Anda di halaman 1dari 31

Kode/Nama Rumpun Ilmu: 307/Ilmu Kedokteran Dasar & Biomedis

Laporan Akhir Penelitian Dosen Pemula/Dasar/Terapan/Dasar


Unggulan Perguruan Tinggi

PENGETAHUAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


DALAM MENCEGAH TERJADINYA ANGINA LUDWIG

dr. I Nyoman Kertanadi, Sp.THT


197505072005011018/8820880018

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa


Maret 2021
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN DOSEN PEMULA
Judul penelitian :

Kode/Nama Rumpun Ilmu : 307/ Ilmu Kedokteran Dasar & Biomedis


Peneliti
a. Nama Lengkap : dr. I Nyoman Kertanadi, Sp.THT
b. NIDN : 197505072005011018/8820880018
c. Jabatan fungsional :
d. Program studi : Program Studi Pendidikan Dokter, Universitas Warmadewa
e. Nomor HP :
f. Alamat surel (e-mail) :
Anggota peneliti (1)
a. Nama Lengkap : dr. I Made Agus Hermanto
b. NIDN :-
c. Jabatan fungsional : Staf
d. Program studi :
Anggota peneliti (2)
a. Nama Lengkap :
b. NIDN :
c. Jabatan fungsional :
d. Program studi :
Jangka waktu pelaksanaan :
Biaya total :

Mengetahui, Denpasar, 04 Mei 2020


Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Ketua Peneliti,
Universitas Warmadewa

(dr. I Gusti Ngr. Anom Murdhana,Sp.FK) (Nama Ketua Pengusul)


NIK. 230 800 245 NIK/NIP
Menyetujui,
Kepala Lembaga Penelitian
Universitas Warmadewa

Prof. Dr. I Made Suwitra, S.H, M.H.


NIP. 196012311985031024

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL (jika ada)
DAFTAR GAMBAR (jika ada)
DAFTAR LAMPIRAN
I. RINGKASAN
Masalah prioritas mitra di bidang kesehatn adalah rendahnya pengetahuan mitra
tentang penyakit Angina Luwig, baik pengenalan gejala, cara penularan, cara pencegahan dan
cara pengobatannya. Selain di bidang kesehatan, mitra juga tidak mampu melakukan
perawatan pasien setelah dipulangan dari rumah sakit. Berangkat dari permasalahan prioritas
tersebut, diusulkan solusi pemecahan untuk masalah kesehatan adalah meningkatkan
pengetahuan mitra tentang penyakit angina Ludwig dengan cara memberikan penyuluhan
atau KIE tentang penyakit tersebut baik pengenalan gejala, penyebab, cara penularan, cara
pencegahan, dan pengobatannya. Untuk masalah dibidang perawatan, solusi yang diusulkan
adalah memberikan penyuluhan, pelatihan cara perawatan pasien di rumah, memberikan
bantuan alat/bahan yang mendukung kemampuan perawatan mitra dan memberikan
pendamping sampai mitra mampu melakukan perawatan pasien di rumah. Kegiatan
pengabdian ini akan dilakukan secara bertahap mulai dari persiapan yang disi dengan
kegiatan sosialisasi, pembuatan materi dan media yang dibutuhkan. Kegiatan berikutnya
adalah pelaksanaan pengabdian yang diisi dengan kegiatan penyuluhan, pelatihan, pemberian
bantuan alat/bahan, dan pendampingan. Pada akhir kegiatan akan dilakukan evaluasi untuk
menilai apakah mitra sudah mengetahui tentang penyakit pasien dan bisa merawat pasien
dirumah. Luaran wajib yang diusulkan berupa artikel yang akan dipublikan di WMMJ dan
luaran tambahan berupa berita di koran lokal Bali Nusa.

II. LATAR BELAKANG


Angina Ludwig merupakan selulitis diffusa yang potensial mengancam nyawa yang
mengenai dasar mulut dan region submandibular bilateral dan menyebabkan obstruksi
progresif dari jalan nafas. Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Wilhelm Frederick von
Ludwig pada tahun 1836 sebagai infeksi ruang fasial yang hampir selalu fatal (Ugboko et al.,
2005).
Menurut Lemonick (2002), penyakit ini termasuk dalam grup penyakit infeksi
odontogen, di mana infeksi bakteri berasal dari rongga mulut seperti gigi, lidah, gusi,
tenggorokan, dan leher. Karakter spesifik yang membedakan angina Ludwig dari infeksi oral
lainnya ialah infeksi ini harus melibatkan dasar mulut serta kedua ruang submandibularis
(sublingualis dan submaksilaris).
Faktor predisposisi pada pasien Angina Ludwig berupa karies dentis, perawatan gigi
terakhir, sickle cell anemia, trauma, dan tindikan pada frenulum lidah (Hartmann, 1999).
Selain itu penyakit sistemik seperti diabetes melitus, neutropenia, aplastik anemia,
glomerulositis, dermatomiositis dan lupus eritematosus dapat mempengaruhi terjadinya
angina Ludwig (Winters, 2003). Penderita terbanyak berkisar antara umur 20-60 tahun,
walaupun pernah dilaporkan terjadi pada usia 12 hari –84 tahun. Kasus ini dominan terjadi
pada laki-laki, 3-4 kali lebih banyak daripada perempuan. (Lemonick, 2002).

III. TINJAUAN PUSTAKA


1. ANGINA LUDWIG
1.1. Epidemiologi
Kebanyakan kasus Angina Ludwig terjadi pada individu yang sehat. Kondisi
yang menjadi faktor risiko yaitu diabetes mellitus, neutropenia, alkoholisme, anemia
aplastik, glomerulonefritis, dermatomiositis, dan lupus eritematosus sistemik. Umunya,
pasien berusia antara 20-60 tahun, tetapi ada yang melaporkan kasus ini terjadi pada
rentang usia 12 hari sampai 84 tahun. Laki-laki lebih sering terkena dibandingkan
dengan perempuan dengan perbandingan 3:1 atau 4:1. 2

1.2. Definisi
Angina Ludwig didefinisikan sebagai selulitis yang menyebar dengan cepat,
potensial menyebabkan kematian, yang mengenai ruang sublingual dan submandibular.
Umumnya, infeksi dimulai dengan selulitis, kemudian berkembang menjadi fasciitis, dan
akhirnya berkembang menjadi abses yang menyebabkan indurasi suprahioid,
pembengkakan pada dasar mulut, dan elevasi serta perubahan letak lidah ke posterior2,4
Wilhelm Fredrick von Ludwig pertama kali mendeskripsikan angina Ludwig ini
pada tahun 1836 sebagai gangrenous cellulitis yang progresif yang berasal dari region
kelenjar submandibula1,2,3

