Anda di halaman 1dari 34

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK DITINJAU DARI SELF

REGULATED LEARNING

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian Proposal


di Jurusan Pendidikan Matematika

Oleh
Vira Pitriatunnazwa
NPM 222151100

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2023
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK DITINJAU DARI SELF


REGULATED LEARNING

Oleh
Vira Pitriatunnazwa
NPM 222151100

Disahkan oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

YYYYYYYYYYYYY ZZZZZZZZZZZZZZZZZ
NIDN 99999999999 NIDN 11111111111
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah memberikan
nikmat iman dan nikmat islam serta berbagai nikmat dan pertolongan yang lainya,
penulis sangat merasa bersyukur atas kehidupan yang masih belangsung dengan segala
hal yang telah ditakdirkan. Diiringi berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan proposal peelitian dengan judul “Analisis Kemampuan Literasi
Matematk Ditinjau Dari Self Regulated Learning”. Sholawat beserta salam senantiasa
terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW kepada para keluarganya, para
sahabatnya dan kepada umatnya hingga akhir zaman. Amiin.
Penyusunan proposal penelitian ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
guna mengikuti ujian proposal penelitian.
Penulis menyadari bahwa dari segi bahasa dan teknik penyusunan proposal ini
masih jauh dari kata sempurna, semoga dengan adanya proposal penelitian ini dapat
menjadikan penulis menjadi lebih baik lagi dalam membangun pendidikan. Penulis
menyelesaikan penelitian ini tentu tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Untuk
itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. A.A Gde Somatanaya Drs., M.Pd., selaku dosen pembimbing 1 yang telah
memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis.
2. Siska Ryane Muslim S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing 2 yang telah
memberikan bimbingannya dan arahan kepada penulis.
3. H. Edi Hidayat, Drs., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Matematika.
4. Staf Dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan
banyak ilmu selama perkuliahan.
Besar harapan peneliti semoga apa yang telah diberikan mendapat imbalan berlipat
dari Allah SWT. Jazakumullahu khairan. Amiin. Peneliti sangat berharap semoga
proposal ini bermanfaat baik bagi peneliti pun bagi orang lain.

Tasikmalaya, Maret 2021


Penulis,
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL

Halaman
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Daftar Lampiran

Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejauh ini kita tahu bahwa literasi merupakan hal yang berkaitan dengan
keterampilan komunikasi tertulis, yang mencakup kemampuan membaca dan
menulis huruf. Namun saat ini keterampilan membaca, menulis dan berhitung
tidaklah cukup untuk menghadapi masalah yang semakin rumit dalam kehidupan
sehari-hari. Maka dari itu kemampuan yang lainnya juga perlu untuk
dimiliki.salah satunya yaitu kemampuan literasi matematik.
Kemampuan literasi matematik merupakan kemampuan yang mendukung
pengembangan kelima kemampuan matematis, yakni penalaran matematis,
representasi matematis, koneksi matematis, komunikasi matematis, dan
pemecahan masalah matematis yang harus dikuasai peserta didik setelah belajar
matematika. Literasi matematik menurut OECD (Organisation for Economic Co-
Operation and Development) (2013) merupakan kemampuan seseorang untuk
merumuskan, menggunakan, dan menafsirkan matematika dalam konteks yang
bervariasi.
Lange (2006) berpendapat bahwa siswa harus bisa memecahkan masalah
dunia nyata dengan menggunakan keterampilan dan kompetensi yang telah
mereka peroleh dari pendidikan dan pengalaman hidup. Sedangkan Ojose (2011)
berpendapat bahwa literasi matematis merupakan pengetahuan untuk mengetahui
dan menggunakan dasar matematika dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang
dengan kemampuan matematis yang baik memiliki kepekaan konsep-konsep
matematika mana yang relevan dengan fenomena atau problematika yang
dihadapinya. Dari kepekaan tersebut kemudian diteruskan dengan pemecahan
masalah dengan menggunakan konsep matematika.
Literasi matematik penting dibangun dalam diri peserta didik untuk
menunjukkan kemampuan peserta didik dalam merumuskan, menerapkan, dan
menafsirkan matematika dalam berbagai konteks. Literasi matematik disebut juga
sebagai kemampuan minimal di bidang matematika yang harus dimiliki
seseorang agar bisa bertahan dalam menghadapi tugas-tugas pada bidang
keahliannya. Maka literasi matematik ini mempermudah seseorang dalam
memahami kegunaan matematika dan menerapkannya untuk membuat keputusan
yang tepat sebagai seseorang yang berpikir.
Peneliti membatasi masalah yang diteliti untuk mencegah luasnya penelitian
yang dilakukan, maka masalah dibatasi dengan materi Sistem Persamaan Linear
Dua Variabel yang dipelajari di kelas VIII di SMP Terpadu Putri Riyadlul Ulum
Wadda’wah Tasikmalaya. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
dipakai dalam penelitian ini karena didalamnya banyak permasalahan matematika
yang sering dijumpai peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan literasi matematik peserta didik
antara lain peserta didik tidak terbiasa menghadapi soal yang bersubstansi
kontekstual, menurut penalaran, argumentasi dan kreativitas dalam
menyelesaikannya (Diyarko & Waluya, 2016).
Hal ini juga terjadi di salah satu SMP di Kota Tasikmalaya, yaitu di SMP
Terpadu Putri Riyadlul Ulum Wadda’wah. Berdasarkan hasil wawancara, pada
kegiatan pembelajaran di dalam kelas guru belum pernah memberikan soal
kemampuan literasi matematis, namun guru sering memberikan soal berbentuk
kontekstual. Dengan hasilnya hanya sebagian kecil peserta didik yang mampu
mengaitkan pengetahuan yang dimilikinya dengan masalah yang diberikan oleh
pendidik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik belum mampu
mengembangkan proses kemampuan literasi matematis.
Long (Kerlin, 1992) memandang belajar sebagai proses kognitif yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keadaan individu, konten, dan cara
penyajian. Salah satu sub-faktor penting dari keadaan individu yang
mempengaruhi belajar adalah kemandirian belajar (self regulated learning). Self
regulated learning merupakan salah satu soft skill matematik yang penting untuk
dimiliki peserta didik. Belajar menjadi bermakna apabila siswa berperan secara
aktif dalam proses belajar dan akhirnya mampu memutuskan apa yang akan
dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya tanpa ada keinginan siswa untuk
aktif terlibat dalam belajar, maka keberhasilan belajar tidak akan dicapai. Dengan
demikian dalam proses belajar, kemandirian belajaar siswa sangat diperlukan
seperti mengatur jam belajar sendiri, memilih kegiatan-kegiatan mana yang dapat
menunjang prestasi akademiknya, menyusun strategi-strategi dalam belajar dan
prilaku-prilaku lainnya yang menandakan bahwa siswa bertanggung jawab atas
dirinya sendiri.
Kemandirian belajar akan membantu siswa dalam menentukan tujuan yang
spesifik, menggunakan lebih banyak strategi belajar, memonitor sendiri proses
belajar dan lebih sistematis dalam mengevaluasi kemajuan siswa itu senidiri
(Santrock, 2008: 296). Kemampuan siswa dalam membuat rencana strategi
belajar dan tujuan yang ingin dicapai dalam belajar merupakan karakteristik
siswa yang memiliki kemandirian belajar atau dalam istilah lain kerap disebut
self regulated learning. Self regulated learning merupakan proses aktif siswa yang
melibatkan metakosnisi, motivasi, dan perilaku dalam proses belajar dan untuk
mencapai tujuan belajar yang diinginkan (Zimmerman, 1990:4)
Peserta didik yang memiliki self regulated learning (SRL) diantaranya
menunjukkan karakteristik seperti memiliki strategi untuk mengolah emosi secara
periodik memonitor kemajuan ke arah tujuan, menyesuaikan dan memperbaiki
strategi berdasarkan kemajuan yang telah dibuat, hal ini menunjukkan bahwa self
regulated learning begitu penting bagi peserta didik.
Namun pada faktanya fenomena yang ditemui dilapangan strategi untuk
memonitor kemajuan kearah tujuan masih dianggap kurang, dikarenakan
sebagian siswa belum dapat mengelola waktu belajar. Ini terlihat dari kurangnya
karakteristik self regulated learning yang dimiliki siswa seperti memiliki strategi
untuk mengolah emosi secara periodik memonitor kemajuan ke arah tujuan,
menyesuaikan dan memperbaiki strategi berdasarkan kemajuan yang telah dibuat.
Hal ini juga sejalan dengan hasil wawancara bahwa self regulated learning
pada siswa di SMP Terpadu Putri Riyadlul Ulum Wadda’wah masih kurang. Hal
ini terjadi karena beberapa faktor. Pandemi yang terjadi juga berpengaruh dalam
hal ini. Sebab sekolah sempat meliburkan untuk waktu yang lama, sehingga
ketika siswa sudah harus kembali ke sekolah (tatap muka) mereka harus
melakukan adaptasi ulang. Lamanya pembelajaran di rumah berdampak pula
pada kemandirian belajar peserta didik yang berkurang.
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, penulis tertarik
menganalisis kemampuan literasi matematis ditinjau dari self regulated learning
siswa pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) yang telah
dipelajari kelas VIII semester genap di SMP Terpadu Putri Riyadlul Ulum
Wadda’wah Tasikmalaya. Karena hal yang telah dipaparkan di latar belakang
maka judul penelitian dalam penelitian ini adalah “Analisis Kemampuan Literasi
Matematis ditinjau dari Self Regulated Learning”

