Anda di halaman 1dari 17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
a. Siswa
Pengertian siswa atau peserta didik dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah seseorang yang belajar/berguru, bersekolah. Secara
etimologi siswa atau peserta didik adalah seorang anak yang mendapat
pembelajaran ilmu. Sedangkan secara terminologi siswa atau peserta
didik berarti individu yang sedang dalam proses perkembangan,
pertumbungan dan perubahan kepribadian dibawah arahan atau
bimbingan seorang pembimbing. Peserta didik juga merupakan salah satu
bagian dari struktural proses pendidikan. Menurut Hamalik (2001: 99)
mengatakan bahwa murid atau siswa merupakan salah satu komponen
utama dalam pengajaran, disamping faktor guru, tujuan dan metode
pengajaran.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 19 ayat 4 mengungkapkan
bahwa “Siswa atau peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu”. Menurut Abu
Ahmadi (1991: 251) mengatakan bahwa “siswa atau peserta didik adalah
orang yang belum dewasa, yang membutuhkan bimbingan, bantuan, dan
usaha orang lain untuk mencapai dewasa, guna menjalankan tugas
sebagai makhluk Tuhan, umat manusia, warga negara yang baik, salah
satu masyarakat dan sebagai pribadi atau individu.” Sedangkan menurut
Daradjat (1995: 268) murid atau anak merupakan pribadi yang “unik”
artinya mempunyai potensi dan mengalami perkembangan. Dalam proses
perkembangan ini seorang murid atau siswa membutuhkan sebuah
bantuan yang sifat dan coraknya ditentukan oleh anak itu sendiri tidak
ditentukan oleh guru atau pembimbing, dalam menjalani kehidupan
bersama dengan orang lain.
Menurut Muhaimin dkk (2005) seorang anak siswa (anak didik)
memiliki sifat-sifat umum meliputi:
1) Seorang anak bukanlah miniatur orang dewasa, sebagaimana
pernyataan J.J. Rousseau, bahwa “anak bukan miniatur orang
dewasa, tetapi anak adalah anak dengan dunianya sendiri”
2) Anak didik memiliki fase perkembangan tertentu, sebagaimana
pembagian Ki Hadjar Dewantara. Fase perkembangan tersebut
meliputi (Wiraga, Wicipta, Wirama)
3) Anak didik memiliki pola perkembangan masing-masing
4) Anak didik memiliki kebutuhan
Sebagaimana diungkapkan oleh para ahli pendidikan,
kebutuhan tersebut diantaranya menurut L.J. Cionbach, meliputi
afeksi, diterima oleh orang tua, diterima oleh teman, independen, dan
harga diri. Sedangkan menurut Maslow mengatakan bahwa
kebutuhan anak didik meliputi adanya kebutuhan biologi, rasa kasih
sayang, rasa aman, harga diri, dan realisasi.
Siswa atau peserta didik sebagai individu yang sedang berada pada
fase perkembangan, tentunya masih sangat membutuhkan banyak
bimbingan dan bantuan untuk menuju kedewasaan. Pada fase inilah
peserta didik akan mengalami banyak perubahan dan perkembangan fisik
maupun psikis. Disamping itu perubahan juga terjadi secara kognitif dan
mulai memiliki kemampuan berfikir seperti orang dewasa. Di fase ini
juga siswa akan mulai melepaskan diri dari keluarga atau orang tua
secara emosional untuk menjalankan tugasnya sebagai orang yang
beranjak dewasa.
Berdasarkan beberapa pendapat dan teori diatas, siswa atau peserta
didik adalah salah satu komponen penting dalam sistem pembelajaran
dan menjadi bagian utama dalam dunia pendidikan yang memiliki pilihan
untuk menuntut ilmu guna mengejar masa depan dan cita-citanya. Untuk
itu siswa memerlukan bantuan dari berbagai pihak seperti orang tua,
guru, dan teman yang dapat membantu proses tumbuh kembangnya.
b. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Secara umum, pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang
didalamnya tersedia materi sekaligus pelatihan untuk para peserta didik
belajar teori dan praktikum sesuai dengan kompetensi yang mereka pilih
dan dibutuhkan dunia kerja. Diharapkan peserta didik ketika lulus dari
pendidikan kejuruan memiliki kemampuan untuk bekerja sesuai dengan
kompetensinya atau berwirausaha. Menurut Undang-Undang No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 18 menyatakan
bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang
mempersiapkan peserta didik untuk bekerja pada bidang tertentu. Di
Indonesia pendidikan menengah kejuruan dapat kita temui di SMK
(Sekolah Menengah Kejuruan) dan MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan).
