Anda di halaman 1dari 4

BEBERAPA PERKARA YANG DAPAT MENGURANGI/MENGHILANGKAN PAHAL PUASA

Puasa tidak hanya tentang usaha mencegah dari hal-hal yang bisa membatalkan
puasa. Lebih dari itu, puasa harus menjadi sebuah momentum untuk meninggalkan
maksiat. Semua itu terungkap dalam sebuah hadist Rasulullah yang beliau sampaikan
beberapa abad silam. 
Rasulullah bersabda:
 
 ‫صيَا ِم ِه ِإاَّل ا ْل ُج ْوع َوا ْل َع ْطش‬
ِ ْ‫س لَهُ ِمن‬
َ ‫صاِئ ٍم لَ ْي‬
َ ْ‫ َك ْم ِمن‬ 

Artinya, “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan sesuatu
dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga” (HR An-Nasa’i).
Hadits di atas secara jelas memberikan suatu pengertian bahwa betapa banyak
orang melakukan puasa dan sukses mencegah dirinya dari hal-hal yang membatalkan
puasa, hanya saja tidak mandapatkan pahala. Lantas apa saja penyebab yang bisa
menghilangkan pahala puasa?

Pertama, orang berpuasa tapi tidak meninggalkan pekerjaan-pekerjaan yang bisa


menghilangkan pahala puasa, seperti, menggunjing orang lain, mengadu domba, dan
berbohong. Alasan ini sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah dalam sebuah
hadistnya. Beliau bersabda:
ُ‫ والي ِمينُ الكا ِذبة‬،‫ والنّظ ُر بِالشّهو ِة‬،‫ب‬
ُ ‫ والك ِذ‬،ُ‫ والنّ ِميمة‬،ُ‫الغيبة‬
ِ :‫صاِئم‬
ّ ‫فطرن ال‬
ِ ُ‫خمس ي‬ 
ٌ
Artinya, “Lima hal yang bisa membatalkan pahala orang berpuasa: membicarakan
orang lain, mengadu domba, berbohong, melihat dengan syahwat, dan sumpah
palsu” (HR Ad-Dailami). 

Kedua, dalam hati orang yang berpuasa ada sifat riya’ (ingin dipuji oleh orang lain) atau
merasa bahwa dirinya lebih baik dari yang lain. Ini juga dapat menghilangkan pahala
puasa. Untuk poin ini, Habib Zain bin Smith menyampaikan suatu hikayat. Pada suatu
hari ada seseorang yang menghadiri majelis Syekh Abdul Qadir al-Jilani, kemudian
dihidangkan di hadapannya suatu makanan.

Ketiga, termasuk sesuatu yang bisa menghilangkan pahala puasa ialah berbuka puasa
dengan sesuatu yang haram. Di samping bisa menghilangkan pahala puasa, lebih dari
itu berbuka dengan sesuatu yang haram juga bisa membuat seseorang merasa berat
untuk melakukan suatu ibadah, sehingga akan sangat mudah meninggalkannya.
Dengan kata lain, berbuka puasa dengan makanan haram bisa membuat diri seseorang
yang puasa malas beribadah
PENTINGNYA KEJUJURAN
Pengertian Jujur
Kejujuran adalah aspek moral yang memiliki nilai positif dan baik. Kejujuran
punya kata lain seperti berterus terang. Lawan dari kejujuran adalah kebohongan,
kecurangan dan lain-lain. Di dalam sifat kejujuran juga melibatkan sikap yang setia, adil,
tulus dan dapat dipercaya. Kejujuran adalah sifat yang dihargai oleh banyak etnis
budaya dan agama. Jadi tidak hanya agama Islam saja yang mengharuskan umatnya
untuk menjunjung tinggi sifat kejujuran.
Kata jujur menyiratkan sebuah perkataan kebenaran dalam semua situasi dan
semua keadaan. Kejujuran juga bisa memiliki arti memenuhi janji, baik itu janji yang
tertulis maupun tidak tertulis. Tidak hanya memenuhi janji, memberikan pendapat dan
nasihat yang benar juga disebut dengan kejujuran.

Macam Sifat Jujur dalam Islam


1. Shiddiq Al-Qalbi
Shiddiq Al-Qalbi adalah sifat jujur yang diterapkan oleh manusia dalam
niatnya. Dalam berniat tentunya disertai keikhlasan dalam melakukan perbuatan
tersebut. Amal perbuatan haruslah didasari dengan niat yang baik, niat untuk
beribadah hanya kepada Allah SWT semata.
2. Shiddiq Al-Hadits
Shiddiq Al-Hadits adalah sifat jujur yang diterapkan oleh manusia pada
perkataan yang diucapkannya. Umat Islam diperintahkan untuk selalu menjaga
perkataannya. Perkataan yang harus diucapkan adalah sebuah kebenaran, bukan
kebohongan. Kebohongan akan menuntun ke dalam kebohongan-kebohongan
lainnya.
3. Shiddiq Al-Amal
Shiddiq Al-Amal adalah sifat jujur yang dilakukan oleh manusia dalam
melakukan segala perbuatannya. Jujur dalam melakukan suatu perbuatan
merupakan derajat yang sangat tinggi. Orang yang jujur dalam melakukan amalan
atau perbuatannya berarti tidak memiliki riya di dalam hatinya, ia tidak
mengharapkan pujian dari manusia, namun hanya berharap pujian dari Allah SWT
semata. 
4. Shiddiq Al-wa’d
Shiddiq Al-wa’d adalah sifat jujur yang diterapkan oleh manusia dalam
menepati janjinya kepada orang lain. Tidak hanya janji kepada orang lain, namun
juga janji kepada dirinya sendiri. Misalnya, jika seseorang mendapatkan harta dari
segala jerih payahnya, dan berjanji untuk memberikan sebagian kepada orang yang
membutuhkan, maka itu termasuk dalam jujur untuk menepati janji. 
5. Shiddiq Al-Hall
Shiddiq Al-Hall adalah sifat jujur yang diterapkan oleh manusia pada segala
hal yang dia lakukan. Misalnya, jujur dalam berpendapat, jujur dalam melakukan
pekerjaan, jujur jika diberikan amanat, dan tidak ada sifat iri atau dengki di dalam
hatinya. 
Hikmah Perilaku Jujur
1. Kejujuran akan membawa kepada hal-hal yang baik
2. Orang yang jujur akan memperoleh surga dari Allah SWT
3. Memiliki Banyak Teman
4. Hidup lebih damai dan bahagia
5. Lebih percaya diri