1.3. Anatomi Dan Fisiologi


Pengetahuan tentang ruang-ruang di leher dan hubungannya dengan fascia
penting untuk mendiagnosis dan mengobati infeksi. Ruang yang dibentuk oleh berbagai
fascia pada leher ini merupakan area yang berpotensi untuk terjadinya infeksi. Invasi dari
bakteri akan menghasilkan selulitis atau abses, dan menyebar melalui berbagai jalan
termasuk melalui saluran limfe.1,2,3,4,5
Ruang submandibular merupakan ruang di atas os hyoid (suprahyoid) dan m.
mylohyoid. Di bagian anterior, m. mylohyoid memisahkan ruang ini menjadi dua yaitu
ruang sublingual di superior dan ruang submaksilar di inferior. Adapula yang
membaginya menjadi tiga diantaranya yaitu ruang sublingual, ruang submental dan
ruang submaksillar. Infeksi dari gigi molar dan premolar pertama sering berhubungan
dengan ruang submandibular karena apeks akar dari gigi molar dan premolar berada di
superior otot mylohiod.2,6
Ruang submaksilar dipisahkan dengan ruang sublingual di bagian superiornya
oleh m. mylohyoid dan m. hyoglossus, di bagian medialnya oleh m. styloglossus dan di
bagian lateralnya oleh corpus mandibula. Batas lateralnya berupa kulit, fascia superfisial
dan m. platysma superficialis pada fascia servikal bagian dalam. Di bagian inferiornya
dibentuk oleh m. digastricus. Di bagian anteriornya, ruang ini berhubungan secara bebas
dengan ruang submental, dan di bagian posteriornya terhubung dengan ruang pharyngeal.
2,6

Gambar 1. Ruang submaksilar dibatasi oleh m. mylohyoid, m. hyoglossus, dan m.


styloglossus. (Dikutip dari kepustakaan 7)
Ruang submandibular ini mengandung kelenjar submaxillar, duktus Wharton, n.
lingualis dan hypoglossal, a. facialis, sebagian nodus limfe dan lemak.Ruang submental
merupakan ruang yang berbentuk segitiga yang terletak di garis tengah bawah
mandibula dimana batas superior dan lateralnya dibatasi oleh bagian anterior dari m.
digastricus. Dasar ruangan ini adalah m. mylohyoid sedangkan atapnya adalah kulit,
fascia superfisial, dan m. platysma. Ruang submental mengandung beberapa nodus
limfe dan jaringan. 2,6
Gambar 2. Anatomi dari ruang submandibular2 (Dikutip dari kepustakaan 7 )
Struktur lain yang terletak diruang sublingual adalah saluran wharton, kelenjar
ludah sublingual dan saraf hypoglossal, hal ini menjadi salah satu alasan mengapa
angina ludwig menyebabkan elevasi lantai mulut dan pembengkakan pada daerah
submandibular dan submental 2,6

1.4. Etiologi
Angina Ludwig paling sering terjadi sebagai akibat infeksi yang berasal dari gigi
geligi, tetapi dapat juga terjadi sebagai akibat proses supuratif nodi limfatisi servikalis
pada ruang submaksilaris.2
Angina Ludwig yang disebabkan oleh infeksi odontogenik, berasal dari gigi
molar kedua atau ketiga bawah. Gigi ini mempunyai akar yang berada di atas otot
milohioid, dan abses di lokasi ini dapat menyebar ke ruang submandibular1.Infeksi
yang menyebar diluar akar gigi yang berasal dari gigi premolar pada umumnya terletak
dalam sublingual pertama, sedangkan infeksi diluar akar gigi yang berasal dari gigi
molar umunya berada dalam ruang submandibular.6
Infeksi biasanya disebabkan oleh bakteri streptokokus, stafilokokus, atau
bakteroides. Namun, 50% kasus disebabkan disebabkan oleh polimikroba, baik oleh
gram positif ataupun gram negatif, aerob ataupun anaerob2.
Organism yang sering diisolasi pada pasien angina Ludwig yaitu Streptokokus
viridians dan Stafilokokus aureus. Bakteri anaerob juga sering terlibat, termasuk
bakteroides, peptostreptokokus, dan peptokokus. Bakteri gram positif lainnya yang
berhasil diisolasi yaitu Fusobacterium nucleatum, Aerobacter aeruginosa, spirochetes,
and Veillonella, Candida, Eubacteria, dan Clostridium species. Bakteri gram negative
yang berhasil diisolasi termasuk Neisseria species, Escherichia coli, Pseudomonas
species, Haemophilus influenzae, dan Klebsiella sp2.
Penyebab lain dari angina Ludwig yaitu sialadenitis, abses peritonsil, fraktur
mandibula terbuka, kista duktus tiroglossal yang terinfeksi, epiglotitis, injeksi intravena
obat ke leher, bronkoskopi yang menyebabkan trauma, intubasi endotrakea, laserasi
oral, tindik lidah, infeksi saluran nafas bagian atas, dan trauma pada dasar mulut2.
1.5. Patofisiologi
Infeksi gigi seperti nekrosis pulpa karena karies profunda yang tidak terawat dan
deep periodontal pocket, merupakan jalan bagi bakteri untuk mencapai jaringan
periapikal. Karena jumlah bakteri yang banyak, maka infeksi akan menyebar ke tulang
spongiosa sampai tulang kortikal. Jika tulang ini tipis, maka infeksi akan menembus dan
masuk ke jaringan lunak.
Penyebaran infeksi ini tergantung dari daya tahan jaringan tubuh.2,4,6
Penyebaran infeksi odontogen dapat melalui jaringan ikat (perkontinuitatum), pembuluh
darah (hematogen), dan pembuluh limfe (limfogen). Yang paling sering terjadi adalah
penjalaran secara perkontinuitatum karena adanya celah/ruang di antara jaringan yang
berpotensi sebagai tempat berkumpulnya pus. 2,4,6
Penjalaran infeksi pada rahang atas dapat membentuk abses palatal, abses
submukosa, abses gingiva, trombosis sinus kavernosus, abses labial dan abses fasial.
Penjalaran infeksi pada rahang bawah dapat membentuk abses sublingual, abses
submental, abses submandibular, abses submaseter dan angina Ludwig. 2,4,6 Ujung
akar molar kedua dan ketiga terletak di belakang bawah linea mylohyoidea (tempat
melekatnya m. mylohyoideus) dalam ruang submandibula, menyebabkan infeksi yang
terjadi pada gigi tersebut dapat membentuk abses dan pusnya menyebar ke ruang
submandibular, bahkan meluas hingga ruang parafaringeal. Abses pada akar gigi yang
menyebar ke ruang submandibula akan menyebabkan sedikit ketidaknyamanan pada
gigi, nyeri terjadi jika terjadi ketegangan antara tulang. 2,4,6
Angina Ludwig yang disebabkan oleh infeksi odontogenik, berasal dari gigi
molar kedua atau ketiga bawah. Gigi ini mempunyai akar yang berada di atas otot
milohioid, dan abses di lokasi ini dapat menyebar ke ruang submandibular1.Infeksi
yang menyebar diluar akar gigi yang berasal dari gigi premolar pada umumnya terletak
dalam sublingual pertama, sedangkan infeksi diluar akar gigi yang berasal dari gigi
molar umunya berada dalam ruang submandibular.6,9
Gambar 3. Ruang Submandibula
Sebuah infeksi dengan cepat menyebar dari ruang submandibula,sublingual dan
submental dan menyebabkan pembengkakan dan elevasi lidah dan indurasi berotot dari
dasar mulut.Ruang potensial terjadinya peradangan selulitis atau Angina Ludwig adalah
Ruang suprahiod yang berada antara otot-otot yang melekatkan lidah pada tulang hiod
dan otot milohiodeus, peradangan pada ruang ini menyebabkan kekerasan yang
berlebihan pada jaringan dasar mulut dan mendorong lidah keatas dan belakang dan
dengan demikian dapat menyebabkan obstruksi jalan napas secara potensial.3
Infeksi pada ruang submental biasanya terbatas karena ada kesatuan yang keras
dari fascia cervikal profunda dengan m. digastricus anterior dan os hyoid. Edema dagu
dapat terbentuk dengan jelas.2,4,6
Infeksi pada ruang submaksilar biasanya terbatas di dalam ruang itu sendiri,
tetapi dapat pula menyusuri sepanjang duktus submaksilaris Whartoni dan mengikuti
struktur kelenjar menuju ruang sublingual, atau dapat juga meluas ke bawah sepanjang
m. hyoglossus menuju ruang-ruang fascia leher. 2,4,6
Pada infeksi ruang sublingual, edema terdapat pada daerah terlemah di bagian
superior dan posterior sehingga mendorong supraglotic larynx dan lidah ke belakang,
akhirnya mempersempit saluran dan menghambat jalan nafas. 2,4,6
Penyebaran infeksi berakhir di bagian anterior yaitu mandibula dan di bagian
inferior yaitu m. mylohyoid. Proses infeksi kemudian berjalan di bagian superior dan
posterior, meluas ke dasar lantai mulut dan lidah. Os hyoid membatasi terjadinya proses
ini di bagian inferior sehingga pembengkakan menyebar ke daerah depan leher yang
menyebabkan perubahan bentuk dan gambaran “bull neck”. 2,4,6