Selain kejuruan, ada vokasi pada jenjang yang lebih tinggi yang ada pada
perguruan tinggi yang diwujudkan dalam pendidikan diploma.
Suharsimi Arikunto (1990: 1) mengatakan bahwa Pendidikan
kejuruan diklasifikasikan dalam jenis pendidikan khusus (specialized
education) karena program yang disediakan dalam pendidikan kejuruan
hanya dipilih oleh beberapa orang yang memiliki minat khusus untuk
mempersiapkan diri melangkah ke dunia kerja di masa depan. Agar
lapangan kerja khusus ini berjalan sukses maka pendidikan kejuruan
dimaksudkan untuk menyiapkan tenaga terampil yang dibutuhkan
masyarakat. Sedangkan menurut Galfri Siswandi (2015: 467)
mengungkapkan bahwa pendidikan kejuruan adalah lembaga pendidikan
yang berupaya memberikan pengalaman baik kognitif, afektif dan
psikomotorik guna mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu lembaga
tingkat satuan pendidikan yang menyiapkan tenaga kerja atau Sumber
Daya Manusia (SDM), dituntut untuk mampu menghasilkan lulusan yang
kompeten dan terampil di bidangnya sesuai yang dibutuhkan dunia kerja,
disamping untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi
yaitu perguruan tinggi atau universitas. Menurut Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006, Tujuan Pendidikan Kejuruan
adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya.
Dalam upaya yang dilakukan SMK untuk mewujudkan tenaga kerja
yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja, tentunya melalui beberapa
tahapan dan proses. Salah satunya dalam pendidikan kejuruan perlu
didasari dengan kurikulum yang telah disusun dan dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan dunia kerja. Pada saat ini, kurikulum dan
pembelajaran yang diterapkan pada pendidikan kejuruan dan vokasi
adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum dan pembelajaran
berbasis kompetensi memiliki karakter yang mengarah pada
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sangat diperlukan di dunia
kerja. Ditambah lagi dengan pengalaman yang diperoleh selama praktik
kerja industri yang turut berperan penting dalam membentuk
kemampuan siswa.
Menurut Clarke & Winch (2007:62) mengungkapkan bahwa
“Pendidikan kejuruan adalah sebuah upaya pengembangan sosial
ketenagakerjaan, pemeliharaan, percepatan dan peningkatan kualitas
tenaga kerja tertentu dalam rangka peningkatan produktivitas
masyarakat. Sedangkan menurut Djohar A (2007: 376) menyatakan
“Pendidikan kejuruan adalah suatu program pendidikan yang
menyiapkan individu siswa menjadi tenaga yang profesional dan siap
untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.”
Berdasarkan beberapa uraian dari tujuan pendidikan kejuruan
tersebut dapat disimpulkan bahwa disamping menyiapkan tenaga kerja
yang kompeten dan profesional SMK juga menyiapkan siswa untuk dapat
menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau perguruan
tinggi. Siswa nantinya dapat memilih program studi sesuai dengan
bidang keahlian ataupun memilih program studi sesuai dengan keinginan
masing-masing.

2. Minat
a. Pengertian Minat
B. Hurlock (1999: 114) “menyampaikan bahwa minat merupakan
sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang
mereka inginkan bila bebas memilih. Semakin sering minat mereka
diekspresikan dalam kegiatan, semakin kuatlah minat untuk menjadi
lebih dari sebelumnya. Sedangkan menurut Slameto (2010: 180) “minat
adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat terhadap suatu hal merupakan
hasil belajar dan mendukung proses belajar selanjutnya.
