Anda di halaman 1dari 12

IMPACT OF PERITONEAL CLOSURE VS NON CLOSURE IN

CAESAREAN SECTION TO RISK OF ADHESION

ABSTRACT

This study examines how the study of the impact of peritoneal closure with non-closure
on the risk of adhesions in a Caesarean section. Systematic Literature Review Research
is the research used by researchers in this study. This researcher describes facts, data,
and information obtained from literature studies such as books, and journals to research
results related to the research topic by using a systematic literature review method. In
this study, it is known that the incidence of births worldwide by Caesarean section (CS)
is increasing. Many births after CS have previously been performed by repeat surgery,
either with elective CS or after an unsuccessful delivery attempt. The formation of these
adhesions is associated with increased maternal morbidity in patients with recurrent CS.
In studies, non-coverage of the peritoneum appears to save time and costs and therefore
lacks the adhesions that cause infertility. However, not closing the parietal peritoneum
will cause adhesions but will not affect fertility but these adhesions can cause long
operating times, recovery, and increased postoperative pain in the second cesarean
section.
Keywords: Adesi, Caesarean, Peritoneal

ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana kajian dari dampak penutupan peritoneum
dengan non-penutupan terhadap resiko adhesi pada oprerasi Caesar. Penelitian
Sistematic Literature Review adalah penelitian yang digunakan peneliti pada penelitian
ini. Peneliti ini mendeskripsikan fakta, data dan informasi yang diperoleh dari kajian
kepustakaan seperti buku, jurnal hingga hasil penelitian yang berhubungan denga topik
penelitian yakni dengan menggunakan metode sistematic literature review. Pada
penelitian ini diketahui bahwasannya Insiden kelahiran di seluruh dunia melalui Operasi
Caesar (CS) meningkat. Banyak kelahiran setelah CS sebelumnya dilakukan dengan
operasi berulang, baik dengan CS elektif atau setelah percobaan persalinan yang gagal.
Pembentukan adhesi ini banyak dikaitkan dengan peningkatan morbiditas ibu pada
pasien dengan CS berulang. Dalam kajian, non-penutupan peritoneum tampaknya
menghemat waktu dan biaya sehingga tidak memiliki adhesi yang menyebabkan
infertilitas. Namun tidak tertutupnya peritoneum parietal akan menyebabkan
perlengketan tetapi tidak akan mempengaruhi kesuburan tetapi perlengketan tersebut
dapat menyebabkan waktu operasi yang lama, pemulihan, peningkatan rasa sakit pasca
operasi pada operasi caesar kedua.
Kata kunci: Adesi, Caesar, Peritoneal
PENDAHULUAN
Kesejahteraan bayi dan ibu adalah landasan dari kebidanan. Persalinan
dilakukan dengan kelahiran pervaginam selama bertahun-tahun. Dengan meningkatnya
penggunaan antibiotik dan jumlah operasi, mortalitas dan morbiditas bayi dan ibu
menjadi penting setelah persalinan pervaginam (Bjørnstad & Ræder, 2020). Para ahli
bedah memilih operasi caesar (C/S) daripada persalinan pervaginam normal untuk
mengurangi angka kematian janin dan ibu. Saat ini, meningkatnya angka operasi caesar
yang tidak perlu merupakan masalah besar di dunia global. Banyak negara mencoba
menggunakan prosedur berbeda untuk meningkatkan kelahiran pervaginam. Semua
kebijakan, untuk mendorong pasien dan dokter untuk persalinan pervaginam tidak
cukup untuk mengurangi jumlah operasi caesar yang tidak perlu di dunia (Poole, 2013).

Operasi caesar adalah salah satu prosedur bedah besar yang paling sering
dilakukan di seluruh dunia, terhitung hingga 70% dari persalinan, tergantung pada
fasilitas yang dinilai dan negara yang terlibat. Secara umum, tarif di seluruh dunia
adalah sekitar 5% sampai lebih dari 20% dari semua persalinan. Angka antara 20% dan
25% telah dilaporkan dari Inggris, Amerika Serikat, dan Cina. Tingkat 57% dilaporkan
dari rumah sakit swasta di Afrika Selatan (Sorrentino et al., 2022). Ada banyak
kemungkinan cara melakukan operasi caesar dan teknik operasi yang digunakan untuk
operasi caesar bervariasi. Teknik yang digunakan mungkin bergantung pada banyak
faktor termasuk situasi klinis dan pilihan operator. Beberapa teknik ini telah dievaluasi
melalui percobaan acak (Wilkinson et al., 2018).

