B1 - KRS C - 222151100 - Vira Pitriatunnazwa
B1 - KRS C - 222151100 - Vira Pitriatunnazwa
REGULATED LEARNING
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh
Vira Pitriatunnazwa
NPM 222151100
Oleh
Vira Pitriatunnazwa
NPM 222151100
Disahkan oleh:
YYYYYYYYYYYYY ZZZZZZZZZZZZZZZZZ
NIDN 99999999999 NIDN 11111111111
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah memberikan
nikmat iman dan nikmat islam serta berbagai nikmat dan pertolongan yang lainya,
penulis sangat merasa bersyukur atas kehidupan yang masih belangsung dengan segala
hal yang telah ditakdirkan. Diiringi berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan proposal peelitian dengan judul “Analisis Kemampuan Literasi
Matematk Ditinjau Dari Self Regulated Learning”. Sholawat beserta salam senantiasa
terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW kepada para keluarganya, para
sahabatnya dan kepada umatnya hingga akhir zaman. Amiin.
Penyusunan proposal penelitian ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
guna mengikuti ujian proposal penelitian.
Penulis menyadari bahwa dari segi bahasa dan teknik penyusunan proposal ini
masih jauh dari kata sempurna, semoga dengan adanya proposal penelitian ini dapat
menjadikan penulis menjadi lebih baik lagi dalam membangun pendidikan. Penulis
menyelesaikan penelitian ini tentu tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Untuk
itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. A.A Gde Somatanaya Drs., M.Pd., selaku dosen pembimbing 1 yang telah
memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis.
2. Siska Ryane Muslim S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing 2 yang telah
memberikan bimbingannya dan arahan kepada penulis.
3. H. Edi Hidayat, Drs., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Matematika.
4. Staf Dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan
banyak ilmu selama perkuliahan.
Besar harapan peneliti semoga apa yang telah diberikan mendapat imbalan berlipat
dari Allah SWT. Jazakumullahu khairan. Amiin. Peneliti sangat berharap semoga
proposal ini bermanfaat baik bagi peneliti pun bagi orang lain.
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Daftar Lampiran
Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejauh ini kita tahu bahwa literasi merupakan hal yang berkaitan dengan
keterampilan komunikasi tertulis, yang mencakup kemampuan membaca dan
menulis huruf. Namun saat ini keterampilan membaca, menulis dan berhitung
tidaklah cukup untuk menghadapi masalah yang semakin rumit dalam kehidupan
sehari-hari. Maka dari itu kemampuan yang lainnya juga perlu untuk
dimiliki.salah satunya yaitu kemampuan literasi matematik.
Kemampuan literasi matematik merupakan kemampuan yang mendukung
pengembangan kelima kemampuan matematis, yakni penalaran matematis,
representasi matematis, koneksi matematis, komunikasi matematis, dan
pemecahan masalah matematis yang harus dikuasai peserta didik setelah belajar
matematika. Literasi matematik menurut OECD (Organisation for Economic Co-
Operation and Development) (2013) merupakan kemampuan seseorang untuk
merumuskan, menggunakan, dan menafsirkan matematika dalam konteks yang
bervariasi.
Lange (2006) berpendapat bahwa siswa harus bisa memecahkan masalah
dunia nyata dengan menggunakan keterampilan dan kompetensi yang telah
mereka peroleh dari pendidikan dan pengalaman hidup. Sedangkan Ojose (2011)
berpendapat bahwa literasi matematis merupakan pengetahuan untuk mengetahui
dan menggunakan dasar matematika dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang
dengan kemampuan matematis yang baik memiliki kepekaan konsep-konsep
matematika mana yang relevan dengan fenomena atau problematika yang
dihadapinya. Dari kepekaan tersebut kemudian diteruskan dengan pemecahan
masalah dengan menggunakan konsep matematika.
