Disusun Oleh:
145120300111025
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018
i
PERNYATAAN
NIM : 145120300111025
Wellbeing Pada Siswa Sekolah Dasar dan Siswa Sekolah Menengah Pertama
Full Day adalah benar merupakan karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya,
dalam skripsi tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar dan ditemukan
pelanggaran atas karya skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi akademik berupa
pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut.
ii
DAFTAR ISI
iii
1. School Wellbeing .............................................................................................. 15
2. Jenjang Pendidikan ........................................................................................... 16
D. Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel ............................................................... 16
E. Tahapan Pelaksanaan Peneitian ............................................................................ 17
1. Tahap Persiapan ................................................................................................ 17
2. Tahap Pelaksanaan ............................................................................................ 19
3. Tahap Analisa Data ........................................................................................... 19
F. Instrumen Penelitian ............................................................................................. 19
1. School Well-being Profile untuk SD ................................................................. 20
2. School Well-being Profile untuk SMP .............................................................. 21
G. Analisis Data ......................................................................................................... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 24
A. Hasil Penelitian ..................................................................................................... 24
1. Gambaran Umum Partisipan ............................................................................. 24
2. Analisis Deskriptif Data .................................................................................... 25
3. Uji Asumsi ........................................................................................................ 27
4. Uji Hipotesis ..................................................................................................... 29
5. Analisis Tambahan............................................................................................ 29
B. Pembahasan........................................................................................................... 30
C. Keterbatasan Peneliti............................................................................................. 32
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 34
LAMPIRAN...................................................................................................................... 36
Lampiran 1 Hasil Tangkapan Layar G*Power.............................................................. 36
Lampiran 2 Skala School Wellbeing Profile SD ........................................................... 37
Lampiran 3 Skala School Wellbeing Profile SMP ........................................................ 47
Lampiran 4 Output Uji Asumsi ..................................................................................... 55
Lampiran 5 Output Uji Hipotesis .................................................................................. 55
Lampiran 6 Output Analisis Tambahan ........................................................................ 56
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GRAFIK
vi
DAFTAR BAGAN
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
Perbedaan School Wellbeing Pada Siswa Sekolah Dasar dan Sekolah
145120300111025
ABSTRAK
Kata Kunci : Full day, PPK, school wellbeing, siswa SD, siswa SMP.
ix
Difference Between School Wellbeing In Elementary And Middle School
145120300111025
ABSTRACT
Keywords: Elemantary student, junior high school student, full day, PPK, school
wellbeing.
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak tahun 2017, siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah
(PPK). Program PPK disahkan dengan adanya Peraturan Presiden (Perpres) nomor
87 tahun 2017 dan diberlakukan sejak semester ganjil tahun ajaran 2017/2018.
Program PPK menjadikan karakter sebagai poros pendidikan dan memiliki konsep
dan Budaya, 2017a). Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) program ini dilaksanakan
dalam delapan jam sehari atau empat puluh jam selama lima hari dalam satu minggu
atau yang secara umum dikenal sebagai full day school. Secara ideal, penerapan full
day school diiringi dengan kesiapan satuan pendidikan, baik dari segi fasilitas
akademik siswa jika sarana dan prasarana sekolah mampu disesuaikan dengan
kebutuhan dan keadaan siswa, kurikulum dan guru (Soapatty, 2014). Fasilitas yang
1
2
dan kependidikan bertujuan agar siswa dapat belajar dengan baik dan sejahtera di
sekolah.
Di sisi lain, penerapan full day school juga meningkatkan tingkat stres
pada siswa karena durasi belajarnya yang menjadi lebih panjang (Susilawati, 2014),
sedangkan salah satu tujuan sekolah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan bagi
anak untuk jangka panjang (Ben-Arieh, Casas, Frønes, & Korbin, 2014). Sistem full
namun tidak dapat memfasilitasi perkembangan afeksi diri siswa (Herawati &
Kartika, 2008). Karena dampaknya yang kontradiktif bagi siswa, kesiapan tenaga
untuk belajar dengan baik dan meningkatkan kesejahteraan siswa di sekolah. Hal-
hal tersebut terdapat dalam konsep sejahtera dalam konteks sekolah dijelaskan oleh
untuk memenuhi kebutuhan dasar siswa di sekolah dari sudut pandang siswa.
kedalam 4 dimensi, yaitu having (kondisi sekolah), loving (hubungan sosial), being
berhubungan satu dengan yang lain membentuk konsep school wellbeing (Konu &
Rimpelä, 2002).
sosial, dan psikologis yang penting (Ben-Arieh, Casas, Frønes, & Korbin, 2014).
