Pendahuluan
Fungi Laut
Ada banyak definisi mengenai fungi laut, beberapa ahli mendefinisikan
fungi laut berdasarkan kemampuannya untuk tumbuh pada berbagai konsentrasi
air laut dan ada pula yang mendefinisikannya berdasarkan kemampuan fisiologis
untuk tumbuh di dalam air laut atau pada konsentrasi garam tertentu (Damare et
al., 2006). Akan tetapi definisi yang paling banyak dipakai adalah definisi dari
Kohlmeyer and Kohlmeyer (dalam Raghukumar, 2012) yang menyatakan bahwa
fungi laut adalah fungi yang menyelesaikan seluruh siklus hidupnya di dalam laut
(tumbuh dan bereproduksi di laut atau estuari).
Fungi laut memiliki karakteristik morfologi dan taksonomi yang berbeda
dengan fungi terestrial (geofungi) maupun air tawar. Selain itu, di laut juga
terdapat organisme menyerupai fungi (fungal like organism) yang disebut dengan
pseudofungi. Klasifikasi sebelumnya mengelompokkan pseudofungi ke dalam
fungi laut akan tetapi belakangan diketahui kelompok ini termasuk dalam
kelompok Straminiphila. Meskipun demikian, sampai saat ini beberapa anggota
pseudofungi masih dikelompokkan bersama-sama dengan fungi. Perbedaan antara
fungi laut, terestrial dan pseudofungi ditunjukkan pada tabel 1.
Fungi laut dapat dibedakan menjadi fungi obligat dan fungi fakultatif.
Fungi laut obligat menghabiskan seluruh tahapan hidupnya di dalam air (Damare
et al., 2006). Fungi obligat yang pertama kali diidentifikasi adalah Spaheria
posidonia yang diisolasi dari rhizoma lamun Posidonia oceanica. Sementara itu,
fungi fakultatif adalah fungi darat maupun fungi air tawar yang mampu tumbuh
dan bereproduksi di laut. Fungi fakultatif yang pertama kali ditemukan adalah
Phaeosphaeria typharum yang sebelumnya dideskripsikan sebagai Sphaeria
scirpicola var. typharum.
3
Organisme Karakteristik
Fungi laut Spora tidak berflagel, sebagian besar berukuran mikroskopik,
menghasilkan enzim nitrat reduktase, toleran terhadap salinitas
tinggi, menghasilkan spora yang mampu mengapung dan dapat
melekat pada substrat, protein dinding sel prolin.
Fungi terestrial Spora tidak berflagel, sebagian besar filum Basidiomycota
berukuran makroskopik, tidak menghasilkan enzim nitrat
reduktase, tidak toleran terhadap salinitas tinggi, protein dinding sel
prolin
Pseudofungi Spora berflagel, dinding sel dari selulosa, pada dinding sel sel
terdapat protein hidroksiprolin.
Klasifikasi Fungi
Tabel 2. Perbedaan antara kelima filum fungi. Sumber: Campbell et al., 2008
Menurut Jones et al. (2009), jumlah spesies fungi laut yang telah berhasil
diidentifikasi sebanyak 530 spesies (dari 321 genus). Jumlah spesies tersebut pada
masing-masing filum yaitu Ascomycota 424 species (dari 251 genus), fungi
anamorphic 94 spesies (dari 61 genus) dan Basidiomycota 12 species (dari 9
genus). Ordo terbesar dari Ascomycota adalah Halosphaeriales dengan 45 genus
dan 119 spesies. Perkembangan penemuan spesies-spesies tersebut ditunjukkan
pada gambar 1 berikut.
5
180
160 156
140 135
120
100
80 75
60
43 43
40 30
18
20 11 10 10
4 3 2 5 4
1 1
0
Sementara itu, Menezes et al. (2009) menemukan 256 strain fungi laut
yang berasosiasi dengan avertebrata yaitu A. viridis, Didemnum sp., D. reticulata
dan M. laxissima. Mayoritas spesies yang ditemukan termasuk ke dalam filum
Ascomycota yaitu sebanyak 230 spesies dan 18 genus. Trichoderma adalah genus
yang jumlahnya paling banyak ditemukan disusul dengan Penicillium, Aspergilus,
dan Fusarium (Menezes et al., 2009) (Gambar 2).
Jones (2000) menyatakan bahwa keanekaragaman fungi dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti (1) katersediaaan substrat; (2) kompetisi; (3) temperatur; (4)
salinitas. Ketersediaan substrat sangat mempengaruhi keanekaraman fungi karena
substrat merupakan medium bagi proses kolonisasi fungi laut. Substrat yang
mengandung lignin memiliki keanekaraman spesies yang tinggi. Sementara itu
susbtrat berkapur (calcareous) memiliki keanekaraman spesies yang lebih rendah
(Jones, 2000).
Kompetisi antar fungi memengaruhi keanekaraman serta komposisi
spesies fungi. Fungi menghasilkan suatu metabolit tertentu yang menghambat
fungi lain untuk tumbuh dan berspora. Fungi yang dominan akan menghambat
pertumbuhan fungi lain sehingga terjadi dominasi. Contohnya adalah
Ceriosporopsis halima yang menghambat pertumbuhan Lulworthia perithecia.