Minat yang dimiliki oleh setiap individu memiliki peran tersendiri
yang mampu menjadikan antara individu memiliki perbedaan tersendiri
dengan individu lainnya. Minat tidak dapat dengan mudah langsung
diketahui. Agar dapat dengan mudah mengetahui bahwa seseorang
memiliki minat atau tidak terhadap suatu hal, benda ataupun kegiatan
dapat dilihat melalui beberapa ciri–ciri yang dapat menunjukan apakah
seseorang memiliki minat atau tidak terhadap suatu hal yang dihadapi
(Hurlock dalam Susanto, 2016: 62).
Djaali, (2007: 121), menyatakan bahwa minat adalah rasa lebih
suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh. Sedangkan menut Hilgar yang dikutip oleh Slameto (2010:
57), minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang,
diperlihatkan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi
bebeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak
dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan
senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari
situ diperoleh kepuasan.
Menurut Muhibbin Syah (2011: 152), “minat berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu”. Menurut Sardiman (2011) Minat memiliki arti yaitu
selaku bentuk kejadian pada seseorang ketika setelah mereka
menemukan ciri atau arti pada keadaan yang berkaitan dengan keinginan
maupun kebutuhan individu. Sehingga yang dilihat secara tidak
langsung oleh seseorang akan mempunyai suatu hubungan bahkan dapat
mempengaruhi kepentingan yang ada pada diri orang tersebut.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa minat dalam penelitian ini adalah kecenderungan pada diri
seseorang yang ditandai dengan adanya rasa senang atau ketertarikan
terhadap objek tentu disertai dengan pemusatan perhatian kepada objek
tersebut dan keinginan untuk terlibat dalam aktivitas objek tertentu.
Sehingga mengakibatkan seseorang mempunyai keinginan untuk terlibat
atau berkecimpung dalam suatu objek tertentu karena dirasakan
bermakna pada dirinya sendiri sehingga ada harapan dari objek yang
dituju.
b. Pentingnya minat
Dalam kehidupan manusia minat merupakan hal yang penting
karena minat dapat mempengaruhi seberapa besar perhatian seseorang
terhadap kegiatan yang dilakukan baik dalam bidang pendidikan maupun
bidang yang lainnya. Namun pada kenyataannya setiap indivdu
mempunyai tingkat minat yang berbeda, hal ini mempengaruhi oleh
banyak faktor seperti: lingkungan sosial, keluarga, teman, serta faktor
lainnya. Pada semua usia minat mempunyai peranan penting dalam
kehidupan seseorang. Minat tersebut nantinya akan mempunyai dampak
yang besar terhadap sikap dan perilaku seseorang. Seseorang yang
mempunyai minat yang tinggi terhadap suatu aktivitas atau kegiatan
tertentu baik itu yang berbentuk permainan ataupun pekerjaan maka dia
akan berusaha keras untuk belajar dan aktif dalam aktivitas tersebut
dibandingkan dengan orang yang mempunyai minat yang rendah tehadap
aktivitas atau kegiatan (Anjas Careca, 2013: 13).
Pada semua usia minat memainkan peran yang penting dalam
kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku
dan sikap. Anak yang berminat terhadap suatu kegiatan, baik permainan
ataupun perkerjaan akan berusaha keras untuk belajar dibandingkan anak
yang kurang minat. Minat mempengaruhi bentuk instensitas aspirasi
anak, ketika anak mulai berfikir tentang pekerjaan mereka menentukan
apa yang harus dilakukan bila mereka dewasa. Menurut Elizabeth. B.
Hurlock (1999: 145), dinyatakan sebagai berikut: “Minat menambahkan
kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang. Bila anak
berminat pada suatu kegiatan pengalaman mereka akan jauh lebih
menyenangkan dari pada mereka yang sering merasa bosan”.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat
Minat pada seseorang akan suatu obyek atau hal tertentu tidak akan
muncul dengan sendirinya secara tiba-tiba dalam diri individu. Minat
dapat timbul pada diri seseorang melalui proses. Dengan adanya
perhatian dan interaksi dengan lingkungan maka minat tersebut dapat
berkembang. Banyak faktor yang mempengaruhi minat seseorang akan
hal tertentu. Sehingga mina tantara seseorang dengan yang lain itu
berbeda.
