Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

Pada Bab 1 akan diuraikan tentang latar belakang yang mendasari penulisan karya
tulis ilmiah, perumusan masalah, tujuan karya tulis ilmiah, dan manfaat karya tulis
ilmiah.

A. Latar Belakang Masalah


Setiap wanita mengharapkan persalinannya berjalan lancar dan dapat
melahirkan bayi dengan sempurna. Namun tidak semua persalinan berjalan
secara normal, tetapi tidak jarang juga proses persalinan mengalami hambatan,
apabila wanita tidak dapat melahirkan secara normal maka tenaga medis akan
melakukan penatalaksanaan persalinan alternatif untuk membantu kelahiran
janin (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2005). Kondisi tersebut
mengindikasikan bahwa janin dan ibu dalam keadaan gawat darurat dan hanya
dapat diselamatkan jika persalinan dilakukan dengan jalan operasi.

Pada masa kini menurut beberapa kaum wanita persalinan pervaginam


dianggap sebagai proses persalinan yang sulit dan cenderung berbahaya bagi
calon ibu dan bayinya. Selain itu faktor non medis ibu dilakukan Sectio
Caesarea antara lain, ibu takut dengan persalinan normal, dan kecenderungan
persalinan normal yang berkembang di masyarakat seperti persalinan normal
akan merusak vagina, sehingga operasi caesar yang merupakan metode
persalinan dengan melakukan pembedahan besar pada perut cenderung disukai
dibandingkan persalinan melalui jalan lahir (pervaginam) (Achadiat, 2007).
Meskipun pada masa lalu Sectio Caesarea (SC) masih menjadi hal yang
menakutkan namun dengan seiring berkembangnya kecanggihan di bidang
ilmu kedokteran kebidanan maka pandangan tersebut mulai bergeser.

Kini persalinan melalui operasi Caesar menjadi alternatif pilihan persalinan


ketika terindikasi kegawatan pada ibu dan janin. Ada beberapa indikasi untuk

1
2

dilakukan tindakan Sectio Caesarea yaitu gawat janin, diproporsi


cepalopelvik, persalinan tidak maju, plasenta previa, prolapsus tali pusat,
malpresentase janin/ letak lintang (Norwitz E & Schorge J, 2007), panggul
sempit dan pre eklamsia (Jitowiyono S & Kristiyanasari W, 2010).

Menurut World Health Organization (WHO) (2015) menetapkan standar rata-


rata Sectio Caesarea di sebuah negara adalah sekitar 5-15 % per 1000
kelahiran di dunia. sementara pada tahun 2015 diperkirakan 22,5% persalinan
di dunia dilakukan dengan Sectio Caesarea. Akan tetapi secara keseluruhan
persalinan secara Sectio Caesarea dilaporkan terjadi 25-50% dari keseluruhan
jumlah persalinan yang ada di dunia. Angka kejadian Sectio Caesarea di
rumah sakit pemerintah kira–kira 11 % sementara di rumah sakit swasta bisa
lebih dari 30%. (Gibbson L. et all, 2011).

Angka kejadian Sectio Caesarea di Indonesia menurut data survey nasional


pada tahun 2012 adalah 998.000 dari 3.350.000 persalinan (29,7%) dari
seluruh persalinan, tingkat Sectio Caesarea secara substansial lebih tinggi dari
SDKI 2007 (7%). Jumlah persalinan Sectio Caesarea di Indonesia, terutama di
Rumah Sakit Pemerintah adalah sekitar 20-25%, sedangkan di Rumah Sakit
swasta jumlahnya lebih tinggi yaitu sekitar 80% (Mulyawati, 2011).

Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan kelahiran dengan metode operasi


Caesar sebesar 9,8 persen dari total 49.603 kelahiran sepanjang tahun 2010
sampai dengan 2013, dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan
terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%). Angka persalinan Sectio Caesarea di
Jawa Barat menurut RISKESDAS tahun 2013 adalah sekitar 8,7%. Sedangkan
angka kejadian Sectio Caesarea di kota Depok pada tahun 2016 adalah 3.401
dari 170.000 persalinan 20% dari seluruh persalinan (Dinkes Kota Depok,
2017).
3

Sectio Caesarea adalah melahirkan janin yang sudah mampu hidup (beserta
plasenta dan selaput ketuban) secara trans abdominal melalui insisi uterus
(Benson, 2008). Menurut Wiiknjosastro (2007) Sectio Caesarea pada
umumnya dilakukan bila ada indikasi medis tertentu, sebagai tindakan
mengakhiri kehamilan dengan indikasi antara lain, indikasi CephaloPelvic
Disproportion (CPD), disfungsi uterus, distosia jaringan lunak, plasenta
previa, sedangkan indikasi pada bayi adalah janin besar, gawat janin, dan letak
lintang.

Definisi Cephalo Pelvic Disproportion (CPD) menurut Varney (2007) adalah


disproporsi antara ukuran janin dan ukuran pelvis, yakni ukuran pelvis tertentu
tidak cukup besar untuk mengakomodasi keluarnya janin tertentu melalui
pelvis sampai terjadi kelahiran pervaginam. Penyebab CephaloPelvic
Disproportion (CPD) terbagi menjadi 2 faktor yaitu, faktor ibu dan faktor
janin. Faktor ibu disebabkan oleh beberapa hal antara lain adanya kelainan
panggul, perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang, dan adanya
kesempitan panggul. Sedangkan janin yang terlalalu besar, hidrocepalus, dan
kelainan letak janin merupakan faktor dari janin.

Jumlah kasus ibu hamil dan melahirkan dengan indikasi CephaloPelvic


Disproportion (CPD) dari tahun ke tahun semakin meningkat baik di dunia
maupun di Indonesia. Mengingat efek dan resiko yang ditimbulkan dari
persalinan Sectio Caesarea antara lain infeksi, perdarahan,dan ruptur uteri,
maka perawat sebagai pelaksana tindakan keperawatan memiliki peran yang
sangat penting dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada ibu
dengan indikasi CephaloPelvic Disproportion (CPD). Sehingga dapat
mengurangi angka morbiditas dan mortalitas serta komplikasi dari penyulit
persalinan dengan CephaloPelvic Disproportion (CPD).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menjadikan kasus


persalinan Sectio Caesarea dengan indikasi CephaloPelvic Disproportion
(CPD) ini sebagai bahan karya tulis ilmiah yang berjudul “ASUHAN
4

KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI POST


OPERASI SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI CEPHALOPELVIC
DISPROPORTION (CPD) DI RUANG MERAK RSUD DEPOK”

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran asuhan keperawatan pada klien post operasi
Sectio Caesarea atas indikasi CephaloPelvic Disproportion (CPD).

2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasi pengkajian yang dibutuhkan terkait dengan asuhan
keperawatan pada klien post operasi Sectio Caesarea atas indikasi
CephaloPelvic Disproportion (CPD).

b. Teridentifikasi masalah yang terjadi pada klien post operasi Sectio


Caesarea atas indikasi CephaloPelvic Disproportion (CPD).

c. Teridentifikasi perencanaan asuhan keperawatan yang tepat pada


klien post operasi Sectio Caesarea atas indikasi CephaloPelvic
Disproportion (CPD).

d. Teridentifikasi hasil pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien


post operasi Sectio Caesarea atas indikasi CephaloPelvic
Disproportion (CPD).

e. Teridentifikasi hasil evaluasi keperawatan pada klien post operasi


Sectio Caesarea atas indikasi CephaloPelvic Disproportion (CPD).

f. Teridentifikasi analisis pelaksanaan asuhan keperawatan yang


diberikan berdasarkan teori keperawatan.
5

C. Ruang Lingkup Penulisan


Penulisan ini dilakukan dengan mengamati kasus yang sama, yaitu pada
dua orang klien post operasi Sectio Caesarea atas indikasi CephaloPelvic
Disproportion (CPD) yang mendapatkan pelayanan asuhan keperawatan
secara komprehensif di ruang perawatan nifas Rumah Sakit Umum Daerah
Depok.

D. Manfaat Penulisan
Penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan berbagai
manfaat sebagai berikut:
1. Pelayanan Keperawatan
Penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien post operasi Sectio
Caesarea atas indikasi CephaloPelvic Disproportion (CPD).

2. Ilmu Keperawatan
Penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan
maternitas khususnya dalam penatalaksanaan pada klien post operasi
Sectio Caesarea atas indikasi CephaloPelvic Disproportion (CPD).

3. Studi Kasus
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi
karya tulis selanjutnya dalam mengembangkan asuhan keperawatan
pada klien post operasi Sectio Caesarea atas indikasi CephaloPelvic
Disproportion (CPD).

E. Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode
deskriptif yaitu menguraikan data secara nyata dan objektif dengan cara
mengumpulkan data, merumuskan masalah, memecahkan masalah dan
mengevaluasi tindakan keperawatan.
6

F. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini, maka penulis menguraikan sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I: Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode
teknik penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II: Tinjauan Teoritis


Bab ini membahas tentang konsep dasar dan proses keperawatan serta
teori pada klien dengan post operasi Sectio Caesarea atas indikasi
CephaloPelvic Disproportion.

BAB III: Tinjauan Kasus


Bab ini membahas tentang tinjauan kasus yang memuat pelaksanaan
asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

BAB IV: Pembahasan


Bab ini membahas tentang pembahasan yang memuat kesenjangan-
kesenjangan yang ditemukan dari perbandingan antara pendekatan teoritis
dan pelayanan langsung pada kasus.

BAB V: Kesimpulan dan Saran


Bab ini memuat tentang simpulan setelah melaksanakan kegiatan asuhan
keperawatan dan saran untuk perbaikan.

Anda mungkin juga menyukai