Anak-anak di Indonesia juga sama seperti anak-anak di negara maju, dalam artian
akan menghabiskan lebih banyak waktu di sekolah yang menerapkan sistem full
siswa SMP yang baru memasuki tahap perkembangan remaja. Siswa SD tergolong
(Santrock, 2012). Krisis pada tahap perkembangan ini dapat diatasi dengan
bidang olahraga (Macnow, 2014). Siswa SMP mulai memasuki masa remaja yang
yang dibagun remaja merupakan salah satu cara remaja mengatasi krisis pada tahap
ini dan membentuk identitasnya (Macnow, 2014). Nurmi (dalam Konu & Lintonen,
2006) menyebutkan bahwa pada masa remaja, proses berpikir siswa sedikit demi
sedikit mendekati proses berpikir orang dewasa, yang mana lebih abstrak dan logis
wellbeing siswa tersebut. Terkait dengan school wellbeing siswa, hasil penelitian
sekolah, hubungan sosial dan pemenuhan diri yang lebih baik daripada siswa SMP.
4
Hal ini didukung dengan penelitian menyebutkan bahwa kepuasan hidup yang
merupakan bagian dari wellbeing, cenderung menurun pada masa remaja (Ben-
Arieh, Casas, Frønes, & Korbin, 2014). Remaja juga merasa bosan disebagian besar
waktu yang dihabiskannya di sekolah (Ben-Arieh, Casas, Frønes, & Korbin, 2014).
Hal ini bisa jadi disebabkan karena waktu yang dihabiskan remaja di sekolah
merupakan beberapa cara remaja untuk mengatasi krisis yang dialaminya pada
perbedaan school wellbeing pada siswa SD dan SMP di sekolah yang menjalankan
B. Rumusan Masalah
school wellbeing pada siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
layanan pendidikan mengenai ada atau tidak perbedaan school wellbeing pada
siswa SD dan SMP full day agar dapat ditindak lanjuti sebagai bahan evaluasi dan
2. Manfaat Teoritis
empiris.
E. Penelitian Terdahulu
1. Konu, A., & Anna, M. K. (2011). The school well-being profile - a validation
https://www.researchgate.net/publication/230805981_The_School_Well-
Being_Profile_-_a_valid_instrument_for_evaluation
dasar, menengah pertama, dan menengah akhir serta staf sekolah. Verifikasi
factor analysis yang dilakukan secara terpisah untuk tiap jenjang pendidikan:
dengan hasil GFI antara 0,94 hingga 0,97 untuk tiap jenjang pendidikan dan
0,90 untuk staf. Konsistensi internal yang dimiliki SWP memiliki variasi nilai
Cronbach’s alpha antara 0,79 dan 0,94 pada tiap set data.
doi:https://doi.org/10.1093/her/cyl032
kelas 4 hingga 12. Data didapatkan dari siswa kelas 4 hingga 12 (N=8285) di
Finlandia yang terbagi dalam tiga tingkatan: sekolah dasar, menengah pertama,
dan menengah akhir. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa sekolah
dasar memiliki nilai yang lebih baik dari kedua tingkat lainnya pada tiga dari
3. Løhre, A., Lydersen, S., & Vatten, L. J. (2010). School wellbeing among
http://doi.org/10.1186/1471-2458-10-526
Data diambil dari lima sekolah di Norwegia, dari laki-laki (N=230) dan
perempuan (N=189) dalam kelas kelas 1-10. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat faktor yang mempengaruhi school wellbeing pada siswa laki-
laki dan perempuan berbeda. School wellbeing pada siswa laki-laki terkait erat
7
dan menerima bantuan yang diperlukan dari guru. Pada siswa perempuan,
diganggu pada saat pelajaran memiliki hubungan erat dan berhubungan negatif
doi:10.1016/j.jenvp.2008.02.008
siswa. Data yang digunakan berasal dari 95 sekolah dasar di Manhattan, New
York. Data tersebut berupa hasil survey dan yang tersedia untuk umum. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi dari bangunan sekolah mampu
TINJAUAN PUSTAKA
A. School Wellbeing
Konsep school wellbeing berasal dari teori welfare dari Allardt dimana
welfare dalam bahasa Nordik memiliki arti yang sama dengan wellbeing, yang
kemudian dikembangkan oleh Konu & Rimpelä pada tahun 2002. Konsep ini
keadaan dimana individu dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Konu & Rimpelä
(2002) menambahkan bahwa kebutuhan dasar manusia secara material dan non-
menyusun dari teorinya. Konu & Rimpelä membahas empat dimensi utama, yaitu
having, loving, being, dan health. Sebelumnya, pada konsep welfare milik Allardt
hanya membahas tiga dimensi, yaitu having, loving, dan being (Konu & Rimpelä,
2002).