Menurut Adityaromantika (2010: 12), faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi minat dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Faktor Internal (Dari Dalam)
Faktor internal adalah sesuatu yang membuat seseorang
berminat yang datangnya dari dalam diri. Menurut Reber (Muhibbin
syah, 2011: 151), fakto internal tersebut adalah perhatian,
keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Sedangkan menurut Siti
Rahayu Haditono (Dwi Hari Subekti, 2007: 8), faktor dari dalam
(intrinsik) yaitu bahwa sesuatu perbuatan memang diinginkan karena
seseorang senang melakukannya. Disini minat datang dari dalam diri
orang itu sendiri. Orang melakukan perbuatan itu demi perbuatan itu
sendiri. Seperti : rasa senang, mempunyai perhatian lebih, semangat,
motivasi, emosi.
2) Faktor Eksternal (Dari Luar)
Faktor eksternal adalah sesuatu yang membuat siswa berminat
yang datangnya dari luar diri, seperti : dorongan dari orang tua,
dorongan dari guru, rekan, tersedianya prasarana dan sarana atau
fasilitas dan keadaan lingkungan. Sedangkan menurut Siti Rahayu
Haditono (Dwi Hari Subekti, 2007: 8), faktor dari luar (ekstrinsik)
bahwa suatu perbuatan dilakukan atas dorongan atau pelaksanaan
dari luar. Orang melakukan perbuatan itu karena ia didorong atau
dipaksa dari luar. Seperti : lingkungan, orang tua, guru.
Menurut Totok Santoso (dalam Wahyuni, 2002: 28), faktor yang
mempengaruhi tumbuh kembangnya minat adalah sebagai berikut:
1) Motivasi dan cita-cita, adanya cita-cita dan dukungan oleh motivasi
yang kuat dalam diri seseorang maka akan dapat membesarkan minat
orang itu terhadap suatu objeknya. Sebaliknya apabila cita-cita dan
motivasi tidak ada maka minat sulit ditumbuhkan.
2) Sikap terhadap suatu objek, sikap senang terhadap objek dapat
membesarkan minat seseorang terhadap objek tertentu. Sebaliknya
jika sikap tidak senang akan memperkecil minat seseorang.
3) Keluarga, keadaan keluarga terutama kedaaan sosial ekonomi dan
pendidikan keluarga dapat mempengaruhi minat seseorang terhadap
objek tersebut.
4) Fasilitas, tersedianya fasilitas yang mendukung akan menjadikan
minat seseorang terhadap suatu objek menjadi lebih besar.
5) Teman pergaulan, teman pergaulan yang mendukung misalnya
diajak kompromi terhadap suatu hal yang menarik perhatianya maka
teman tersebut dapat lebih meningkatkan minatnya, tetapi teman
yang tidak mendukung mungkin akan menurunkan minat seseorang.
Dapat disimpulkan bahwa minat seseorang dapat dipengaruhi dua
faktor, yaitu faktor dari dalam (internal) yang meliputi perhatian,
motivasi, kebutuhan, keingintahuan, semangat, emosi, perasaan senang,
aktivitas dan faktor dari luar (eksternal) yang meliputi lingkungan, orang
tua, teman, guru, dan fasilitas.

3. Lingkungan keluarga
Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Sadulloh 2010:188)
menyatakan bahwa lingkungan keluarga adalah “pusat pendidikan” yang
pertama dan terpenting, karena semenjak munculnya peradaban
kemanusiaan hingga sekarang, lingkungan kehidupan keluarga sangat
berpengaruh atau merupakan tempat yang subur bagi tumbuh kembangnya
budi pekerti dalam diri seseorang. Menurut Hasbullah (2006: 38)
“lingkungan keluarga adalah pendidikan anak yang pertama karena dalam
keluarga inilah anak pertama kalinya mendapat didikan dan bimbingan,
juga dikatakan yang utama karena sebagian besar dari kehidupan anak
adalah dalam keluarga.” Lingkungan keluarga juga memiliki peranan yang
signifikan dalam meningkatkan minat siswa untuk melanjutkan studi ke
perguruan tinggi. Hasbullah (2005: 13) mengungkapkan bahwa
“lingkungan keluarga ialah situasi yang utama dan sejak awal kehidupan
pada anak yang telah memberikan edukasi atau pendidikan.” Selain itu,
keluarga merupakan tempat pusat edukasi pertama dan utama, dikarenakan
melalui keluarga karakter seorang nantinya akan terbentuk secara alami.