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan
yang dapat dirumuskan adalah;
a. Bagaimana kemampuan literasi matematik berdasarkan self regulated
learning kelompok bawah?
b. Bagaimana kemampuan literasi matematik berdasarkan self regulated
learning kelompok tengah?
c. Bagaimana kemampuan literasi matematik berdasarkan self regulated
learning kelompok atas?

Definisi Operasional
Analisis
Analisis merupakan proses pengamatan yang dilaksanakan guna
memecahkan suatu masalah kompleks secara mendalam dengan cara
menyelidiki, mengurai, membedakan, mengelompokkan menurut kriteria
tertentu menjadi bagian-bagian kecil sehingga bisa lebih mudah dipahami.
Analisis pada penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan literasi
matematis ditinjau dari self regulated learning.
Kemampuan Literasi Matematik
Literasi matematik adalah kemampuan individu untuk merumuskan,
menggunakan, menafsirkan matematika dalam berbagai konteks termasuk
penalaran matematis dan menggunakan prosedur, fakta dan alat matematika
untuk menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi fenomena. Pada
penelitian ini, kemampuan literasi berpedoman pada aspek literasi matematis
menurut PISA yaitu; merumuskan (formulate); menggunakan (employ) konsep,
fakta, prosedur dan penalaran matematika; menafsirkan (interpret), menerapkan
dan mengevaluasi hasil dari suatu proses matematika.
Self Regulated Learning
Self regulated learning adalah sejauh mana dalam proses pembelajaran itu
peserta didik dapat ikut menentukan tujuan, bahan pengalaman belajar, serta
evaluasi pembelajarannya. Indikator-indikator Self Regulated Learning (SRL)
meliputi; insiatif dan motivasi belajar instrinsik; kebiasaan mendiagnosa
kebutuhan belajar; menetapkan tujuan/ target belajar; memonitori, mengatur,
dan mengkontrol belajar; memandang kesulitan sebagai tantangan;
memanfaatkan dan mencari sumber data yang relevan; memilih serta
menerapkan strategi belajar; mengevaluasi proses dan hasi belajar; konsep
diri/kemampuan diri.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk:
a. Menganalisis kemampuan literasi matematik berdasarkan self regulated
learning kelompok bawah.
b. Menganalisis kemampuan literasi matematik berdasarkan self regulated
learning kelompok tengah.
c. Menganalisis kemampuan literasi matematik berdasarkan self regulated
learning kelompok atas.