Literasi matematik penting dibangun dalam diri peserta didik untuk
menunjukkan kemampuan peserta didik dalam merumuskan, menerapkan, dan
menafsirkan matematika dalam berbagai konteks. Literasi matematik disebut juga
sebagai kemampuan minimal di bidang matematika yang harus dimiliki
seseorang agar bisa bertahan dalam menghadapi tugas-tugas pada bidang
keahliannya. Maka literasi matematik ini mempermudah seseorang dalam
memahami kegunaan matematika dan menerapkannya untuk membuat keputusan
yang tepat sebagai seseorang yang berpikir.
Peneliti membatasi masalah yang diteliti untuk mencegah luasnya penelitian
yang dilakukan, maka masalah dibatasi dengan materi Sistem Persamaan Linear
Dua Variabel yang dipelajari di kelas VIII di SMP Terpadu Putri Riyadlul Ulum
Wadda’wah Tasikmalaya. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
dipakai dalam penelitian ini karena didalamnya banyak permasalahan matematika
yang sering dijumpai peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan literasi matematik peserta didik
antara lain peserta didik tidak terbiasa menghadapi soal yang bersubstansi
kontekstual, menurut penalaran, argumentasi dan kreativitas dalam
menyelesaikannya (Diyarko & Waluya, 2016).
Hal ini juga terjadi di salah satu SMP di Kota Tasikmalaya, yaitu di SMP
Terpadu Putri Riyadlul Ulum Wadda’wah. Berdasarkan hasil wawancara, pada
kegiatan pembelajaran di dalam kelas guru belum pernah memberikan soal
kemampuan literasi matematis, namun guru sering memberikan soal berbentuk
kontekstual. Dengan hasilnya hanya sebagian kecil peserta didik yang mampu
mengaitkan pengetahuan yang dimilikinya dengan masalah yang diberikan oleh
pendidik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik belum mampu
mengembangkan proses kemampuan literasi matematis.
Long (Kerlin, 1992) memandang belajar sebagai proses kognitif yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keadaan individu, konten, dan cara
penyajian. Salah satu sub-faktor penting dari keadaan individu yang
mempengaruhi belajar adalah kemandirian belajar (self regulated learning). Self
regulated learning merupakan salah satu soft skill matematik yang penting untuk
dimiliki peserta didik. Belajar menjadi bermakna apabila siswa berperan secara
aktif dalam proses belajar dan akhirnya mampu memutuskan apa yang akan
dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya tanpa ada keinginan siswa untuk
aktif terlibat dalam belajar, maka keberhasilan belajar tidak akan dicapai. Dengan
demikian dalam proses belajar, kemandirian belajaar siswa sangat diperlukan
seperti mengatur jam belajar sendiri, memilih kegiatan-kegiatan mana yang dapat
menunjang prestasi akademiknya, menyusun strategi-strategi dalam belajar dan
prilaku-prilaku lainnya yang menandakan bahwa siswa bertanggung jawab atas
dirinya sendiri.
Kemandirian belajar akan membantu siswa dalam menentukan tujuan yang
spesifik, menggunakan lebih banyak strategi belajar, memonitor sendiri proses
belajar dan lebih sistematis dalam mengevaluasi kemajuan siswa itu senidiri
(Santrock, 2008: 296). Kemampuan siswa dalam membuat rencana strategi
belajar dan tujuan yang ingin dicapai dalam belajar merupakan karakteristik
siswa yang memiliki kemandirian belajar atau dalam istilah lain kerap disebut
self regulated learning. Self regulated learning merupakan proses aktif siswa yang
melibatkan metakosnisi, motivasi, dan perilaku dalam proses belajar dan untuk
mencapai tujuan belajar yang diinginkan (Zimmerman, 1990:4)
Peserta didik yang memiliki self regulated learning (SRL) diantaranya
menunjukkan karakteristik seperti memiliki strategi untuk mengolah emosi secara
periodik memonitor kemajuan ke arah tujuan, menyesuaikan dan memperbaiki
strategi berdasarkan kemajuan yang telah dibuat, hal ini menunjukkan bahwa self
regulated learning begitu penting bagi peserta didik.