Keluarga sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan utama,
mengandung arti bahwa anak pertama kali mengenal dan menerima
pendidikan dari keluarga, yaitu orang tua mereka dan seluruh personal
yang ada di keluarga tersebut. Pengaruh dan fungsi pendidikan pada
keluarga sangat penting, yaitu mengawali pembentukan pribadi yang
kuat, membentuk keyakinan agama, moral dan nilai budaya yang
berlaku pada keluarga dan warga masyarakat
Menurut Dalyono (2010: 19) keluarga meliputi Bapak, Ibu serta
anak yang berperan sebagai penghuni rumah. Keluarga yang merupakan
tempat bertumbuh dan berkembangnya anak akan berpengaruh terhadap
pola kepribadian mereka terutama keadaan sosial dan ekonomi rumah
tangga, tingkat kemampuan orang tua serta pengertian orang tua
mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jasmani anak.
Sedangkan tingkat pendidikan orang tua memiliki pengaruh besar terhadap
perkembangan karakter, sikap dan akademiknya.
Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta famili yang menjadi
penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua,
besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan
orang tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua, akrab atau tidaknya
hubungan orang tua dengan anak-anak, tenang atau tidaknya situasi dalam
rumah, semuanya itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak
(Dalyono, 2010:23). Faktor keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini
meliputi pendidikan oleh keluarga, hubungan dengan keluarga, keadaan
keluarga, kondisi perekonomian, pemahaman keluarga, dan latar belakang
kebudayaan.
Menurut Slameto (2010: 45) menyatakan bahwa “Seorang anak akan
memperoleh beberapa indikator pengaruh yang akan diterimanya dari
keluarga yang berupa: keadaan rumah tangga, bagaimana orang tua
mendidik anak, hubungan dengan anggota keluarga lain, situasi
perekonomian keluarga, pemahaman orang tua, dan motif kebudayaan.”
Apabila faktor yang telah disebutkan tadi dapat dijalankan dengan baik
dan sesuai dengan peranan masing masing, dapat dimungkinkan bahwa
kondisi tersebut bisa mendorong ketertarikan anak untuk melanjutkan
pendidikan yang lebih baik dan lebih tinggi lagi. Slameto (2010: 60) juga
mengungkapkan bahwa “siswa yang belajar dapat menerima pengaruh
dari lingkungan keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara
anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi
keluarga.”
Beberapa alasan tentang pentingnya peran keluarga terhadap
perkembangan anak menurut Syamsu Yusuf (2011: 23-24) meliputi:
1) Keluarga adalah suatu kelompok sosial yang menjadi pusat
identifikasi anak untuk pertama kalinya
2) Keluarga adalah lingkungan yang mengenalkan nilai-nilai kehidupan
kepada anak untuk pertama kalinya
3) Orang tua dan anggota keluarga lainnya adalah “significant people”
bagi tumbuh kembangnya kepribadian anak
4) Keluarga merupakan institusi yang memfasilitasi kebutuhan dasar
seseorang.
5) Sebagian besar waktu yang dihabiskan anak adalah dilingkungan
keluarga.
Adapun salah satu faktor yang memegang peranan sangat penting
dalam hal kelanjutan studi bagi siswa adalah kondisi ekonomi orang tua.