1.6. Manifestasi Klinis


Pasien dengan Angina Ludwig biasanya memiliki riwayat ekstraksi gigi
sebelumnya atau hygiene oral yang buruk dan nyeri pada gigi. Gejala klinis yang
ditemukan konsisten dengan sepsis yaitu demam, takipnea, dan takikardi. Pasien bisa
gelisah, agitasi, dan konfusi. Gejala lainnya yaitu adanya pembengkakan yang nyeri
pada dasar mulut dan bagian anterior leher, demam, disfagia, odinofagia, drooling,
trismus, nyeri pada gigi, dan fetid breath. Suara serak, stridor, distress pernafasan,
penurunan air movement, sianosis, dan “sniffing” position2.
Pasien dapat mengalami disfonia yang disebabkan oleh edema pada struktur
vokalis.bau mulut, air liur berlebihan,disfagia, odynophagia dan susah bernapas Gejala
klinis ini harus diwaspadai oleh klinisi akan adanya gangguan berat pada jalan nafas2,6.
Stridor, kesulitan mengeluarkan secret,kecemasan, sianosis, dan posisi duduk
merupakan tanda akhir dari adanya obstruksi jalan nafas yang lama dan merupakan
indikasi untuk dipasang alat bantu pernafasan2.

1.7. Diagnosis Dan Pemeriksaan Penunjang


Pada pemeriksaan oral, elevasi dari lidah, terdapat indurasi besar di dasar mulut
dan di anterior lidah, dan pembengkakan suprahioid. Biasanya terdapat edema
submandibular bilateral. Pembengkakan pada jaringan anterior leher diatas tulang hyoid
sering disebut dengan bull’s neck appearance2.
Kewaspadaan dalam mengenal tanda-tanda angina Ludwig penting sangat
penting dalam diagnosis dan manjemen kondisi yang serius ini2,3. Terdapat 4 tanda
cardinal dari angina Ludwig, yaitu2:
1. Keterlibatan bilateral atau lebih ruang jaringan dalam
2. Gangrene yang disertai dengan pus serosanguinous, putrid infiltration tetapi sedikit
atau tidak ada pus
3. Keterlibatan jaringan ikat, fasia, dan otot tetapi tidak mengenai struktur kelenjar
4. Penyebaran melalui ruang fasial lebih jarang daripada melalui sistem limfatik
Adanya brawny induration di dasar mulut merupakan gejala klinis sugestif bagi
klinisi untuk melakukan tindakan stabilisasi jalan nafas dengan secepatnya diikuti
dengan konfirmasi diagnostik selanjutnya2.
Foto polos leher dan dada sering menunjukkan pembengkakan soft-tissue,
adanya udara, dan adanya penyempitan saluran nafas. Sonografi telah digunakan untuk
mengidentifikasi penumpukan cairan di dalam soft-tissue. Foto panorama dari rahang
menunjukkan focus infeksi pada gigi2.
Gambar 6. Foto Polos menunjukkan adanya pembengkakan supraglotik (tanda
panah)
Setelah patensi jalan nafas diamankan, CT scan dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi adanya pembengkakan soft-tissue, penumpukan cairan, dan gangguan
jalan nafas2. CT scan juga dapat menentukan luas abses retrofaringeal dan dapat
menolong untuk menentukan kapan alat bantu pernafasan diperlukan. MRI merupakan
pemeriksaan lain yang dapat dipertimbangkan pada beberapa pasien2.

Gambar 7. CT scan menunjukkan adanya pembengkakan supraglotik dan udara


dalam soft-tissue2

1.8. Diagnosis Banding


Diagnosis banding dari angina Ludwig yaitu edema angioneurotik, karsinoma
lingual, hematoma sublingual, abses kelenjar saliva, limfadenitis, selulitis, dan abses
peritonsil2.