Namun pada faktanya fenomena yang ditemui dilapangan strategi untuk
memonitor kemajuan kearah tujuan masih dianggap kurang, dikarenakan
sebagian siswa belum dapat mengelola waktu belajar. Ini terlihat dari kurangnya
karakteristik self regulated learning yang dimiliki siswa seperti memiliki strategi
untuk mengolah emosi secara periodik memonitor kemajuan ke arah tujuan,
menyesuaikan dan memperbaiki strategi berdasarkan kemajuan yang telah dibuat.
Hal ini juga sejalan dengan hasil wawancara bahwa self regulated learning
pada siswa di SMP Terpadu Putri Riyadlul Ulum Wadda’wah masih kurang. Hal
ini terjadi karena beberapa faktor. Pandemi yang terjadi juga berpengaruh dalam
hal ini. Sebab sekolah sempat meliburkan untuk waktu yang lama, sehingga
ketika siswa sudah harus kembali ke sekolah (tatap muka) mereka harus
melakukan adaptasi ulang. Lamanya pembelajaran di rumah berdampak pula
pada kemandirian belajar peserta didik yang berkurang.
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, penulis tertarik
menganalisis kemampuan literasi matematis ditinjau dari self regulated learning
siswa pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) yang telah
dipelajari kelas VIII semester genap di SMP Terpadu Putri Riyadlul Ulum
Wadda’wah Tasikmalaya. Karena hal yang telah dipaparkan di latar belakang
maka judul penelitian dalam penelitian ini adalah “Analisis Kemampuan Literasi
Matematis ditinjau dari Self Regulated Learning”
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan
yang dapat dirumuskan adalah;
a. Bagaimana kemampuan literasi matematik berdasarkan self regulated
learning kelompok bawah?
b. Bagaimana kemampuan literasi matematik berdasarkan self regulated
learning kelompok tengah?
c. Bagaimana kemampuan literasi matematik berdasarkan self regulated
learning kelompok atas?
Definisi Operasional
Analisis
Analisis merupakan proses pengamatan yang dilaksanakan guna
memecahkan suatu masalah kompleks secara mendalam dengan cara
menyelidiki, mengurai, membedakan, mengelompokkan menurut kriteria
tertentu menjadi bagian-bagian kecil sehingga bisa lebih mudah dipahami.
Analisis pada penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan literasi
matematis ditinjau dari self regulated learning.
Kemampuan Literasi Matematik
Literasi matematik adalah kemampuan individu untuk merumuskan,
menggunakan, menafsirkan matematika dalam berbagai konteks termasuk
penalaran matematis dan menggunakan prosedur, fakta dan alat matematika
untuk menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi fenomena. Pada
penelitian ini, kemampuan literasi berpedoman pada aspek literasi matematis
menurut PISA yaitu; merumuskan (formulate); menggunakan (employ) konsep,
fakta, prosedur dan penalaran matematika; menafsirkan (interpret), menerapkan
dan mengevaluasi hasil dari suatu proses matematika.
Self Regulated Learning
Self regulated learning adalah sejauh mana dalam proses pembelajaran itu
peserta didik dapat ikut menentukan tujuan, bahan pengalaman belajar, serta
evaluasi pembelajarannya. Indikator-indikator Self Regulated Learning (SRL)
meliputi; insiatif dan motivasi belajar instrinsik; kebiasaan mendiagnosa
kebutuhan belajar; menetapkan tujuan/ target belajar; memonitori, mengatur,
dan mengkontrol belajar; memandang kesulitan sebagai tantangan;
memanfaatkan dan mencari sumber data yang relevan; memilih serta
menerapkan strategi belajar; mengevaluasi proses dan hasi belajar; konsep
diri/kemampuan diri.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk:
a. Menganalisis kemampuan literasi matematik berdasarkan self regulated
learning kelompok bawah.
b. Menganalisis kemampuan literasi matematik berdasarkan self regulated
learning kelompok tengah.
c. Menganalisis kemampuan literasi matematik berdasarkan self regulated
learning kelompok atas.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap
pembelajaran matematika khususnya untuk meningkatkan kemampuan literasi
matematik peserta didik terhadap materi matematika, serta dapat memotivasi
peserta didik agar dapat menumbuhkan self regulated learning dalam
pembelajaran khususnya, dan dalam segala aspek pada umumnya.