Manfaat Penelitian

Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap
pembelajaran matematika khususnya untuk meningkatkan kemampuan literasi
matematik peserta didik terhadap materi matematika, serta dapat memotivasi
peserta didik agar dapat menumbuhkan self regulated learning dalam
pembelajaran khususnya, dan dalam segala aspek pada umumnya.
Manfaat Praktis
a. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dalam
mengetahui faktor-faktor rendahnya kemampuan literasi matematik dan self
regulated learning peserta didik sehingga guru dapat melakukan tindak
lanjut untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam aspek kognitif
maupun afektif.
b. Bagi peserta didik, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi
terhadap peserta didik tentang kemampuan literasi matematik yang dimiliki
peserta didik serta dapat meningkatkan self regulated learning.
c. Bagi peneliti, diharapkan hasil penelitian ini dapat memperluas wawasan
peneliti sebagai calon guru mengenai kemampuan literasi matematis dan
self regulated learning siswa.
d. Bagai peneliti lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur
dan referensi pada penelitian-penelitian yang akan datang yang
berhubungan dengan kemampuan literasi matematik dan self regulated
learning serta menjadi bahan kajian lebih lanjut.
Landasan Teoretis
Kajian Teori
Analisis
Istilah analisis berasal dari bahasa Yunani Kuno “analusis” yang
memiliki arti “melepaskan”. Dalam bentuk kalimat, analisis diartikan sebagai
sebuah proses pemeriksaan dan evaluasi dari data atau informasi yang kompleks
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk mempelajarainya lebih dalam dan
bagaimana bagian-bagian ini berhubungan satu sama lain.
Para ahli berpendapat diantaranya sebagai berikut; Komarudin
mendefinisikan analisis sebagai suatu tindakan berfikir dalam mengklarifikasi
satu keseluruhan yang koheren menjadi komponen-kompnen yang lebih kecil,
dengan maksud untuk mengenal hubungan setiap kompnen, serta fungsi dari
masing-masing komponen. Disamping pendapat Komarudin, adapula pendaat
Wiradi yang mengatakan bahwa arti analisis adalah suatu kegiatan memisahkan,
memilih dan mengklarifikasi sesuatu, yang kemudian dikelompokkan menurut
parameter tertentu. Setelah itu masing-masing komponen tersebut dicari
maknanya, ditafsirkan dan dicari kaitannya.
Dalam penelitian, analisis digunakan dengan tujuan tertentu. Menurut
Sugiyono (2019) analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep
dalam data sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi. Tujuan
analisis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kemamuan literasi
Kemampuan Literasi Matematik
Literasi matematik merupakan kapasitas individu untuk
memformulasikan menggunakan dan menafsirkan matematika dalam berbagai
konteks. Hal ini meliputi penalaran matematik dan penggunaan konsep,
prosedur, dan fakta untuk mendeskripsikan, menjelaskan, dan memprediksi
fenomena. Hal ini menuntun individu untuk menggali peranan matematika
dalam kehidupan dan membuat penilaian yang baik dan pengambilan keputusan
yang dibutuhkan oleh penduduk yang konstruktif dan reflektif.
Pengertian ini mengisyaratkan literasi matematik tidak hanya pada
penguasaan materi saja akan tetapi hingga pada penggunaan penalaraan,
konsep, fakta dan alat matematika dalam pemecahan masalah sehari-hari. Selain
itu literasi matematika juga menuntutseseorang untuk mengkomunikasikan dan
menjelaskan fenomena yang dihadapinya dengan konsep matematika.
Literasi matematik mempermudah seseorang dalam memahami
kegunaan matematika dan menerapkannya untuk membuat keputusan yang
tepat sebagai seseorang yang berpikir. Setiawan (dalam Kenedi & Helsa, 2017)
“literasi matematik diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk
merumuskan, menerapkan, dan menafsirkan matematika ke dalam berbagai
konteks, termasuk kemampuan untuk melakukan penalaran secara matematis
dan menggunakan konsep, prosedur, dan fakta untuk menggambarkan,
menjelaskan, menafsirkan fenomena atau kejadian”. Sehingga literasi matematis
dapat membantu individu untuk mengenal peran matematika di sunia nyata,
sebagai dasar pertimbangan dan penentuan keputusan yang dibutuhkan oleh
masyarakat.
Kemampuan literasi matematik tersebut mempermudah seseorang dalam
memahami kegunaan matematika dan menerapkannya untuk membuat
keputusannya yang tepat sebagai seseorang yang berpikir. Abidin, Mulyati &
Yunansah (2018) berpendapat bahwa kemampuan literasi matematik disebut
sebagai kemampuan minimal yang dimiliki seseorang di bidang matematika
yang bisa digunakan untuk bisa bertahan dalam menghadapi tugas-tugas pada
bidang keahliannya (p. 100)
Hasanah (2015) menyatakan bahwa literasi matematik adalah suatu
kemampuan seseorang untuk untuk menggunakan, menafsirkan, dan
merumuskan matematika dalam berbagai konteks, termasuk kemampuan
penalaran matematis dan menggunakan konsep, prosedur dan fakta untuk
menggambarkan, menjelaskan, dan memperkirakan suatu kejadian.
Seseorang yang memiliki kemampuan literasi matematis yang baik
memiliki kepekaan konsep-konsep matematika mana yang relevan dengan
fenomena atau masalah yang sedang dihadapinya. OECD (2013)
mengungkapkan bahwa literasi matematik adalah kemampuan individu untuk
merumuskan, menggunakan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai
konteks. Ini termasuk penalaran matematis dan menggunakan konsep, prosedur,
fakta dan alat matematika untuk menggambarkan, menjelaskan dan
memprediksi fenomena. Sedangkan Ojase (2011) berpendapat bahwa literasi
matematis menerapkan pengetahuan untuk mengetahui dan menggambarkan
dasar matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan literasi matematik yang dimiliki peserta didik dilihat dari
bagaimana cara peserta didik dalam menggunakan kemampuan dan keahlian
matematika untuk menyelesaikan permasalahan. Dalam proses pembelajaran
yang melibatkan beberapa aktivitas peserta didik. Proses literasi dan aktivitas
peserta didik adalah sebagai berikut seperti yang dikemukakan oleh (OECD,
2010, p. 100)
Fokus dari bahasan dalam definisi literasi matematik adalah keterlibatan
aktif dalam matematika, penggunaan konsep, prosedur, fakta dan alat-alat
matematika dalam menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi fenomena.
Secara khusus, kata kerja merumuskan, menerapkan, dan menafsirkan
merupakan tiga ttitik proses dimana peserta didik akan terlibat aktif dalam
pemecahan masalah (OECD, 2013).
1. Merumuskan situasi matematis : yaitu merumuskan situasi matematis
meliputi identifikasi peluang untuk menggunakan dan menerapkan
matematika utuk memahami atau memecahkan suatu masalah,
mengubahkan ke dalam bentuk soal matematika, menyediakan struktur dan
representasi matematika, mengidentifikasi variabel, dan membuat asumsi
sederhana.
2. Menggunakan matematika : melibatkan penggunaan konsep, fakta,
prosedur, dan penelitian matematika untuk mendapatkan solusi. Hal ini
meliputi pembuatan manipulasi ekspresi aljabar dan persamaan atau model
matematika lainnya, menganalisis informasi secara matematis dari diagram
dan grafik matematika, mengembangkan deskripsi dan penjelasan
matematika.
3. Menafsirkan matematika : yaitu merenungkan solusi matematika dan
menafsirkan solusi ke dalam konteks masalah, evaluasi solusi atau
penalaran matematika dalam kaitannya dengan konteks masalah dan
menentukan apakah solusi yang dihasilkan wajar dan masuk akal.
Selain tiga hal tersebut, OECD (2013) bahwa kemampuan proses
melibatkan tujuh hal penting antara lain; “Komunikasi; Matematisasi;
Representasi; Penalaran dan Argumen; Strategi untuk memcahkan masalah;
Penggunaan operasi dan bahasa symbol, bahasa formal, dan bahasa teknis;
