Anda di halaman 1dari 13

REFORMASI PENDIDIKAN NEGARA JEPANG

PASCA PERANG DUNIA II

Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester

Disusun Oleh:

Siti Erika 122011333019

Risma Putri B.S 122011333097

Moch. Fahri 122011333106

STUDI KEJEPANGAN

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2022
ABSTRAK

Pendidikan di Jepang memiliki sejarah yang panjang yang dimulai semenjak abad ke-6
sampai sekarang. Pengaruh dari luar dimulai dari masuknya ajaran Budhisme dan
Konfusianisme dari China dan kedatangan para misionaris kristen Portugis yang membawa
pendidikan dan ajaran kristen ke Jepang. Pada era Meiji diberlakukannya sistem Gakusei
dan Kyoikurei sebagai bentuk perubahan sistem pendidikan era Tokugawa. Saat sebelum dan
berlangsungnya Perang Dunia II pendidikan di Jepang cederung militeristik dan konservatif.
Setelah mengalami kekalahan Perang Dunia II, Jepang melakukan perombakan besar-
besaran dalam sistem pendidikan diantaranya membentuk sebuah pedoman “Pedoman
Kebijakan Pendidikan untuk Pembangunan Jepang Baru” serta sistem pendidikan dalam
kebijakan Rainbow Plan.

Kata kunci : Pendidikan, Meiji, Perang Dunia II, Rainbow Plan

1. PENDAHULUAN

Jepang merupakan negara yang sistem pendidikannya tertata dengan dengan baik
dimana seluruh lembaga bekerjasama dan melaksanakan peranannya masing-masing.
Kerjasama antar komponen negara inilah yang mampu membawa kesuseksan Jepang
mencapai tujuan pendidikan yang dicanangkan kurang dari 25 tahun. Jepang juga tercatat
sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik se-Asia. Keberhasilan ini juga tidak jauh
dari budaya disiplin waktu dan kerja keras negera Jepang yang diajarkan oleh leluhur sejak
zaman dahulu. Pada zaman Meiji tahun 1868 hingga 1912 Jepang melakukan perubahan
besar-besaran di semua bidang kehidupan masyarakat. Perubahan yang paling terlihat adalah
perubahan dari negara pertanian menjadi negara industri. Salah satu faktor utama dari
kemajuan Jepang adalah hasil dari pelaksanaan pendidikan oleh pemerintah Meiji.
Perkembangan pendidikan pada zaman Meiji tidak lepas dari pengaruh politik yang
berkembang dan keadaan perkembangan internasional. Kekalahan Jepang terhadap Amerika
dalam perang dunia II menimbulkan kekacauan di berbagai biidang. Salah satunya jatuhnya
ekonomi serta turunnya kepercayaan masyarakat terhadap penguasa politik. Keadaan
ekonomi dan pooitik sebelum perang serta pengeruh psikologis dari kekalahan perang
memiliki peran penting terhadap kemajuan Jepang saat ini. Akar dari keberhasilan
pembangunan di Jepang dimulai sejak restorasi meiji pada tahun 1868.
Dalam pembangunan sumber daya manusia, Jepang mengenal konsep Gemba Kaizen
yang berarti perbaikan berkesinambungan yang melibatkan semua kalangan baik manager
maupun karyawan biasa dengan mengeluarkan biaya yang rendah. Filsafat kaizen
berpandangan bahwa cara hidup kita baik kehidupan kerja, kehidupan sosial, maupun
kehidupan rumah tangga hendaknya terfokus pada usaha perbaikan terus menerus. Selain itu,
pembangunan sumber daya manusia juga dipengeruhi dari reformasi pendidikan. Pada masa
restorasi meiji sebagai awal mula perubahan Jepang menuju negara modern, reformasi
pendidikan dilakukan dengan melaksanakan beberapa kebijakan baru tentang pendidikan
yang dilaksanakan mendasar secara sosial, yaitu dengan mengubah kesadaran dari setiap
orang terhadap fungsi negara. Orang Jepang yang pada masa pemerintahan Tokugawa masih
berfikir kedaerahan, pada masa Meiji diharuskan mempunyai kesadaran nasional (satu
kebijakan pendidikan yang bersifat nasionalistik). Perubahan kesadaran dari kedaerahan
menjadi nasional inilah yang merupakan hasil terpenting yang dilakukan oleh pemerintah
meiji dalam bidang pendidikan di masa pasca perang, reformasi pendidikan juga dilakukan
oleh Kementrian pendidikan Jepang yang disebut “Rainbow plan”.

