TINJAUAN PUSTAKA
6
7
memainkan peran yang mereka lakukan dalam suatu organisasi untuk memenuhi
standar perilaku yang telah ditetapkan agar mencapai hasil yang diinginkan.
Menurut Robins (2006), kinerja karyawan yang umum untuk pekerjaan
meliputi beberapa elemen, yaitu:
1. Kuantitas dari hasil
Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti
jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
2. Kualitas dari hasil
Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan
yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan
kemampuan karyawan.
3. Ketepatan waktu dari hasil
Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang
dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta
memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
4. Efektivitas
Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga, uang,
teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil
dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya.
5. Kemandirian
Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat
menjalankan fungsi kerjanya Komitmen kerja. Merupakan suatu tingkat
dimana karyawan mempunyai komitmen kerja dengan instansi dan
tanggung jawab karyawan terhadap kantor.
2. Otoritas (wewenang)
Otoritas menurut adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam
suatu organisasi formal yang dimiliki seorang anggota organisasi kepada
anggota yang lain untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai dengan
kontribusinya.
3. Disiplin
Disiplin adalah taat kepda hukum dan peraturan yang berlaku. Jadi,
disiplin karyawan adalah kegiatan karyawan yang bersangkutan dalam
menghormati perjanjian kerja dengan organisasi dimana dia bekerja.
4. Inisiatif
Inisiatif yaitu berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam
membentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan
organisasi.
secara absolute dan perubahan bisa dipandang sebagai suatu inovasi jika
perubahan tersebut dianggap baru bagi seseorang, kelompok, atau
organisasi yang memperkenalkannya.
3. Mengantisipasi Kompetensi Global.
Menurut Sedarmayanti memasuki kompetensi Global, masyarakat perlu
diokndisikan kritis terhadap mutu. Membangun sikap kompetitif
memasuki era global, berarti membangun sumber daya manusia handal,
memliki wawasan luas, terhadap kemajuan. Kaitannya dengan upaya
mengantisipasi kompetensi, tuntutan terwujudnya sumber daya menusia
yang kreatif, inovasi dan mampu mendayagunakan modal intelektual tidak
dapat lepas dari perubahan lingkungan, karena perubahan lingkungan akan
menuntut perubahan besar dan mendasar cara hidup dalam berbagai
tatanan dunia kerja yang mencakup para karyawan, manager dan
pemimpin organisasi.
Adapun cara lain yang digunakan untuk meningkatkan kinerja karyawan
adalah:
1. Memberikan dukungan atau dorongan kepada karyawan untuk
berkembang, seperti memberikan kesempatan kepada karyawan untuk
melakukan pekerjaan yang berbeda, memberi motivasi kepada karyawan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai pekerjaan.
2. Membuat standar kerja yang jelas, dengan adanya standar yang jelas maka
akan memudahkan dalam mengontrol kinerja atau performance karyawan,
kemudian karyawan akan berusaha mencapai standar tersebut dengan cara
memperbaiki performance atau kinerja
3. Menetapkan area tanggung jawab dalam bekerja, dengan adanya tanggung
jawab yang tinggi, memotivasi karyawan untuk meningkatkan
performance agar tanggung jawabnya terselesaikan dengan baik.
4. Menentukan rangkaian atau urutan kegiatan, dengan adanya urutan
kegiatan maka situasi kerja lebih sistematis dan karyawan tidak tumpang
tindih dalam melakukan pekerjaan
5. Mengawasi dan mengikuti karyawan dalam melakukan pekerjaan
12
Walaupun dua tujuan yang luas dari penilaian kinerja adalah pertimbangan
dan pengembangan, namun alasan khusus bagi penggunanya lebih penting bagi
organisasi, sebagaimana yang terdapat pada Tabel 2.2.