Penggunaan alat matematika” (p. 30). Dari ketujuh hal penting dalam
kemampuan literasi matematis tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Komunikasi (Communication) yaitu kemampuan untuk
mengkomunikasikan persoalan dengan cara tertulis untuk menunjukkan
bagaimana persoalan tersebut dapat diselesaikan.
2. Matematisasi (Mathematizing) yaitu kemampuan mengubah masalah
dalam konteks dunia nyata ke dalam kalimat matematika atau menafsirkan
hasil penyelesaian atau model matematika ke dalam masalah konteks
dunia nyata.
3. Representasi (Representation). Literasi matematik melibatkan kemampuan
mempresentasika suatu obyek dan situasi matematika melalui aktivitas
memilih, menafsirkan, menerjemahkan, dan menggunakan berbagai
bentuk representasi untuk menyajikan suatu situasi dengan representasi
dalam bentuk grafik, tabel, diagram, gambar, persamaan, rumus, atau
benda-benda kongkret.
4. Penalaran dan pemberian alasan (Reasoning and Argument), yaitu
kemampuan melibatkan proses pemikiran secara logis untuk membuat
kesimpulan dari solusi permasalahan.
5. Strategi untuk memecahkan masalah (Devising Strategies for Solving
Problem). Literasi matematis memerlukan kemampuan dalam memilih
atau menggunakan berbagai strategi dalam menerapkan pengetahuan
matematis untuk dapat menyelesaikan masalah.
6. Penggunaan operasi dan bahasa symbol, bahasa formal, dan bahasa teknis
(Using Symbolic, Formal and Technical Language and Operation).
Literasi matematis memerlukan penggunaan operasi dan bahasa symbol,
bahasa formal, dan bahasa teknis yang melibatkan kemampuan
memahami, menafsirkan, memanipulasi, dan memaknai dari penggunaan
ekspresi simbolik di dalam konteks matematika.
7. Penggunaan alat matematika (Using Mathematics Tool). Literasi
matematis melibatkan kemampuan memerlukan penggunaan alat-alat
metamatika sebagai bantuan atau jembatan agar dapat menyelesaikan
masalah, misalnya melakukan pengukuran, operasi, dan sebagainya.
Dalam penelitian ini peneliti akan menganalisis kemampuan literasi
matematik pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) soal
yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa soal cerita.
Self Regulated Learning
Self regulated learning adalah kemampuan individu dalam mengatur
proses belajar yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi belajar, baik
dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk mencapai tujuan belajar.
Self regulated learning merupakan proses pembelajaran siswa secara
sistematis yang mengarahkan pada pikiran, perasaan, dan tindakan ke arah
pencapaian tindakan ke arah pencapaia tujuan (Zimmerman dan Schunk, dalam
Schunk, 2009; 19). Sedangkan menurut Santrock (2007;149) SRL adalah Self-
generation dan seflf-monitoring terhadap pikiran, perasaan, dan perilakunya
agar dapat meraih tujuan. Tujuan tersebut dapat bersifat akademik
(meningkatkan pemahaman bacaan, menjadi penulis yang baik, belajar
bagaimana mengalihkan, mengajukan pertanyaan yang relevan) dan dapat
bersifat sosio-emosional (mengontrol kemarahannya sendiri, berada bersama
kawan secara lebih nyaman). Siswa yang memiliki kemampuan SRL dapat
mengarahkan pikiran, perasaan dan tindakan untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapainya. Dalam hal ini siswa akan merencanakan kegiatan belajarnya
terlebih dahulu agar sesuai dengan target dan tujuan yang ingin dicapainya.
Hargis dan Kerlin (Sumarmo, Utari, 2011: 109) mendefinisikan “(self
regulated learning) atau disingkat SRL sebagai upaya untuk memperdalam dan
memanipulasi jaringan asosiatif dalam suatu bidang tertentu, dan memantau
serta meningkatkan proses pendalaman yang bersangkutan”. Kemudian Moree
(Rusman, 2012;365) mengemukakan “Self regulated learning pesera didik
adalah sejauh mana dalam proses pembelajaran itu siswa dapat ikut menentukan
tujuan, bahan, dan pengalaman belajar, serta evaluasi pembelajarannya”. Hal ini
menunjukkan bahwa self regulated learning merupakan suatu proses
pemantauan dan perancangan diri secara seksama terhadap proses kognitif dan
afektif dalam menyelesaikan suatu tugas pembelajaran, serta dapat mendorong
peserta didik untuk melakukan kegiatan belajarnya yang bertumpu pada
aktivitas dan tanggung jawab terhadap kegiatan belajar yang seharusnya
dilakukan. Self regulated learning diperlukan agar peserta didik mempunyai
tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya, selain itu dalam
mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan sendiri.
Self regulated learning diperlukan agar peserta didik mempunyai
tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya, selain itu dalam
mengembangkan kemampuan belajar atau kemauan sendiri. Sikap tersebut perlu
dimiliki oleh peserta didik karena hal tersebut merupakan ciri dari kedewasaan
orang terpelajar. Menurut Valle, et al (Latipah, Eva 2010: 2011) “Dalam proses
pembelajaran , peserta didik yang memiliki self regulated learning membangun
tujuan-tujuan belajar, mencoba memonitori, meregulasi, dan mengontrol
kognisi, motivasi, dan perilakukanya untuk mengontrol tujuan-tujuan yang telah
dibuat.” Sejalan dengan itu, Bistari (2010: 17) mengemukakan karakteristik self
regulated learning (SRL) matematika yaitu :
1. Inisiatif belajar
2. Mendiagnosa kebutuhan belajar
3. Menetapkan tujuan belajar
4. Memonitori, mengatur, dan mengontrol belajar
5. Memandang kesulitan sebagai tantangan
6. Memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan
7. Memilih dan menerapkan strategi belajar yang tepat
8. Mengevaluasi proses dan hasil belajar
9. Konsep diri, proses perancangan dan pemantauan diri yang seksama
terhadap proses kognisi, motivasi berprestasi, dan berprilaku akademik
berdasarkan tujuan belajar yang telah ditetapkan
Pengembangan sifat ini menunjukkan bahwa peserta didik dengan sifat
self regulated learning memiliki kemandirian dalam berpikir yang efektif serta
memiliki kemampuan mandiri dalam memilih strategi belajar untuk
mengarahkan seriap rencana yang dimilikinya selain itu selalu berusaha untuk
memelihara motivasi untuk selalu berusaha untuk memilihara semangat agar
tujuan yang dimilikinya tercapai. Self regulated learning sangat perlu dimiliki
oleh peserta didik. Berikut peranan pendidik dalam Self regulated learning yang
dikemukakan oleh Suryadi, Didi (2012: 55) disajikan dalam tabel berikut
Peranan Pendidik dalam Self Regulated Learning (SRL)
Peran Peserta Didik Peran Pendidik
1. Mengambil peran dalam 1. Menyediakan lingkungan
proses belajar belajar yang memungkinkan
2. Mendefinisikan tujuan belajar self regulated learning dalam
serta masalah yang bermakna belajar pada diri peserta didik
secara personal berkembang
3. Menumbuhkan motivasi diri 2. Menciptakan kesempatan
kebermaknaan tujuan, proses, untuk terjadinya self directed
dan keterlibatan dalam belajar activities, collaborative work,
4. Mempertimbangkan berbagai dan sharing of knowledge
pilihan strategi serta memilih 3. Membimbing peserta didik
strategi yang paling mungkin dalam hal bagaimana dalam
mencapai tujuan belajar
5. Menyadari serta melakukan 4. Bertindak sebagai fasilitator
monitor atas proses berpikir dan pembimbing
sendiri dan secara terus 5. Menjadi model, mediator dan
menerus mencoba pembina yang sesuai dengan
mengembangkannya kebutuhan peserta didik
6. Memperoleh makna serta 6. Membantu peserta didik
pengetahuan dan melakukan untuk menghubungkan
transfer atau aplikasi pada informasi baru dengan
pemecahan masalah yang pengetahuan sebelumnya
dihadapi secara kreatif 7. Membantu peserta didik
7. Berpikir secara reflektif untuk senantiasa
sebagai alat untuk memperbaiki dan
mengembangkan pendekatan mengembangkan strategi
kognitif dan transfer pemecahan masalah yang
pengetahuan digunakan
Sumber: Suryadi, Didi (2012: 55)