1.9. Penatalaksanaan
Karena morbiditas dan mortalitas dari angina Ludwig terutama disebabkan oleh
hilangnya patensi jalan nafas, proteksi dari jalan nafas merupakan prioritas utama dalam
tatalaksana awal pasien ini1. Konsultasi anesthesiologist dan otolaringologis sangat
diperlukan dengan segera. Transfer pasien ke ruang operasi harus dipertimbangkan
sebelum manipulasi jalan nafas dimulai. Pasien yang tidak memerlukan kontrol jalan
nafas segera harus dimonitor terus menerus. Pada pasien yang sangat memerlukan
bantuan pernapasan, kontrol jalan nafas idealnya dilakukan di ruang operasi, untuk
dilakukan krikotiroidotomi atau trakeostomi jika diperlukan1.
Angina Ludwig lebih memerlukan trakeostomi dibandingkan infeksi lain yang
terjadi di leher dalam,Intubasi Nasotracheal saat pasien terjaga dapat menimbulkan
obstruksi jalan napas akut, persiapan untuk trakeostomi harus dilakukan dalam setiap
kasus bahkan ketika intubasi sedang dilakukan oleh anestesi yang terampil, Narkotika
sebaiknya dihindari karena menyebakan depresi pernapasan dan dapat memperburuk
kesulitan dalam ventilasi, beberapa penulis menganjurkan penggunaan anestesi
hirup6,11,12.
Apabila jalan nafas telah diamankan, administrasi antibiotik intravena secara
agresif harus dilakukan. Terapi awal ditargetkan untuk bakteri gram positif dan bakteri
anaerob pada rongga mulut,6. Pemberian beberapa antibiotik harus dilakukan, yaitu
penisilin G dosis tinggi dan metronidazol, klindamisin, sefoksitin, piperasilin-
tazobaktam, amoksisilin klavulanat, dan tikarsilin klavulanat. Meskipun masih menjadi
kontroversi, pemberian deksametason untuk mengurangi edema dan meningkatkan
penetrasi antibiotik dapat membantu6. Pemberian deksametason intravena dan nebul
adrenalin telah dilakukan untuk mengurangi edema saluran nafas bagian atas pada
beberapa kasus6,.
Pananganan yang terdiri dari Pembedahan insisi melalui garis tengah, dengan
demikian menghentikan ketegangan yang terbentuk pada dasar mulut, karena Angina
Ludwig merupakan selulitis, maka sebenarnya pus jarang diperoleh, sebelum insisi dan
drainase dilakukan, sebaiknya dilakuan persiapan terhadap kemungkinan trakeostomi
karena ketidakmampuan melakukan intubasi pada pasien seperti lidah yang
menyebakan obstruksi pandangan laring dan tidak dapat ditekan oleh laringoskop.2,6,9,12
Drainase surgikal diindikasikan jika terdapat infeksi supuratif, bukti radilogis
adanya penumpukan cairan didalam soft-tissue, krepitus, atau aspirasi jarum purulen.
Drainase juga diindikasikan jika tidak ada perbaikan setelah pemberian terapi
antibiotik2. Drainase ditempatkan di muskulus milohioid ke dalam ruang
sublingual.Mencabut gigi yang terinfeksi juga penting untuk proses drainase yang
lengkap.2,6,9
Untuk pemberian terapi medikamentosa pada pasien dengan kecurigaan Angina
Ludwig dapat diberikan Antibiotik Clindamycin 600-900 mg/Iv setiap 8 jam, atau
kombinasi penicillin dan metronidazole.Pemberian antibiotik dapat mengurangi
kematian akibat dari infeksi ruang leher dalam,tetapi infeksi pada ruang yang lebih
dalam dapat menimbulkan komplikasi yang fatal dan mengancam jiwa, setelah
pembentukan abses terjadi, operasi masih dianggap sebagai pengobatan yang utama,
sedangkan pemberian antibiotik digunakan pada infeksi awal.6,9,13

2. PENYULUHAN
2.1. Pengertian
Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari
sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud
perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan (Setiana. L, 2005)
penyuluhan dapat dipandang sebagai sesuatu bentuk pedidikan untuk orang dewasa.
Dalam bukunya A.W. Van den Ban dkk (1999) dituliskan bahwa penyuluhan
merupakan keterlibatan seseorang untuk melaukan komunikasi infomasi secara sadar
dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat
keputusan dengan benar.

2.2. Tujuan Penyuluhan


Menurut Effendy (1998) tujuan penyuluhan kesehatan adalah tercapainya
perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam memina dan memelihara
perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, terbentuknya perilaku sehat pada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik,
mental, dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku
perseorangan atau individu dan masyarakat dalam bidang kesehatan. Tujuan penyuluhan
adalah tercapanya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam
membna dan menerima perilaku sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal (Departemen Kesehatan RI, 1990)

2.3. Sasaran Penyuluhan


Dalam penyuluhan kesehatan dikenal 3 jenis sasaran antara lain adalah:
a. Individual : sasaran adalah bersifat perorangan dengan permasalahan yang lebih
spesifik.
b. Kelompok : kelompok sasaran dapat dalam jumlah besar disebut kelompok besar dan
jumlah kecil disebut kelompok kecil. Biasanya dengan ciri-ciri yang lebih spesifik.
c. Masa (public): sasaran masa adalah sasaran penyuluhan yang bersifat umum, dalam
arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial
ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya. Adapun metode yang cocok untuk
sasaran ini adalah ceramah umum (public speaking), pidato melalui media cetak,
tulisan di majalah atau koran (Notoadmodjo, 1984).
2.4. Metode Penyuluhan
Menurut pendapat Mounder dalam Suriatna (1987) menggolonggakan metode
penyuluhan menjadi 3 (tiga) golongan berdasarkan jumlah sasaran yang dapat di capai:
2.4.1. Metode berdasarkan pendekatan perseorangan
Dalam metode ini, penyuluh berhub ungan dengan baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan sasaran secara pororangan. Yang termasuk ke dalam
metode ini adalah :
a) Konseling
Konseling adalah suatu nama yang luas pengertiannya untuk beraneka ragam
prosedur guna menolong orang banyak agar mampu menyesuaikan diri, seperti
memberi nasehat, diskusi terapeutis, pengadministrasian, dan penfsiran tes dan
bantuan vokasional atau kejuruan.
b) Konsultasi
Konsultasi adalah suatu bentuk hubungan tolong menolong yang dilakukan
seorang profesional (konsultan) kepada konsele (keluarga atau individu) dalam
hubungannya menyelesaikan masalah.