Manfaat Praktis
a. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dalam
mengetahui faktor-faktor rendahnya kemampuan literasi matematik dan self
regulated learning peserta didik sehingga guru dapat melakukan tindak
lanjut untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam aspek kognitif
maupun afektif.
b. Bagi peserta didik, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi
terhadap peserta didik tentang kemampuan literasi matematik yang dimiliki
peserta didik serta dapat meningkatkan self regulated learning.
c. Bagi peneliti, diharapkan hasil penelitian ini dapat memperluas wawasan
peneliti sebagai calon guru mengenai kemampuan literasi matematis dan
self regulated learning siswa.
d. Bagai peneliti lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur
dan referensi pada penelitian-penelitian yang akan datang yang
berhubungan dengan kemampuan literasi matematik dan self regulated
learning serta menjadi bahan kajian lebih lanjut.
Landasan Teoretis
Kajian Teori
Analisis
Istilah analisis berasal dari bahasa Yunani Kuno “analusis” yang
memiliki arti “melepaskan”. Dalam bentuk kalimat, analisis diartikan sebagai
sebuah proses pemeriksaan dan evaluasi dari data atau informasi yang kompleks
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk mempelajarainya lebih dalam dan
bagaimana bagian-bagian ini berhubungan satu sama lain.
Para ahli berpendapat diantaranya sebagai berikut; Komarudin
mendefinisikan analisis sebagai suatu tindakan berfikir dalam mengklarifikasi
satu keseluruhan yang koheren menjadi komponen-kompnen yang lebih kecil,
dengan maksud untuk mengenal hubungan setiap kompnen, serta fungsi dari
masing-masing komponen. Disamping pendapat Komarudin, adapula pendaat
Wiradi yang mengatakan bahwa arti analisis adalah suatu kegiatan memisahkan,
memilih dan mengklarifikasi sesuatu, yang kemudian dikelompokkan menurut
parameter tertentu. Setelah itu masing-masing komponen tersebut dicari
maknanya, ditafsirkan dan dicari kaitannya.
Dalam penelitian, analisis digunakan dengan tujuan tertentu. Menurut
Sugiyono (2019) analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep
dalam data sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi. Tujuan
analisis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kemamuan literasi
Kemampuan Literasi Matematik
Literasi matematik merupakan kapasitas individu untuk
memformulasikan menggunakan dan menafsirkan matematika dalam berbagai
konteks. Hal ini meliputi penalaran matematik dan penggunaan konsep,
prosedur, dan fakta untuk mendeskripsikan, menjelaskan, dan memprediksi
fenomena. Hal ini menuntun individu untuk menggali peranan matematika
dalam kehidupan dan membuat penilaian yang baik dan pengambilan keputusan
yang dibutuhkan oleh penduduk yang konstruktif dan reflektif.
Pengertian ini mengisyaratkan literasi matematik tidak hanya pada
penguasaan materi saja akan tetapi hingga pada penggunaan penalaraan,
konsep, fakta dan alat matematika dalam pemecahan masalah sehari-hari. Selain
itu literasi matematika juga menuntutseseorang untuk mengkomunikasikan dan
menjelaskan fenomena yang dihadapinya dengan konsep matematika.