8
9
kebutuhan dasar siswa secara material dan non-material di lingkungan sekolah yang
lebih lanjut melalui keempat dimensi dari konsep school wellbeing, yaitu having,
Konsep school wellbeing oleh Konu & Rimpela (2002) dibagi ke dalam
aman, bebas kebisingan, nyaman, memiliki ventilasi yang baik, suhu yang
sesuai.
pendidikan yang diberikan, tugas, jumlah siswa dalam satu kelas, serta
memfasilitasi siswa mulai dari makan siang atau kantin, unit kesehatan
diberikan di sekolah.
lingkungan sosial dalam belajar, hubungan antara siswa dan guru, hubungan antar
10
teman sekolah, dinamika kelompok, bullying, serta kerja sama antara sekolah dan
rumah. Hubungan antara siswa dan guru sangat berperan dalam wellbeing di
siswa, serta prestasi siswa di sekolah. Bullying merupakan bagian negatif dari
hubungan sosial di sekolah. Siswa mungkin juga perperan sebagai pihak yang
membantu atau mendukung bullying, pembela dari korban bullying atau tidak
memenuhi diri membahas bahwa setiap orang memiliki hak untuk dihargai sebagai
bagian dari suatu kelompok. Di sekolah, pemenuhan diri dapat ditinjau dari cara
sekolah memberikan perlakuan yang sama pada setiap individu sebagai bagian dari
yang diberikan atas hasil kerja siswa sangat penting, terutama dari orang tua, guru,
dan teman sebaya. Saat siswa merasa dihargai dan dihormati, siswa dapat merasa
diri seseorang. Status kesehatan seorang siswa dapat ditinjau dari gejala fisik dan
mental mulai dari penyakit pilek biasa, penyakit kronis, hingga stres, dan lain
sebagainya.
11
Siswa SD rata-rata berusia enam hingga dua belas tahun sedangkan siswa
SMP rata-rata berusia antara dua belas hingga enam belas tahun. Keduanya menurut
Erikson (dalam Santrock, 2012) termasuk dalam tahap perkembangan yang berbeda.
tau jati diri mereka, peran dan jalan yang akan diambilnya dalam kehidupan,
Remaja yang mengeksplorasi diri dan perannya dengan cara yang sehat akan maka
mereka akan mencapai identitas diri yang positif. Jika tidak, maka remaja akan
perkembangan sebelumnya dan kegagalan pada suatu tahap mungkin dapat menjadi
masalah di kemudian hari. Meskipun demikian, individu tidak harus sukses dalam
Full day school merupakan istilah yang mengacu pada sekolah yang
menjalankan KBM delapan jam sehari atau empat puluh jam seminggu selama lima
hari dalam satu minggu sesuai program PPK (Kementerian Pendidikan dan Budaya,
12
2017c). Data dari ikhtisar data pendidikan dan kebudayaan dari tahun ajaran
siswa putus sekolah (SD 0.11%, SMP 0.13% dan SMA 0.12%) dan mengulang (SD
0.22% dan SMP 0.02%). Data tersebut juga menunjukkan menunjukkan bahwa
tinggi dari siswa SMA (0.17%-0.16%) yang menunjukkan rentannya siswa SD dan
SMP. Persentase mengulang dan putus sekolah siswa kembali meningkat tidak
terlalu besar (sebesar 0.03%-0.11%) pada tahun ajaran 2017/2018, pada saat sistem
Berlakunya sistem full day school pada jenjang pendidikan SD dan SMP
memiliki dampak pada siswa. Sistem ini berpengaruh terhadap peningkatan stres
pada siswa, yang dikarenakan durasi belajar yang menjadi lebih panjang (Susilawati,
school wellbeing yang baik dengan adanya full day school (Indahri, 2017) dimana
2002).
