PENDAHULUAN
Jepang yang berangkat dari keterbelakangan, adalah salah satu negara yang
Jepang telah maju sejak sebelum zaman Meiji. Di bawah kekuasaan Shogun Tokugawa,
Pada periode ini, sistem pendidikan juga berkembang tidak hanya pada anak-anak dari
golongan Samurai (6-7% dari populasi), tetapi juga anak laki-laki dan perempuan dari
golongan lain (80% adalah petani dan pedagang). Keluarga-keluarga petani dan
berhitung. Jumlah persentasi anak-anak yang dapat membaca cukup tinggi yaitu sekitar
40% anak laki-laki dan 15% anak perempuan. Perkembangan pendidikan pada periode
ini cukup memberikan sumbangan besar untuk laju modernisasi Jepang pada periode
utama dalam menawarkan pendidikan modern bagi anak-anak tanpa memandang status
yang dulu mereka punyai pada zaman Tokugawa. Pada tahun 1871, Kementrian
Berdasarkan rencana itu didirikan sekitar 25.000 Sekolah Dasar di seluruh kota pada
tahun 1880. Selain itu Kementrian Pendidikan juga mengumumkan suatu sistem
2
sekolah yang disebut gakusei ( 学 生 ), yang mewajibkan semua anak laki-laki dan
perempuan berusia enam sampai sepuluh tahun untuk mengikuti pendidikan formal
empat tahun. Pada mulanya pemerintah membebankan biaya pendidikan kepada orang
tua siswa. Namun ternyata dalam pelaksanaannya terdapat masalah-masalah antara lain
meningkatnya jumlah anak yang tidak dapat masuk sekolah dikarenakan tidak sanggup
membayar biaya sekolah yang besarnya sepuluh kali lipat dibandingkan biaya
pendidikan di terakoya, gagasan gakusei terlalu modern untuk rakyat Jepang yang
dibesarkan dalam sistem kelas sosial yang lama dan masalah terbesar yang dihadapi oleh
pemerintah pada saat itu adalah kesulitan ekonomi karena banyaknya biaya yang harus
oleh Peraturan Pendidikan atau Kyouiku Rei ( 教育礼 ) yang menetapkan wajib belajar
tiga tahun. Pada tahun 1907, pendidikan wajib diperpanjang menjadi enam tahun
berdasarkan Revisi Undang-undang Sekolah Dasar. Menjelang awal abad ke-20, sekitar
90% anak usia sekolah mengikuti pendidikan tersebut. Pada prinsipnya, pendidikan pada
bahwa semua orang sama. Pendidikan diberikan pada semua orang tanpa memandang
Sesudah Jepang kalah perang dalam Perang Dunia II, terjadi reformasi
pendidikan lagi pada tahun 1947 yaitu suatu sistem pendidikan baru dengan program
pendidikan wajib sembilan tahun (gimu kyoiku) yang terdiri dari pendidikan Sekolah
Dasar enam tahun dan Sekolah Menengah Pertama tiga tahun. Selanjutnya disediakan
3
juga Sekolah Menengah Umum tiga tahun serta pendidikan akademi dua tahun dan
universitas empat tahun. Sistem pendidikan tersebut dibuat seperti model sistem
Undang Dasar tahun 1946. Pada pasalnya yang ke-26 dicantumkan bahwa, semua
warga negara Jepang berhak untuk mendapatkan pendidikan sekolah yang diberikan
oleh pemerintah secara cuma-cuma dan setiap orang tua wajib menyekolahkan anaknya
Sampai pada tahun 1958, program pendidikan sekolah Jepang diatur oleh
sekolah yang disesuaikan dengan minat dan kepentingan baik anak maupun masyarakat
yang tinggal di daerah itu. Pemerintah pusat Jepang memberikan otonomi pada
yang ditetapkan oleh pemerintah pusat sesuai dengan kebutuhan pendidikan di masing-
masing daerah. Dengan sistem pengajaran yang menarik perhatian anak sebagai murid,
diharapkan anak dapat menyerap ilmu pengetahuan yang didapat. Proses pendidikan
pada setiap anak seusianya dialami sama oleh setiap anak Jepang didalam kehidupan
sekolah. Mereka menjalani kehidupan sekolah yang sama dengan sistem pendidikan
pendidikan secara komprehensif kepada setiap murid untuk menjadikan anak Jepang
Jepang dikelompokkan kedalam program pendidikan yang terdiri dari: (1) pelajaran
dasar umum (kihongo kyoka), yaitu pelajaran bahasa (kokugo), bahasa inggris (eigo),
masyarakat (shakai), matematika (sugaku), Ilmu Pengetahuan Alam (rika); lalu (2)
pendidikan moral (doutoku kyoiku); (3) kegiatan kekhususan (tokubetsu katsudou); dan
mulai tahun 1600 sampai dengan sekitar tahun 1868. Pada jaman itu Jepang menikmati
kedamaian akan tetapi hanya sedikit sekali kemajuan yang dicapai dalam masa itu.