Motivasi
Promosi
- Mengiedntifikasi kebutuhan akan pelatihan dan
Pemecatan
pengembangan
Kenaikan gaji
- Mengevaluasi efektivitas dari keputusan seleksi
Kenaikan upah
dan penempatan
Kesadaran manajerial yang meningkat
- Pemindahan perencanaan sumber daya manusia
Dari tugas pekerjaan dan persoalan bawahan
- Pemberhentian sementara
Pengertian bawahan yang meningkat
Mengenai manajemen tentang hasil karyanya
Penentuan Metode
Penentuan Sasaran Penentuan Standar dan Evaluasi Penilaian
Pelaksanaan Penilaian
4. Kerja sama
Penilaian karyawan dalam hal berpartisipasi dan bekerja sama dengan
karyawan lain dalam bekerja sehingga hasik pekerjaan lebih baik.
5. Kecakapan
Penilaian dalam menyatukan bermacam-macam elemen yang terlibat
dalam menyusun kebijaksanaan.
6. Tanggung jawab
Penilaian karyawan dalam tanggung jawab nya baik dari hasil
pekerjaannya, sarana dan prasarana yang digunakan serta perilaku
kerjanya.
dimiliki atau bagian kepribadian yang mendalam dan melekat kepada seseorang
serta perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan
sebagai dorongan untuk mempunyai prestasi dan keinginan berusaha agar
melaksanakan tugas dengan efektif.
Menurut Wibowo (2011p), kompetensi diartikan sebagai kemampuan
untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi
oleh keterampilan dan pengetahuan kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut.
Dengan demikian kompetensi menunjukkan keterampilan atau pengetahuan yang
dicirikan oleh profesionalisme dalam suatu bidang tertentu sebagai suatu yang
terpenting. Kompetensi sebagai karakteristik seseorang berhubungan dengan
kinerja yang efektif dalam suatu pekerjaan atau situasi.
paling banyak terlampir pada posisi jalur manajemen pada timgkat itu.
Pilihan lainnya adalah memindahkan orang tersebut secara horizontal.
Misalnya memindahkan seorang karyawan produksi ke SDM untuk
mengembangkan keterampilan baru dan untuk menguji dan menantang
kecerdasan.
2.3 Statistik
2.3.1 Pengertian Statistik
Menurut Harinaldi (2005), statistik adalah suatu metode ilmiah dalam
mengumpulkan, mengkalsifikasikan, meringkas, menyajikan, menginterpretasikan
dan menganalisis data guna mendukung pengambilan keputusan yang valid dan
berguna sehingga dapat menjadi dasar pengambilan keputusan. Statistik
digunakan untuk menyebutkan data itu sendiri atau fakta yang berupa angka yang
dihasilkan dari data yang menggambarkan karakteristik sampel. Metode
pengumpulan data secara statistik haruslah efisien, maksudnya agar dapat
menghemat tenaga, biaya dan waktu serta bisa diperoleh dengan tingkat ketelitian
yang tinggi.
Dimana:
X : Skor yang diperoleh subyek dari seluruh item
Y : Skor total yang diperoleh dari seluruh item
ΣX : Jumlah skor dalam distribusi X
ΣY : Jumlah skor dalam distribusi Y
ΣX2 : Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X
ΣY2 : Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y
N : Banyaknya responden
Uji validitas dilakukan dengan metode Pearson yaitu dengan
mnegkorelasikan skor item kuesioner dengan skor totalnya. Adapun langkah-
langkah pelaksanaanya adalah sebagai berikut:
e. Menghitung dan menjumlahkan skor tiap subyek.
f. Mengkorelasikan skor tiap-tiap item dengan skor total yang diperoleh
setiap subyek
g. Nilai r hitung dibandingkan dengan r tabel. Pilihlah item yang r hitungnya
positif dan lebih besar dari r tabel.
h. Buang item yang r hitungnya kurang dari r tabel dan hitung kembali
korelasinya sehingga r hitung semua item lebih dari r tabel.
i. Item yang memiliki nilai r hitung > r tabel maka item tersebut dinyatakan
valid.
Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi
16 dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika r hitung positif dan r hitung > r tabel maka pertanyaan dinyatakan
valid
b. Jika r hitung negatif dan r hitung < r tabel maka pertanyaan dinyatakan
tidak valid
c. R hitung dapat dilihat pada kolom corrected item total correlation.