Literasi matematik mempermudah seseorang dalam memahami
kegunaan matematika dan menerapkannya untuk membuat keputusan yang
tepat sebagai seseorang yang berpikir. Setiawan (dalam Kenedi & Helsa, 2017)
“literasi matematik diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk
merumuskan, menerapkan, dan menafsirkan matematika ke dalam berbagai
konteks, termasuk kemampuan untuk melakukan penalaran secara matematis
dan menggunakan konsep, prosedur, dan fakta untuk menggambarkan,
menjelaskan, menafsirkan fenomena atau kejadian”. Sehingga literasi matematis
dapat membantu individu untuk mengenal peran matematika di sunia nyata,
sebagai dasar pertimbangan dan penentuan keputusan yang dibutuhkan oleh
masyarakat.
Kemampuan literasi matematik tersebut mempermudah seseorang dalam
memahami kegunaan matematika dan menerapkannya untuk membuat
keputusannya yang tepat sebagai seseorang yang berpikir. Abidin, Mulyati &
Yunansah (2018) berpendapat bahwa kemampuan literasi matematik disebut
sebagai kemampuan minimal yang dimiliki seseorang di bidang matematika
yang bisa digunakan untuk bisa bertahan dalam menghadapi tugas-tugas pada
bidang keahliannya (p. 100)
Hasanah (2015) menyatakan bahwa literasi matematik adalah suatu
kemampuan seseorang untuk untuk menggunakan, menafsirkan, dan
merumuskan matematika dalam berbagai konteks, termasuk kemampuan
penalaran matematis dan menggunakan konsep, prosedur dan fakta untuk
menggambarkan, menjelaskan, dan memperkirakan suatu kejadian.
Seseorang yang memiliki kemampuan literasi matematis yang baik
memiliki kepekaan konsep-konsep matematika mana yang relevan dengan
fenomena atau masalah yang sedang dihadapinya. OECD (2013)
mengungkapkan bahwa literasi matematik adalah kemampuan individu untuk
merumuskan, menggunakan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai
konteks. Ini termasuk penalaran matematis dan menggunakan konsep, prosedur,
fakta dan alat matematika untuk menggambarkan, menjelaskan dan
memprediksi fenomena. Sedangkan Ojase (2011) berpendapat bahwa literasi
matematis menerapkan pengetahuan untuk mengetahui dan menggambarkan
dasar matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan literasi matematik yang dimiliki peserta didik dilihat dari
bagaimana cara peserta didik dalam menggunakan kemampuan dan keahlian
matematika untuk menyelesaikan permasalahan. Dalam proses pembelajaran
yang melibatkan beberapa aktivitas peserta didik. Proses literasi dan aktivitas
peserta didik adalah sebagai berikut seperti yang dikemukakan oleh (OECD,
2010, p. 100)
Fokus dari bahasan dalam definisi literasi matematik adalah keterlibatan
aktif dalam matematika, penggunaan konsep, prosedur, fakta dan alat-alat
matematika dalam menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi fenomena.
Secara khusus, kata kerja merumuskan, menerapkan, dan menafsirkan
merupakan tiga ttitik proses dimana peserta didik akan terlibat aktif dalam
pemecahan masalah (OECD, 2013).
1. Merumuskan situasi matematis : yaitu merumuskan situasi matematis
meliputi identifikasi peluang untuk menggunakan dan menerapkan
matematika utuk memahami atau memecahkan suatu masalah,
mengubahkan ke dalam bentuk soal matematika, menyediakan struktur dan
representasi matematika, mengidentifikasi variabel, dan membuat asumsi
sederhana.
2. Menggunakan matematika : melibatkan penggunaan konsep, fakta,
prosedur, dan penelitian matematika untuk mendapatkan solusi. Hal ini
meliputi pembuatan manipulasi ekspresi aljabar dan persamaan atau model
matematika lainnya, menganalisis informasi secara matematis dari diagram
dan grafik matematika, mengembangkan deskripsi dan penjelasan
matematika.
3. Menafsirkan matematika : yaitu merenungkan solusi matematika dan
menafsirkan solusi ke dalam konteks masalah, evaluasi solusi atau
penalaran matematika dalam kaitannya dengan konteks masalah dan
menentukan apakah solusi yang dihasilkan wajar dan masuk akal.