organisasi-organisasi baru baik sosial maupun ekonomi. Perkembangan ini tidak banyak
diketahui oleh bangsa Jepang sampai saat kapal-kapal perang Komodor Perry masuk
Melihat ketertinggalan bangsa Jepang dengan dunia luar, akhirnya setelah melalui
Restorasi Meiji pada tahun 1868. Pemerintahan Meiji mulai mengejar ketertinggalannya
dari Barat. Mereka mulai menjalankan kepemimpinan yang kuat dengan menanamkan
5
gagasan teknologi Barat dan semangat Timur ke dalam hati rakyat Jepang. Kekuatan
bangsa Jepang bertambah besar, persatuan rakyat semakin kokoh dan perekonomian pun
Tetapi dengan kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, cukup melumpuhkan
ekonomi Jepang secara total. Produksi di sektor pertambangan dan manufaktur tinggal
sepertujuh dari tingkat tahun 1941. Sebagai akibat perang, Jepang kehilangan 44% dari
wilayahnya dan dengan demikian 36% dari sumber pendapatan nasionalnya hilang.
kesulitan-kesulitan yang luar biasa. Tetapi berkat bimbingan yang baik dari Markas
Besar Tentara Sekutu, ditambah dengan usaha rakyat Jepang yang tidak kenal lelah,
inflasi dapat dikendalikan. Beberapa tindakan yang dilakukan oleh Markas Besar
desentralisasi dari bisnis, reformasi kepemilikan tanah, dan memberikan hak-hak bagi
kaum pekerja. Pasca Perang Dunia II, Jepang pun mulai bangkit dari kekalahannya dan
perlahan-lahan mulai meningkat dan pada awal tahun 60-an pertumbuhan ekonomi
besar di Jepang pun mulai berekspansi ke negara-negara tetangga salah satunya adalah
usaha-usahanya yang telah mereka dirikan sebelum Perang Dunia II. Mereka mulai
Jumlah orang-orang Jepang yang bekerja di negara tersebut pun terus bertambah seiring
orang Jepang yang bekerja ini mulai membentuk komunitas mereka sendiri. Mereka
tidak bergabung dengan orang-orang dari negara tempat mereka bekerja, tetapi mereka
mulai bergabung dengan Perhimpunan Orang Jepang yang telah terbentuk lama sebelum
Perang Dunia I. Perhimpunan Orang Jepang ini merupakan komunitas tempat orang-
orang Jepang untuk berkumpul. Perhimpunan ini pertama kali didirikan di Singapura
pada tahun 1915. Tujuan utama dari perhimpunan ini adalah menjadi wadah untuk
di negara tersebut. Tetapi peranan paling penting yang dimainkan oleh Perhimpunan
Orang Jepang adalah mendirikan dan mengurus sekolah Jepang (Hirashi, 1998:23).