28
k b
2
2
b : Jumlah varians butir
t2 : Varians total
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi
16 dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika r alpha positif dan r alpha > r tabel maka pertanyaan dinyatakan
reliable.
b. Jika r alpha negatif dan r alpha < r tabel maka pertanyaan dinyatakan tidak
reliable.
........ (2.3)
Dimana:
N’ = Jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan
k = Tingkat kepercayaan dalam pengamatan (jika tingkat keyakinan
99% maka k = 3, jika tingkat keyakinan 95% maka k = 2)
S = Derajat ketelitian dalam pengamatan
N = Jumlah pengamatan yang sudah dilakukan
Xi = Data pengamatan
2. Uji kecukupan data dengan jumlah data cacat
Jumlah data cacat yang dimaksud disini adalah apabila kuesioner yang
dibagikan berjumlah 50 kuesioner, namun yang diterima kembali setelah
diisi hanya 48 kuesioner maka 2 kuesioner yang tidak kembali adalah data
cacat. Adapun rumus yang digunakan dapat dilihat pada rumus 2.4.
........ (2.4)
Dimana:
N = Jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan
Z = nilai tabel normal yang berhubungan dengan tingkat ketelitian
p = persentase kuesioner yang layak (total kuesioner yang layak-
total kuesioner cacat/ total kuesioner yang kembali)
q = persentase kuesinoner cacat
e = persentase kelonggaran ketelitian
3. Rumus Slovin
Ini adalah teknik random sampling untuk mengetahui ukuran sampel.
Banyak digunakan jika pertanyaan yang diajukan bersifat kategorikal
seperti kuesioner menggunakan skala likert. Adapun rumus yang
digunakan seperti tampak pada rumus 2.5.
30
...... (2.5)
Dimana:
N = Jumlah Populasi
n = Jumlah sampel
e = Error yang diharapkan (tingkat signifikan)
terpusat karena hello effect. Oleh karena itu, tipe subyektif lebih tepat dan
bermanfaat jika penilaiannya di dasarakan atas analisis yang teliti
mengenai perilaku yang relevan dengan pekerjaan atau jabatan yang
diemban seseorang.
diikuti oleh angka yang menunjukkan skor sesuatu yang diukur. Adapun
contoh dari skala numeris adalah seperti berikut:
Peneliti ingin mengetahui kinerja dosen pada suatu perguruan tinggi,
disusunlah angket dengan menggunakan skala numerik.
Petunjuk: Berilah penilaian secara jujur, obyektif dan penuh tanggung
jawab terhadap dosen saudara. Penilaian dilakukan terhadap aspek-aspek
dalam tabel berikut dengan cara melingkari angka 1—5 pada kolom skor
sebagai berikut:
1 = sangat tidak baik/sangat rendah/tidak pernah
2 = tidak baik/rendah/jarang
3 = kurang baik/cukup/kadang-kadang
4 = baik/tinggi/sering
5 = sangat baik/sangat tinggi/selalu
pengambilan keputusan yang tidak bisa dibuat struktur hirarkinya. Hal tersebut
dikarenakan melibatkan interaksi dan ketergantungan elemen-elemen level atas
pada elemen-elemen level bahwa serta terdapatnya hubungan saling
mempengaruhi antar kriteria pada level tertentu. Vanany dalam jurnal Riska, dkk
(2013), metode Analytic Network Process (ANP) adalah salah satu metode yang
mampu mempresentasikan tingkat kepentingan berbagai pihak dengan
mempertimbangkan saling keterkaitan antar kriteria dan sub kriteria yang ada.
Tanjung dan Devi dalam skripsi Yulianti (2013), Pada umumnya
penelitian dengan pendekatan kualitatif hanya mendeskripsikan hasil penemuan
yang ada dilapangan tanpa melakukan sintesis lebih dalam. Metode ANP
memiliki banyak kelebihan seperti perbandingan yang dihasilkan lebih objektif,
kemampuan prediktif lebih akurat dan hasil lebih stabil. ANP lebih bersifat
general dari AHP yang digunakan pada multi-criteria decision analysis. Struktur
AHP merupakan suatu desicion problem dalam bentuk tingkatan suatu hirarki,
semnetara ANP menggunakan pendekatan jaringan tanpa harus menetapkan level
seperti pada hirarki yang digunakan AHP.