Dari penjelasan tersebut, penulis ingin menguraikan kebijakan yang dilakukan


pemerintahan Jepang dalam bidang pendidikan sejak restorasi meiji serta peran Amerika
dalam Reformsi Pendidikan Jepang pasca Perang Dunia II. Apa saja yang dilakukan pada saat
Reformasi Pendidikan Kepang pasca Perang Dunia II sehingga mampu membangkitkan
perkonomian yang sempat mengalami keterpurukan pada masa itu.

2. METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode dekripsi
analisis. Penelitian ini mempelajari masalah yang terjadi dalam masyarakat, tata cara
berinteraksi masyarakat dalam situasi tertentu, termasuk hubungan antar sesama manusia.
Pendekatan penelitian deskipdi analisis adalah melalui pendekatan sejarah terutama sejarah
Jepang dengan fokus pada kebijakan pemerintahan Jepang dalam bidang Pendidikan. Sejarah
yang ditelaah yaitu pada zaman Meiji tentang politik pemerintah Meiji bidang pendidikan.
Tujuan dari penelitian deskripsi analiasis adalah menggambarkan secara sistematis, factual
dan akurat tentang fakta, sifat serta hubungan atar suatu peristiwa yang diteliti.

Dalam penulisan ini penulis juga menggunakan teknik pengumpulan data yaitu studi
pustaka. Metode kepustakaan adalah metode dengan mengumpulkan informasi yang
berkaitan dengan penelitian yaitu dengan cara membaca literatur (Asep Saeful Hamdi,
2005:50). Penulis melakukan pengumpulan data untuk di jadikan referensi yang berkaitan
dengan penelitian melalui internet dan media lainnya.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah Pendidikan Di Jepang

Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki pendidikan terbaik di dunia.
Pendidikan di Jepang dikenal dengan keunggulannya dalam berbagai bidang terutama
teknologi. Sejarah pendidikan di Jepang dimulai sejak abad ke enam saat pembelajaran
Tiongkok mulai diperkenalkan di Istana Yamato. Pelajaran yang diajarkan pada masa itu
adalah agama Budha, konfusianisme, kaligrafi, sastra dan ilmu pengetahuan. Dalam
pemerintahan Kamakura terjadi gelombang kerusuhan yang menyebabkan masa kekosongan
kebudayaan dan pendidikan. Sekolah-sekolah di Kyoto dihancurkan, rakyat biasa mulai
membangun kebudayaan sedangkan para prajurit mendirikan sekolah di wilayah Kanto.
Penyebaran agama Budha pun mengalami perkembangan hingga memunculkan beberapa
sekte agama budha dan mendirikan pendidikan yang diajarkan di kuil Budha. Seiring dengan
masuknya ajaran Budhisme muncul juga sistem penulisan bahasa China, tradisi sastra dan
ajaran konfusianisme. Konfusianisme merupakan ajaran tentang nilai-nilai kemanusiaan,
kebenaran, kepatutan, pengetahuan, integritas, kesetiaan, bakti dan pengawasan diri telah
diajarkan dan diterapkan (Chou, Tu, dan Huang, 2013 :59). Pada abad ke-9 ibukota
kekaisaran Jepang, Heian-Kyou yang sekarang adalah Kyoto memiliki lima institusi
pendidikan tinggi dan mendirikan beberapa sekolah pendidikan untuk kalangan istana.
Selama abad pertengahan antara tahun 1186-1600 M terdapat pusat pembelajaran yang sangat
penting dan sekolah Ashikaga (Ashikaga Gakkou) di Biara Bhuddhisme dan berkembang
sangat pesat.