Selain tiga hal tersebut, OECD (2013) bahwa kemampuan proses
melibatkan tujuh hal penting antara lain; “Komunikasi; Matematisasi;
Representasi; Penalaran dan Argumen; Strategi untuk memcahkan masalah;
Penggunaan operasi dan bahasa symbol, bahasa formal, dan bahasa teknis;
Penggunaan alat matematika” (p. 30). Dari ketujuh hal penting dalam
kemampuan literasi matematis tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Komunikasi (Communication) yaitu kemampuan untuk
mengkomunikasikan persoalan dengan cara tertulis untuk menunjukkan
bagaimana persoalan tersebut dapat diselesaikan.
2. Matematisasi (Mathematizing) yaitu kemampuan mengubah masalah
dalam konteks dunia nyata ke dalam kalimat matematika atau menafsirkan
hasil penyelesaian atau model matematika ke dalam masalah konteks
dunia nyata.
3. Representasi (Representation). Literasi matematik melibatkan kemampuan
mempresentasika suatu obyek dan situasi matematika melalui aktivitas
memilih, menafsirkan, menerjemahkan, dan menggunakan berbagai
bentuk representasi untuk menyajikan suatu situasi dengan representasi
dalam bentuk grafik, tabel, diagram, gambar, persamaan, rumus, atau
benda-benda kongkret.
4. Penalaran dan pemberian alasan (Reasoning and Argument), yaitu
kemampuan melibatkan proses pemikiran secara logis untuk membuat
kesimpulan dari solusi permasalahan.
5. Strategi untuk memecahkan masalah (Devising Strategies for Solving
Problem). Literasi matematis memerlukan kemampuan dalam memilih
atau menggunakan berbagai strategi dalam menerapkan pengetahuan
matematis untuk dapat menyelesaikan masalah.
6. Penggunaan operasi dan bahasa symbol, bahasa formal, dan bahasa teknis
(Using Symbolic, Formal and Technical Language and Operation).
Literasi matematis memerlukan penggunaan operasi dan bahasa symbol,
bahasa formal, dan bahasa teknis yang melibatkan kemampuan
memahami, menafsirkan, memanipulasi, dan memaknai dari penggunaan
ekspresi simbolik di dalam konteks matematika.
7. Penggunaan alat matematika (Using Mathematics Tool). Literasi
matematis melibatkan kemampuan memerlukan penggunaan alat-alat
metamatika sebagai bantuan atau jembatan agar dapat menyelesaikan
masalah, misalnya melakukan pengukuran, operasi, dan sebagainya.
Dalam penelitian ini peneliti akan menganalisis kemampuan literasi
matematik pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) soal
yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa soal cerita.
Self Regulated Learning
Self regulated learning adalah kemampuan individu dalam mengatur
proses belajar yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi belajar, baik
dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk mencapai tujuan belajar.
Self regulated learning merupakan proses pembelajaran siswa secara
sistematis yang mengarahkan pada pikiran, perasaan, dan tindakan ke arah
pencapaian tindakan ke arah pencapaia tujuan (Zimmerman dan Schunk, dalam
Schunk, 2009; 19). Sedangkan menurut Santrock (2007;149) SRL adalah Self-
generation dan seflf-monitoring terhadap pikiran, perasaan, dan perilakunya
agar dapat meraih tujuan. Tujuan tersebut dapat bersifat akademik
(meningkatkan pemahaman bacaan, menjadi penulis yang baik, belajar
bagaimana mengalihkan, mengajukan pertanyaan yang relevan) dan dapat
bersifat sosio-emosional (mengontrol kemarahannya sendiri, berada bersama
kawan secara lebih nyaman). Siswa yang memiliki kemampuan SRL dapat
mengarahkan pikiran, perasaan dan tindakan untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapainya. Dalam hal ini siswa akan merencanakan kegiatan belajarnya
terlebih dahulu agar sesuai dengan target dan tujuan yang ingin dicapainya.