2.4.2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok


Dalam hal ini, penyuluh berhubungan dengan sekelompok orang yang
menyampaikan pesannya. Beberapa metode pendekatan kelompok antara lain :
a) Ceramah
Ceramah adalah pidato atau penyampaian materi yang bertujuan untuk
memberikan nasehat atau petunjuk-petunjuk mengenai suatu topik atau materi,
dan terdapat audiens yang bertindak sebagai pendengar.
b) Simulasi
Simulasi adalah suatu proses peniruan dari sesuatu yang nyata beserta keadaan
sekelilingnya. Biasanya simulasi ini secara umum menggambarkan sifat-sifat
karakteristik kunci dari kelakuan sistem fisik atau sistem abstrak tertentu.
Simulasi adalah permainan yang direncanakan yang maknanya dapat diambil
untuk kepentingan sehari-hari. Metode simulasi dapat dilaksanakan untuk
memaknai masalah hubungan antar manusia (Supariasa, 2012).
c) Demonstrasi
Demonstrasi adalah penyajian pelajaran dengan cara memperagakan atau
mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi, atau benda tertentu
yang sedang dipelajari.

Sedangkan para ahli yang lain menggolongkan metode berdasarkan teknik


komunikasi dan berdasarkan indra penerimaan sasaran. Berdasarkan teknik
komunikasi, metode penyuluhan dibai menjadi 2 golongan, yaitu :
a) Metode penyuluhan langsung
Artinya para petugas penyuluhan, langsung bertatap muka dengan sasaran.
Misalnya anjangsana, kontak personal, demonstrasi, dll.
b) Metode penyuluhan tidak langsung
Dalam hal ini pesan yang disampaikan tidak secara langsung dilakaukan oleh
penyuluh teteapi melalui perantara atau media. Misalnya pertunjukan film atau
slide, siaran melalau radio atau televisi dan penyebaran
bahan tercetak.

3. PENGETAHUAN
3.1. Pengertian
Menurut Notoadmodjo (2007) Pengetahuan adalah hasil dari “tahu”dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (over behaviour).
Pengetahuan adalah berbagai hal yang diperoleh manusia melalui panca indera.
Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan inderanya untuk menggali benda
atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya
(Widjayanti, 2009).
3.2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan salah satu bagia
perilaku. Perubahan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu merupakan salah satu
tujuan penelitian.
Pengetahuan mencakup domain kognitif yang mempunyai 6 tingkatan antara lain :
3.2.1. Tahu
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah diajarkan
sebelumnya. Tahu juga tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
yang dipakai untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang telah dipelajari
antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan lain-lain.
3.2.2. Memahami
Adapun memahami merupakan kemampuan menjelaskan secara benar
tentang obyek yang akan diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
yang disebat benar.
3.2.3. Aplikasi
Aplikasi merupakan kemmpuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan
mampu menggunakan rums-rumus, metode, prinsip dalam konteks atau
situasi yang lain.
3.2.4. Analisis
Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek
kedalam komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan
masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya.
3.2.5. Sintesis
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi yang telah ada.
3.2.6. Evaluasi
Evaluasi yaitu berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap obyek, baik penilaian dengan kriteria sendiri maupun menggunakan
kriteria yang telah ada.
3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2010) faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain
yaitu :
3.3.1. Faktor pendidikan
Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka akan semakin mudah
untuk menerima informasi tentang obyek atau yang berkaitan dengan
pengetahuan. Pengetahuan umumnya dapat diperoleh dari informasi yang
disampaikan oleh orang tua, guru, dan media massa. Pendidikan sangat erat
kaitannya dengan pengetahuan, pendidikan merupakan salah satu kebutuhan
dasar manusia yang sangat diperlukan untuk pengembangan diri. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah untuk
menerima, serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi.
3.3.2. Faktor pekerjaan
Pekerjaan seseorang sangat berpengaruh terhadap proses mengakses
informasi yang dibutuhkan terhadao suatu obyek.
3.3.3. Faktor Pengalaman
Pengalaman seseorang sangat mempengaruhi pengetahuan, semakin banyak
pengalaman seseorang tentang suatu hal, maka akan semakin bertambah pula
pengetahuan seseorang akan hal tersebut.

3.4. Cara Mengukur Pengetahuan


Adapun pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang akan menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau
sampel. Pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kit ukur dapat kita sesuaikan dengan
tingkatan-tingkatan tesebut (Notoadmodjo, 1993).

IV. METODE
A. Langkah-langkah pelaksanaan :
Pelaksanaan pengandian ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1) Persiapan
Pada tahap persiapan akan dilakukan sosialisasi tentang pengabdian kepada mitra
termasuk tujuan dan kegiatan yang akan dilakukan.
2) Pelaksanaan Penyuluhan
Pelaksanaan KIE tentang penyakit yang diderita pasien akan dilakukan di RS Dharma
Kerti. Sasaran KIE adalah pasien dan keluarga yang menunggu. Materi yang
diberikan mencakup batasan, penyebab, gelaja, faktor risiko, cara pencegahan, dan
cara perawatan di rumah. KIE akan diberikan oleh dokter dan dibantu oleh perawat.
Pengukuran capian kegiatan akan dilakukan dengan pengukuran pretest-posttest.

Penentuan sampel

Persiapan kuesioner
penelitian

Pre test Penyuluhan

Dukungan kepada Mitra

Evaluasi Post test

B. Bentuk Dukungan kepada Mitra


3) Pemberian bahan/alat medis
Pemberian bantuan tensi meter, thermometer dan kotak P3K akan diserahkan di
rumah pasien yang akan dilakukan oleh perawat dan dokter umum
4) Pelatihan
Pelatihan cara pengukuran tekanan darah, suhu, dan melakukan perawatan gigi dan
mulut pada anggota keluarga akan dilakukan di rumah pasien dan akan diberikan oleh
Nurse dibantu oleh dokter umum. Pengukuran capian kegiatan akan dilakukan dengan
pengukuran pretest-posttest.
5) Pendampingan
Pendampingan akan dilakukan oleh Nurse dan dibantu oleh dokter umum seminggu
setelah pelatihan diberikan.
6) Evaluasi
Eveluasi akan dilakukan oleh dokter umum sebulan setelah pelaksanaan pengabdian.
Aspek yang dievaluasi mencakup pengetahuan, skil, dan keberlanjutan, serta manfaat
yang diperolah mitra.

C. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan 2 tahapan :
Tahap 1 :
Pasien dan atau pendamping/mitra dinilai mampu melakukan tujuan dari perawatan
kebersihan gigi dan mulut sebagai upaya untuk pencegahan terjadinya Angina Ludwig.
Kemampuan ini dilihat dari kemampuan mitra atau pasien sendiri memahami materi
pembelajaran yang diberikan melalui penyuluhan yang diberikan oleh tim melalui
peningkatan nilai pre test dan post test yang dilakukan.

Tahap 2 :
Evaluasi implementasi dari pengetahuan yang telah diberikan oleh tim. Evaluasi ini akan
dilakukan oleh perawat dan dokter pendamping. Evaluasi dikatakan berhasil jika pasien
telah mampu melaksanakan asuhan-asuhan yang telah diajarkan untuk melakukan
kebersihan gigi dan mulut untuk mencegah terjadinya Angina Ludwig dengan segala
dukungan yang telah diberikan oleh tim pendamping.

D. Bentuk partisipasi mitra


Partisipasi dari mitra yang diharapkan adalah kesediaan mitra menyisihkan waktu untuk
mengikuti kegaiatan pengabdian. Selanjutnya, setelah pelatihan diharapkan mitra
melanjutkan kegiatan yang sudah diberikan selama pengabdian.

E. Uraian tugas tim sesuai kepakatan.


Uraian tugas masing-masing anggota Tim disajikan sebagai berikut.

No Nama Tim Bidang Keahlian Uraian tugas


.
1 Dr I Nyoman Sp. THT-KL Bertanggungjawab terhadap
Kertanadi, perencanaan, persiapan, pelaksaan
Sp.THT-KL PKM dan pelaksanan Solusi 1.
Pemberian penyuluhan penyakit dan
penyusunan laporan.
2 Made Dwipayani Nurse/Keperawatan Bertanggungjawab terhadap
pelaksanaan Solusi 2, 3, dan 4.
3 dr. Svetlana Dokter umum Dilibatan pada perencanaan,
Solascriptura persiapan, pelaksanan, dan evaluasi
4 Admin Tenaga Bertanggungjawab terhadap
kependidikan kegiatan administrasi pelaporan dan
keuangan

V. HASIL
1. Karakteristik Sampel
Penelitian dilakukan terhadap 3 orang sampel. Masing-masing sampel merupakan
mitra/pendamping yang merupakan anggota keluarga terdekat dari pasien atau penanggung
jawab pasien dengan karakteristik sebagai berikut :
Mitra 1 :
Nama : Ni Made Sri Rahayu
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 21 Tahun
Alamat : Br. Dinas Samsam II, Ds. Samsam, Kerambitan, Tabanan
Pekerjaan : Karyawan Swasta

Mitra 2 :
Nama : I Nyoman Sunarta
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 61 Tahun
Alamat : Br. Pande, Ds. Kediri, Kediri, Tabanan
Pekerjaan : Petani

Mitra 3 :
Nama : Ni Komang Susanti
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 16 Tahun
Alamat : Br. Batusangihan, Ds. Gubug, Tabanan
Pekerjaan : Siswa

2. Evaluasi
2.1. Hasil Tingkat Pengetahuan
Berikut merupakan hasil peningkatan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan
mulut dalam upaya mencegah terjadinya Angina Ludwig :
SKOR PENGETAHUAN
NO MITRA
PRE TEST POST TEST
1 Mitra 1 55 75
2 Mitra 2 65 80
3 Mitra 3 60 80

Metode yang digunakan untuk memperoleh tingkat pengetahuan mitra adalah


menggunakan metode kuesioner yang terdapat beberapa pertanyaan yang harus dijawab.
Tingkat pengetahuan dinilai berdasarkan skor yang diperoleh oleh mitra. Tingkat
pengetahuan berdasarkan skor seperti yang dimaksud berikut ini :
a. Buruk : 40 – 55
b. Sedang : > 55 – 70
c. Baik : > 70 – 85
d. Sangat baik: > 85
Tingkat pengetahuan dinilai sangat penting dalam menjaga kesehatan gigi dan
mulut dalam upaya pencegahan terjadinya Angina Ludwig. Karena akan mempengaruhi
implementasi pendampingan pasien di rumah sampai akhirnya bisa melakukannya secara
mandiri dengan cara-cara yang telah disampaikan pada materi penyuluhan.

2.2. Skill dan Keberlanjutan


Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh tim pendamping
kepada pasien dan mitra. Diperoleh keterangan bahwa pasien sudah sangat memahami
pentingnya kesehatan gigi dan mulut dalam upaya pencegahan terjadinya penyakit
Angina Ludwig. Berkaca dari pengalaman pasien sendiri yang sebelumnya tidak terlalu
memahami cara yang benar dan baik untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut.
Pasien tentunya merasa sangat terbantu telah didukung penuh oleh tim
pendamping. Mulai sejak pemberian pengetahuan, dukungan alat kesehatan dan bahan-
bahan yang digunakan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut serta pendampingan dan
pengawasan terhadap berkelanjutan dari program penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
sebagai upaya untuk mencegah terjadinya panyakit sebelumnya (Angina Ludwig).
Proses berkelanjutan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut tetap dilakukan
sebagai upaya untuk mencegah kekambuhan penyakit serupa terulang kembali. Niat dan
tekad terus diupayakan, namun merubah sesuatu kebiasaan buruk memang tidaklah
mudah. Pasien dan mitra mengakui sendiri bahwa mengubah kebiasaan buruk
sebelumnya tidaklah mudah. Namun berbagai upaya tetap dilakukan untuk mendukung
proses berkelanjutan menjaga kebersihan gigi dan mulut tetap dilakukan.
Ada beberapa komponen evaluasi yang diamati oleh pendamping terhadap hasil
dari penyuluhan dan pendampingan yang dilakukan antara lain :

Tingkat
Kemampuan
No. Komponen Evaluasi
Tidak
Mampu
mampu
1 Memperagakan cara menggosok gigi yang benar
Mitra 1 √
Mitra 2 √
Mitra 3 √
2 Menyebutkan beberapa factor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut
Mitra 1 √
Mitra 2 √
Mitra 3 √

Secara sederhana pada tingkat awam dapat dikatakan mitra dan pasien sendiri
mampu memahami beberapa hal penting yang harus diketahui dalam menjaga kesehatan
gigi dan mulut.