Menurut Saaty dalam skripsi Yulianti (2013), kelebihan ANP dari
metode yang lain adalah kemampuannya untuk membantu para pengambil
keputusan dalam melakukan pengukuran dan sintesis sejumlah faktor-faktor
dalam hirarki atau jaringan. Banyak kelebihan dari metode baru yang
diperkenalkan oleh Saaty ini, yang diantaranya adalah kesederhanaan konsep yang
ditawarkan. Kesederhanaan metodenya membuat ANP menjadi metode yang
lebih umum dan lebih mudah diaplikasikan untuk studi kualitatif seperti
pengambilan keputusan dan alokasi sumber daya.Yoesrizal dan Moses dalam
jurnal Arin, dkk (2013), dengan menggunakan metode ANP dapat diketahui bobot
prioritas pada kriteria yang digunakan dalam evaluasi kinerja. Hasil dari
pembobotan tersebut dapat digunakan sebagai input dalam tahap penilaian akhir
pada seluruh pemasok berdasarkan pada kriteria yang telah teridentifikasi. ANP
yang merupakan generalisasi dari Analytical Hierarchi Process (AHP) dapat
mempertimbangkan ketergantungan antara unsur-unsur hirarki. Pada penilaian
35
kinerja terdapat banyak keputusan yang tidak dapat disusun secara hirarki,
sehingga ANP sesuai digunakan.
Tanjung dan Devi dalam skripsi Yulianti (2013), Analytical Network
Process adalah teori matematis yang memungkinkan seorang pengambil
keputusan menghadapi faktor-faktor yang saling berhubungan serta umpan balik
secara sistematik. ANP merupakan satu dari metode pengambilan keputusan
berdasarkan banyaknya kriteria atau Multiple Critheria Decision Making
(MCDM) yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Metode ini merupakan
pendekatan baru metode kualitatif yang merupakan perkembangan lanjutan dari
metode Analytic Hierarchy Process (AHP).
Menurut Saaty dalam Yulianti (2013), ANP digunakan untuk
memecahkan masalah yang bergantung pada alternatif-alternatif dan kriteria yang
ada. Dalam teknik analisisnya, ANP menggunakan perbandingan berpasangan
pada alternatif-alternatif dan kriteria. Pada jaringan AHP terdapat level tujuan,
kriteria, subkriteria dan alternatif yang masing-masing levele memiliki elemen.
Sementara itu, level dalam AHP disebut cluster pada jaringan ANP yang dapat
memiliki kriteria dan alternatif di dalamnya yang disebut simpul. Dalam ANP,
permasalahan dapat digambarkan menggunakan diagram yang disebut jaringan.
Keuntungan ANP dibandingkan AHP antara lain adalah ANP sebagai teknik
komprehensif yang memungkinkan untuk memasukkan semua kriteria yang
relevan. ANP memungkinkan untuk hubungan lebih kompleks antara level
keputusan dan atribut karena tidak memerlukan struktur hirarki yang ketat. ANP
memungkinkan mempertimbangkan tingkat saling ketergantungan antara kriteria.
ANP juga lebih dekat dengan situasi nyata yang telah mempertimbangkan umpan
balik dan saling ketergantungan antara kriteria.
Selain penggunaan jaringan hirarki, sistem pendukung keputusan juga
dapat dilakukan dengan memmbuat jaringan feedback (jaringan timbal balik).
Secara ringkas jaringan hirarki dan jaringan feedback digambarkan pada Gambar
2.4.
36
2. Homogenitas
Aksioma ini menyatakan bahwa elemen-elemen yang akan dibandingkan
tidak memiliki perbedaan terlalu besar. Jika perbandingan terlalu besar.
Skala yang digunakan dalam ANP memiliki rentang lebih besar yaitu 1
sampai 9. Berikut skala yang digunakan dalam ANP diringkas pada Tabel
2.4.