Memasuki abad ke-16 Jepang mulai membuka diri dengan ditandainya kedatangan
bangsa Portugis untuk berdagang ke Jepang. Misionaris asal Portugis yang bernama
Fransiskus Xaverisu pertama kali memperkenalkan ajaran Kristen kepada penduduk Jepang.
Sekolah Kristen mulai didirikan pada abad ke-16 dan mengajarkan hasil-hasil peradaban
Eropa diantaranya alat musik, ilmu perbintangan, ilmu bumi dan kedokteran. Para misionaris
juga mendirikan beberapa sekolah untuk pemuda Jepang seperti SD di Kyushu, SMP di
kyushu dan Nagoya, sekolah untuk ilmu matematika dan ilmu lain di Kyoto. Ajaran seni dan
bahasa khas barat juga diperkenalkan oleh mereka seperti pengajaran bahasa latin, nahasa
Portugis, seni memahat, melukis dan masih banyak lagi. Namun saat abad ke-17 Keshogunan
Tokugawa menilai penyebaran ajaran kristen dan kedatangan misionaris memberikan
ancaman bagi kekuasaan mereka. Para misionaris yang tidak mau meninggalkan ajarannya
atau keluar dari Jepang harus mengalami persekusi dan pembantaian besar-besaran.
Peninggalan sekolah-sekolah juga dihancurkan dan menutup rapat ajaran-ajaran yang dibawa
oleh mereka.

Setelah masa Tokugawa berakhir, Pemerintahan di era Meiji mulai melakukan


perubahan besar-besaran dalam segala bidang. Perubahan paling utama yaitu dibukanya
kembali negara jepang kepada bangsa asing yang sudah tertutup 2,5 abad karena politik
keshogunan Tokugawa. Hal ini membuat Jepang sangat tertinggal dengan bangsa lain
terutama bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan pendidikan. Pemerintah era Meiji ingin
melakukan pembaharuan besar-besaran yaitu merubah negara Jepang yang awalnya adalah
negara agraris menjadi negara industri kapitalis. Untuk mewujudkannya Pemerintahan Meiji
menetapkan dua sasaran utama politik yaitu Fukoku Kyohei (negara yang kaya dengan militer
kuat) dan Bunmei Kaika (Negara dengan pencerahan peradaban). Sehingga dalam politik
terbukanya, Jepang dengan cepat memasukkan peradaban barat sebanyak-banyaknya. Dalam
sistem pendidikan, pemerintah melaksanakan sistem pendidikan yang disebut denan Gakusei
yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Jepang pda tahun 1892. Dalam sistem ini
memuat rencana sistem pendidikan secara umu,diatur dan dilaksanakan seluruhnya oleh
Departement pendidikan sekaligus membuat kurikulum dan buku pelajaran yang berkiblat
dengan bangsa barat. Selanjutnya Departemen Pendidikan membangun sekolah dasar
sebanyak 53.000 buah yang menerapkan sistem pendidikan barat untuk anak yang berumur
sekitar 8 tahun hingga 14 tahun. Penerapan sistem Gakusei ini sangat dipaksakan kepada
masyarakat Jepang sehingga menimbulkan kegagalan. Faktor kegagalan ini adalah mahalnya
biaya pendidikan untuk siswa dan materi pelajaran yang terlalu tinggi sehingga tidak bisa
diikuti oleh masyarakat. Karena tidak menemui kecocokan terhadap kebijakan sistem
pendidikan Gakusei di masyarakat, terjadilah perlawanan terutama di daerah-daerah. Karena
adanya pertentangan dari masyarakat terhadap sistem pendidikan dari barat, pemerintah Meiji
melakukan kebijakan politik baru yang disebut dengan Kyouikurei pada tahun 1879. Sistem
Kyouikurei ini merupakan hasil penyempuranaan dari sistem sebelumnya yang memiliki
kelonggaran dibanding sistem pendidikan Gakusei. Kyoikurei membuat aturan yang
menerapkan desentralisasi pendidikan untuk mengizinkan daerah-daerah mendirikan sekolah
dan kebijakan pendidikan seusuai kebutuhan mereka. Sistem ini diadaptasi dari sistem
pendidikan di Amerika dimana pemerintah daerah mengambil alih pendidikan di daerahnya
namun tetap mendapatkan pengawasan langsung dari pemerintah pusat. Dengan sistem yang
baru ini, pada mulanya sistem pendidikan adalah liberal karena pengaruh barat menjadi
konservatif karena diberikannya penekanan pada pendidikan moral yang didasarkan pada
aliran Konfisianisme. Sistem pendidikan ini berlangsung sampai Jepang mengalami
kekalahan dalam Perang Dunia II. Para akademisi dan birokrat Jepang mengangap kekalahan
Jepang tersebut diakibatkan oleh pendidikan Jepang yang gagal sehingga kualitas SDM lebih
buruk dibandingkan kualitas SDM yang dimiliki Amerika Serikat. Pada tanggal 15
September 1945 pemerintah Jepang melalui menteri pendidikan mengeluarkan sebuah
“Pedoman Kebijakan Pendidikan untuk Pembangunan Jepang Baru” yang bertujuan
membangun kembali sistem pendidikan Jepang yang dulunya sangat konservatif,
ultranasionalistik dan militeristik menjadi sistem pendidikan yang mengutamakan
perdamaian dunia. SCAP (pendudukan Sekutu) dibawah kepemimpinan Jendral Mac Arthur
beranggapan bahwa Jepang mampu mengobarkan Perang Asia Raya karena militer yang
didukung oleh rakyat yang dididik untuk sangat patuh kepada pemimpin dan menjadi rakyat
yang militan. Dan untuk mengatasi hal tersebut SCAP mengupayakan beberapa pembaharuan
dan instruksi terkait sistem pendidikan Jepang seperti pelarangan ideologi militeristik dan
ultranasionalisme, menanamkan hak asasi manusia dan perdamaian dunia, mengevaluasi
pejabat dan guru, mendorong seluruh elemen pendidikan untuk menkritisi serta
mendiskusikan mengenai politik, sosial dan keragaman beragama, mensosialisasikan
informasi tentang pemimpin militer yang mengobarkan peran sehingga menyengsarakan
rakyat dan yang terakhir menerbitkan buku ajar dan buku pedoman baru untuk mendidik
calon warga negara yang cinta damai dan memiliki rasa tanggung jawab tinggi.