Contoh Perilaku Jujur


 Perilaku Jujur di Sekolah
1. Tidak mencontek saat mengerjakan soal ujian
2. Tidak membohongi uang pembayaran sekolah
3. Tidak berkata bohong kepada teman, guru, dan staff sekolah
4. Tidak berbohong saat membeli makanan di kantin
 Perilaku Jujur di Rumah
1. Tidak mengambil sisa uang atau kembalian saat berbelanja
2. Selalu mengakui kesalahan ketika berbuat salah
3. Tidak berbohong kepada anggota keluarga di rumah
4.

-=OPTIMIS, IKHTIAR, DAN TAWAKAL=-

1. Optimis
Sifat optimis adalah sifat orang yang memiliki harapan positif dalam menghadapi
segala hal atau persoalan. Kebalikan dari optimis adalah pesimis. Orang yang memiliki
sifat pesimis selalu berpandangan negatif dalam menghadapi persoalan.
Sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita memiliki sifat optimis. Sifat itu
memicu seseorang menjadi bersemangat dalam menyelesaikan pekerjaan dan
memberi kekuatan dalam menghadapi masalah. Sebaliknya sifat pesimis menjadi
penyebab seseorang menjadi terpuruk tidak bersemangat.
Sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita memiliki sifat optimis. Sifat itu
memicu seseorang menjadi bersemangat dalam menyelesaikan pekerjaan dan
memberi kekuatan dalam menghadapi masalah. Sebaliknya sifat pesimis menjadi
penyebab seseorang menjadi terpuruk tidak bersemangat.
Hadis Sikap Optimis:

Artinya:
“Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada rasa
tiyarah (firasat buruk dan kesialan), dan yang lebih baik dari itu adalah rasa optimis.
Maka ditanyakanlah kepada beliau: Apa yang dimaksud dengan rasa optimis?, Beliau
bersabda: Yaitu kalimat baik yang sering didengar oleh salah seorang dari kalian.” (H.R.
Ahmad)
2. Ikhtiar
Ikhtiar adalah berusaha bersungguh-sungguh untuk mencapai harapan,
keinginan, atau cita-cita. Ketika seseorang menginginkan sesuatu maka ia harus mau
berusaha atau berupaya untuk meraihnya.
Usaha-usaha tersebut merupakan bagian penting yang harus dilakukan oleh
manusia. Dengan demikian tidak dibenarkan orang yang mempunyai keinginan itu
hanya berdiam diri tanpa ada upaya sama sekali. Selanjutnya usaha tersebut diikuti
dengan doa, memohon kepada Allah Swt. agar keinginan tersebut dapat terwujud.
Allah Swt. mengajarkan mengenai pentingnya ikhtiar, sabagaimana Firman-Nya berikut
ini:

Artinya:
“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan
sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan
diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan sesungguhnya
kepada Tuhanmulah kesudahannya (segala sesuatu)”. (Q.S. an-Najm/53:39-42)

3. Tawakal
Tawakal artinya berserah diri kepada Allah Swt. atas hasil usaha kita setelah
berusaha dengan sungguh-sungguh dan berdoa. Misalnya, saat menghadapi ulangan
kamu sudah belajar dengan sungguh-sungguh dan menyelesaikan soal-soal dengan
cermat dan teliti. Setelah itu kamu pasrah dan menyerahkan keputusan atas hasil
usaha kamu kepada Allah Swt.
Seseorang yang menyertakan tawakal dalam setiap tindakan dan usahanya akan
berdampak positif terhadap kepribadiannya. Dampak positif ini terlihat tidak hanya
ketika usahanya berhasil. Namun juga terlihat ketika usahanya tidak berhasil. Orang
yang tawakal tetap menanggapinya dengan positif.
Jadi:
 Kalau usahanya sukses, orang yang tawakal meyakini bahwa kesuksesan itu
merupakan karunia Allah Swt. yang harus disyukuri dan tidak perlu menjadi
tinggi hati.
 Kalau usaha tidak sukses, orang yang tawakal tidak berputus asa dan tetap
berusaha. Bahkan dia melakukan introspeksi diri mengapa usahanya tersebut
belum berhasil. Apakah ada sesuatu yang kurang atau ada yang ia kerjakan
dengan tidak sungguh-sungguh. Orang yang tawakal tetap meyakini bahwa
kegagalan merupakan keberhasilan yang tertunda.

Anda mungkin juga menyukai