Bandura (Sumarmo, Utari, 2014: 110) mengemukakan bahwa Self


regulated learning (SRL) sebagai kemampuan memantau perilaku sendiri, dan
merupakan kerja keras personality manusia. Bandura menyarankan tiga langkah
dalam melaksanakan SRL yaitu; mengamati dan mengawasi diri,
membandingkan posisi diri dengan standar tertentu, dan memberikan respon
sendiri (respon positif dan respon negatif).
Sejalan dengan itu, indikator-indikator dalam self regulated learning
menurut Sumarmo, Utar (2014: 112) sebagai berikut:
1. Inisiatif dan motivasi belajar intristik
2. Kebiasaan mendiagnosa kebutuhan belajar
3. Menetapkan tujuan/target belajar
4. Memonitori, mengatur, dan mengontrol belajar
5. Memandang kesulitan sebagai tantangan
6. Memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan
7. Memilih, menerapkan strategi belajar
8. Mengevaluasi proses dan hasil belajar
9. Kemampuan diri
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini menggunakan indikator-
indikator yang dikemukakan oleh Sumarmo, Utari seperti yang telah dipaparkan
sebelumnya.
Hasil Penelitian yang Relevan
Terdapat bebrapa penelitian terdahulu yang relevan atau berhubungan
dengan studi penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu sebagai berikut;
Pada penelitian yang dilakukan oleh Iin Kusniati yang berjudul “Analisis
Literasi Matematis Peserta Didik Melalui Penyelesaian Soal-Soal Ekpresi
Aljabar di SMP Negri 11 Lambu Kibang” diperoleh kesimpulan bahwa peseta
didik di SMP negeri 1 Lambu Kibang kelas VIII A dalam menyelesaikan soal
aljabar ditinjau dari kemampuan literasi matematisnya, dari aspek pemahaman
peserta didik mampu menyelesaikan dan mampu memahami masalah namun
belum dapat menyelesaikan dan mampu memahami masalah namun belum
dapat menyelesaikannya dengan tepat. Dari aspek penalaran peserta didik
belum sepenuhnya memahami masalah yang disajikan artinya belum mampu
menggunakan konsep, fakta, dan prosedur dalam menyajikan dan
menyelesaikan masalah terbukti bahwa mereka selalu tidak menuliskan
informasi soal. Dari aspek penerapan peserta didik belum sepenuhnya
memahami masalah yang disajikan. Dilihat dari aspek komunikasi peserta didik
dituntut untuk mampu mengkomunikasikan penjelasan dan penyelesian masalah
dan hasilnya peserta didik dapat mengkomunikasikan pendapatnya dengan baik
dan tepat.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Hana Nurfitriani dengan judul “Survei
Kemampuan Self Regulated Learning (SRL) Siswa Kelas X SMK Negeri 1
Kalasan” menunjukkan bahwa;
1. Tingkat kemampuan self regulated learning pada siswa kelas X di SMK
Negeri 1 Kalasan pada perencanaan belajarnya berada pada kategori
sedang, yaitu dengan perolehan 13 siswa (21%) dalam kategori rendah,
dalam kategori sedang 32 siswa (52%), dan dalam kategori tinggi yakni
terdapat 17 siswa atau (27%). Tingkat kemampuan dalam hal
menentukan strategi belajar yang akan digunakan dalam kategori
sedang terdapat 27 siswa (44%) dalam hal merasa memiliki kewajiban
untuk menyelesaikan tugas menunjukkan kategori sedang yakni 43
siswa (69%).Hasil keseluruhan dari data penelitian yang diperoleh,
maka dapat disimpulkan bahwa keseluruhan indikasi perencanan
belajarnya berada dalam kategori sedang.
2. Tingkat kemampuan self regulated learning pada siswa kelas X di SMK
Negeri 1 Kalasan pada pelaksanaan belajar berada pada kategori
sedang, yaitu dengan perolehan 18 siswa (29%) dalam kategori rendah,
dalam kategori sedang 28 siswa (45%) dan dalam kategori tinggi yakni
terdapat 16 siswa atau (26%). Tingkat kemampuan dalam hal
menerapkan strategi kognitif dan metakognitif dalam kategori sedang
yakni ada 33 siswa (53%). Hasil dari keseluruhan dari data penelitian
diperoleh bahwa keseluruhan indikasi pelaksanaan berada dalam
kategori sedang.
3. Tingkat kemampuan Self-Regulated Learning pada siswa kelas X di
SMK Negeri 1 Kalasan pada evaluasi belajarnya berada pada kategori
sedang yaitu perolehan 16 siswa (26%) dalam kategori rendah, dalam
kategori sedang 28 siswa (45%), dan dalam kategori tinggi yakni
terdapat 18 siswa atau (29%). Tingkat kemampuan dalam hal evaluasi
dalam memilih startegi untuk mengatasi kegagalan dalam belajar berada
pada kategori sedang yakni 46 sisa (74%), dalam hal merasa mampu
mengevaluasi hasil belajar juga dalam kategori sedang yakni ada 39
siswa (63%). Hasil keseluruhan dari data penelitian yang diperoleh
maka dapat disimpulkan bahwa keseluruhan indikasi evaluasi beajarnya
berada dalam kategori sedang.

