harian Bendungan Sidan

\Nama : Erlangga Wicaksono dan Kaleb Dwi Mulia Simanjuntak


Hari/Tanggal : Jumat, 19 Juni 2023

No. Uraian Kegiatan Lokasi Keterangan


1 Tinjauan ke Lapangan (Tunnel) Tunnel/Terowongan -
Bangunan Pelimpah
2 Tinjauan ke Lapangan (Main DAM) Main DAM, Pengarahan dilakukan
Pembangunan oleh bang Vian, bang
Diafragma Wall Afghan, dan bang Yogi
3 Melihat data teknis bendungan Anjungan -

Catatan :
No. Waktu Pelaksanaan Uraian Kegiatan
1. 08.30 – 13.00 Pengeboran menggunakan Excavator
2. 13.00 – 15.35 Loading Material dan perapihan (terjeda)
3. 15.00 - Selesai Permasalahan kebakaran pada perkuatan tebing

Keterangan Detail:
Pengeboran
Pada awal kegiatan dilakukan pengeboran dengan excavator dikarenakan kendala pada mesin Road
Header. Pengerjaan menggunakan excavator cenderung lebih lambat dibandingkan dengan pengerjaan
dihari sebelumnya. Pengerjaan di hari sebelumnya, excavator digunakan hanya pada bagian tengah
galian dan road header digunakan pada bagian tepian dan waktu pengerjaan terbukti lebih efektif.
Terjadi permasalahan pada pemasangan jaring-jaring di perkuatan tebing di dekat konstruksi tunnel, hal
ini menyebabkan pengerjaan perapihan sendiri harus terhenti.
Analisis Konstruksi Sebelumnya
Terdapat revisi pada laporan harian sebelumnya, pada laporan harian sebelumnya dikatakan bahwa
pemasangan steel support sebelah kiri telah mencapai 233.7, seharusnya sampai 232.7.
Untuk konstruksi sebelumnya, telah dipasang 7 buah steel support, sta 232.7 – 239.7, harbin 120 – 127.
Untuk konstruksi rencana, pada steel support sebelah kanan, akan dipasang 7 buah steel support sta
233.7-240.7, harbin 122 hingga 128. Untuk proses Rockbolt pada konstruksi sebelumnya untuk bagian
kiri dan kanan dilakukan rock bolt dan shortcrete lapis 2 dari awal harbin pertama. Untuk bagian kiri
proses short crete dilakukan seluruh harbin hingga tersisa 11 ruas harbin yang belum dishort crete (ruas
harbin 117 dan 118 hingga harbin ke 127). Untuk bagian kanan, proses short crete dilakukan hingga
tersisa 2 ruas harbin yang belum dishortcrete (ruas habin ke 119 hingga 121).
Kendala dan Evaluasi
Terjadi kendala pada mesin pengeboranm yakni head roader. Head roader yang digunakan mengalami
kerusakan pada rantainya, sehingga pengeboran hanya dapat dilakukan dengan excavator.
Main DAM
Dikarenakan pada saat melakukan peninjauan ke dalam tunnel masih dilakukan pengeboran dan
berdasarkan evaluasi dari hari-hari sebelumnya proses pengeboran berlangsung sampai dengan zuhur
atau jam 12 lebih, maka kami yang telah mengunjungi tunnel pada pukul 9.30 setelah mendapatkan
data-data konstruksi sebelumnya melakukan peninjauan pada konstruksi main dam tepatnya pada
pembangunan diagfragma wall (DW).
Pembangunan DW dibagi per segmen/bagian atau bisa disebut dengan panel, terdapat 28 panel yang
didalamnya terdiri dari panel primer sebanyak 14 dan panel sekunder sebanyak 14, perbedaan panel
sekunder dan primer adalah dalam segi pengerukan, panel primer perlu untuk mengeruk sepanjang 2.8
meter dengan menggunakan alat pengerukan (hydrolic grab). Rinciannya terlihat pada Gambar 2.
dengan keterangan 0.4 m bagian kiri dan kanan coran hasil galian primer akan digunakan sebagai
penumpuan sekunder ketika proses pengerukan. Sehingga pada saat mengeruk sekundur akan ada 0.4
bagian kanan dan kiri primer yang akan terambil (Over Break). Tujuan pengerukan mengambil sisi kiri
kan kanan primer adalah agar hasil pengecoran primer yang tergerus dalamnya masih fresh dan dapat
tercampur dengan baik dengan coran dari panel sekunder.
Tahapan yang dilakukan adalah dengan melakukan pengerukan primer terlebih dahulu lalu dilakukan
pengecoran, lalu dimulai pengerukan sekunder dengan memakan 0.4 kiri dan kanan dari panel primer.
Namun pada saat dilapangan pengerjaan dilakuakn selang-seling yaitu pengerukan primer dan