yang bekerja di luar Jepang sudah banyak didirikan di antaranya di Singapura yang
merupakan sekolah Jepang terbesar diluar Jepang. Ada juga di Filipina, Malaysia,
Thailand serta juga di Jakarta yakni Jakarta Japanese School yang selanjutnya penulis
akan menyebutnya dengan JJS. Dengan dibukanya sekolah-sekolah Jepang ini maka
orang-orang Jepang yang bekerja di luar Jepang tidak perlu khawatir akan pendidikan
anaknya. Karena apa yang dikehendaki orang-orang Jepang ini bagi pendidikan anak-
anaknya adalah bukan pendidikan umum atau lokal, tetapi pendidikan dengan standar
sistem Jepang, sehingga ketika mereka kembali lagi ke Jepang anak-anaknya tetap dapat
ada di Jepang serta guru-guru yang mengajar pun berasal dari Jepang. Ijazah yang
didapatkan dari lulusan sekolah Jepang ini pun mempunyai validitas sama dengan yang
diterbitkan oleh sekolah di Jepang. Dana yang digunakan untuk dapat membangun
Hal yang membedakan sekolah Jepang yang berada di negara lain dengan
sekolah Jepang yang berada di Jepang adalah pendidikan moral (doutoku kyouiku),
gakushuu). Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan setiap kebudayaan negara
maupun lingkungan tempat sekolah Jepang itu berada. Selain itu setiap sekolah Jepang
yang berada di luar negara Jepang hanya dilaksanakan sampai pada tingkat SMP karena
sistem pendidikan Jepang yang menganut pendidikan wajib sembilan tahun (gimu
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah penulis ingin
mengetahui apakah pelajaran tokubetsu katsudou yang diajarkan di sekolah Jepang yang
dengan yang diajarkan di JJS terletak pada perbedaan kebudayaan yang ada antara kedua
negara tersebut. Pelajaran yang diberikan pada tokubetsu katsudou ini disesuaikan
dengan kebutuhan setiap sekolah di masing-masing tempat dimana sekolah berada untuk
siswa-siswi Jepang yang bersekolah di Jakarta Japanese School, yang selanjutnya akan
disebut penulis dengan JJS. Pendidikan yang dimaksud di sini dibatasi pada kondisi fisik
anak, tingkat kemandirian, hubungan anak dengan orang tua, guru dan teman
sekolahnya, tingkat kekreatifan anak serta tingkat keterlibatan anak dalam aktivitas
sekolahnya.
2. Apakah terdapat perbedaan dalam hal pendidikan anak? Yang dimaksud dengan
anak dengan orang tua, guru dan teman sekolahnya, tingkat kekreatifan anak
Manfaat penelitian ini adalah agar dapat mengerti hal-hal yang dihadapi oleh
anak-anak Jepang yang bersekolah di sekolah Jepang yang berada di luar Jepang.
Adapun penelitian ini merupakan penelitian yang sifatnya terbatas, karena pemilihan
9
kelompok yang terbatas (siswa-siswi yang bersekolah di JJS saja). Hasil penelitian tidak
dapat digeneralisasikan secara umum, tapi dapat digunakan sebagai masukan bagi yang
berkepentingan.
Metode yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini adalah metode deskriptif
kualitatif dan penelitian lapangan melalui penyebaran angket yang diberikan kepada
The Japan Foundation, dan koleksi pribadi. Adapun data-data statistik yang dimuat
dalam skripsi ini sebagian besar diperoleh dari media internet untuk mendapatkan data-
data terbaru.
BAB 1 Pendahulan. Bab ini memuat uraian Latar Belakang, Rumusan Permasalahan,
BAB 2 Landasan Teori. Bab ini penulis menggunakan teori yang berhubungan dengan
BAB 3 Analisis Data. Bab ini memuat uraian tentang pendidikan siswa Jepang yang
bersekolah di JJS.
BAB 4 Simpulan dan Saran. Bab ini memuat kesimpulan dari keseluruhan isi skripsi.