Kerangka Teoretis
Keberhasilan pembelajaran matematika dapat dilihat dari berbagai aspek,
diantaranya aspek kognitif dan aspek afektif. Literasi matematis adalah salah
satu kemampuan minimal yang harus dimiliki oleh seorang siswa, karena
literasi matematis ini mendukung pengembangan dari kemampuan matematis
(Abidin et al., 2018). Diharapkan dengan menguasai kemampuan literasi
matematis seseorang dapat memahami dan menyelesaikan permasalahan
matematis yang akan dihadapi.
Literasi matematis membantu seseorang untuk memahami peran atau
kegunaan matematika di dalam kehidupan sehari-hari sekaligus
menggunakannya untuk membuat keputusan-keputusan yang tepat. Seseorang
yang memiliki kemampuan literasi matematis yang baik memiliki kepekaan
konsep-konsep matematika mana yang relevan dengan fenomena atau masalah
yang sedang dihadapinya. Menurut OECD (2013) mengungkapkan bahwa
literasi matematis adalah kemampuan individu untuk merumuskan,
menggunakan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks. Ini
termasuk penalaran matematis dan menggunakan konsep, prosedur, fakta dan
alat.
Disamping itu dalam pembelajarannya peserata didik juga perlu memiliki
self regulated learning yang baik, menurut Moree (Rusman, 2012;365)
mengemukakan “Self regulated learning pesera didik adalah sejauh mana dalam
proses pembelajaran itu siswa dapat ikut menentukan tujuan, bahan, dan
pengalaman belajar, serta evaluasi pembelajarannya”. Hal ini menunjukkan
bahwa self regulated learning merupakan suatu proses pemantauan dan
perancangan diri secara seksama terhadap proses kognitif dan afektif dalam
menyelesaikan suatu tugas pembelajaran, serta dapat mendorong peserta didik
untuk melakukan kegiatan belajarnya yang bertumpu pada aktivitas dan
tanggung jawab terhadap kegiatan belajar yang seharusnya dilakukan. Self
regulated learning diperlukan agar peserta didik mempunyai tanggung jawab
dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya, selain itu dalam mengembangkan
kemampuan belajar atas kemauan sendiri.
Bandura (Sumarmo, Utari, 2014: 110) mengemukakan bahwa Self
regulated learning (SRL) sebagai kemampuan memantau perilaku sendiri, dan
merupakan kerja keras personality manusia. Bandura menyarankan tiga langkah
dalam melaksanakan SRL yaitu; mengamati dan mengawasi diri,
membandingkan posisi diri dengan standar tertentu, dan memberikan respon
sendiri (repon positif dan respon negatif).
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan maka ada hubungan antara
kemampuan literasi dengan self regulated learning. Oleh sebab itu, peneliti
melakukan penelitian untuk mendeskripsikan dan menganalisis kemampuan
OECDmatematis
literasi 2013 Sumarmo,
peserta didik. Adapun kerangka teoritisUtari
bisa dilihat pada
(2014)
gambar di bawah ini.
(

Kemampuan Literasi Matematis Self Reulated Learning

Aspek Kemampuan Literasi Matematis Indikator Self Regulated Learning


Merumuskan situasi matematis Inisiatif dan motivasi belajar intristik
Menggunakan matematika Kebiasaan mendiagnosa kebutuhan
Menafsirkan matematika belajar
Menetapkan tujuan/target belajar
Memonitori, mengatur, dan mengontrol
belajar
Memandang kesulitan sebagai tantangan
Memanfaatkan dan mencari sumber yang
relevan
Memilih, menerapkan strategi belajar
Mengevaluasi proses dan hasil belajar
Kemampuan diri

Deskripsi analisis kemampuan literasi matematik


ditinjau dari self regulated learning
Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah menganalisis kemampuan literasi matematik
siswa ditinjau dari self regulated learning peserta didik. Subyek dalam
penelitian ini adalah 3 orang peserta didik yang dipilih berdasarkan kategori self
regulated learning. Pada penelitian ini berfokus pada peserta didik kelas VIII
SMP Terpadu Putri Riyadlul Ulum Wadda’wah, hal ini dikarenakan materi
yang difokuskan dalam penelitian yaitu Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
yang dipelajari di kelas VIII semester genap dengann tipe soal yang digunakan
dalam penelitian ini adalah bentuk soal cerita.
Prosedur Penelitian
Metode Penelitian
Pada penelitian kali ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
kualitatif dengan menggunakan metode penelitian deskriptif untuk mendapatkan
data dimana data yang dihasilkan akan berupa kata-kata yang dijabarkan dalam
sebuah kalimat bukan angka-angka. Hasil penelitian ini akan dideskriptifkan
berupa kata-kata dari sebuah fakta atau fenomena yang terjadi di lapangan.
Sependapat dengan Sugiyono (2019) bahwa metode penelitian kualitatif sering
disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada
kondisi yang alamiah (natural setting) dan penelitian dilakukan pada obyek yang
alamiah, obyek yang alamiah adalah objek yang berkembang apa adanya, tidak
dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika
pada obyek tersebut. Sependapat dengan Denzin dan Lincoln (dalam Moleong,
2017) bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar
belakang alamiah, dengan maksud menerangkan fenomena yang terjadi dan
dilakukan dengan melibatkan beberapa metode yang ada.
Teknik pengambilan data pada penelitian ini menggunakan think aloud
methods. Menurut Chartes (2003) menyatakan “Think-alaoud is a research
method in wich participants speak aloud any words in their mind as they
complete a task” (p.68). Think aloud merupakan metode penelitian dimana siswa
berbicara dengan lantang setiap kata dalam pikiran mereka saat mereka
menyelesaikan tugas. Jadi metode dalam penelitian ini menggunakan penelitian
deskriptif kualitatif dengan teknik pengambilan data think aloud methods yaitu
untuk mengetahui, menggambarkan dan menganalisis mengenai kemampuan
literasi matematik siswa ditinjau dari self regulated learning.