dan kebutuhan yang berbeda dengan siswa SMP yang memasuki usia remaja. Krisis
SMP dapat mengatasi krisisnya dengan membangun hubungan sosial dengan teman
sebaya dan/atau mengikuti role model-nya. Namun, remaja justru merasa bosan di
sebagian besar waktunya di sekolah (Ben-Arieh, Casas, Frønes, & Korbin, 2014),
sisi perkembangan kognitif. Siswa SD yang merupakan usia anak menengah masuk
pada tahap perkembangan kognitif operasional konkrit sedangkan siswa SMP yang
formal. Proses berpikir remaja secara bertahap mendekati proses berpikir orang
dewasa, yang lebih abstrak dan logis yang mungkin mempengaruhi remaja dalam
menilai lingkungan sekolahnya (Nurmi dalam Konu & Lintonen, 2006). Penilaian
D. Kerangka Berpikir
yang berjudul perbedaan school wellbeing pada siswa sekolah dasar full day dan
pendidikan SD dan SMP full day. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
E. Hipotesis
H0: Tidak ada perbedaan antara school wellbeing pada siswa SD dan siswa SMP
Ha: Terdapat perbedaan antara school wellbeing pada siswa SD dan siswa SMP full
day school.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
B. Variabel Penelitian
C. Definisi Operasional
1. School Wellbeing
15
16
wellbeing pada penelitian ini akan diukur menggunakan School Wellbeing Profile
2. Jenjang Pendidikan
karakteristik yang sama. Populasi dalam penelitian ini merupakan siswa SD kelas
4 dan 5, serta siswa SMP kelas 7 dan 8. Pemilihan kelas dan sekolah tersebut
kelas 1-3, serta waktu dan berbagai jadwal rangkaian tes menjelang Ujian Nasional
(UN) yang dijalani siswa kelas 6 SD dan kelas 9 SMP. Sekolah Dasar yang terlibat
dalam penelitian ini adalah SDN Purwantoro 2, SDN Kauman 2, SDN Pisangcandi
terlibat dalam penelitian ini adalah SMP Brawijaya Smart School, SMP
digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Teknik ini dipilih
karena kemudahannya dan efisiensi biaya dan waktu yang digunakan untuk
penelitian.
17
sampel minimal penelitian ini berjumlah 210. Sampel pada penelitian ini berjumlah
560 yang terdiri dari 285 siswa SD dan 275 siswa SMP.
1. Tahap Persiapan
a. Kajian Pustaka
tersebut.
variabel dalam penelitian ini. Alat ukur yang digunakan berupa skala untuk
adaptasi yang dilakukan sesuai teori dari Beaton, Bombardier, Guillemin, &
1) Initial Translation
2) Synthesis
pernyataan yang mana yang paling sesuai dengan maksud pernyataan dari
3) Back Translation
untuk memastikan tidak ada perubahan makna oleh dua orang yang
berbeda dengan orang pada tahap pertama dan ahli dalam bidangnya.
5) Pretesting
validitas isi dan validitas muka dari skala yang telah diadaptasi.
d. Melakukan Perizinan
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya. Surat izin penelitian tersebut
ditujukan kepada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Malang dan
di sekolah-sekolah Malang.
19
2. Tahap Pelaksanaan
Informed consent yang telah disertakan di dalam skala dan diisi sendiri
b. Pengisian Skala
Skala diisi pada hari yang sama dengan pengisian informed consent
dengan teknik paper and pencil di dalam kelas pada waktu yang telah disediakan
a. Input Data
Data yang telah didapatkan akan dihimpun dan diberi skor berdasarkan
b. Analisis Data
skor pada Microsoft Excel ke dalam standard score yang kemudian dianalisis.
Data yang telah diolah dan dianalisis ditulis ke dalam laporan penelitian
F. Instrumen Penelitian
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur school wellbeing adalah School
Well-being Profile atau SWP khusus siswa SD dan SWP khusus SMP. Kedua
20
kuesioner tersebut merupakan skala likert yang diisi dengan cara memberikan tanda
pada pilihan jawaban yang paling sesuai dengan kondisi yang dirasakan subjek.
Skala ini memiliki nilai konsistensi internal yang diukur melaui cronbach’s alpha
(setara SD) pada penelitian Konu & Koivisto (2011) memiliki nilai cronbach’s
alpha untuk masing-masing dimensi yaitu, 0,86 untuk having, 0,79 untuk loving,
0,86 untuk being, dan 0,81 untuk health. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat
dikatakan skala ini memiliki nilai reliabilitas yang tinggi. Blueprint School Well-
Tabel 1
Blueprint School Well-being Profile untuk SD
No Dimensi Item Jumlah Item
1 Having 1-15 15
2 Loving 16-30 15
3 Being 31-47 17
4 Health 48-57 10
Total 57
Validitas. Hasil uji face validity skala SWP untuk SD dapat dilihat
pada Tabel 2.