VI. PEMBAHASAN
Angina Ludwig paling sering terjadi sebagai akibat infeksi yang berasal dari gigi
geligi, tetapi dapat juga terjadi sebagai akibat proses supuratif nodi limfatisi servikalis pada
ruang submaksilaris.2
Angina Ludwig yang disebabkan oleh infeksi odontogenik, berasal dari gigi molar
kedua atau ketiga bawah. Gigi ini mempunyai akar yang berada di atas otot milohioid, dan
abses di lokasi ini dapat menyebar ke ruang submandibular1.Infeksi yang menyebar diluar
akar gigi yang berasal dari gigi premolar pada umumnya terletak dalam sublingual pertama,
sedangkan infeksi diluar akar gigi yang berasal dari gigi molar umunya berada dalam ruang
submandibular.6
Pada 3 kasus yang ditemukan kepada pasien yang di rawat di RSU Dharma Kerti
terdapat karies pada masing-masing gigi molar ketiga bawah. Hal tersebut yang diduga
memicu terjadinya infeksi angina Ludwig. Kuman pasti penyebab infeksi odontogenik yang
terjadi pada 3 kasus tersebut tidak dapat diketahui oleh karena tidak dilakukan pemeriksaan
kultur. Penegakan diagnosis dan tatalaksana klinis yang dilakukan pada kasus Angina
Ludwig kepada ketiga kasus tersebut mengacu kepada teori dan pemberian antibiotic secara
empiris dengan pemberian antibiotic spektrum luas.
Pada kasus yang ditemukan dari ketiga pasien tersebut hamper semua menunjukan
gejala klinis yang khas pada kasus Angina Ludwig. Gejala pembekakan dan nyeri pada
daerah submandibua disertai demam adalah gejala klinis yang utama ditemukan pada pasien.
Dari hasil wawancara juga dapat disimpulkan untuk hygienitas oral pasien tidak baik.
Penegakan diagnostik hanya dilakukan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan lab darah
lengkap sederhana. Tidak dilakukan foto x ray untuk melihat komplikasi yang terjadi pada
muskuluskeletal pada region kepala.
Berangkat dari kasus yang terjadi kepada pasien, peneliti berkesimpulan kepada
permsalahan dasar yang telah diangkat menjadi masalah prioritas yang ditemukan kepada
pasien. Kebersihan atau hygienitas pada kesehatan gigi dan mulut adalah sebagai penyebab
utama penyakit ini terjadi. Ada beberapa hal yang peneliti harus pertimbangkan pada ketiga
kasus ini. Yang pertama adalah pengetahuan terhadap permasalahan hygienitas oral yang
dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (over behaviour). Pengetahuan adalah berbagai hal yang
diperoleh manusia melalui panca indera. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan inderanya untuk menggali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah
dilihat atau dirasakan sebelumnya (Widjayanti, 2009).
Cara mendapatkan pengetahuan bias dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
pendekatan non ilmiah seperti : intuisi, akat sehat, prasangka, penemuan dan coba-coba dan
berpikir kritis. Atau bias melalui pendekatan ilmiah, dengan menggunakan metode-metode
yang terukur dan terstruktur yang dapat menilai itu benar dan salah.
Pada penelitian ini, pengukuran pengetahuan menggunakan metode ilmiah
dengan pendekatan kuesioner. Dari hasil yang didapatkan, keseluruhan mitra atau
koresponden mempunyai pengetahuan yang buruk sampai sedang untuk tingkat pengetahuan
tentang kehatan gigi dan mulut dalam upaya mencegah terjadinya penyakit Angina Ludwig.
Berangkat dari permasalahan prioritas ini, peneliti melakukan pendampingan untuk
meningkatkan pengetahuan, dukungan alat dan bahan yang digunakan untuk menjaga
kebersihan gigi dan mulut serta pendampingan berkelanjutan yang dilakukan guna
meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut.
Tahap awal berangkat dari pengetahuan yang dimiliki oleh pasien pada tingkat
buruk dan sedang peneliti melakukan edukasi melalui penyuluhan dengan tujuan untuk
meningkatkan pengetahuan mitra guna memaksimalkan tujuan dari pendampingan untuk
menjaga kebersihan gigi dan mulut sebagai upaya pencegahan penyakit Angina Ludwig.
Edukasi dan penyuluhan dilakukan oleh tim mahasiswa yang ikut dalam pendampingan.
Menurut pendapat Mounder dalam Suriatna (1987) menggolonggakan metode
penyuluhan menjadi 3 (tiga) golongan berdasarkan jumlah sasaran yang dapat di capai
yaitu : 1. Metode berdasarkan pendekatan perseorangan antara lain : konseling, konsultasi, 2.
Metode berdasarkan pendekatan kelompok antara lain : ceramah, simulasi, demonstrasi.
Metode penyuluhan yang dilakukan oleh peneliti adalah melalui metode pendekatan
berdasarkan perseorangan melalui konseling kepada setiap mitra dan pasien. Konseling
kepada mitra dan pasien dilakukan pada jadwal terpisah menyesuaikan jadwal control dari
pasien tersebut. Metode konseling adalah suatu nama yang luas pengertiannya untuk
beraneka ragam prosedur guna menolong orang banyak agar mampu menyesuaikan diri,
seperti memberi nasehat, diskusi terapeutis, pengadministrasian, dan penfsiran tes dan
bantuan vokasional atau kejuruan.
Menurut Effendy (1998) tujuan penyuluhan kesehatan adalah tercapainya
perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam membina dan memelihara
perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal, terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental, dan
sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. Menurut WHO tujuan
penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan atau individu dan
masyarakat dalam bidang kesehatan. Tujuan penyuluhan adalah tercapanya perubahan
perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam membna dan menerima perilaku sehat,
serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Departemen
Kesehatan RI, 1990). Tujuan dari penyuluhan dan pendampingan berkelanjutan dianggap
berhasil karena terjadi peningkatan pengetahuan menjadi lebih baik yang dapat dilihat dari
post test yang dikerjakan oleh mitra. Pasien juga telah menerapkan perubahan perilaku yang
ditunjukan dari kebiasan sehari-hari dalam upaya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Sesuai
dengan tujuan penyuluhan yang dilakukan dan harapan perubahan perilaku yang didapatkan
sehingga kejadian terulang kembali untuk penyakit Angina Ludwig tidak terjadi.
Pendampingan berkelanjutan tetap dilakukan, namun pendampingan oleh tenaga
kesehatan pendamping sudah tidak dilanjutkan kembali. Pendampingan akan diteruskan oleh
mitra pasien, sehingga upaya pencegahan penyakit Angina Ludwig bisa tetap dilakukan
melalui peningkatan kebersihan gigi dan mulut.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan pada kasus yang diangkat dari sampel penelitian ini bahwa
penyebab Angina Ludwig adalah karies yang terjadi pada gigi molar. Karies tersebut muncul
oleh karena pasien tidak menerapkan kebiasaan menjaga kebersihan gigi dan mulut dalam
upaya meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. Prioritas permasalahan tepat diambil guna
merubah perilaku pasien dan memberikan pendampingan oleh peneliti sehingga tujuan
pemberian edukasi dan tujuan pendampingan tercapai.