Secara umum, sayatan pada bagian perut yang dapat membuka rongga perut
disebut laparotomi. Sayatan yang biasa digunakan dalam eksplorasi perut adalah
sayatan vertikal, sayatan melintang dan sayatan miring/melintang. Sayatan vertikal
meliputi sayatan garis tengah dan para median. Hampir semua intervensi bedah perut
dan retroperitoneal dapat dilakukan dengan sayatan garis tengah. Umumnya, istilah
laparotomi disebut dengan insisi midline (Mahdi et al., 2019). Peritoneum adalah
lapisan paling dalam dari dinding perut, yang sekali membuka rongga perut menjadi
tersedia. Setelah operasi perut, beberapa ahli bedah menjahit lapisan ini dan percaya
bahwa tindakan ini dapat memperkuat luka dan dinding perut, tetapi di sisi lain
beberapa ahli bedah menutup rongga perut tanpa menjahit lapisan ini dan percaya
bahwa penutupan lapisan ini dapat memperpanjang waktu dan biaya operasi dan bahkan
rasa sakit pasca operasi untuk pasien (Tofigh & Jafarzadeh, 2021).

Jahitan peritoneal dilakukan melalui jahitan yang dapat diserap atau tertunda.
Ada kontroversi atas teknik pilihan (terus menerus atau terputus) untuk menutup lapisan
ini, bahkan di antara ahli bedah percaya pada penutupan lapisan ini. Secara keseluruhan,
masih ada perbedaan pendapat tentang penutupan lapisan ini (Ten Broek et al., 2013).
Salah satu alasan beberapa ahli bedah memilih untuk menjahit lapisan ini adalah untuk
menjaga struktur anatomi dinding perut dan juga untuk mengurangi risiko infeksi, luka
pecah dan hernia insisional, perdarahan dan adhesi. Adhesi ini merupakan gejala sisa
yang paling umum dari operasi intra-abdomen dan panggul dan merupakan penyebab
morbiditas yang signifikan di antara pasien pasca operasi. Insiden obstruksi usus kecil
adhesif (SBO) adalah 2%. Di antara pasien dengan penyebab SBO yang diketahui,
adhesi adalah penyebab paling umum. Menggunakan teknik bedah yang baik dianjurkan
sebagai langkah pertama dalam mencegah adhesi (Lee et al., 2022). Namun, bukti
teknik bedah yang berbeda untuk mengurangi pembentukan adhesi perlu konfirmasi.

Di sisi lain, alasan ahli bedah lain tidak akan menjahit lapisan ini adalah
penyembuhannya yang cepat dalam 48 hingga 72 jam tanpa jahitan dan pengurangan
waktu operasi, kebutuhan analgesik, infeksi luka dan lama rawat inap. penutupan
peritoneum tetap ada, bahkan melebihi teknik yang seharusnya dilakukan (Roofthooft et
al., 2021). Berdasarkan penelitian sebelumnya, tampaknya ada kesepakatan tentang
penutupan peritoneum dalam operasi kebidanan seperti histerektomi dan operasi caesar,
namun ketidaksepakatan tersebut tampaknya berlanjut di bidang operasi lainnya
(Bhaumik, 2016). Dengan demikian, mengenai perbedaan pendapat yang ada, tujuan
dari uji klinis ini adalah untuk membandingkan dampak dari penutupan peritoneum
dengan non-penutupan terhadap resiko adhesi pada oprerasi caesar.

METODE
Tinjauan pustaka dalam penelitian ini dilalui dengan penyeleksian secara
sistematis yang ditelusuri dari database internasional. Penulis melakukan pencarian
sumber data dari berbagai database antara lain menggunakan PubMed
(https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov//), dan Google Scholar. Teknik pencarian pustaka
menggunakan kata kunci yang sesuai dengan pertanyaan dari penelitian. Daftar kata
kunci yang akan digunakan sebagai dasar dalam pencarian literature adalah Peritoneal,
Caesarean dan Adhesion. Pencarian artikel menggunakan Bahasa Inggris serta tahun
publikasi dibatasi 10 tahun terakhir (2013-2023).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Skema atau Diagram (PRISMA)

Bagan 1. menggambarkan proses seleksi artikel dengan menggunakan panduan


dari Preferred Reporting Systematic Reviews and Meta-analysis (PRISMA).
Penelusuran awal didapatkan jumlah artikel dari tahun 2013-2023 adalah 276 artikel.
Selanjutnya, artikel discreening. Sebanyak 7 artikel dimasukkan ke tahap selanjutnya.
Artikel dikaji kualitasnya sehingga didapatkan sebanyak7 artikel disintesis di laporan
akhir kajian dari pustaka.

Artikel diidentifikasi melalui database (n=276)

Identifikasi PubMed: 241


Google Scholar: 35

Screening
Artikel di cek duplikasi Artikel dihapus melalui
n=269 mendeley n= 14

Artikel Dikeluarkan (n=269) karena :


memenuhi a. Artikel dikeluarkan berdasarkan judul
syarat Artikel discreening (n=263)
inklusi n= 269 b. Artikel dikeluarkan berdasarkan
abstrak (n=6)

Artikel yang
disintetis
Artikel dibac fulltext n=7
Bagan 1. Diagram PRISMA
Peneliti melakukan seleksi terhadap artikel yang didapatkan dan melakukan
ekstraksi data pada masing-masing artikel yang didapatkan dari tiap database. Hasil
artikel direview terkait kajian dari dampak yang ditimbulkan penutupan peritoneum
dengan non-penutupan terhadap resiko adhesi pada operasi Caesar.

Tabel 1. Kajian Literatur Dampak Penutupan Peritoneum dan Non Penutupan


terhadap Adhesi pada Operasi Caesar

Peneliti Metode Tujuan Hasil

(Tofigh & Clinical Trial Untuk Kelompok peritoneum non-


Jafarzadeh, membandingkan penutupan memiliki tingkat
2021) manfaat jangka demam, infeksi, dan
pendek dan jangka kebutuhan analgesik yang
panjang dari lebih rendah daripada
penutupan peritoneum kelompok penutupan
dengan non- peritoneum, tetapi perbedaan
penutupan di pusat ini tidak signifikan secara
medis akademik statistic. Tingkat perlengketan
dan kejadian hernia insisional
satu tahun setelah operasi
tidak berbeda secara
signifikan antara kedua
kelompok. Intensitas nyeri
secara signifikan lebih rendah
pada kelompok non-
penutupan dibandingkan
kelompok penutupan dalam
dua, enam, dan 24 jam
pertama.
(Mooij et Cross- Untuk menilai Dari 3966 kelahiran, 450
al., 2020) Sectional morbiditas dan adalah dengan CS (11,3%),
mortalitas ibu dan dimana 321 adalah CS 1, 80
bayi setelah CS CS 2, 36 CS 3, 12 4 dan satu 5
berulang di rumah CS (masing-masing 71, 18, 8,
sakit pedesaan di 3 dan 0,2%). Adhesi dianggap
negara berpenghasilan parah pada 56% CS kedua dan
rendah (LIC) dan 64% CS ketiga. Pada CS ke-2,
untuk menganalisis adhesi tidak terkait dengan
pengaruh teknik penutupan peritoneum pada
bedah pada CS pertama, tetapi dikaitkan
pembentukan dengan penggunaan insisi
perlengketan. kulit garis tengah sebelumnya.
Tidak ada peningkatan
morbiditas ibu ketika terjadi
perlengketan yang parah.
Adhesi setelah CS umum
terjadi dan terjadi lebih sering
setelah insisi kulit garis
tengah pada CS pertama
dibandingkan dengan insisi
transversal.
(Kokanalı Prospective Untuk menyelidiki Selama operasi laparoskopi,
et al., 2019) Study apakah karakteristik adhesi terdeteksi di bagian
bekas luka kulit atas rongga perut pada 30
berhubungan dengan wanita, di bagian tengah pada
keberadaan dan 46 wanita dan di bagian
tingkat keparahan bawah pada 82 wanita. Total
perlengketan perut skor bekas luka perut
atau panggul pada meningkat secara signifikan
wanita yang telah pada wanita dengan
menjalani operasi perlengketan di ketiga daerah
caesar sebelumnya adbominal. Beberapa bekas
luka operasi caesar dan bekas
luka yang teraba lebih sering
terjadi pada wanita dengan
perlengketan. Korelasi positif
yang signifikan ditemukan
antara bekas luka kulit dan
skor adhesi di semua daerah
perut.
(Çim et al., Prospective Untuk menilai apakah Adhesi setelah operasi bedah
2018) Study karakteristik bekas sangat penting karena
luka perut dan komplikasi bagi pasien,
penutupan peritoneum komplikasi relaparotomi, dan
dikaitkan dengan biaya tinggi. Bekas luka perut
adhesi panggul depresi dan hipopigmentasi
dapat dikaitkan dengan adhesi
panggul. Hasil dari penelitian
ini meyakini bahwa
penutupan atau non-
penutupan peritoneum parietal
tidak terkait dengan adhesi
panggul.
(Gultekin, Retrospectiv Untuk mengetahui Tidak tertutupnya peritoneum
2017) e Study penutupan non parietal mungkin memerlukan
penutupan peritoneum waktu selama operasi pertama
parietal pada bagian tetapi tidak tertutupnya akan
caeserean menyebabkan perlengketan
omentum ke scarpa fascia
semakin banyak dan waktu
caesar ulang kedua akan
semakin lama. Oleh karena
itu, pemulihan pada operasi
kedua akan terlambat pada
pasien non-penutupan
(Takreem, Comparative Untuk Enam puluh lima kasus
2015) Study membandingkan hasil penutupan peritoneal dan 30
hasil penutupan kasus penutupan non-
peritoneal dan non peritoneal ditindaklanjuti. Ada
selama seksi caesar lebih banyak kasus
perlengketan pada kelompok
non-penutupan (p<0,05).
Penutupan peritoneal
bermanfaat pada operasi
caesar rutin.
(Bamigboye Intervention Untuk menilai efek Ada pengurangan waktu
& Hofmeyr, Review non-penutupan operasi di semua
2014) sebagai alternatif subkelompok. Ada juga
penutupan peritoneum pengurangan periode rawat
pada operasi caesar inap pasca operasi caesar
pada hasil pasca kecuali pada subkelompok di
operasi intraoperatif mana peritoneum parietal saja
dan segera dan jangka tidak dijahit di mana tidak ada
panjang perbedaan dalam periode
rawat inap. Bukti
pembentukan adhesi terbatas
dan tidak konsisten. Saat ini
tidak cukup bukti manfaat
untuk membenarkan waktu
tambahan dan penggunaan
bahan jahitan yang diperlukan
untuk penutupan peritoneal.
Diperlukan bukti yang lebih
kuat tentang nyeri jangka
panjang, pembentukan adhesi,
dan infertilitas

Dampak Penutupan Peritoneal VS Non Penutupan Terhadap Risiko Adhesi Seksi


Caesarean

Operasi caesar (CS) adalah prosedur bedah yang paling umum dilakukan di
seluruh dunia. Pendekatan bedah seksio sesaria segmen bawah secara tradisional
mencakup penutupan peritoneum visceral dan parietal (O’Sullivan, 2021). Keuntungan
yang disarankan dari penutupan peritoneum termasuk mengembalikan anatomi normal
dan mendekatkan kembali jaringan, mengurangi kejadian infeksi dengan membangun
kembali penghalang anatomi alami, mengurangi dehisensi luka, mengurangi
perdarahan, dan meminimalkan kejadian pembentukan adhesi. Adhesi yang berkembang
setelah prosedur CS dikaitkan dengan beberapa efek samping, yang bermanifestasi
sebagai nyeri kronis, konsepsi wanita yang tertunda, dan berbagai tingkat obstruksi usus
(Wilkinson et al., 2018). Selain itu, adhesi pasca operasi telah dikaitkan dengan
kelahiran bayi yang lama selama SC berulang. Penyembuhan peritoneal telah
dilaporkan sebelumnya terjadi dengan metaplasia jaringan ikat di bawahnya.
Peritoneum beregenerasi dalam 5-8 hari setelah operasi (Seyam et al., 2018).

Adhesi adalah salah satu komplikasi pasca operasi terpenting yang terlihat
setelah laparotomi. Pengembangan adhesi setelah prosedur CS akan meningkatkan
waktu operasi CS berikutnya; meningkatkan kejadian trauma yang tidak disengaja pada
usus, kandung kemih, dan ureter; dan meningkatkan komplikasi perdarahan juga. Telah
dilaporkan sebelumnya bahwa antara 6 dan 8% wanita yang menjalani operasi caesar
diterima kembali ke ruang operasi untuk pengelolaan komplikasi adhesi yang
berkembang setelah CS sebelumnya. Jadi, perlengketan dapat dianggap sebagai salah
satu faktor penyebab penting dalam infertilitas wanita sekunder (Sholapurkar, 2018).

Kontroversi masih ada mengenai pembentukan adhesi setelah penutupan


peritoneum atau membiarkannya terbuka pada CS sebelumnya. Kedua pendapat tersebut
memiliki pembenaran yang masuk akal. Pendapat yang mendukung nonclosure
melaporkan bahwa penyembuhan peritoneal terjadi dengan penyembuhan multisite
secara simultan sebagai hasil dari migrasi sel mesothelial dengan pembentukan matriks
mesothelial tanpa memerlukan reposisi peritoneal. Mereka juga menambahkan bahwa
penutupan peritoneal akan menyebabkan reaksi benda asing terhadap bahan jahitan,
iskemia, dan nekrosis jaringan, mengganggu penyembuhan alami selain meningkatkan
kejadian pembentukan adhesi (Bjørnstad & Ræder, 2020).

Baru-baru ini, meta-analisis membandingkan adhesi setelahnya penutupan atau


non-penutupan peritoneum selama CS berdasarkan tiga RCT yang terorganisir dengan
baik; penulis karya meta-analitik ini menyimpulkan bahwa penutupan peritoneum
memiliki keuntungan pengurangan pembentukan adhesi yang signifikan. Karena
prosedur CS memiliki banyak modifikasi teknik, tidak cukup untuk membedakan
kelompok mengenai pembentukan adhesi hanya dengan penutupan dan non-penutupan
peritoneum, karena variabel lain seperti waktu operasi perut yang lebih lama atau
menekan kandung kemih juga mungkin terjadi. berkontribusi terhadap perkembangan
adhesi setelah laparotomi sebelumnya (Gultekin, 2017).

Sebagian besar penelitian yang merekomendasikan penutupan peritoneum


selama prosedur CS tidak pernah mempertimbangkan efek samping jangka panjang dan
komplikasi yang diharapkan setelah prosedur bedah berturut-turut termasuk
pembentukan adhesi (Bamigboye & Hofmeyr, 2014). Setelah operasi caesar, penutupan
peritoneum telah menjadi praktik standar, karena dianggap memungkinkan untuk

1. Pemulihan anatomi dan perkiraan jaringan untuk penyembuhan.


2. Pembentukan kembali penghalang peritoneal untuk mengurangi risiko infeksi.
3. Pengurangan risiko herniasi atau dehisensi luka.
4. Meminimalkan pembentukan adhesi (Bamigboye & Hofmeyr, 2014).
Peritoneum memiliki kemampuan bawaan untuk menyembuhkan dirinya sendiri
dengan cepat. Menjadi organ mesothelial dengan kapasitas untuk memulai beberapa
situs perbaikan, peritoneum secara bersamaan dapat menyembuhkan seluruh luka.
Dalam kasus peritoneum non-penutupan, reperitonealisasi spontan akan muncul dalam
48 hingga 72 jam dan penyembuhan sempurna setelah 5-6 hari (Mokhtari et al., 2022).
Non-penutupan peritoneum memberikan kontribusi kurang adhesi. Ketika cedera,
peritoneum awalnya merespon dengan memproduksi matriks fibrin dan dilanjutkan
dengan fibrinolisis untuk memecah fibrin. Reaproksimasi tepi peritoneal dengan bahan
jahitan diduga mengakibatkan iskemia jaringan, nekrosis, reaksi jaringan benda asing,
supresi fibrinolisis dan dengan demikian meningkatkan risiko pembentukan adhesi
(Jaafar et al., 2019). Selain itu, non-penutupan peritoneum mengurangi jumlah
intervensi bedah dan menghemat waktu dan biaya operasi yang berharga. Sebuah uji
coba acak tersamar ganda yang diterbitkan sebelumnya, yang telah dilakukan untuk
membandingkan intensitas nyeri pasca sesar antara kelompok penutupan peritoneal dan
non-penutupan, telah menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan nyeri pasca operasi
pada kedua kelompok pada operasi sesar berturut-turut (Di Buono et al., 2020).

KESIMPULAN
Operasi caesar adalah prosedur bedah yang sangat umum di seluruh dunia.
Menjahit lapisan peritoneal pada operasi caesar dapat memberikan manfaat atau tidak,
oleh karena itu perlu untuk mengevaluasi apakah langkah ini harus dihilangkan atau
tidak. Pada operasi caesar, penutupan atau non-penutupan peritoneum parietal dan/atau
visceral memiliki keuntungan dan kerugian jangka pendek dan jangka panjang.
Berdasarkan kajian literatur diketahui bahwasannya penutupan peritoneal
direkomendasikan karena mengurangi waktu prosedur pembedahan dan mengurangi
durasi anestesi dan obat-obatan, selain pemulihan yang lebih cepat dan pemulangan
rumah sakit awal. Waktu operasi, tinggal di rumah sakit, nyeri, pembentukan adhesi,
morbiditas demam dan infeksi lebih sedikit pada pasien nonclosure selama persalinan
sesar.

DAFTAR PUSTAKA
Bamigboye, A. A., & Hofmeyr, G. J. (2014). Closure versus non-closure of the
peritoneum at caesarean section: Short-and long-term outcomes. Cochrane
Database of Systematic Reviews, 8, 1–83.
https://doi.org/10.1002/14651858.CD000163.pub2
Bhaumik, N. (2016). Advantage of Non-Closure of the Peritoneum At Caesarean
Section. Journal of Evolution of Medical and Dental Sciences, 5(01), 79–81.
https://doi.org/10.14260/jemds/2016/18
Bjørnstad, J., & Ræder, J. (2020). Postoperativ smerte etter keisersnitt. Tidsskrift for
Den Norske Laegeforening, 7, 1–4. https://doi.org/10.4045/tidsskr.19.0506
Çim, N., Elçi, E., Elçi, G. G., Almalı, N., & Yıldızhan, R. (2018). Are the skin scar
characteristics and closure of the parietal peritoneum associated with pelvic
adhesions? Turkish Journal of Obstetrics and Gynecology, 15(1), 28–32.
https://doi.org/10.4274/tjod.55491
Di Buono, G., Ricupati, F., Maienza, E., Gulotta, L., Buscemi, S., & Agrusa, A. (2020).
Small bowel obstruction after caesarean section: Laparoscopic management. Two
case reports. International Journal of Surgery Case Reports, 77, S96–S100.
https://doi.org/10.1016/j.ijscr.2020.09.059
Gultekin, N. (2017). The Closure Non Closure of the Parietal Peritoneum in the
Caeserean Section. Gynecology & Obstetrics, 7(5), 5–8.
https://doi.org/10.4172/2161-0932.1000439
Jaafar, Z. A. A., Obeid, R. Z., & Salman, D. A. (2019). Skin markers and the prediction
of intraabdominal adhesion during second Cesarean delivery. Ginekologia Polska,
90(6), 325–330. https://doi.org/10.5603/GP.2019.0059
Kokanalı, D., Kokanalı, M. K., Topcu, H. O., Ersak, B., & Tascı, Y. (2019). Are the
cesarean section skin scar characteristics associated with intraabdominal adhesions
located at surgical and non-surgical sites. Journal of Gynecology Obstetrics and
Human Reproduction, 48(10), 839–843.
https://doi.org/10.1016/j.jogoh.2019.03.026
Lee, K. S., Wang, Y. L., Huang, W. C., Yang, J. H., & Huang, J. P. (2022). Limited
efficacy with additional adverse effect of anti-adhesion barrier at primary cesarean
section. Journal of the Formosan Medical Association, 121(1), 227–236.
https://doi.org/10.1016/j.jfma.2021.03.012
Mahdi, M. H., Hamzah, I., & Khalid, H. (2019). Peritoneal Closure Versus Non Closure
at Cesarean Section. International Journal of Contemporary Medical Research
[IJCMR], 6(3), 22–24. https://doi.org/10.21276/ijcmr.2019.6.3.30
Mokhtari, M., Yaghmaei, M., Jami, N. A., Roudbari, M., & Jalalvand, D. (2022).
Prediction of Intraperitoneal Adhesions in Repeated Cesarean Section Using
Sliding Sign, Striae Gravidarum, and Cesarean Scar. Medical Journal of the
Islamic Republic of Iran, 36(1). https://doi.org/10.47176/mjiri.36.44
Mooij, R., Mwampagatwa, I. H., Van Dillen, J., & Stekelenburg, J. (2020). Association
between surgical technique, adhesions and morbidity in women with repeat
caesarean section: A retrospective study in a rural hospital in Western Tanzania.
BMC Pregnancy and Childbirth, 20(1). https://doi.org/10.1186/s12884-020-03229-
8
O’Sullivan, J. F. (2021). Caesarean birth Techniques to close the uterus at caesarean
birth. In National Institute for Health and Care Excellence (Vol. 59, Issue March).
Royal College of Obstetricians and Gynaecologists.
Poole, J. H. (2013). Adhesions following cesarean delivery: A review of their
occurrence, consequences and preventative management using adhesion barriers.
Women’s Health, 9(5), 467–477. https://doi.org/10.2217/whe.13.45
Roofthooft, E., Joshi, G. P., Rawal, N., Van de Velde, M., Joshi, G. P., Pogatzki-Zahn,
E., Van de Velde, M., Schug, S., Kehlet, H., Bonnet, F., Rawal, N., Delbos, A.,
Lavand’homme, P., Beloeil, H., Raeder, J., Sauter, A., Albrecht, E., Lirk, P., Lobo,
D., & Freys, S. (2021). PROSPECT guideline for elective caesarean section:
updated systematic review and procedure-specific postoperative pain management
recommendations. Anaesthesia, 76(5), 665–680.
https://doi.org/10.1111/anae.15339
Seyam, E., Ibrahim, E. M., Youseff, A. M., Khalifa, E. M., & Hefzy, E. (2018).
Laparoscopic Management of Adhesions Developed after Peritoneal Nonclosure in
Primary Cesarean Section Delivery. Obstetrics and Gynecology International,
2018(1). https://doi.org/10.1155/2018/6901764
Sholapurkar, S. L. (2018). Etiology of Cesarean Uterine Scar Defect (Niche): Detailed
Critical Analysis of Hypotheses and Prevention Strategies and Peritoneal Closure
Debate. Journal of Clinical Medicine Research, 10(3), 166–173.
https://doi.org/10.14740/jocmr3271w
Sorrentino, F., Greco, F., Palieri, T., Vasciaveo, L., Stabile, G., Carlucci, S., Laganà, A.
S., & Nappi, L. (2022). Caesarean Section on Maternal Request-Ethical and Juridic
Issues: A Narrative Review. Medicina (Lithuania), 58(9).
https://doi.org/10.3390/medicina58091255
Takreem, A. (2015). Comparison of Peritoneal Closure Versus Non-Closure During
Caesarean Section. Journal of Ayub Medical College, Abbottabad : JAMC, 27(1),
78–80.
Ten Broek, R. P. G., Kok-Krant, N., Bakkum, E. A., Bleichrodt, R. P., & Van Goor, H.
(2013). Different surgical techniques to reduce post-operative adhesion formation:
A systematic review and meta-analysis. Human Reproduction Update, 19(1), 12–
25. https://doi.org/10.1093/humupd/dms032
Tofigh, A. M., & Jafarzadeh, M. H. (2021). Comparison of peritoneal closure versus
non-closure after non-infected elective laparotomy with a midline incision: A
randomized clinical trial. Shiraz E Medical Journal, 22(9), 10–15.
https://doi.org/10.5812/semj.108419
Wilkinson, T. R. V., Chauhan, M. K., & Trivedi, I. (2018). Peritoneal closure or non-
closure in open appendectomy: a reality or a myth. International Surgery Journal,
5(9), 3102. https://doi.org/10.18203/2349-2902.isj20183730

Anda mungkin juga menyukai