21
Tabel 2
Hasil uji face validity SWP untuk SD
No. Pernyataan Respon Jawaban
Jelas Cukup Jelas Tidak Jelas
1. Tampilan keseluruhan skala 58 15 -
2. Ukuran huruf yang digunakan 61 11 1
3. Jenis huruf yang digunakan 65 8 -
4. Kalimat yang ditampilkan 48 25 -
0,720 untuk loving, 0,555 untuk being, dan 0,763 untuk health.
masih memiliki nilai reliabilitas yang tinggi dan layak untuk digunakan.
SWP untuk SMP memiliki 81 item pertanyaan dengan rentan skala 0-4, 0
Setuju).
untuk having, 0,89 untuk loving, 0,94 untuk being, dan 0,91 untuk health.
Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dikatakan skala ini memiliki nilai
Blueprint School Well-being Profile untuk SMP bisa dilihat pada Tabel 3.
22
Tabel 3
Blueprint School Well-being Profile untuk SMP
No Dimensi Item Jumlah Item
1 Having 1-26 26
2 Loving 27-45 19
3 Being 46-69 24
4 Health 70-81 12
Total 81
Validitas. Hasil uji face validity skala SWP untuk SMP dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4
Hasil uji face validity SWP untuk SMP
No. Pernyataan Respon Jawaban
Jelas Cukup Jelas Tidak Jelas
1. Tampilan keseluruhan skala 43 18 -
2. Ukuran huruf yang digunakan 50 11 -
3. Jenis huruf yang digunakan 39 22 -
4. Kalimat yang ditampilkan 57 4 -
untuk having, 0,960 untuk loving, 0,952 untuk being, dan 0,715 untuk
adaptasi masih memiliki nilai reliabilitas yang tinggi dan layak untuk
digunakan.
G. Analisis Data
Student’s t-test (t-test) sesuai dengan hasil uji normalitas dan homogenitas data
yang telah dikumpulkan. Jenis t-test yang digunakan adalah independent two-
sample t-test dengan metode Welch’s t-test. Peneliti menggunakan Welch’s t-test
karena varians dari kedua kelompok yang diteliti berbeda. Analisis ini dilakukan
A. Hasil Penelitian
dengan jumlah 315 partisipan. Hanya 285 data partisipan yang diolah untuk uji
hipotesis. Hal tersebut dikarenakan 30 data partisipan yang dianggap sebagai outlier
digugurkan untuk uji normalitas pada saat perubahaan hasil skor ke standard score
(z-score). Secara lebih lanjut, gambaran umum partisipan SD dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5
Partisipan SD
Jenis Kelamin
Sekolah Total
Laki-laki Perempuan
SDN Purwantoro 2 35 19 54
SDN Kauman 2 44 36 80
SDN Pisangcandi 2 38 24 62
SDN Tunggulwulung 1 26 25 51
SDN Kotalama 1 17 21 38
Jumlah Peserta 285
Partisipan SMP merupakan siswa dari tiga SMP full day baik negeri
maupun swasta di kota Malang. Ketiga SMP tersebut adalah SMPN 13 Malang,
SMP Muhammadiyah 2, dan SMP Brawijaya Smart School. Secara lebih lanjut,
24
25
Tabel 6
Partisipan SMP
Jenis Kelamin
Sekolah Total
Laki-laki Perempuan
SMPN 13 Malang 34 38 72
SMP Muhammadiyah 2 21 32 53
SMP Brawijaya Smart School 86 64 150
Jumlah Peserta 275
Tabel 7
Gambaran Umum Partisipan
Jenis Kelamin
Sekolah Total
Laki-laki Perempuan
SD 160 125 285
SMP 141 134 275
Total 301 259 560
skor hipotetik dan skor empirik. Perbandingan skor dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8
Perbandingan Skor Hipotetik dan Empirik
Skor Hipotetik Skor Empirik
Sekolah
Min. Max. Mean sd Min. Max Mean sd
SD 0 114 57 19 74 112 94,0491 7,6045
SMP 0 324 162 54 113 296 197,8545 35,4868
Tabel 9
Ketentuan Kategorisasi
Kategori Daerah Keputusan Keterangan:
Sangat Rendah X ≤ (𝜇 - 1,5x 𝜎) 𝜎: Standar deviasi hipotetik
Rendah (𝜇 - 1,5 x 𝜎) < X ≤ (𝜇 - 0,5x 𝜎) 𝜇: Mean hipotetik
Sedang (𝜇 - 0,5 x 𝜎) < X ≤ (𝜇 + 0,5 x 𝜎) X: Skor subjek
Tinggi (𝜇 + 0,5 x 𝜎) < X ≤ (𝜇 + 1,5 x 𝜎)
Sangat Tinggi (𝜇 + 1,5 x 𝜎) < X
pada kategori tinggi dan sangat tinggi, sedangkan data kelompok siswa SMP sedikit
lebih tersebar dibandingkan data kelompok siswa SD. Hasil kategorisasi secara
lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 10 untuk kelompok siswa SD dan pada Tabel
Tabel 10
Kategorisasi Data Siswa SD
Jumlah
Kategori Daerah Keputusan Persentase
Siswa
Sangat Rendah X≤ 28.5 0 0%
Rendah 28.5 <X≤ 47.5 0 0%
Sedang 47.5 <X≤ 66.5 0 0%
Tinggi 66.5 <X≤ 85.5 37 12.9825%
Sangat Tinggi 85.5 <X 248 87.0175%
Total 285 100%
27
Tabel 11
Kategorisasi Data Siswa SMP
Kategori Daerah Keputusan Jumlah Siswa Persentase
Sangat Rendah X ≤ 81 0 0%
Rendah 81 < X ≤ 135 19 6.9091%
Sedang 135 < X ≤ 189 91 33.0909%
Tinggi 189 < X ≤ 243 141 51.2727%
Sangat Tinggi 243 < X 24 8.7273%
Total 275 100%
3. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
secara visual melalui data yang ditampilkan secara visual pada Grafik 1 dan
Grafik 2.