pengecoran primer sebagain dan dilakukan pengerukan sekunder terlebih dahulu tanpa mebereskan
semua primer. Hal ini dikarenakan lokasi primer dari panel ke 9 keatas perlu dibuatkan gate wall terlebih
dahulu sebelum dilanjutkan penggalian panel primer.
Pada bagian bawah dari gate wall yang akan dibangun terdapat bekas sungai yang mengalir, otomatis
perlu banyak waktu dan juga perlu untuk mencari batuan breksi andesit yang memiliki permeablitas
dan kekuatan lebih tinggi dibandingkan breksit vulkanik. Selain itu juga terdapat factor batching plan
atau tempat mengolah campuran beton yang nantinya akan dimasukan kedalam truck molen. Hal ini
terhambat dikarenakan minimnya molen yang tersedia dan batching plan yang hanya terdapat satu
dengan banyak pekerjaan speerti pada bagiaan spillway, timbunan hilir dan hulu, pilar intake dan lain-
lain sehingga pemabnguann panel primer terhambat.
Dalam proses pengerukan panel primer biasanya memakan waktu kurang lebih 36 jam atau satu hari
setengah dengan asumsi alat bekerja normal tanpa ada kerusakan, sedangkan untuk panel sekunder
dilakukan pengerukan kurang lebih 24 jam dengan asumsi alat bekerja normal. Hal ini dikarenakan
dalam pengerukan primer, seluruh tanah/batuan yang digali masih bersifat alami dan murni batuan
(keras) sedangkan pada pengerukan sekunder, batuan yang terkikis cenderung lebih sedikit dengan
dinding yang dikikis adalah dinding dari hasil coran primer (beton).
Pengerukan dilakukan hingga menemukan kondisi geologi atau batuan berupa breksi andesit/ batuan
yang mempunyai permeabilitas dan daya tukung tanah yang kuat dibandingakan dengan lapisan atasnya
yaitu breksi vulkanik. Untuk setiap panel memiliki kedalaman pengerukan yang berbeda-beda
tergantung pada kedalaman kondisi breksi andesit, biasanya rata-rata pengerukan terdapat di angka 26
meter dari permukaan. Salah satu ciri Ketika sudah mencapai lapisan breksi andesit adalah dengan
melakan analisis batuan yang sudah dikeruk, biasanya semakin dalam pengerukan hanya dapat
mengeruk keruang lebih 20-30 cm, sedangkan untuk kondisi di atas-atasnya bisa mencapai 50 cm-
80cm. Analisis batuan untuk breksi andesit dapat dibedakan dari wakna batuan andesit yang berwarna
abu-abu cerah sedangkan untuk breksi vulkanik umunnya berwarna hitam sedikit abu
Proses pengecoran pada panel sekunder dan primer dilakukan dengan cara menyusun tremi(alat
pengecoran berbentuk silinder dengan panjang 6 meter). Tremi akan disusun secara vertical sepanjang
kedalaman pengerukan yaitu kurang lebih 26 meter, lalu dimasukan campuran beton, dengan nilai
sulmp plus minus 20. Dikarenakan kondisi panel yang berair, air dan lumpur tersebut akan naik ke
permukaan seiring dengan penambahan tremi makan lumpur dan air akan naik ke permukaaan.
Teknisnya adalah setelah dilakukan pengecoran tremi bagian bawah maka tremi bagian atas akan di
angkat dan di lepas, per treminya agar dapat mencapai permukaan, dan begitu seterusnya sampai dengan
semua air dan lumpur naik ke atas semuanya (dicopot satu demi satu treminya). Alasan diberikannya
air yang mengandung bentonite pada setiap panel untuk melakukan pengerukan adalah untuk
mempertahankan galian kiri kanannya tidak goyang dan bagian bawahnya juga tidak goyang. Waktu
pengecoran kurang lebih berlangsung selama 3 jam jika tanpa hambatan, dan untuk sehari biasanya bisa
mengecor kurang lebih 2-3 panel bisa sekunder dan primer atau primer saja atau sekunder saja.
Sebelum dilakukan pengerukan dibuat terlebih dahulu gate wall dari beton tujuannya agar proses
pengerukan menggunakan hydrolic grab lebih mudah karena fungsi dari gate wall ini adalah sebagai
cetakan untuk mengeruk diafragma wall yang nantinya akan di cor juga. Ukuran gate wall untuk
tebalnya yaitu 0.8 meter disesuaikan dengan lebar alat pengeruknya untuk tingginya yaitu 1 meter