Menurut Abdulsyani (2007: 90) mengatakan bahwa “sosial ekonomi
merupakan posisi atau kedudukan kelas sesorang dalam suatu kelompok
manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, tingkat pendidikan,
pendapatan, jabatan dan rumah tinggal. Sedangkan Soekanto (2001: 75)
menjelaskan bahwa “sosial ekonomi merupakan posisi atau kedudukan
seseorang dalam masyarakat yang berkaitan dengan orang lain dalam arti
lingkungan pergaulan, prestasi, dan hak-hak serta kewajibannya dalam
hubunganya dengan sumber daya.
Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan dapat
disimpulkan bahwa lingkungan keluarga adalah suatu lingkungan dimana
seorang anak dididik untuk menjadi pribadi yang baik sehingga ia dapat
mengaktualisasikan apa yang didapatkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Lingkungan keluarga juga sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang
minat dalam diri anak untuk melanjutkan studi.
4. Lingkungan Sekolah
Sekolah dapat diartikan sebagai suatu tempat bertemu untuk
melakukan kegiatan belajar-mengajar pada waktu yang telah disediakan,
yaitu peserta didik sebagai penerima pelajaran dan guru yaitu pendidik
memberi layanan belajar. Sekolah adalah kerjasama sejumlah orang yang
menjalankan seperangkat fungsi mendasar untuk melayani kelompok
umur tertentu dalam ruang kelas yang pelaksanaannya dibimbing oleh
pendidik (guru) melalui kurikulum yang bertingkat untuk mencapai tujuan
intruksional dengan terikat akan norma dan budaya yang mendukungnya
sebagai suatu sistem dengan nilai (Sagala, 2010: 41)
Menurut Imam Supardi (2003: 2) mengatakan bahwa “Lingkungan
Sekolah merupakan jumlah seluruh benda hidup dan mati serta semua
kondisi yang ada dalam ruang yang sedang kita tempati.” Sedangkan
menurut Syamsu Yusuf (2000: 54) “sekolah adalah lembaga pendidikan
formal yang melaksanakan program bimbingan secara sistematis,
pengajaran, dan pelatihan yang bertujuan membantu siswa atau peserta
didik agar mampu mengembangkan potensinya dengan baik yang
menyangkut aspek moral, intelektual, emosional, spiritual dan aspek
sosial.” Senada dengan Hasbullah (2012: 46) yang menyatakan bahwa
“Lingkungan sekolah merupakan lembaga pendidikan formal, sistematis,
teratur, bertingkat dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat
(mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi).
Sofan Amri (2011: 106) berpendapat bahwa “sekolah merupakan
lingkungan yang menunjang kesuksesan proses pendidikan, artinya secara
langsung dan tidak langsung sekolah itu memberikan sentuhan perlakuan
kepada anak didik. Lingkungan itu meliputi: 1) fisik yaitu bangunan,
sarana, prasarana dan guru atau pembimbingnya, 2) non fisik yaitu
kurikulum, norma, serta pembiasaan nilai – nilai positif kehidupan yang
dilaksanakan di sekolah itu.
Dalyono (2010: 51) mengatakan bahwa bahwa “lingkungan sekolah
adalah bagian yang turut berpengaruh pada perkembangan serta
pertumbuhan siswa terlebih dalam kecerdasan berpikirnya.” Dari
kecerdasan tersebut, siswa dapat berpikir secara kritis dan dapat
menumbuhkan ketertarikannya untuk mengampu pendidikan ke tingkat
universitas. Lingkungan sekolah juga turut andil dalam membentuk pola
berpikir siswa karena adanya hal hal yang menunjangnya seperti
kelangkapan sarana belajar serta keadaan lingkungan yang kondusif
sehingga dapat membentuk lingkungan belajar yang menyenangkan.
Lingkungan sekolah merupakan suatu kondisi yang ada di lembaga
pendidikan formal yang melaksanakan program pengajaran, bimbingan,
dan latihan yang akan membantu siswa untuk mengembangankan potensi
belajarnya. Lingkungan sekolah menjadi salah satu faktor penting dalam
mempengaruhi prestasi belajar. Nana Sayodih Sukmadinata (2016: 164)
mengemukakan bahwa lingkungan sekolah juga memegang peranan
penting bagi perkembangan belajar para siswanya.