Reformasi Pendidikan Jepang Pasca Perang Dunia 2

Jepang berhasil membuat kagum dunia atas pengembangan SDM melalui pendidikan
pasca kekalahannya pada perang dunia 2. Keberhasilan tersebut memang patutu dikagumi
tapi perlu diketahui pula fakta-fakta yang ada di lapangan. Setelah Jepang kalah dari Amerika
yang mengakibatkan Jepang diduduki Amerika selama 7 tahun, Amerika banyak menyuruh
pemerintah Jepang untuk mengubah kebijakan tak terkecuali pendidikan. Pemerintah Jepang
juga berintrospeksi diri dan menyimpulkan bahwa kekalahan Jepang pada perang adalah pada
kebijakan pendidikan. SDM Jepang dirasa lebih buruk dari SDM Amerika.
Selama ini kita mengetahui bahwa Jepang kalah setelah dijatuhkannya 2 bom atom di
dua kota besar di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki. Banyak yang telah memprediksi
kekalahan Jepang, tetapi siarannya tetap membuat banyak pihak terkejut. Pada tanggal 15
September 1945, yaitu tepat 1 bulan setelah pengumuman kalah perang, pemerintah Jepang
melalui menteri pendidikan mengeluarkan „Pedoman Kebijakan Pendidikan untuk
Pembangunan Jepang Baru,‟ yang berisi 11 pedoman kerja:

1. Pendidikan bertujuan memperluas wawasan dan pengetahuan, meningkatkan


kemampuan berpikir secara ilmiah, membina semangat cinta damai dan
meningkatkan moralitas rakyat.
2. Menghapus semua mata pelajaran yang terkait dengan militer, semua pengajaran
dan penelitian harus difokuskan untuk tujuan damai.
3. Merevisi buku paket agar isinya sesuai dengan kebijakan pendidikan baru.
4. Kementerian pendidikan menyelenggarakan program pendidikan ulang (re-
edukasi) untuk para guru, agar memahami kebijakan pendidikan yang baru.
5. Memberi kesempatan pembelajaran khusus untuk para murid yang telah
dikerahkan ke medan perang atau ke pabrik sehingga putus sekolah.
6. Pendidikan ilmiah yang bertujuan melatih kemampuan berpikir secara ilmiah dan
bukan hanya demi mengejar kepentingan sesaat.
7. Untuk membina rakyat yang bermoralitas tinggi dan berwawasan luas, perlu
ditingkatkan pendidikan luar sekolah untuk orang dewasa dan pekerja, melalui
fasilitas umum seperti perpustakaan umum dan museum, serta memanfaatkan
media seperti pameran lukisan, pertunjukan teater, penerbitan buku-buku ilmu
pengetahuan popular dan sebagainya.
8. Akan menfasilitasi pembentukan karang taruna tingkat lokal, sebagai wadah
komunikasi dan pembinaan solidaritas sosial.
9. Akan upayakan kerja sama antar agama untuk membina persahabatan dan
perdamaian dunia.
10. Akan menfasilitasi acara pertandingan olah raga untuk meningkatkan kesehatan
jasmani dan rohani, serta membina semangat fair play serta persahabatan sesama
anak bangsa dan antara rakyat Jepang dengan warga negara lain.
11. Akan melakukan restrukturisasi kementerian pendidikan untuk membentuk
direktorat olah raga dan direktorat pendidikan ilmiah.
Masyarakat Jepang pada saat itu juga dianggap sebagai masyarakat yang cenderung apatis,
egois, bodoh, kriminalitas meningkat, dan pasrah pada keadaan hidup. Sehingga saat
berakhirnya perang dijadikan titik mementum oleh para akademisi dan birokrat untuk
memulai dan mengubah pola hidup serta mentalitas melalui pendiikan.

Supreme Commander of Allied in Japan (SCAP) atau pendudukan sekutu atas jepang,
mengeluarkan instruksi kepada pemerintah jepang terkait revisi sistem pendidikan. SCAP
menganggap bahwa militer jepang mendapat dukungan penuh dari rakyat. Rakyat
mendukung militer karena didikan untuk patuh pada kaisar. Rakyat berssifat fanatik dan
radikal. Rakyat percaya bahwa Jepang adalah bangsa yang paling unggul di dunia dan radikal
hingga nekat untuk mengorbankan diri mereka sendiri melalui tindakan bunuh diri. Hal ini
juga disebabkan dengan keunggulan Jepang pada perang-perang selama Meiji hingga Perang
Dunia 2 dimana Jepang lebih banyak mengalami keunggulan dan menang. Terkait hal ini
SCAP mengeluarkan instruksi terkait sistem pendidikan Jepang pada yang berisi 6 poin
yaitu :

1. Melarang penyebaran ideologi serta pendidikan militeristik dan ultra-nasionalisme


2. Menanamkan pemahaman mengenai perdamaian, hak-hak asasi manusia seperti
kebebasan berserikat dan berpendapat
3. Mengevaluasi semua guru dan pejabat di lembaga pendidikan berdasarkan
prinsip-prinsip di atas, dan memutuskan personel-personel mana saja yang harus
dipertahankan, dipecat, dikembalikan ke jabatan semula (untuk personel yang
sebelumnya telah dipecat), diangkat, diberikan re-edukasi atau dimutasi.
4. Mendorong para murid, guru maupun pejabat di lembaga pendidikan untuk
mengkritisi seara logis materi pengajaran, serta berdiskusi mengenai topik politik,
sosial dan kebebasan beragama.
5. Mensosialisasikan informasi mengenai peran para pemimpin militer yang telah
mengobarkan perang dan menyengsarakan kehidupan rakyat banyak
6. Segera terbitkan buku ajar baru dan buku pedoman pengajaran baru bagi guru,
yang bertujuan mendidik calon warga negara yang cinta damai dan memiliki rasa
tanggung jawab sosial

SCAP juga mengeluarkan instruksi agar kementerian pendidikan mempercepat evaluasi dan
eksekusi terhadap paratenaga pendidik dan pejabat lembaga pendidikan. Pendidikan moral
juga diperbaiki dikarenakan pendidikan mmoral Jepang sebelumnya mengajarkan rakyat
untuk patuh, bahkan rela mati jika itu demi kaisar. Pelajaran sejarah Jepang yang berupa
mitos tentang Jepang yang merupakan negara yang dibuat oleh dewa serta kaisar adalah
keturunan dari dewa membuat kaisar menjadi sentral pemujaan di Jepang.