Hargis dan Kerlin (Sumarmo, Utari, 2011: 109) mendefinisikan “(self
regulated learning) atau disingkat SRL sebagai upaya untuk memperdalam dan
memanipulasi jaringan asosiatif dalam suatu bidang tertentu, dan memantau
serta meningkatkan proses pendalaman yang bersangkutan”. Kemudian Moree
(Rusman, 2012;365) mengemukakan “Self regulated learning pesera didik
adalah sejauh mana dalam proses pembelajaran itu siswa dapat ikut menentukan
tujuan, bahan, dan pengalaman belajar, serta evaluasi pembelajarannya”. Hal ini
menunjukkan bahwa self regulated learning merupakan suatu proses
pemantauan dan perancangan diri secara seksama terhadap proses kognitif dan
afektif dalam menyelesaikan suatu tugas pembelajaran, serta dapat mendorong
peserta didik untuk melakukan kegiatan belajarnya yang bertumpu pada
aktivitas dan tanggung jawab terhadap kegiatan belajar yang seharusnya
dilakukan. Self regulated learning diperlukan agar peserta didik mempunyai
tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya, selain itu dalam
mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan sendiri.
Self regulated learning diperlukan agar peserta didik mempunyai
tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya, selain itu dalam
mengembangkan kemampuan belajar atau kemauan sendiri. Sikap tersebut perlu
dimiliki oleh peserta didik karena hal tersebut merupakan ciri dari kedewasaan
orang terpelajar. Menurut Valle, et al (Latipah, Eva 2010: 2011) “Dalam proses
pembelajaran , peserta didik yang memiliki self regulated learning membangun
tujuan-tujuan belajar, mencoba memonitori, meregulasi, dan mengontrol
kognisi, motivasi, dan perilakukanya untuk mengontrol tujuan-tujuan yang telah
dibuat.” Sejalan dengan itu, Bistari (2010: 17) mengemukakan karakteristik self
regulated learning (SRL) matematika yaitu :
1. Inisiatif belajar
2. Mendiagnosa kebutuhan belajar
3. Menetapkan tujuan belajar
4. Memonitori, mengatur, dan mengontrol belajar
5. Memandang kesulitan sebagai tantangan
6. Memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan
7. Memilih dan menerapkan strategi belajar yang tepat
8. Mengevaluasi proses dan hasil belajar
9. Konsep diri, proses perancangan dan pemantauan diri yang seksama
terhadap proses kognisi, motivasi berprestasi, dan berprilaku akademik
berdasarkan tujuan belajar yang telah ditetapkan
Pengembangan sifat ini menunjukkan bahwa peserta didik dengan sifat
self regulated learning memiliki kemandirian dalam berpikir yang efektif serta
memiliki kemampuan mandiri dalam memilih strategi belajar untuk
mengarahkan seriap rencana yang dimilikinya selain itu selalu berusaha untuk
memelihara motivasi untuk selalu berusaha untuk memilihara semangat agar
tujuan yang dimilikinya tercapai. Self regulated learning sangat perlu dimiliki
oleh peserta didik. Berikut peranan pendidik dalam Self regulated learning yang
dikemukakan oleh Suryadi, Didi (2012: 55) disajikan dalam tabel berikut
Peranan Pendidik dalam Self Regulated Learning (SRL)
Peran Peserta Didik Peran Pendidik
1. Mengambil peran dalam 1. Menyediakan lingkungan
proses belajar belajar yang memungkinkan
2. Mendefinisikan tujuan belajar self regulated learning dalam
serta masalah yang bermakna belajar pada diri peserta didik
secara personal berkembang
3. Menumbuhkan motivasi diri 2. Menciptakan kesempatan
kebermaknaan tujuan, proses, untuk terjadinya self directed
dan keterlibatan dalam belajar activities, collaborative work,
4. Mempertimbangkan berbagai dan sharing of knowledge
pilihan strategi serta memilih 3. Membimbing peserta didik