Pada lingkungan sekolah ada beberapa faktor yang dikemukakan
oleh Sukmadinata (2004: 61) yaitu mencakup aspek fisik seperti sumber
belajar siswa, media pembelajaran serta kelengkapan alat belajar. Aspek
sosial melibatkan interaksi siswa dengan temannya, interaksi siswa dengan
gurunya dan staf pegawai. Aspek akademis yaitu situasi sekolah serta
aktualisasi aktivitas belajar mengajar. Dalam hal ini indikator lingkungan
sekolah yang diambil adalah aspek sosial, seperti yang diungkapkan oleh
Syah (2010: 67) yaitu ada beberapa faktor yang mempengaaruhi minat
siswa dalam aspek sosial yaitu hubungan dengan guru dan hubungan
dengan teman sekelas.
Berdasarkan beberapa pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa
lingkungan sekolah merupakan seluruh bagian atau komponen yang ada
dalam sekolah, yang mana komponen tersebut sangat berpengaruh dalam
menunjang proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan.
Lingkungan sekolah juga turut berpengaruh dalam tumbuh kembangnya
minat siswa atau peserta didik untuk melanjutkan studi.
B. Penelitian yang relevan
Pada penelitian ini topik yang dikaji dan dibahas merupakan
penelitian yang telah ada sebelumnya dan tentunya dianggap relevan.
Berikut adalah penelitian tersebut antara lain:
1. Desy Rachmawati 2017 dengan judul “Minat Melanjutkan Studi ke
Perguruan Tinggi ditinjau dari Latar Belakang Sosial Ekonomi Orang
Tua dan Potensi Diri pada Siswa Kelas XI SMK Negeri Se-Kota
Semarang. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh sosial ekonomi orang tua dan potensi diri terhadap
minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi pada siswa Kelas XI SMK
Negeri se-Kota Semarang baik secara simultan maupun secara parsial.
Sampel yang digunakan adalah 100 siswa dari 5.067 populasi yang
diambil menggunakan rumus Slovin dan pembagian sampel
menggunakan teknik proportional cluster sampling. Analisis yang
digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi berganda.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh sosial ekonomi orang tua dan potensi diri terhadap minat
melanjutkan studi ke perguruan tinggi pada siswa kelas XI SMK Negeri
Se-Kota Semarang yang cukup signifikan baik secara simultan maupun
parsial.
2. Penelitian Sinta Armalita 2016 yang berjudul Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Minat Untuk Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi
Siswa Kelas Xll Jurusan Tata Boga, Di Smk Negeri 4 Dan Smk Negeri6
Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui faktor-
faktor internal yang mempengaruhi minat untuk melanjutkan studi ke
perguruan tinggi di SMK Negeri 4 dan SMK Negeri 6, (2) mengetahui
faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi minat untuk melanjutkan
studi ke perguruan tinggi di SMK Negeri 4 dan SMK Negeri 6.
Penelitian ini merupakan penelitian dskriptif dan menggunakan metode
kuantitatif. Pengambilan sampel menggunakan teknik Cluster Sampling
dan didapat jumlah sampel sebanyak 120 siswa dari 180 populasi.
Pengumpulan data menggunakan angket tertutup (kuesioner) dan
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) faktor-faktor
internal yang mempengaruhi minat untuk melanjutkan studi ke
perguruan tinggi di SMK Negeri 4 pada kategori sedang dengan mean
42,65 dengan persentase sebesar 90% dan faktor-faktor internal yang
mempengaruhi minat untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi di
SMK Negeri 6 pada kategori sedang dengan mean 44,73 dengan
persentase sebesar 95%; (2) faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
minat untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi di SMK Negeri 4
pada kategori sedang dengan mean 39,66 dengan persentase sebesar
93.33% dan faktorfaktor eksternal yang mempengaruhi minat untuk
melanjutkan studi ke perguruan tinggi di SMK Negeri 6 pada kategori
sedang dengan mean 40,18 dengan persentase sebesar 90%.