Kompetisi bisa juga terjadi antara fungi dengan biota laut lainnya baik hewan
maupun tumbuhan. Hal ini karena hewan atau tumbuhan tertentu menghasilkan
7
laut juga memiliki kisaran salinitas tertentu. Oleh sebab itu, perairan dengan
salinitas berbeda memiliki komposisi fungi yang berbeda.
Bahan bioaktif adalah senyawa alami yang dihasilkan oleh suatu makhluk
hidup yang memengaruhi proses pertumbuhan, metabolisme, reproduksi, dan
ketahanan hidup makhluk hidup tersebut. Bahan-bahan bioaktif ini sangat
potensial dimanfaatkan untuk senyawa-senyawa antiviral, antibakteri, dan
antitumor. Fungi laut menghasilkan berbagai macam senyawa bioaktif yang
potensial sebagai obat-obatan contohnya Penicillin.
Sejalan dengan meningkatnya eksplorasi terhadap habitat-habitat fungi
laut maka semakin banyak spesies fungi yang ditemukan. Peningkatan jumlah
spesies fungi yang ditemukan memacu upaya untuk menemukan bahan-bahan
bioaktif baru dari fungi laut karena bahan bioaktif yang dihasilkan fungi laut
berbeda dengan fungi terestrial (geofungi). Oleh sebab itu, jumlah senyawa
bioaktif yang ditemukan dari fungi laut terus meningkat. Perkembangan
penemuan senyawa-senyawa bioaktif fungi laut ditunjukkan pada gambar 3.
Berdasarkan gambar terlihat bahwa jumlah total senyawa bioaktif yang berhasil
diisolasi dari fungi mencapai 272 senyawa (Bugni and Ireland, 2004). Akan tetapi
Samuel et al. (2011) menyatakan bahwa antara tahun 2002-2004 ditemukan lagi
sebanyak 240 senyawa bioaktif baru dari fungi laut.
Fungi penghasil senyawa bioaktif sebagian besar merupakan fungi yang
hidup berasosiasi dengan biota-biota laut contohnya spons dan alga. Sintesis
senyawa bioaktif ini kemungkinan disebabkan oleh senyawa-senyawa antifungal
yang dihasilkan oleh inang yang menyebabkan fungi menghasilkan senyawa
bioaktif tertentu untuk bertahan hidup dalam tubuh inang (Raghukumar et al.,
2012).
9
Tabel 4. Metabolit sekunder, spesies fungi, tipe senyawa serta aktivitas dari metabolit
sekunder beberapa spesies fungi laut. Sumber: Raghukumar, 2012
Bioremediasi
Tabel 5. Jenis limbah, fungi laut, aktivitas serta sumber literatur yang menguji tentang
aktivitas bioremediasi fungi laut.
Ekosistem
tumbuh dan bereproduksi pada kisaran salinitas dan suhu yang luas, tetapi kondisi
optimumnya untuk tumbuh berbeda antara satu jenis dengan jenis lainnya. Jenis
fungi ini paling sering didapatkan pada serasah daun berbagai macam jenis
mangrove yang terdapat di bawah permukaan air di kawasan Asia-Pasifik. Fungi-
fungi ini dengan keanekaragaman jenis, bentuk morfologi, dan sifat fisiologi
selama siklus hidupnya diperkirakan ikut berperan dalam proses dekomposisi
serasah daun mangrove dan kelangsungan ekosistem mangrove. Fungi memainkan
peran penting dalam ekosistem mangrove terutama dalam hubungannya dengan
bakteri untuk mempercepat dekomposisi serasah daun (Fell et al., 1975).
Fungi laut merupakan ekologi daripada kelompok taksonomi dan terdiri dari
kira-kira 1.500 spesies, termasuk mereka yang membentuk lumut. Fungi laut
adalah dekomposer utama kayu dan substrat di ekosistem laut. Fungi laut juga
berperan penting dan memiliki kemampuan secara agresif menurunkan
lignoselulosa dan mendegradasi hewan yang telah mati. Fungi laut merupakan
patogen terhadap tanaman dan hewan, juga membentuk hubungan simbiosis
mutualisme dengan organisme lain.
Simpulan
Daftar Pustaka
Ortega, N.O., Nitschke, M., Mouad, A.M., Landgraf, M.D., Rezende, M.O.O.,
Seleghim, M.H.R., Sette, L. D., Porto, A.L.M.. 2011. Isolation of Brazilian
marine fungi capable of growing on ddd pesticide. Biodegradation. 22:43-
50
Raghukumar C. 2012. Biology of Marine Fungi. New York. Springer-Verlag
Samuel P, Prince L, Prabakaran P. 2011. Antibacterial Activity of Marine derived
Fungi Collected from South East Coast of Tamilnadu, India. J. Microbiol.
Biotech. Res. 1(4):86-94
Torres JMO, Ramirez CSP, dela Cruz TEE. 2011. Occurence and distribution of
marine fungi associated with living and decaying mangrove leaves.
International Conference on Biodiversity and Climate Change 1-3
February 2011, Philipines. Graduate School and Research Cluster for the
Natural and Applied Sciences University of Santo Tomas
Verma AK, Raghukumar C, Verma P, Shouche YS, Naik CG. 2010. Four marine-
derived fungi for bioremediation of raw textile mill effluents.
Biodegradation. 21:217-233