siswa SD dan siswa SMP agar mendapatkan hasil data yang lebih reliabel. Data
kelompok siswa SD memiliki p-value sebesar 0,08989 (p-value > 0,05), dan data
kelompok siswa SMP memiliki p-value sebesar 0,08025 (p-value > 0,05). P-
yang berarti null hypothesis dari uji normalitas ini diterima, yang berarti masing-
b. Uji Homogenitas
dari kelompok siswa SD dan siswa SMP yang telah digabungkan. Hasil dari
Levene’s Test menunjukkan p-value sebesar 0,8702 (p-value > 0,05). P-value
4. Uji Hipotesis
Nilai school wellbeing yang didapatkan tidak dapat langsung diolah untuk
uji hipotesis karena nilai school wellbeing didapatkan dari dua skala dengan jumlah
item yang berbeda. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan standard score
(z-score), hasil kategorisasi yang diubah ke dalam nilai angka. Kategori “Sangat
menjadi 4.
school wellbeing pada siswa SD dan siswa SMP full day. Hasil analisis
menghasilkan p-value < 2,2e-16 (p < 0,05) yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima
atau terdepat perbedaan school wellbeing pada siswa SD dan SMP full day.
5. Analisis Tambahan
pada kelompok SD dan SMP. Hasil analisis tambahan dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12
Hasil Analisis
School Dimensi
Wellbeing Having Loving Being Health
p-value <2.2e-16 <2.2e-16 <2.2e-16 <2.2e16 3.494e-11
Mean SD 3.8702 3.8386 3.9018 3.9439 1.3825
Mean SMP 2.6182 2.6836 3.0109 2.6763 1.8764
30
B. Pembahasan
wellbeing pada siswa SD full day dan siswa SMP full day. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan school wellbeing pada siswa SD full day
dan siswa SMP full day. Penelitian lain yang mendukung hasil dari penelitian ini
salah satunya merupakan hasil penelitian Konu & Lintonen (2006) yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan school wellbeing pada siswa SD dan siswa
SMP, dimana siswa SD memiliki school wellbeing yang lebih baik daripada siswa
SMP. Di sekolah, secara umum wellbeing yang dirasakan oleh siswa yang lebih
muda lebih tinggi daripada siswa yang lebih tua (Løhre, Lydersen, & Vatten, 2010).
hasil berupa p-value dari dimensi tersebut. Hasil uji beda tersebut menunjukkan
Mata pelajaran yang dipelajari siswa SD lebih sedikit daripada siswa SMP.
Biasanya hanya satu atau beberapa guru yang mengajar banyak mata pelajaran di
satu kelas di Sekolah Dasar, berbeda dengan Sekolah Menengah Pertama dimana
satu mata pelajaran diajar oleh satu guru (Konu & Lintonen, 2006). Adanya
having.
karena dukungan sosial sekitar. Hal ini berkaitan dengan perbedaan yang signifikan
pada siswa SD dan SMP pada dimensi loving. Terdapat 3 aspek penting dari
dukungan sosial terhadap school wellbeing, yaitu dukungan dari guru, teman sebaya
31
dan juga orang tua. school wellbeing akan menjadi baik apabila seorang siswa
mengungkapkan bahwa orang tua dan teman sebaya dapat menimbulkan konflik.