Setelah kembalinya SCAP ke Amerika pada tahun 1946. Dewan Pakar Pendidikan
dibubarkan. Kementerian Jepang membentuk Dewan Reformasi Pendidikan (Kyouiku
Sasshin Iinkai). Dewan ini dibentuk untuk menyusun undang-undang terkait sistem
pendidikan. Dewan mengirimkan rekomendasi kepada pemerintah dan mengajukan
diperlukannya UU pokok pendidikan yang akan menjadi landasan bagi UU pendidikan
lainnya). Berdasarkan rekomendasi dari dewan, kementerian pendidikan menyusun dan
mengesahkan UU Pokok Pendidikan (disahkan pada 31 Maret 1947). Turut disahkan UU
Pendidikan Sekolah dan UU Pendidikan Luar Sekolah. UU Pokok Pendidikan mencantumkan
tujuan pendidikan yang berbunyi „tujuan pendidikan adalah membina warga negara yang
berkepribadian, sehat jasmani dan rohani serta memiliki karakter yang layak sebagai anggota
masyarakat dan negara yang cinta damai dan demokratis.‟ Dalam UU Pendidikan Sekolah,
dicantumkan bahwa tujuan pendidikan adalah membekali para siswa dengan kompetensi
untuk menjalani kehidupan bermasyarakat, mandiri dalam menjalani kehidupan sehari-hari,
termasuk bekerja dan mandiri secara ekonomi. Sedangkan dalam UU Pendidikan Luar
Sekolah mengatur tiap pemerintah daerah untuk membentuk Dewan Pendidikan Luar Sekolah
dan hal ini bersifat wajib. Dewan Pendidikan Luar Sekolah bertugas untuk membangun dan
mengelola fasilitas-fasilitas pendidikan di luar sekolah seperti perpustakaan umum, museum,
kuliah umum, pameran, sosialisasi pendidikan, pelatihan keterampilan, dan lain-lain.

Kebijakan "Rainbow Plan" dalam Mereformasi Pendidikan di Jepang

Reformasi pendidikan di Jepang menurut Hara Kiyoharu (2007:3) telah terjadi tiga
kali yaitu, reformasi pada masa restorasi Meiji, reformasi pasca Perang Dunia II, dan
reformasi menuju abad 21. Reformasi pertama pada zaman Meiji, pendidikan di Jepang
memasuki era modern dengan diterapkannya sistem sekolah yang terstruktur dan warga
negara memilikki kesempatan yang luas untuk mengakses pendidikan serta dikenalkan pula
pendidikan liberal yang dipengaruhi oleh paham liberalism yang berkembang di Amerika.
Reformasi pasca Perang Dunia II adalah penerapan wajib belajar dan penerapan pendidikan
secara demokratis. Reformasi ketiga dirancang oleh Chuuoukyouikusingikai dan
Rinjikyouikusingikai, yaitu Tim Khusus yang ditunjuk oleh Perdana Menteri untuk membantu
mencarikan pemecahan permasalahan pendidikan yang akan diusulkan kepada Perdana
Menteri dan diterapkan oleh Menteri Pendidikan.

Sebelum Perang Dunia ke II kebijakan pendidikan yang berlaku adalah kebijakan


pendidikan yang terangkum dalam naskah Kekaisaran yang disebut Imperial Rescript on
Education. Pada zaman dahulu kaisar dididik dengan nilai-nilai yang luas dan kekal serta
cenderung pada kesetiaan dan kepatuhan dari generasi ke generasi dengan tetap menerapkan
estetika. Nilai-nilai tersebut diterapkan dalam pendidikan Jepang sehingga setiap orang
mampu menjalin hubungan harmonis, setia, dan patuh terhadap orang tua, suami, istri,
sahabat, menjadi diri sendiri yang moderat dan sederhana serta menuntut ilmu dengan
diimbangi jiwa seni. Setelah berkhirnya Perang dunia ke II, kebijakan pendidikan Jepang
berubah menjadi Hak Asasi Manusia, kebebasan hati Nurani, jaminan setiap orang untuk
mengembangkan kebebasan berfikir, serta kebebasan memperoleh hak untuk mendapatkan
pendidikan sesuai kemampuannya.

