MUHAMMADIYAH BIMA
3
4.
A d a ny a c ai r a n a m nio n p a d a pem
3. Pemeriksaan Fisik Pa d a p e m e r i ks a an s pe k u l um
er ik s aa n fis i k
: u n tu k m e n ilai adanya servisitis, prolaps
tali pusat, atau prolaps bagian terbawah janin (pada
presentasi bukan kepala); menilai dilatasi dan pendataran
serviks, mendapatkan sampel dan mendiagnosis KPD
aterm secara visual
5. Pada tes pH dari forniks posterior vagina: Kertas lakmus
merah akan jadi biru.
4. Kriteria Diagnosis 1. Sesuai dengan kriteria pemeriksaan fisik
2. Hamil ≥ 37 minggu.
3. Keluar air dari orifisium uteri eksterna
4. Pada tes pH dari forniks posterior vagina: Kertas
lakmus merah akan jadi biru.
5. Tidak ada tanda-tanda inpartu
5. Diagnosis Kerja Ketuban Pecah Dini
1. Fluor albus pada kehamilan
6. Diagnosis Banding
2. Inkontinensia urin
1. USG : menilai indeks cairan amnion, taksiran berat
janin, usia gestasi dan presentasi janin, dan kelainan
kongenital janin
7. Pemeriksaan Penunjang 2. Pemeriksaan DL,UL, CT/BT
3. Pada beberapa kasus dapat diperlukan pemeriksaan GDS.
Terutama untuk kasus DM.
4. Tes Nitrazine dan tes fern
1. Pengelolaan dasar :
• Terapi suportif untuk stabilisasi pada ibu
• Perhatikan ABC (Airway, Breathing, Circulation).
• Dilakukan manajemen aktif pada pasien KPD ≥
37 minggu
• Dexametason 2 x 6-10 mg iv bila dibawah usia
kehamilan 36 minggu atau dapat diberikan 12 mg
iv single shot bila segera harus dilakukan
manajemen aktif sesuai pertimbangan DPJP.
2. Manajemen aktif
• Pasien diberikan antibiotika profilaksis,
Amoxicilin 500 mg tiap 8 jam per oral
atau Cefixime 100 — 200 mg tiap 12 jam
peroral.
• Dilakukan pemeriksaan tanda vital tiap 4 jam atau
sesuai partograf WHO
8. Tata Lakasa • Bila temperatur < 37,6 C, dilakukan observasi
tanda tanda inpartu dalam waktu 8 jam, bila
belum inpartu lakukan drip oksitosin.
• Bila terdapat komplikasi pada ibu seperti
hipertensi dalam kehamilan, leukosit > 12.000,
dan pelvik skor < 5, dipertimbangkan melakukan
menajemen aktif dengan cara:
a. Bila PS lebih atau sama dengan 5,
dilakukan induksi dengan oksitosin drip.
b. Bila PS kurang dari 5, dilakukan tindakan
seksio caesarea.
3. Cara Persalinan
• Persalinan normal dengan atau tanpa induksi
persalinan.
• Setelah persalinan normal, diberikan terapi
Antibiotik : Amoxicillin 500 mg tiap 8 jam
per
oral atau Cefixime 100 — 200 mg tiap 12
jam peroral.
• Metronidazole 500 mg peroral dapat diberikan
bila WBC diatas 18.000
• Analgetik : asam mefenamat 500mg tiap 8 jam
peroral atau paracetamol 500 mg tiap 6 jam
• Hari pertama pasca persalinan : mobilisasi aktif
dan dapat dipulangkan bila kondisi klinis baik.
• Persalinan dengan Seksio Caesarea mengikuti tata
laksana pada Panduan Praktek Klinis Sektio
Cesaria
1. Penjelasan tentang penyakit
9. Edukasi (Hospital Health 2. Nutrisi dan cairan
Promotion) 3. Penjelasan tentang obat-obatan
4. Mobilisasi pasca persalinan
Ad vitam : dubia ad bonam
10. Prognosis Ad sanationam : dubia ad Bonam
Ad fungsionam : dubia ad Bonam
11. Tingkat Evidens I/II/III/IV
12. Tingkat Rekomendasi A/B/C