disesuaikan dengan tinggi diafragma wall yang akan di bangun. Diafragma wall sendiri fungsinya yaitu
sebagai permeabilitas rembesan dari timbunan yang ada akan di alirkan ke bawah sehingga rembesan
tidak akan mengelir ke arah hilir tetapi akan melewati bawah dari diafragma wall, maka dari itu dalam
pengerukan perlu dicapai samapi dengan kondisi batuan breksi andesit. Diafragma wall didesain untuk
main dam untuk menahan rembesan melewati bagian bawah dari bendungan.
Pada bagian atas diafragma wall, terdapat plein yang akan berfungsi sebagai pondasi dasar dari Main
DAM itu sendiri. Adapun keterangan dari main dam yang akan dibangun secara kasar terlihat pada
Gambar 3. dimana main dam akan dibangun dari urugan untuk benteng hulu dan hilirnya dan memiliki
inti nya terdiri dari campuran aspal dan beton. Hal ini merupakan yang pertama di Indonesia sebagai
bendungan urugan dengan inti aspal. Untuk struktur dari bendungan itu sendiri terdiri dari inti aspal
(Asphalt Core) pada bagian intinya dilapisi dengan filter (Coarse Filter) melapisi intinya (seperti
sandwich) yang terdiri dari timbunan material pasir dengan kriteria tertentu. Lalu untuk lapisan luar
dari inti tersebut (Asphalt Core dan Coarse Filter) dilapisi oleh timbunan Random Material yang
terdapat diwilayah sekitar bendungan dengan kemiringan untuk hulu bagian bawah 1 : 3.5 dan hulu
bagian atas 1 : 3, lalu untuk bagian hilirnya memiliki kemiringan 1 : 3. Bagian terluar dari bendungan
bagian hulu akan dilapisi rip-rap berupa blok beton dan untuk bagian hilir akan dilakukan pelapisan
menggunakan metode Hydroseeding.
Verticallity test adalah test yang digunakan pada proses pengerukan tiap 15-20 meter, tujuannya adalah
untuk mengetahui pengerukan apakah terdapat kemiringan atau tidak, jika terdapat kemringan maka
akan berpotensi terdapat crack atau celah yang memnyebabkan air dapat merembes masuk kesana.
Selain itu juga dalam pelaksanaanya jiak terdapat kemiringan maka pengerukan akan diarahkan untuk
merluruskannya Kembali. Batas minimal untuk kemiringan nya adalah di angkat 3% sedangkan untuk
pengerukan di bendungan sidan kurang lebih berada di angka 0.6-1% sehingga masih aman.
Setelah terbentuk Diafragma wall langkah selanjutnya adalah membuat inti main dam yang berbahan
dasar dari aspal, mengapa menggunakan aspal, hal ini dikarenakan materal inti dalam yang haruslah
berupa material clay sulit untuk didapatkan. Ada material clay di Bali tetapi lokasinya jauh dan untuk
jumlahnya tidak melimpah sehingga setelah dilakukan pertimbangan/diskusi maka digunakan material
aspal dengan permeabilitas -11 sedangkan untuk clay memiliki permeabilitas -3 sampai dengan -4.
Digunakan aspal dikarenakan jumlah yang melimpah dan juga mudah dibuat. Sejauh ini pembangunan
bendungan di Indonesia yang menggunakan inti main dam berupa aspal hanyalah dua bendungan di
Indonesia yaitu bendungan sidan ini dan bendungan tamblang. Bendungan Sidan ini melakukan kerja
sama dengan prof wang dari china dan prof siapa lupa namanya dari norwegia yang menggunakan aspal
di inti main damnya atau gate wallnya. Tetapi berdasarkan perhitungan nilai kekerasan aspal yang ada
saat ini adalah di angkat 20-30 % sedangkan menurut rekomendasi prof wang minimal perkuatan aspal
haruslah berada di angka 60% hal inilah yang saat ini menjadi masalah dalam pengerjaan main dam.
Dokumentasi

Gambar 1. Gambaran Gatewall terhadap Diafragma Wall

Gambar 2. Gambaran Pengerjaan Diafragma Wall

Gambar 3. Gambaran Kasar Main DAM

Gambar 4. Pengecoran menggunakan Tremi


Gambar 5. Uji Slump test untuk shootcreate dan rockbolt

Gambar 6. Kebakaran penahan tebing

Gambar 7. Pembangunan patokan kiri main dam


Gambar 8. Pengerukan menggunakan Exvaktor

Gambar 9. Rusaknya rantai conveyor belt pada alat bor sehingga tidak bisa digunakan

Anda mungkin juga menyukai