Tabel 2.4 Skala dalam ANP
Tingkat
Deskripsi Penjelasan
Kepentingan
Amat sangat lebih besar Bukti-bukti yang memihak satu elemen
pengaruh//tingkat 9 dibandingkan elemen lainnya memiliki bukti
kepentingannya yang tingkat kemungkinan afirmasinya tertinggi
Nilai kompromi diantara dua nilai yang
Diantara nilai 7-9 8
berdekatan
Sangat lebih besar
Satu elemen sangat lebih dibandingkan elemen
pengaruh/tingkat 7
lainnya dan dominan ditunjukkan dalam praktik
kepentingannya
Nilai kompromi di antara dua nilai yang
Diantara nilai 5-7 6
berdekatan
Lebih besar
Pengalaman dan penilaian kuat mendukung satu
pengaruh/tingkat 5
elemen dibandingkan elemen lainnya
kepentingannya
Nilai kompromi diantara dua nilai yang
Diantara nilai 3-5 4
berdekatan
Sedikit lebih besar
Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung
pengaruh/tingkat 3
satu elemen dibandingkan elemen yang lain
kepentingannya
Nilai kompromi diantara dua nilai yang
Diantara 1-3 2
berdekatan
Sama besar Dua elemen yang dibandingkan memiliki
pengaruh/tingkat 1 kontribusi kepentingan yang sama terhadap
kpentingannya tujuan
Sumber: Tanjung dan Devi, (2013)
Permasalahan yang kompleks jika tidak di struktur dengan baik maka akan
sulit dalam menguaraikan masalah tersebut. Serumit apapun dan
sekompleks apapun masalah yang dihadapi, ANP membantu dalam
menstruktur masalah tersebut.
2. Pengukuran dalam Skala Rasio
Pengukuran ke dalam skala rasio ini diperlukan untuk mencerminkan
proporsi. Setiap metode dengan struktur hirarki harus menggunakan
prioritas skala rasio untuk lemen di atas level terendah dari hirarki. Hal ini
penting karena prioritas (bobot) dari elemen di level manapun dari hirarki
ditentukan dengan mengalikan prioritas dari elemen induknya. Karena
hasil perkalian dari dua pengukuran level interval secara matematis tidak
memiliki arti, skala rasio diperlukan untuk perkalian ini. ANP
menggunakan skala rasio pada semua level terendah dari hirarki/jaringan,
termasuk level terendah (alternatif dalam model pilihan).
3. Sintetis
Sintetis berarti menyatukan semua bagian menjadi satu kesatuan. Karena
kompleksitas, situasi keputusan penting, prakiraan atau alokasi sumber
daya sering melibatkan terlalu banyak dimensi bagi manusia untuk dapat
melakukan sintesis secara intuitif.
komponen yang dibandingkan lebih dari dua. Misalnya, jika X enam kali
lebih besar dari pada Y, Y tiga kali lebih daripada Z, maka seharusnya X
18 kali lebih besar daripada Z. Jika X dinilai 10 kali lebih besar daripada Z
maka penilaian komparasi perbandingan tersebut akan tidak konsisten
sehingga proses penilaian perlu diulangi sampai penelitian yang dihasilkan
konsisten.
elemen pada baris ke-i terhadap elemen pada kolom ke-j, misalnya
wi
aij . Jika ada n elemen yang dibandingkan maka matriks
wj
Mulai
Tidak
Input Nilai Bobot
Selesai
Hitung Nilai phi =
diuraikan dan diidentifikasikan jenis cacat yang bisa terjadi serta biaya
kualitasnya. Skala penilaian setiap kriteria ditentukan berdasarkan
perbandingan biaya kualitas. Pemberian insentif tergantung pada kategori
nilai kinerjanya. Hasil rancangan penilaian kinerja menggunakan 6
kriteria. Setiap kriteria memiliki bobot tertentu. Skala penilaian yang
digunakan dari sangat buruk sampai dengan sangat baik. Nilai setiap
kriteria merupakan perkalian bobot kriteria dengan skala penilaian. Total
nilai kinerja merupakan jumlah seluruh nilai setiap kriteria. Kategori total
nilai kinerjanya adalah sangat kurang sampai istimewa.