Pembaharuan kurikulum di Jepang mengikuti pla 10 tahunan dengan memasukkan hal


baru setiap perubahan terjadi. Perubahan kurikulum ini juga mengikuti pertimbangan adanya
perubahan sosial dan ekonomi masyarakat Jepang. Setelah Perang Dunia II jepang melakukan
beberapa kali perubahan kurikulum diantaranya pada tahun 1955, 1967, 1977, 1988 dan 2001
dengan adanya kebijakan “Rainbow Plan”. Pada saat penerapan kurikulum 1998 pemerintah
berusaha keras untuk mengubah pola pikir guru di Jepang. Guru di Jepang sejak zaman
perang percaya bahwa pendidikan bersifat massal dan sama. Mereka percaya bahwa siswa
harus memiliki prestasi yang sama, kedisiplinan yang sama dengan sistem pendidikan yang
sama. Kurikulum 1998 memberikan pengertian bahwa seitap anak memiliki potensi yang
berbeda-beda. Kurikulum ini bersifat fleksibel dan memungkinkan sekolah untuk membuat
kurikulum sendiri berdasarkan kondisi daerah, sekolah, dan jumlah siswa.

Pada tahun 2001 Kementrian Pendidikan Jepang membuat rencana reformasi


pendidikan di Jepang yang disebut sebagai “Rainbow Plan”. Isi Rainbow Plan meliputi:

a. Mengembangkan kemampuan dasar siswa dalam model pembelajaran yang


menyenangkan. Ada 3 pokok arahan yaitu, pengembangan kelas kecil terdiri dari
20 anak per kelas, pemanfaatan Tekhnologi Informasi dalam proses belajar
mengajar dan pelaksanaan evaluasi belajar secara nasional
b. Mendorong pengembangan kepribadian siswa menjadi pribadi yang hangat dan
terbuka melalui keaktifan siswa dalam kegiatan kemasyarakatan, juga perbaikan
mutu pembelajaran moral di sekolah.
c. Mengembangkan lingkungan belajar yang menyenangkan dan jauh dari tekanan,
diantaranya dengan kegiatan ekstra kurikuler olah raga, seni, dan sosial lainnya.
d. Menjadikan sekolah sebagai lembaga yang dapat dipercaya oleh orang tua dan
masyarakat. Tujuan ini dicapai dengan menerapkan sistem evaluasi sekolah secara
mandiri, dan evaluasi sekolah oleh pihak luar, pembentukan school councillor,
komite sekolah yang beranggotakan orang tua, dan pengembangan sekolah
berdasarkan keadaan dan permintaan masyarakat setempat.
e. Melatih guru untuk menjadi tenaga professional, salah satunya dengan
pemberlakuan evaluasi guru, pemberian penghargaan dan bonus kepada guru yang
berprestasi, juga pembentukan suasana kerja yang kondusif untuk meningkatkan
etos kerja guru, dan pelatihan bagi guru yang kurang cakap di bidangnya.
f. Pengembangan universitas bertaraf internasional
g. Pembentukan filosofi pendidikan yang sesuai untuk menyongsong abad baru
melalui reformasi konstitusi pendidikan (kyouiku kihon hou). (MEXT, 2006).

Keunggulan dari “Rainbow Plan” adalah pada point ke-4. Dalam point tersebut
sekolah berupaya membuka diri kepada masyarakat dan orang tua. Salah satu program yang
dijalankan adalah program jugyou sanka yaitu program dimana orang tua menghadiri kelas
anak-anaknya, serta program sougou teki jikan yang melibatkan masyarakat dan forum
sekolah. Namun, beberapa point masih menjadi perdebatan dikalangan guru, masyarakat dan
pemerhati pendidikan. Salah satunya adalah bagian tentang pendidikan moral yang berkaitan
dengan nasionalisme yang meliputi perlu atau tidak menceritakan sejarah perang kepada anak,
perlu atau tidak menyanyikan lagu Kimigayo atau mengibarkan bendera Hinomaru. Lalu
perdebatan pada point ke-5 dengan adanya kyouin hyouka yaitu sistem evaluasi guru yang
dibebankan pada The Board of Education dan sertifikasi mengajar melalui training atau
pendidikan guru.