3. Penelitian Afib Munajib 2012 dengan judul Hubungan Antara Minat
Melanjutkan ke Perguruan Tinggi Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas
XII Jurusan Otomotif SMKN 2 Wonosari. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara prestasi belajar siswa
kelas XII dengan minat melanjutkan ke perguruan tinggi siswa di
Jurusan Otomotif SMKN 2 Wonosari. Pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik Proportional Random Sampling dan didapat jumlah
sampel sebanyak 87 siswa dari tiga kelas. Penelitian ini merupakan
penelitian korelasional yang menggunakan jenis penelitian Expost
facto. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif
dan analisis korelasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 1)
minat melanjutkan ke Perguruan Tinggi siswa berpotensi baik dalam
mendukung prestasi siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil interpretasi
skor minat melanjutkan ke Perguruan Tinggi sebesar 73,6% yang
berarti tinggi. 2) prestasi belajar termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini
dapat dilihat dari nilai raport siswa sebanyak 87 siswa (100%) di atas
nilai rata-rata. 3) ada hubungan yang positif dan signifikan sebesar
0,231 antara minat melanjutkan ke perguruan tinggi dengan prestasi
belajar siswa kelas XII di Jurusan Otomotif SMKN 2 Wonosari.

C. Kerangka Berpikir
Minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi adalah suatu rasa suka
yang terjadi pada diri sesorang untuk melanjutkan pendidikan mereka ke
jenjang yang lebih tinggi yaitu ke perguruan tinggi. Pendidikan di perguruan
tinggi merupakan kelanjutkan dari pendidikan menengah atas yang
diselenggarakan untuk menyiapkan siswa menjadi bagian dari struktur
masyarakat yang mempunyai akademis yang bagus dan memiliki keahlian
atau kemampuan profesional, sehingga dapat diterapkan dan dikembangkan
dalam ilmu pengetahuan serta teknologi.
Minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi disebabkan oleh
beberapa faktor lingkungan, baik lingkungan sekolah maupun lingkungan
keluarga yang memiliki sifat sosial dan ekonomi serta memiliki hubungan
dengan variabel pengajaran guru, teman sekelas, keadaan sosial ekonomi
keluarga, cara orang tua mendidik, latar kebudayaan orang tua, suasana
rumah tangga dan relasi antara anggota keluarga.
Diketahui permasalahan di SMK Negeri 2 wonosari yaitu minat siswa
untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi masih dipengaruhi oleh
lingkungan keluarga dan orang tua. Sebagian besar pihak keluarga
mengharapkan anaknya agar setelah lulus SMK bisa langsung bekerja.
Sedangkan di sekolah siswa kurang diberi pemahaman dan juga informasi
terkait dengan pergurungan tinggi. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian
terhadap variabel tersebut, guna untuk mengetahui pengaruh lingkungan
keluarga dan sekolah terhadap minat melanjutkan studi ke keperguruan
tinggi bagi siswa SMK Negeri 2 Wonosari. Berdasarkan pemaparan tersebut
maka diperoleh kerangka berpikir sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Keterangan:
Y = Minat Melanjutkan Studi (variabel terikat)
𝑋1 = Lingkungan Keluarga (variabel bebas)
𝑋2 = Lingkungan Sekolah (variabel bebas)
H1 = Pengaruh 𝑋1 terhadap Y
H2 = Pengaruh 𝑋2 terhadap Y
H3 = Pengaruh 𝑋1 dan 𝑋2 terhadap Y

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan dalam kajian teori dan
kerangka berfikir sebelumnya, hipotesis yang dapat diambil antara lain:
1. Ada pengaruh lingkungan keluarga terhadap minat melanjutkan studi ke
keperguruan tinggi bagi siswa SMK Negeri 2 Wonosari
2. Ada pengaruh lingkungan sekolah terhadap minat melanjutkan studi ke
keperguruan tinggi bagi siswa SMK Negeri 2 Wonosari
3. Ada pengaruh lingkungan keluarga dan sekolah secara bersama-sama
terhadap minat melanjutkan studi ke keperguruan tinggi bagi siswa
SMK Negeri 2 Wonosari

Anda mungkin juga menyukai