Konflik ini yang menyebabkan school wellbeing siswa menjadi rendah atau buruk.
mereka merasa bahwa hubungan teman sebaya sangat penting dan cenderung mulai
mandiri dan mengurangi waktu bersama dengan orangtua dalam mencari identitas
diri (Santrock, 2012). Hal ini terkadang menciptakan konflik bagi siswa mengenai
orangtua dan teman sebaya sehingga membuat school wellbeing siswa remaja
menjadi berbeda dibandingkan dengan school wellbeing pada siswa yang masih
meskipun semua dimensi memiliki hubungan satu dengan lainnya (Konu &
Rimpelä, 2002). Sebagai remaja, siswa SMP sangat penting untuk melakukan
dan diapresiasi. Hal ini berpengaruh terhadap permasalahan yang dihadapi remaja,
Siswa SMP yang memasuki masa remaja juga memasuki masa storm and
stress, yang artinya remaja lebih rentan terhadap stres (Yusuf LN, 2006). Selain itu
tuntutan yang lebih besar pada siswa SMP bila dibandingkan dengan siswa SD,
menyebabkan siswa SMP menjadi lebih mudah lelah. Meskipun demikian, secara
32
fisik Siswa SMP memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih baik daripada Siswa
SD. Hal ini mempengaruhi perbedaan school wellbeing dari segi kesehatan antara
C. Keterbatasan Peneliti
dialaminya.
2. Waktu yang terbatas pada proses pengambilan data yang dilakukan dalam satu
memilih secara acak tanpa membaca kalimat pertanyaan atau pernyataan yang
3. Jumlah item pertanyaan yang banyak membuat siswa bosan dan enggan
PENUTUP
A. Kesimpulan
perbedaan yang signifikan antara school wellbeing siswa SD full day dengan school
B. Saran
tidak menjawab dengan tidak jujur atau tidak sesuai dengan apa yang benar
dirasakan.
2. Penelitian serupa disarankan untuk mendapatkan hasil tidak hanya dari sekolah
full day, namun juga half day, sehingga data yang dapat dikomparasikan.
kelas di sekolah.
33
DAFTAR PUSTAKA
Beaton, D. E., Bombardier, C., Guillemin, F., & Ferraz, M. B. (2000). Guidelines
for the process of cross-cultural adaptation of self-report measures. SPINE,
25(24), 3186-3191. doi:http://doi.org/10.1097/00007632-200012150-
00014
Ben-Arieh, A., Casas, F., Frønes, I., & Korbin, J. E. (2014). Handbook of Child
Well-Being. Springer Netherlands.
Durán-Narucki, V. (2008). School building condition, school attendance, and
academic achievement in New York City public schools: A mediation
model. Journal of Environmental Psychology, 28, 278-286.
doi:10.1016/j.jenvp.2008.02.008
Indahri, Y. (2017, Juli). Kebijakan Lima Hari Sekolah. Info Singkat
Kesejahteraan Sosial, 9(13).
Kementerian Pendidikan dan Budaya. (2017a). Tanya Jawab Penguatan
Pendidikan Karakter. Diperoleh Mei 8, 2018, dari Kemdikbud:
http://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/
Kementerian Pendidikan dan Budaya. (2017b). Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan nomor 17 tahun 2017. Diperoleh Mei 5, 2018, dari
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/06/salinan-permendikbud-
nomor-17-tahun-2017-tentang-penerimaan-peserta-didik-baru
Kementerian Pendidikan dan Budaya. (2017c). Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2017 Tentang Hari
Sekolah. Jakarta. Diperoleh dari
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/06/peraturan-menteri-
pendidikan-dan-kebudayaan-nomor-23-tahun-2017-tentang-hari-sekolah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Ikhtisar Data Pendidikan
Tahun 2015/16. Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan
Kebudayaan. Diperoleh September 6, 2018, dari
http://publikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_78103EAF-0C22-
4306-9451-4FD5E77FBA67_.pdf
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Ikhtisar Data Pendidikan
Tahun 2016/2017. Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan
Kebudayaan. Diperoleh September 6, 2018, dari
http://publikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_FC1DCA36-A9D8-
4688-8E5F-0FB5ED1DE869_.pdf
34
35
36
37
KONDISI SEKOLAH
Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri anda!