strategi yang paling mungkin dalam hal bagaimana dalam
mencapai tujuan belajar
5. Menyadari serta melakukan 4. Bertindak sebagai fasilitator
monitor atas proses berpikir dan pembimbing
sendiri dan secara terus 5. Menjadi model, mediator dan
menerus mencoba pembina yang sesuai dengan
mengembangkannya kebutuhan peserta didik
6. Memperoleh makna serta 6. Membantu peserta didik
pengetahuan dan melakukan untuk menghubungkan
transfer atau aplikasi pada informasi baru dengan
pemecahan masalah yang pengetahuan sebelumnya
dihadapi secara kreatif 7. Membantu peserta didik
7. Berpikir secara reflektif untuk senantiasa
sebagai alat untuk memperbaiki dan
mengembangkan pendekatan mengembangkan strategi
kognitif dan transfer pemecahan masalah yang
pengetahuan digunakan
Sumber: Suryadi, Didi (2012: 55)
Kerangka Teoretis
Keberhasilan pembelajaran matematika dapat dilihat dari berbagai aspek,
diantaranya aspek kognitif dan aspek afektif. Literasi matematis adalah salah
satu kemampuan minimal yang harus dimiliki oleh seorang siswa, karena
literasi matematis ini mendukung pengembangan dari kemampuan matematis
(Abidin et al., 2018). Diharapkan dengan menguasai kemampuan literasi
matematis seseorang dapat memahami dan menyelesaikan permasalahan
matematis yang akan dihadapi.
Literasi matematis membantu seseorang untuk memahami peran atau
kegunaan matematika di dalam kehidupan sehari-hari sekaligus
menggunakannya untuk membuat keputusan-keputusan yang tepat. Seseorang
yang memiliki kemampuan literasi matematis yang baik memiliki kepekaan
konsep-konsep matematika mana yang relevan dengan fenomena atau masalah
yang sedang dihadapinya. Menurut OECD (2013) mengungkapkan bahwa
literasi matematis adalah kemampuan individu untuk merumuskan,
menggunakan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks. Ini
termasuk penalaran matematis dan menggunakan konsep, prosedur, fakta dan
alat.
Disamping itu dalam pembelajarannya peserata didik juga perlu memiliki
self regulated learning yang baik, menurut Moree (Rusman, 2012;365)
mengemukakan “Self regulated learning pesera didik adalah sejauh mana dalam
proses pembelajaran itu siswa dapat ikut menentukan tujuan, bahan, dan
pengalaman belajar, serta evaluasi pembelajarannya”. Hal ini menunjukkan
bahwa self regulated learning merupakan suatu proses pemantauan dan
perancangan diri secara seksama terhadap proses kognitif dan afektif dalam
menyelesaikan suatu tugas pembelajaran, serta dapat mendorong peserta didik
untuk melakukan kegiatan belajarnya yang bertumpu pada aktivitas dan
tanggung jawab terhadap kegiatan belajar yang seharusnya dilakukan. Self
regulated learning diperlukan agar peserta didik mempunyai tanggung jawab
dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya, selain itu dalam mengembangkan
kemampuan belajar atas kemauan sendiri.
Bandura (Sumarmo, Utari, 2014: 110) mengemukakan bahwa Self
regulated learning (SRL) sebagai kemampuan memantau perilaku sendiri, dan
merupakan kerja keras personality manusia. Bandura menyarankan tiga langkah
dalam melaksanakan SRL yaitu; mengamati dan mengawasi diri,
membandingkan posisi diri dengan standar tertentu, dan memberikan respon
sendiri (repon positif dan respon negatif).
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan maka ada hubungan antara
kemampuan literasi dengan self regulated learning. Oleh sebab itu, peneliti
melakukan penelitian untuk mendeskripsikan dan menganalisis kemampuan
OECDmatematis
literasi 2013 Sumarmo,
peserta didik. Adapun kerangka teoritisUtari
bisa dilihat pada
(2014)
gambar di bawah ini.
(