Sumber Data Penelitian


Sugiyono (2019) mengemukakan “dalam penelitian kualitatif tidak
menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan situasi sosial
(social situation) yang terdiri dari tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku
(actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Pada situasi
sosial atau obyek penelitian peneliti dapat mengamati secara mendalam
aktivitas (activity) orang-orang (actosr) yang ada pada tempat (palce) tertentu”
(p.285)
Adapun untuk sumber data dalam penelitian ini diarahkan pada situasi
sisoal meliputi;
Tempat (place)
Penelitian ini akan dilakukan di SMP Terpadu Putri Riyadlul Ulum
Wadda’wah tahun ajaran 2020/2021 yang beralamat di Kampung Condong, RT
01 RW 04, Kel. Setianegara, Tasikmalaya, Jawa Barat 46196.
Pelaku (actors)
Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII yang
melaksanakan pembelajaran tatap muka di SMP Terpadu Putri Riyadlul Ulum
Wadda”wah Tasikmalaya tahun ajaran 2020/2021. Pemilihan subyek pada
penelitian ini menggunakan teknik purposive yaitu dipilih dengan pertimbangan
sebagaimana yang dibutuhkan dalam penelitian. Pada penelitian ini pemilihan
subyek penelitian meliputi langkah-langkah; memilih 1 kelas dari beberapa
kelas delapan di SMP Terpadu Putri Riyadlul Ulum, selanjutnya dilihat dari
keaktifan peserta didik dalam belajar diharapkan subyek dapat mengemukakan
pendapat atau jalan pikirannya secara lisan ataupun tulisan sehingga nantinya
bisa memberikan informasi yang maksimal selain itu juga peserta didik bersedia
menjadi subyek penelitian. Kemudian pada kelas tersebut diberikan angket self
regulated learning, setelah itu angket diperiksa dan didapatkan hasilnya.
Adapun hasilnya akan dikategorikan menjadi 3 kelompok, yaitu self regulated
learning kelompok bawah, self regulated learning kelompok tengah dan self
regulated learning kelompok tinggi. Nantinya diambil satu siswa sebagai
subyek penlitian dari setiap kategori. Siswa yang terpilih akan mengerjakan soal
tes kemampuan literasi matematik yang diberikan oleh peneliti.
Aktivitas ( activity)
Aktivitas yang dilakukan pada penelitian ini yaitu peserta didik yang
terpilih menjadi subyek diminta untuk mengerjakan tes kemampuan literasi
matematis. Untuk mengetahui hal-hal lain yang tidak terungkapkan tentang
kemampuan literai matematis, maka subyek penelitian diwawancarai oleh
peneliti terkait dengan bagaimana subyek penelitian mengerjakan soal tes
kemampuan literasi matematis yang sebelumnya sudah mengisi angket self
regulated learning.
Teknik Pengumpulan Data Penelitian
Teknik pengumpulan data adalah langkah paling utama dalam melakukan
penelitian, karena dengan data yang terkumpul seorang peneliti dapat
menemukan dan menjawab hal-hal yang diketahui sesuai dengan tujuan peneliti
melakukan suatu penelitian. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan
mengambil hasil angket, hasil tes, dan hasil wawancara.
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang
alamiah (natural setting), sumber data primer, participant observation,
wawancara mendalam (in deep interview) dan dokumentasi (Sugiyono, 2018,
P.308). Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan oleh
peneliti yaitu;
Angket Self Regulated Learning
Angket yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu angket self
regulated learning. Angket digunakan untuk mengumpulkan data mengenai skor
self regulated learning dan mengetahui tingkat self regulated learning siswa.
Angket diberikan terlebih dahulu untuk mengetahui kategori yang tepat bagi
semua siswa. Angket self regulated learning yang akan digunakan diadopsi dari
Saepulloh (dalam Hendriana, Rohaeti, dan Sumarmo, 2018) Nantinya angket ini
akan divalidasi oleh salah satu guru BK yang bekerja di Pondok Pesantren
Riyadlul Ulum Wadda’wah.
Angket self regulated learning diberikan kepada peserta didik yang
nantinya akan dijadikan subyek penelitian yang dipilih dari salah satu kelas VIII
SMP Terpadu Putri Riyadlul Ulum Wadda’wah yang nantinya dijadikan subyek
penelitian. Angket self regulated learning digunakan untuk mengkatagorikan
peserta didik menjadi tiga kelompok yaitu; self regulated learning kelompok
bawah, self regulated learning kelompok tengah dan self regulated learning
kelompok tinggi. Nantinya diambil satu siswa sebagai subyek penlitian dari
setiap kelompok.
Tes Kemampufean Literasi Matematis
Tes merupakan pengumpulan data yang bersifat mengevaluasi hasil dari
suatu proses (Setyobudi & daryanto, 2015). Melalui tes ini peneliti dapat
mengetahui proses berpikir literasi matematis peserta didik dalam
menyelesaikan suatu permasalah yang diujikan. Tes literasi matematis diberikan
kepada subyek penelitian dari setiap katagori self regulated learning yang
dilakukan setelah siswa mengisi angket self regulated learning dan peneliti telah
mengkategorikan siswa menjadi tiga kelompok.
Peneliti memberikan tes literasi sebanyak tiga soal untuk masing-masing
subyek pada setiap kategori self regulated learning. Tes dilakukan dengan
menggunakan think aloud, yaitu peserta didik mengungkapkan ide-ide yang
dipikirkan menggunakan kalimat verbal atau diucapkan dalam proses
pemecahan masalah sehingga data yang didapatkan kata-kata lisan dan tulisan
(Sari & Kusmadi, 2016).
Wawancara
Wawancara dilakukan setelah peserta didik mengisi angket self
regulated learning dan tes literasi matematis. Adapun pengertian wawancara itu
senidir menurut Esterbeg (dalam Sugiyono, 2018) adalah pertemuan dua orang
untuk bertukan informasi atau ide melalui Tanya jawab sehingga dapat
dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu (P.316). wawancara yang
dilakukan agar peneliti dapat memperoleh data secara mendalam dari subyek
penelitian.
Peneliti menggunakan wawancara tak berstruktur, yaitu wawancara
yang digunakan untuk mendapat informasi yang lebih mendalam tentang
responden. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan literasi matematis siswa dalam menyelesaikan soal matematika
berdasarkan indikator literasi matematis siswa. Pertanyaan-pertanyaan yang
dibuat akan memberikan informasi tentang kemampuan literasi matematis dan
self regulated learning siswa.
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2018) instrument pendukung dibutuhkan
untuk membantu peneliti agar memperoleh data yang sesuai dengan tujuan
penelitian, instruman pendukung yang digunakan peneliti adalah sebagai
berikut:
Angket Self Regulated Learning
Instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah angket. Angket
yang diberikan mengandung indikator-indikator self regulated learning yaitu;
inisiatif dan motivasi belajar intristik, kebiasaan mendiagnosa kebutuhan
belajar, menetapkan tujuan/target belajar, memonitori mengatur serta
mengontrol belajar, memandang kesulitan sebagai tantangan, memanfaatkan
dan mencari sumber yang relevan, memilih dan menerapkan strategi belajar,
mengevaluasi proses dan hasil belajar, kemampuan diri. Menurut ruseffendi
mengemukakan “Angket adalah sekumpulan pernyatan atau pertanyaan yang
harus dilengkapi oleh responden dengan memilih jawaban atau menjawab
pertanyaan melalui jawaban yang sudah disediakan atau melengkapi kalimat
dengan jalan mengisi”
Peneliti menggunakan angket tertutup karena untuk memudahkan
peserta didik untuk mengisi dan waktu relatife singkat untuk menjawab. Peneliti
menggunakan instrument berupa angket self regulated learning yang terdiri
dari 28 soal pernyataan, yaitu 14 penyataan positif dan 14 pernyataan negative
yang disusun berdasarkan skala likert. Angket yang akan digunakan merupakan
hasil adopsi dari Haerudin (dalam Hendriana, Rohaeti, & Sumarmo, 2018)
Adapun kisi-kisi angket self regulated learning peserta didik disajikan dalam
tabel.
Untuk pengisian angket peserta didik diminta memberikan tanda ceklis
pada kolom yang telah disediakan dengan beberapa alternative jawaban
menggunakan skala likert yang disajikan pada tabel berikut.
Skor Kategori skala Likert
Skor Item
Alternatife Jawaban
Item Positif Item Negatif
Selalu (SL) 4 1
Sering (SR) 3 2
Kadang-Kadang 2 3
Tidak Pernah 1 4
Sumber Ekawati & Sumaryanta (2011, p.36)
Angket self regulated learning yang penulis buat terdiri dari 28 pernyataan.
Setiap pernyataan memiliki skor minimum 1 dan skor maksimum 4. Sehingga
skor maksimum yang mungkin didapat adalah 112. Kategori yang digunakan
menggunakan alternative penilaian tiga kategori, sehingga rentang skor dibagi
tiga sama besar. Pengkategorian peserta didik memperhatikan kategorisasi
menurut Arikunto (2016) yang terdapat pada tabel.
Kriteria Penafsiran Skor Angket Self Regulated Learning
Rentang Skor Kategori
76-112 Kelompok Atas
38-75 Kelompok Tengah
0-37 Kelompok Bawah