2. Saran
Diharapkan penelitian ini tidak berhenti pada proses pendampingan oleh mitra saja.
Evaluasi berkelanjutan terkait perubahan perilaku yang dapat mempengaruhi situasi
lingkungan keluarga harus digali lebih lanjut. Dalam konteks penerapan perilaku hidup bersih
dan sehat akan dipengaruhi oleh lingkungan dan berbagai factor lain. Saran untuk penelitian
selanjutnya adalah agar menggali keterlibatan dan dukungan dari lingkungan dalam proses
edukasi dan perilaku hidup bersih dan sehat khususnya untuk mejaga kebersihan gigi dan
mulut.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


1. https://www.researchgate.net/publication/319226305_Ludwig's_Angina/link/
59a05c6da6fdcc1a31482dcd/download
2. Ramesh C, Suresh V, M. R. Ramesh B, G. Suresh K. Ludwig’s Angina – An emergency:
A case report with literature review. Journal of Natural Science, Biology and Medicine |
July 2012 | Vol 3 | Issue 2. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3510922/
3. Rachel B, Gottlieb, Alex K, Brit L. Diagnosis and management of Ludwig's angina: An
evidence-based review.
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0735675720311499
4. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
5. Pinton Setya Mustafa, Ndaru Kukuh Masgumelar.2022.Pengembangan Instrumen
Penilaian SIkap, Pengetahuan, dan Keterampilan dalam Pendidikan Jasmani dan
Olahraga.Mataram : Universitas Negeri Mataram
6. Mahaputri AR.2013.Angina Ludwig Pada Pasien Laki-Laki Dewasa Muda Karena
Infeksi Odontogen. Lampung : Universitas Negeri Lampung
7. Setiana L. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan masyarakat. Bogor(ID): Ghalia
Indonesia.

LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. KETERANGAN KELAIKAN ETIK
LAMPIRAN 2. DRAFT ARTIKEL
LAMPIRAN 3. LOG BOOK PENELITIAN
LAMPIRAN 4. SURAT TUGAS DOSEN DAN MAHASISWA
LAMPIRAN 5. SPJ LAPORAN KEMAJUAN/ AKHIR
SPJ LAPORAN KEMAJUAN/ AKHIR

PENGETAHUAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


DALAM MENCEGAH TERJADINYA ANGINA LUDWIG

Adapun tahap-tahap kegiatan yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:


Tahapan Kegiatan yang Kemajuan
No Hasil yang Dicapai
Direncanakan Sesuai Proposal Kegiatan
1 Perencanaan dan persiapan Sudah Sudah dilakukan penyusunan jadwal,
kegiatan penyuluhan dilakukan rencana kegiatan, materi penyuluhan
dan penyusunan pembiayaan
2 Pelaksanaan kegiatan dan Sudah Sudah dilakukan pemberian materi
evaluasi dilakukan penyuluhan, pelaksanaan pretest dan
posttest serta pemberian alat bantuan
kesehatan kepada mitra
Dst

Pembiayaan:
1 SPJ Laporan Kemajuan Rp 10.800.000,- 86,4%
2 SPJ Laporan Akhir Rp 1.700.000,- 13,6%
TOTAL Rp 12.500.000,- 100%
Rincian Pembiayaan (Laporan Kemajuan)

1. Peralatan
Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Jumlah Biaya
Pemakaian (Rp) (Rp)
Pembelian alat dan
bahan :
a. Tensimeter 3 550.000 1.650.000
b. Thermometer 3 50.000 150.000
c. Betadine kumur 3 23.199 69.597
100 ml
d. Sikat gigi 3 13.000 39.000
e. Pasta gigi 3 20.100 120.600
f. Tas Ramah 1 2.100 2.100
Lingkungan
g. Plastik Parcel 5 4.000 20.000
h. Betadine kumur 6 50.400 302.400
190 ml
i. Orslim cairan 3 48.300 144.900
pembersih mulut
j. Vitamin C The 6 82.000 492.000
Right C
Sub Total (Rp)
2. Sewa Laboratorium dan Alat
Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Jumlah Biaya
Pemakaian (Rp) (Rp)

Sub Total (Rp)


3. Akomodasi dan Transportasi
Kegiatan Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Jumlah Biaya
Pemakaian (Rp) (Rp)
Transportasi Nota 2 200.000 400.000
kegiatan analisis
situasi
Transportasi petugas Nota 3 200.000 600.000
dalam pembuatan
proposal
Transportasi petugas Nota 6 200.000 1.200.000
dalam kegiatan
penyuluhan
Transportasi petugas Nota 6 200.000 1.200.000
dalam kegiatan
pelatihan
Transportasi petugas Nota 6 200.000 1.200.000
dalam kegiatan
pendampingan
Transportasi petugas Nota 3 200.000 600.000
dalam kegiatan
evaluasi
Transportasi petugas Nota 5 200.000 1.000.000
dalam penyusunan
laporan
Transportasi rapat Nota 5 200.000 1.000.000
penyusunan artikel
Sub Total (Rp)
4. Lain-Lain
Material Justifikasi Volume Harga Satuan Jumlah Biaya
Pemakaian (Rp) (Rp)
Honor sekretaris 3 200.000 600.000
PKM

Sub Total (Rp) 10.790.597


TOTAL ANGGARANG YANG DIKELUARKAN
Rincian Pembiayaan (Laporan Akhir)

5. Peralatan
Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Jumlah Biaya
Pemakaian (Rp) (Rp)
Pembelian alat dan
bahan:
k.
l.
Sub Total (Rp)
6. Sewa Laboratorium dan Alat
Material Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Jumlah Biaya
Pemakaian (Rp) (Rp)

Sub Total (Rp)


7. Akomodasi dan Transportasi
Kegiatan Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Jumlah Biaya
Pemakaian (Rp) (Rp)
Biaya Perbanyak 10 eksp 50.000 500.000
Laporan Kemajuan
Biaya Perbanyak 10 eksp 75.000 750.000
Laporan Akhir
Biaya Pembuatan 1 paket 450.000 450.000
Video Kegiatan
Sub Total (Rp)
8. Lain-Lain
Material Justifikasi Volume Harga Satuan Jumlah Biaya
Pemakaian (Rp) (Rp)

Sub Total (Rp) 1.700.000


TOTAL ANGGARANG YANG DIKELUARKAN 12.490.597

Anda mungkin juga menyukai