Perubahan yang dilakukan Jepang dari negara pertanian menjadi negara industry
memberikan dampak yang besar bagi masyarakat. Kekalahan Jepang pada Perang Dunia II
yang tidak memiliki sumber daya alam yang memadai memacu masyarakat untuk
membengun negerinya agar menjadi negara yang maju. Kunci dari keberhasilan jepang tidak
lepas dari jiwa gambarisme yang diwariskan dari orang-orang pendahulu di Jepang yang
sukses menaklukkan beberapa negara di Asia kepada generasi pada masa perang.

Tujuan yang ingin dicapai pendidikan Jepang adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan kepribadian setiap individu secara utuh


2. Berusaha mengembangkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas baik secara
pikiran maupun jasmani
3. Mengajarkan kepada siswa agar senantiasa memelihara keadilan dan kebenaran
4. Setiap siswa dididik untuk saling menjaga keharmonisan dan mengahrgai terhadap
lingkungan sosialnya
5. Siswa dituntut untuk disiplin, menghargai waktu, dan memilikki etos kerja
6. Pengembangan sikap bertanggungjawab terhadap setiap pembelajaran dan ttugas yang
diberikan sesuai dengan tingkat pendidikannya masing-masing
7. Meningkatkan semangat independent siswa untuk membangun negara dan menjaga
perdamaian dunia.

4. KESIMPULAN

Jepang mengalami perubahan besar-besaran pada restorasi Meiji dan pasca Perang
Dunia 2. Perubahan ini meliputi seluruh aspek kehidupan tidak terkecuali aspek pendidikan.
Sejarah pendidikan di Jepang sendiri berjalan sangat panjang. Masuknya agama buddha dan
ajaran konfusiusisme, pembangunan sekolah-sekolah bangsawan dan samurai, adanya pusat
pendidikan sekolah Ashigaoka pada abad pertengahan antara tahun 1186-1600 M,
didirikannya institusi pendidikan oleh para missionaris portugis, pendirian terakoya pada
masa kepemimpinan Tokugawa, pembaharuan sistem pendidikan restorasi Meiji, hingga
pembaharuan sistem pendidikan pasca Perang Dunia 2. Kekalahan Jepang pada Perang Dunia
2 menyadarkan Jepang bahwa kekalahan perang disebabkan oleh ketertinggalan SDM
dibandingkan dengan negara lain terutama Amerika. Jepang menyadari bahwa pengajaran
selama ini hanya mengajarkan tentang propoganda bahwa Jepang adalah negara adidaya yang
tak terkalahkan, patuh kepada kaisar, dan anggapan bahwa Jepang adalah negeri para dewa.
Jepang berusaha mengubah semua itu selama kependudukan Amerika sekaligus dibantu oleh
Amerika. Pembaharuan masih terus berlanjut dengan usaha Jepang sendiri hingga Jepang
berhasil menaikkan kualitas SDM nya. Hasilnya Jepang menjadi negara industrial yang maju
dengan masyarakat yang telah berubah pola hidup dan moralnya menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, & Uhbiyati. (2005). Sistem Pendidikan Jepang. Jakarta: Ghalia Indonesia, 4, 46.

Laksana, Heri. 2018. POLITIK PEMBANGUNAN NEGARA JEPANG PASCA PERANG


DUNIA KE II. Universitas Sumatera Utara.

Ong, S. (2019). Reformasi pendidikan di Jepang pasca Perang Dunia II. 1–10.

Puspitasari, Erni., Dini Fujiyanti., Indun Roosiani. (2015). REFORMASI PENDIDIKAN


DAN KEBANGKITAN EKONOMI JEPANG PASCA PERANG DUNIA KE II.
Universitas Darma Persada.

Ramli, Murni. 2008. Kebijakan Evaluasi Guru di Jepang. Vol. 2 No. 2 Juli. Universitas
Pendidikan Indonesia.

Rustam, F. (2003). Reformasi Pendidikan Pada Masa Jepang Meiji: Studi Tentang Peran
Politik Kekuasaan Dalam Penerapan Pendidikan. Makara Human Behavior Studies in
Asia, 7(2), 45. https://doi.org/10.7454/mssh.v7i2.50

Tarigan, Ramadina. 2018. Fungsi Sosial Kyuushoku pada Murid-Murid SD di Jepang.


Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai