Anda di halaman 1dari 11

PANCASILA DALAM SISTEM FILSAFAT

Mata Kuliah : Pancasila


Dosen : Fauza Djalal SH.MPD

Disusun Oleh:
Kelompok 6
Amaliya Syafitri (0305202061)
Assyifa Alfianda (0305202046)
Sa’i Frida Rejeki(0305202056)
KATA PENGANTAR

Alhamdulilahi Rabbil’alamin, kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT. Tuhan semesta alam
yang telah melimpahkan karuniaNya kepada kita semua, sehingga dengan berkat dan karuniaNya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Shalawat serta salam tak lupa pula kami
kirimkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
kegelapan menujun zaman yang terang benderang yang dihiasi oleh imam, islam dan ihsan.

Dan tak lupa pula kami ucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Ibu Fauza Djalal SH.
MPD yang telah memberi kami tugas untuk membuat makalah ini. Dan kami juga berterima kasih
kepada teman-teman yang telah membantu kami. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami dan kita semua. Makalah ini berisikan tentang Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.

Kami menyadari sepenuhnya banyak kekurangan dan keterbatasan, meskipun telah di sertai dengan
usaha yang maksimal sesuai dengan kemampuan yang telah kami miliki. Oleh karna itu, segala saran
dan kritik yang membangun sangat di harapkan untuk perbaikan makalah yang akan datang. Dengan
ini kami berharap semoga makalah ini semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya
Rabbil’alamin.

Medan, 06 November 2020

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………...................

DAFTAR ISI……………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………...

A. Latar Belakang……………………………...........................

B. Rumusan Masalah…………………………………………..

C. Tujuan………………………………………………………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………….

A. Pancasila……………………………………......................

B. Sistem filsafat……………………………………….
BAB III PEMBAHASAN………………………………...………...

A. Dasar pancasila dalam Al-Qur’an………..………………..

B. Pancasila sebagai sistem dilsafat……...……………………

C. Ciri-ciri pancasila sebagai sistem filsafat…………………..

D. Fungsi pancasila sebagai sistem filsafat…………………….

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pancasila yang terdiri atas lima sila, pada hakekatnya merupakan sistem filsafat. Yang dimaksud
dengan sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama
untuk satu tujuan tertentu dan keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh.

Pancasila sebagai system filsafat adalah merupakan kenyataan pancasila sebagai kenyataan yang
obyektif, yaitu bahwa kenyataan itu ada pada pancasila sendiri terlepas dari sesuatu yang lain atau
terlepas dari pengetahuan orang. Kenyataan obyekrif yang ada dan terletak pada pancasila, sehingga
pancasila sebagai suatu system filsafat bersifat khas dan berbeda dalam system-sistem filsafat yang
lain. Hal ini secara ilmiah disebut sebagai filsafat secara obyektif. Dan untuk mendapatkan makna
yang lebih mendalam dan mendasar, kita perlu mengkaji nilai-nilai pancasila dari kajian filsafat
secara menyeluruh.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana dasar pancasila dalam Al-Qur’an ?

2. Bagaimana pancasila sebagai sistem filsafat ?

3. Bagaimana ciri-ciri sebagai sistem filsafat ?

4. Bagaimana fungsi pancasila sebagai sistem filsafat ?

C. TUJUAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk memenuhi nilai tugas yang diberikan oleh Bapak Dr. Ir. Andi Suarda, M.Si dalam Mata
Kuliah pendidikan kewarganegaraan.

2. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat.


3. Untuk mengetahui ciri-ciri sebagai sistem filsafat

4. Untuk mengetahui pancasila sebagai sistem filsafat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PANCASILA

Pancasila adalah dasar filsafat Negara Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal
18 Agustus 1945 dan tercantum dala pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam berita repoblik
Indonesia tahun II No. 7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945.

Pancasila ialah ideologi dasar negara Indonesia yang asalnya dari ajaran budha dalam kitab tripitaka
2 kata: “panca” yaitu “lima” dan “syila” yang memiliki arti “dasar”. Jadi, Pancasia memiliki maksa 5
aturan tingkah laku yang penting. Adanya kata Pancasila sudah sejak lama dikenal yaitu sejak zaman
kerajaan Majapahit dan Sriwijaya dimana terdapat sila-sila yang ada dalam Pancasila sudah
diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat ataupun dikalangan kerajaan meskipun sila-sila tersebut
belum untuk dirumuskan secara konkrit

Menurut kitab Sutasoma yang dikarang oleh Mpu Tantular, Pancasila memiliki arti
“pelaksanaan kesusilaan yang lima” atau “berbatu sendi yang lima”. Pancasila dipakai untuk menjadi
dasar guna mengatur segala bentuk arah serta gerak dari pemerintahan negara yang memiliki tujuan
untuk mengatur setiap penyelenggaraan yang ada dalam bernegara. Arti lambang pancasila penuh
akan makna. Fungsi pancasila salah satunya merupakan asas kerohanian tertib hukum di Indonesia.

Dalam proses merumuskan Pancasila tersebut pada awalnya saat sidang BPUPKI yang pertama dan
dipimpin oleh dr. Radjiman Widyodiningrat. Pada kala itu, beliau memberikan sebuah saran supaya
ada seseorang yang dapat memberikan ide rumusan terkait dasar negara Indonesia yang kemudian
akan dibuat nantinya. Lalu, muncullah 3 pembicara yaitu Soekarno, Mohammad Yamin, dan
Soepomo. Tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI tersebut, Ir. Soekarno menyampaikan pidato
secara lisan tentang rumusan dasar negara Indonesia.

B. SISTEM FILSAFAT

Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Suatu
system filsafat sedikitnya mengajarkan tentang sumber dan hakikat realitas, falsafat hidup, dan tata
nilai (etika),termasuk teori terjadinya pengetahuan manusia dan logika.

Istilah ‘filsafat’ berasal dari bahasa Yunani, (philosophia), tersusun dari kata philos yang berarti cinta
atau philia yang berarti persahabatan, tertarik kepada dan kata sophos yang berarti kebijaksanaan,
pengetahuan, ketrampilan, pengalaman praktis, inteligensi (Bagus, 1996: 242).

Dalam Kamus Filsafat, Bagus (1996: 242) mengartikan filsafat sebagai sebuah pencarian. Beranjak
dari arti harfiah filsafat sebagai cinta akan kebijaksanaan, menurut Bagus (1996: 242-243), arti itu
menunjukkan bahwa manusia tidak pernah secara sempurna memiliki pengertian menyeluruh
tentang segala sesuatu yang dimaksudkan kebijaksanaan, namun terus-menerus harus mengejarnya.

Menurut Agus Sutono bahwa filsafat pendidikan pancasila sebagai ruh dari sistem pendidikan
nasional di Indonesia harus benar-benar dihayati sebagai sumber nilai dan rujukan dalam
perencanaan strategis dibidang pendidikan di Indonesia. Filsafat pendidikan harus
diimplementasikan secara nyata dan konsisten agar pembangunan manusia Indonesia sebagaimana
yang diamanatkan dalam cita-cita besar bangsa Indonesia dapat tercapai dengan prinsip-prinsip
dasar dari nilai pancasila yaitu prinsip religiusitas, perwujudan dan penghargaan atas nilai
kemanusiaan, berpegang teguh pada jiwa persatuan sebagai bangsa, semangat menghargai
perbedaan dan penghormatan pada kehidupan yang demokratis setta perwujudan nilainilai
keadilan, yang semuanya harus terwujudkan melalui proses pendidikan yang bermartabat.

Menurut Laboratorium Pancasila IKIP Malang (1997), Pancasila sebagai falsafah pandangan hidup
bangsa, seyogyanya dicerminkan ke dalam prinsip-prinsip nilai dan norma kehidupan dalam
berbangsa, bernegara dan berbudaya.

Menurut Condra Antoni (2010) bahwa sebagai kajian teoritis, filsafat pancasila bisa dipahami dengan
lebih mudah dengan cara melihat nilai-nilai yang terkandung dalam kata filsafat dan ideologi itu
sendiri.

Menurut Prof. Kaelan (2007) bahwa sebenarnya filsafat itu mudah dipahami. Dalam kehidupan
sebenarnya manusia senantiasa berfilsafat. Misalnya, jika seseorang memandang bahwa kenikmatan
dunia merupakan nilai terpenting dan tertinggi dalam kehidupan, maka ia bisa bisa disebut
hedonisme. Begitupun jika seseorang memandang bahwa kebebasan individu adalah nilai tertinggi
berbangsa dan bernegara maka ia bisa disebut berfilsafat liberealisme.

Cabang-cabang Filsafat Yang Utama adalah :

1. Metafisika, membahas tentang yang bereksistensi di balik fisis, meliputi bidang ontologis,
kosmologi dan antropologi.

2. Epistimologi, berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan.

3. Metodologi, berkaitan dengan persoalan hakekat metode dalam ilmu pengetahuan.

4. Etika, berkaiatan dengan moralitas, tingkah laku manusia.

5. Estetika, betrkaitan dengan persoalan hakekat keindahan.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. DASAR PANCASILA DALAM AL QUR’AN

1.Ketuhanan yang maha esa


Pada sila pertama ini mengandung ajaran ketauhidan dan keimanan kepada tuhan yang maha esa,
sebagaimana tercermin dalam surat al-baqarah ayat 163 :
َّ ََٰ َ ‫ٱّلل َأع َم َٰ َل ُهم َح‬
َ ‫ست َع َليهم َو َما ُهم ب َخ َٰ رج‬
١٦٧ ‫ي ِم َن ٱلن ِار‬
َ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ ُ َ َّ َ َّ َ َ َ
ُ َّ ‫بأ من ُهم َك َما َت َ َّب ُءوا م َّنا َك َ َٰذ ل َك ُيري ه ُم‬
ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ ِ َّ َ ‫وقال ٱل ِذين ٱتبعوا لو أن لنا ك َّرة فنت‬
“Dan tuhanmu adalah tuhan yang maha esa; tidak ada tuhan melainkan dia yang maha pemurah lagi
maha penyayang.”

Dan dalam surat al-ankabut ayat 46 :

ٞ‫نز َل إِلَ ۡيكُمۡ َوإِ َٰلَ ُهنَا َوإِ َٰلَ ُهكُمۡ َٰ َوحِ د‬
ِ ُ‫نز َل إِلَ ۡينَا َوأ‬
ِ ُ‫ِي أ‬
ٓ ‫ظلَ ُمواْ م ِۡن ُه ۡ ۖۡم َوقُولُ ٓواْ َءا َمناا بِٱلاذ‬
َ َ‫س ُن إِ اَل ٱلاذِين‬
َ ‫ِي أَ ۡح‬ ِ َ‫۞و ََل تُ َٰ َج ِدلُ ٓواْ أَ ۡه َل ۡٱل ِك َٰت‬
َ ‫ب إِ اَل بِٱلاتِي ه‬ َ
٤ َ‫َون َۡح ُن لَهُۥ ُمسۡ ِل ُمون‬
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali
dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: “Kami telah beriman kepada (kitab-
kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu
adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri”.

2. kemanusian yang adil dan beradab

Dalam sila kedua ini mencerminkan nilai kemanusiaan dan bersikap adil, hal ini diperintahkan dalam
al-qur’an surat al-maidah ayat 8 :
ْۚ ِ ‫َٰ َيٓأَيُّ َها ٱلاذِينَ َءا َمنُواْ كُونُواْ قَ َٰ اومِينَ ِ ا‬
َ ۡ‫ّلِل شُ َه َدآ َء ِب ۡٱل ِقسۡ طِۖۡ َو ََل َي ۡج ِر َمناكُم‬
َ ْۚ ‫علَ َٰ ٓى أَ اَل تَعۡ ِدلُواْ ٱعۡ ِدلُواْ ه َُو أَ ۡق َربُ لِلتا ۡق َو َٰۖۡى َوٱتاقُواْ ا‬
َ ‫ٱّلِل ِإنا ا‬
‫ٱّلِل‬ َ ‫شنَا ُن قَ ۡو ٍم‬
٨ َ‫ير بِ َما تَعۡ َملُون‬ ُ ُۢ ِ‫َخب‬
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu
lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.

3.Persatuan indonesia

Sila ketiga merupakan suatu ajaran persatuan serta kebersamaan serta tidak bercerai-berai,
sebagaimana ajakan allah dalam surat al-imron ayat 103 :

‫علَ َٰى‬ َ ‫علَ ۡيكُمۡ إِ ۡذ كُنتُمۡ أَعۡ َدآ ٗء فَأَلا‬


َ ۡ‫ف بَ ۡينَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡ بَ ۡحتُم بِنِعۡ َمتِ ِهۦٓ إِ ۡخ َٰ َو ٗنا َوكُنتُم‬ ِ ‫ِيعا َو ََل تَف اَرقُو ْۚاْ َو ۡٱذكُ ُرواْ نِعۡ َمتَ ا‬
َ ‫ٱّلِل‬ ِ ‫َص ُمواْ بِ َح ۡب ِل ا‬
ٗ ‫ٱّلِل َجم‬ ِ ‫َوٱعۡ ت‬
١٠٣ َ‫ٱّلِل لَكُمۡ َءا َٰيَتِهِۦ لَ َعلاكُمۡ تَهۡ تَدُون‬ َٰ
‫ار فَأَنقَذَكُم م ِۡن َه ۗا َكذَلِكَ يُبَيِ ُن ُا‬
ِ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ٱل‬ َ‫ِن‬
‫م‬ ‫ة‬ٖ ‫ر‬
َ ۡ
‫ُف‬‫ح‬ ‫َا‬ ‫ف‬ ‫ش‬
َ
“dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) allah, dan janganlah kamu bercerai berai,
dan ingatlah akan nikmat allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat allah, orang-orang yang
bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu allah menyelamatkan kamu dari
padanya. Demikianlah allah menerangkan ayat-ayat-nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan


Sila yang memberi petunjuk dalam pelaksanaan kepemimpinan berdasarkan kebijakan yaitu
bermusyawarah seperti dalam surat shaad ayat 20 :

٢٠ ‫ب‬ َ ِ‫شد َۡدنَا ُم ۡل َكهُۥ َو َءات َۡي َٰنَهُ ۡٱلحِ ۡك َمةَ َوفَصۡ َل ۡٱلخ‬
ِ ‫طا‬ َ ‫َو‬
“dan kami kuatkan kerajaannya dan kami berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam
menyelesaikan perselisihan.”

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia

Sila yang menggambarkan terwujudnya rakyat adil, makmur, aman, dan damai. Hal ini disebutkan
dalam surat an-nahl ayat 90 :

٩٠ َ‫شآءِ َو ۡٱل ُمنك َِر َو ۡٱل َب ۡغ ْۚي ِ َي ِعظُكُمۡ لَ َع ال ُكمۡ تَذَكا ُرون‬
َ ‫ع ِن ۡٱلف َۡح‬
َ ‫س ِن َو ِإيتَآيِٕ ذِي ۡٱلقُ ۡر َب َٰى َو َي ۡن َه َٰى‬ ِ ۡ ‫ٱّلِل َي ۡأ ُم ُر ِب ۡٱل َع ۡد ِل َو‬
َ َٰ ‫ٱۡل ۡح‬ َ ‫۞ ِإنا ا‬
“sesungguhnya allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”

C. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan
organik. Sila-sila dalam pancasila saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling mengkualifikasi.
Sila yang satu senantiasa dikualifikasikan oleh sila-sila lainnya. Dengan demikian, Pancasila pada
hakikatnya merupakan suatu sistem, dalam pengertian bahwa bagian-bagian (sila-silanya) saling
berhubungan secara erat sehingga membentuk suatu struktur yang menyeluruh. Pancasila sebagai
suatu sistem juga dapat dipahami dari pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu
pemikiran tentang manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan dirinya
sendiri, dengan sesama manusia, dengan masyarakat bangsa dan negara.

Kenyataan Pancasila yang demikian ini disebut kenyataan yang obyektif, yaitu bahwa kenyataan itu
ada pada Pancasila sendiri terlepas dari sesuatu yang lain atau terlepas dari pengetahuan orang.
Sehingga Pancasila sebagai suatu sistem filsafat bersifat khas dan berbeda dengan sistem-sistem
filsafat yang lain misalnya: liberalisme, materialisme, komunisme, dan aliran filsafat yang lain.

Pancasila sebagai Sistem filsafat mengandung pandangan nilai pemikiran yang saling berhubungan
dan merupakan kesatuan yang utuh. Filsafat pancasila dapat didefinisikan secara ringkasan sebagai
refleksi kritis dan rasional tentang pancasila sebagai dasar Negara dan kenyataan budaya bangsa
dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan perenunganjiwa yang dituangkan
dalam suatu system dan merupakan pancaran dari semua sila Pancasila. Dengan demikian, jiwa
keagamaan, jiwa kebangsaan, jiwa kerakyatan, dan jiwa yang menjunjung tinggi keadilan sosial ada
dalam sila pancasila
Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakekatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan yang bersifat
formal logis saja, namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar epistimologis, serta dasar
aksiologis dari sila Pancasila.

a. Dasar Ontologis

Dasar Ontologis Pancasila pada hakekatnya adalah manusia yang memiliki hakekat mutlak. Subyek
pendukung pokok-pokok Pancasila adalah manusia, hal ini dijelaskan sebagai berikut :

“Bahwa yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
berpersatuan, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah permusyawaratan/perwakilan, serta
yang berkeadilan social adamah manusia (Notonegoro, 1975:23). Demikian juga jikalau kita pahami
dari segi filsafat Negara, adapun pendukung pokok Negara adalah rakyat, dan unsure rakyat adalah
manusia itu sendiri, sehingga tepatlah jikalau dalam filsafat Pancasila bahwa hakekat dasar
ontopologis sila-sila pancasila adalah manusia.

b. Dasar Epistemologis

Dasar epistimologis Pancasila sebagai suatu system filsafat pada hakekatnya juga merupakan suatu
system pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari pancasila merupakan pedoman atau dasar bagi
bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa dan
Negara tentang makna hidup serta sebagai dasar bagi manusia dalam menyelesaikan masalah yang
terjadi dalam hidup dan kehidupan. Pancasila dalam pengertian yang demikian ini telah menjadi
suatu system cita-cita atau keyakinan-keyakinan yang telah menyengkut praksis, karena dijadikan
landasan bagi cara hidup manusia atau suatu kelompok masyarakat dalam berbagai bidang
kehidupan masyarakat. Hal ini berarti filsafat telah menjelma menjadi ideology (Abdul Gani, 1998).

c. Dasar Aksiologis

Istilah Aksiologis berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat, dan logos yang artinya
pikiran, ilmu dan teori. Aksiologis adalah teroi nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan disukai atau yang
baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria nilai, dan kedudukan metafisika suatu nilai.
Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nailai-nilai Pancasila, yaitu bangsa yang
berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuaan, yang berkerakyatan dan berkeadilan
sosial..

Nilai-nilai pancasila termasuk nilai kerohanian, tetapi nilai-nilai kerohanian yang mengakui nilai
material dan vital. Dengan demikian nilai-nilai pancasila tergolong nilai kerohanian, yang juga
mengandung nilai-nilai lain secara lengkap dan harmonis, yaitu nilai material, nilai vital, nilai
kebenaran, nilai keindahan, atau estetis, nilai kebaikan atau nilai moral ataupun nilai kesucian yang
secara keseluruhan bersifat sistematik hierarkhis, dimana sila pertama sebagai basisnya sampai sila
kelima sebagai tujuannya (Darmo diharjo).

Pancasila sebagai sistem filsafat yaitu suatu konsep tentang dasar negara yang terdiri dari lima sila
sebagai unsur yang mempunyai fungsi masing-masing dan satu tujuan yang sama untuk mengatur
dan menyelenggarakan kehidupan bernegara di Indonesia. Filsafat negara kita ialah Pancasila, yang
diakui dan diterima oleh bangsa Indonesia sebagai pandangan hidup. Dengan demikian, Pancasila
harus dijadikan pedoman dalam kelakuan dan pergaulan sehari-hari.

Sebagaimana telah dirumuskan oleh Presiden Soekarno, Pancasila pada hakikatnya telah hidup sejak
dahulu dalam moral, adat istiadat, dan kebiasaan masyarakat Indonesia. “Dengan adanya
kemerdekaan Indonesia, Pancasila bukanlah lahir, atau baru dijelmakan, tetapi sebenarnya Pancasila
itu bangkit kembali”.

Sebagaimana pandangan hidup bangsa, maka sewajarnyalah asas-asas pancasila disampaikan


kepada generasi baru melalui pengajaran dan pendidikan. Pansila menunjukkan terjadinya proses
ilmu pengetahuan, validitas dan hakikat ilmu pengetahuan (teori ilmu pengetahuan).

Pancasila menjadi daya dinamis yang meresapi seluruh tindakan kita, dan kita harus merenungkan
dan mencerna arti tiap-tiap sila dengan berpedoman pada uraian tokoh nasional, agar kita tidak
memiliki tafsiran yang bertentangan. Dengan pancasila sebagai filsafat negara dan bangsa Indonesia,
kita dapat mencapai tujuan bangsa dan negara kita.

Pancasila sebagai sistem filsafat memberi arah agar kesejahteraan dan kemakmuran bertolak
dari keyakinan manusia yang percaya kepada kebesaran Tuhan, kesejahteraan yang berlandaskan
paham kemanusiaan, kesejahteraan yang memihak pada kesatuan dan persatuan serta kebersamaan
sebagai suatu kesatuan bangsa yang utuh dan bulat.

Istilah filsafat dipergunakan dalam berbagai konteks tapi kita harus tahu dulu apa itu filsafat dan
fungsi filsafat serta kegunaan filsafat dengan uraian yang singkat ini saya mengharapkan agar timbul
kesan pada diri kita bahwa filsafat adalah suatu yang tidak sukar dan dapat di pelajari oleh semua
orang di samping itu saya menghrapkan agar kita tak beranggapan filsafat sebagai suatu hasil
potensi belaka dan tidak berpijak realita dengan cara ini saya mengharapkan dapat menggunakan
sebagai modal untuk mempelajari pancasila dari sudut pandang filsafat.

Dan kita mengenal filsafat pancasila dari sejarah pelaksanaannya diantara bangsa – bangsa barat
tersebut bangsa belandalah yang akhirnya dapat memegang peran sebagai penjajah yang benar –
benar yang menghancurkan rakyat Indonesia mengingat keadaan perjuangan bangsa Indonesia kita
harus mengetahui perjuangan sebelum tahun 1900.

Sebenarnya sejak waktu itu pula mempertahankan kemerdekaan dengan cara bermacam – macam
perlawanan rakyat Indonesia untuk menentang kolonialisme, belanda telah berjalan dengan hebat.
Akan tetapi masih berjalan sendiri – sendiri dan belum ada kerja sama melalui organisasi yang
teratur .

D. CIRI-CIRI PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain:

1. Sila-sila pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh. Dengan kata lain,
apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah maka itu bukan
pancasila.

2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem bulat dan utuh itu dapat digambarkan digambarkan
sebagai berikut :

· Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5.

· Sila 2,diliputi,didasari,dijiwai sila 1, dan sila 3 diliputi,didasari,dijiwai sila 1, 2, dam mendasari


dan menjiwai sila 4, 5.

· Sila 4 diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, 3, dan mendasari dan menjiwai sila 5.

· Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, 3, 4.


D. FUNGSI PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

a. Pancasila sebagai dasar Negara

Pancasila dipergunakan sebagai dasar Negara untuk mengatur pemerintahan dan penyelenggaraan
Negara. Pancasila sebagai dasar Negara dinyatakan dalam pembukaan Undang-undang dasar 1945
Alinea IV dan merupakan landasan konstitusional. Dalam hal ini pancasila sebagai sumber hukun
dasar nasional, dan semua Perundang-undangan harus bersumber pada Pancasila.

b. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia

Dalam hal ini, pancasila diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan semua tingkah laku dan tindak
perbuatan manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan pancaran dari semua sila pancasila.

d. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia

Dalam hal ini, pancasila sebagai penggerak atau dinamika serta pembimbing kearah tujuan untuk
mewujudkan masyarakat pancasila. Pancasila dalam hal ini dijelasakan dalam teori von savigny
bahwa setiap bangsa mempunyai jiwanya masing-masing yang disebut volksgeist (jiwa rakyat atau
jiwa bangsa).

e. Pancasila sebagai perjanjian luhur

Dikatakan sebagai perjanjian luhur karena pancasila ini disetujui oleh wakil-wakil rakyat Indonesia
dari seluruh Indonesia.

f. Pancasila sebagai kepribadian bangsa

Hal ini, berarti pancasila berfungsi dan berperan dalam menujukkan adanya kepribadian bangsa
Indonesia yang dapat dibedakan dengan bangsa lain, yaitu sikap mental , tingkah laku dan amal
perbuatan bangsa Indonesia.

g. Pancasila sebagai moral pembangunan

Hal ini mengandung maksud nilai-nilai luhur pancasila (norma-norma yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945) di jadikan tolak ukur dalam melaksanaka pembangunan nasional, baik
dalam, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, maupun dalam evaluasi.

g. Memberikan jawaban yang mendasar tentang hakikat kehidupan bernegara.

f. Memberikan dan mencari kebenaran yang substansif tentang hakikat negara, ide negara, dan
tujuan negara.

g. Sebagai pedoman yang mendasar bagi warga negara Indonesia dalam bertindak dan bertingkah
laku dalam kehidupan sosial masyarakat.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pancasila sebagai Sistem filsafat mengandung pandangan nilai pemikiran yang saling berhubungan
dan merupakan kesatuan yang utuh. Pancasila juga memiliki ciri-ciri yang utuh, dan memiliki 3
landasan yaitu landasan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi yang salinb berkaitan satu sama lain.
Pancasila juga berfungsi sebagai dasar negara indonesia, pandangan hidup bangsa dan jiwa bangsa
indonesia ini yang sudah mulai menurun. Pelaksanaan yang bisa lakukan oleh masyarakat indonesia,
khusunya bagi pelajar adalah mencintai dan membina persatuan, tidak membeda-bedakan ras, suku,
agama dll, saling menghormati dan saling bergotong-royong membangun bangsa ini menjadi lebih
baik lagi.

B. SARAN

Bagi pemerintah diharapkan mampu mempertahankan Pendidikan Pancasila sebagai modul


pembelajaran sebagai modal P4 ( Pedoman, Penghayatan, Pengamalan Pancasila).

DAFTAR PUSTAKA

Antoni, Condra. 2010. Filsafat Pancasila Sebagai Basis Pergerakan Mahasiswa, Kehidupan Sosial, Dan
Spirit Kewirausahaan. Politeknik Negeri Batam: Batam.

Kaelan dan Achmad Zubaidi. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi
Berdasarkan SK Dirjen DIKTI n0.43/DIKTI/KEP/2006.Yogyakarta: Paradigma.

Sutono, Agus. 2015. Meneguhkan Pancasila Sebagai Filsafat Pendidikan Nasional. Jurnal Ilmiah CIVIS.
Vol. V, No. 1.

Noporin. Dasar falsafah negara. Jakarta : Pantjoran Tujuh, 1980.

Noto nagoro. Pancasila secara ilmiah popular. Jakarta : Pantjoran Tujuh, 1984.

Salam,H, Burhanuddin.filsafat pancasilaisme. Jakarta : Rineka Cipta.1998.

Arifin. Pendidikan Kewarganegaraan. Sumedang: STKIP Press. 2010.

Hamid Darmadi. Pendidikan Pancasila, Konsep Dasar dan Implementasi. Bandung: Alfabeta. 2010.

Jalaludin ,dkk. FilsafatPendidikan . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

http://novisariansyah.wordpress.com.filsafat pendidikan nasional.

http://mariamah-sulaiman.blogspot.com . pancasila sebagai falsafah hidup bangsa.

Anda mungkin juga menyukai