Sangat Tidak
No. Pernyataan Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju
Setuju
Ruang kelas di sekolah ini cukup
1
luas
Kualitas udara di ruang kelas
2
sudah baik
Pencahayaan di ruang kelas sudah
3
baik
Suhu udara di ruang kelas sudah
4
baik
Meja dan kursi di sekolah sudah
5
nyaman digunakan untuk belajar
Area lain di sekolah ini sudah
digunakan sesuai dengan
6
fungsinya (pelajaran olahraga,
kerajinan tangan, musik)
7 Toilet di sekolah ini bagus
Gedung dan area sekolah sudah
8
bersih
Area tempat istirahat sudah sesuai
9
dengan standar sekolah
Tempat penyimpanan barang
10
untuk siswa sudah memadai
No. Pernyataan Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
15 Kantin di sekolah ini bagus
Istirahat makan merupakan waktu
16
yang menyenangkan
Tugas sekolah tidak terasa
17
membebani
Jumlah tugas sekolah di sekolah ini
18
sudah sesuai
Jadwal pelajaran di sekolah ini
19
sesuai
Suasana di kelas sudah tenang
20
untuk belajar
Peraturan di sekolah ini dapat
21
diterima dengan baik
22 Hukuman di sekolah ini sudah adil
Mudah untuk menemui petugas
23
kesehatan di sekolah ini
Saya bisa mempercayai petugas
24 kesehatan di sekolah ini dalam
urusan pribadi saya
Mudah untuk menemui guru BK di
25
sekolah ini
Saya bisa mempercayai guru BK di
26
sekolah ini
49
Pilihlah Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri anda!
Sangat Tidak Sangat Tidak
No. Pernyataan Setuju Netral
Setuju Setuju Setuju
Siswa di kelas saya suka
27
bersama-sama
Kerja kelompok di kelas saya
28
berjalan dengan baik
Teman sekelas saya saling
29 membantu dalam hal tugas
sekolah
Teman sekelas saling
30 membantu dalam setiap
permasalahan
Teman sekelas melindungi
31
jika ada murid yang diganggu
Mudah untuk bergaul
32
dengan teman sekolah saya
Saya memiliki teman di
33
sekolah ini
Teman-teman sekolah saya
34
menerima saya apa adanya
Para guru memperlakukan
35
muridnya dengan adil
Mudah untuk bergaul
36
dengan guru-guru
Kebanyakan guru-guru
37 perhatian dengan saya dan
situasi yang saya alami
Kebanyakan guru bersikap
38
ramah
50
BULLYING DI SEKOLAH
Disini, istilah bullying digunakan untuk menjelaskan keadaan dimana seorang murid atau
sekelompok murid melakukan kekerasan secara lisan atau melakukan sesuatu yang tidak baik
kepada murid lain. Jika murid diganggu berulang kali dengan cara yang tidak mereka sukai,
maka hal itu juga termasuk bullying. Ketika kedua pihak memiliki posisi yang sama kuatnya,
hal itu tidak termasuk bullying.
Lingkari salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda saat ini!
39. Berapa kali kamu pernah dibully di sekolah dalam SEMESTER ini?
A. Tidak Pernah Sama Sekali
B. Beberapa Kali dalam Semester Ini
C. 2-3 Kali Sebulan
D. Sekali Seminggu
E. Beberapa Kali Seminggu
40. Berapa kali anda ikut terlibat dalam membully murid lain dalam SEMESTER ini?
A. Tidak Pernah Sama Sekali
B. Beberapa Kali dalam Semester Ini
C. 2-3 Kali Sebulan
D. Sekali Seminggu
E. Beberapa Kali Seminggu
51
Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri anda!
Sangat Tidak
No. Pernyataan Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju
Setuju
Saya mendapatkan bantuan dari
60
guru jika saya membutuhkannya
Saya mendapatkan bimbingan jika
61
saya membutuhkannya
Saya mendapatkan arahan khusus
62
jika saya membutuhkannya
Saya mendapatkan bantuan dari
63
guru jika saya membutuhkannya
Saya menerima pujian jika saya
64 menyelesaikan tugas saya dengan
baik
Saya menemukan cara belajar
65
yang sesuai dengan saya
Saya menganggap belajar adalah
66
hal yang mudah
Tempo belajar di sekolah sesuai
67
dengan kemampuan saya
Sekolah saya menawarkan mata
68 pelajaran pilihan yang menarik
bagi saya
Sekolah saya memiliki
ekstrakulikuler yang menarik bagi
69
saya
54
STATUS KESEHATAN
A. Sangat Baik
B. Agak Baik
C. Rata-rata
D. Agak Buruk
E. Sangat Buruk
73 Sakit perut
79 Semangat rendah
80 Ketakutan
a. Uji Normalitas
b. Uji Homogenitas
a. Having
b. Loving
c. Being
57
d. Health