Soal Tes Kemampuan Literasi Matematis


Soal tes kemampuan literasi matematik dalam penelitian ini adalah
berupa soal cerita yang diharapkan dapat mengukur sejauh mana kemampuan
literasi matematik yang dilihat dari jawaban peserta didik. Kemampuan literasi
matematik tidak hanya dilihat dari benar atau salahnya jawaban akhir, etapi juga
dilihat dari kemampuan peserta didik daam menyajikan atau mengerjakan tahap
demi tahap jawaban peserta didik.
Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain. Setelah semua data penelitian terkumpul maka data diolah sehingga
data tersaji lebih mudah diinterpretasikan dan dianalisis secara lebih lanjut.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan saat pengumpulan data
berlangsung dan setelah selesai dan setelah pengumpulan data berlangsung
(Sugiyono, 2018) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data yaitu
reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan verifikasi
(conclusion drawing/ verification).
Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data artinya merangkum data yang didiapat, memilih hal
pokok, memfokuskan pada hal-hal penting dan menemukan tema serta polanya
(Sugiyono, 2018, p.336). dengan mereduksi data peneliti mendapatkan
gambaran yang lebih jelas mengenai penelitian yang dilakukan dan
memudahkan peneliti dalam mengambil keputusan selanjutnya. Langkah
reduksi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Mengelompokkan siswa ke dalam kategori self regulated learning
yang diperoleh dari hasil angket. Untuk mengelompokkan self
regulated learning peneliti menggunakan kriteria kategorisasi
menurut Arikunto (2016).
2. Mengkoreksi hasil tes kemampuan literasi matematis peserta didik
yang menjadi subyek penelitian dan merangkum hasil pengamatan
selama metode think aloud dan wawancara, dan kemudian dianalisis
untuk mengetahui kemampuan literasi matematik.

Penyajian Data (Data Display)


Penyajian data memiliki tujuan untuk memudahkan dalam memahami
apa yang sebenarnya terjadi dan setelah dipahami peneliti dapat merencanakan
kerja selanjutnya. Penyajian data dalam penelitian kualitatif berupa kalimat
yang sistematis atau uraian singkat sebagaimana pendapat Miles & Hubberman
(dalam Sugiyono, 2018) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif
penyajian data dilakukan dengan teks yang bersifat naratif yang didapatkan dari
kumpulan data yang telah direduksi. Penyajian data dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara deskripsi. Hasil tes kemampuan literasi matematik
peserta didik yang sudah dikategorikan kedalam masing-masing kelompok self
regulated learning dideskripsikan. Menyajikan hasil tes kemampuan literasi
matematik secara deskripsi dengan tujuan agar diperoleh gambaran mengenai
kemampuan literasi matematik yang dimiliki oleh peserta didik ditanjau dari
kategori kelompok self regulated learning. Hasil wawancara juga disajikan
dalam bentuk deskriptif.
Penarikan Kesimpulan (Conclusing Drawing)
Langkah selanjutnya dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan
atau verifikasi. Menurut Sugiyono (2015) “Kesimpulan awal yang ditemukan
masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemkan bukti-bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-
bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel” (p.252). Dengan demikian kesimpulan dalam
penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah
dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif
masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di
lapangan (Sugiyono, 2015). Sehingga kesimpulan awal yang masih sementara
akan menjadi kesimpulan yang memiliki landasan yang kuat untuk dapat
disimpulkan.
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui kemampuan
literasi matematik peserta didik dari pengerjaan soal tes kemampuan literasi
matematik yang ditinjau dari self regulated learning sehingga kesimpulan dalam
penelitia ini dapat menjawab pertanyaan diri sendiri.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2021. Tempat
penelitian akan dilakukan di SMP Terpadu Putri Riyadlul Ulum Wadda’wah
tahun ajaran 2020/2021 yang bertepat di Kampung Condong, RT 01 RW 04,
Kel.Setianegara, Cibeureum, Setianegara, Tasikmalaya, Jawa Barat 46196
Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian
Bulan
Jenis
No Maret April Mei Juni Juli
Kegiatan
2021 2021 2021 2021 2021
1 Mendapatkan
SK
bimbingan
skripsi
2 Pengajuan
Judul
3 Pembuatan
Proposal
Penelitian
4 Seminar
Proposal
Penelitian
5 Mengurus
Surat Izin
Penelitian
Daftar Pustaka
Abidin, Y., Mulyati, T., & Yunansah,H (2018). Pembelajaran Literasi: Strategi
Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca,
dan Menulis. (Y.N.I. Sari, ed). Jakarta, Bumi Aksara
Arifani, H., Cahyono, A. N., & Nugroh, S.E (2019). Self-Directed untuk
Memaksimalkan Kemampuan Literasi Matematika. Prosding
Seminar Nasional Matematika, 2, 698-703. Retrived from
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/view/29240
Arikunto,S. (2016). Management Penelitian. PT Rineka Cipta
Arikunto, S. (2015). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta Ina: PT Bumi
Aksara
Asri, D. N., Setyosari, P., Hitipeuw. I., & Chusniyah, T. (2017b) The Effect of
Self Regulated in Learning, School Culture and Gender on
Academic Procrastion in Junior High School Students’. In Dyp.
Sugiharto (Ed). 1st Semarang State University Internatioanal
Conference on Counseling and Educational Psycology, 1, 122-
129. https://doi.org/10.5539/ies.v10n9p70
Chartes, E. (2003). The Use of Think-aloud Methods in Qualitative Research An
Introduction to Tkink-aloud Methods. Brock Education, 12(2), 68-
82. Retrieved from https://doi.org/10.26522/brocked.v12i2.38
Depatermen Pendidikan Indonesia. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia [e-
book]. Retrived from https://jurnal-oldi.or.id/public/kbbi.pdf
Dewi,T.a (2016). Kemampuan Literasi Matematika siswa Kelas X pada
Pembelajaran CIRC Bernuansa SPUR Ditinjau dari Diposisi
Matematika. PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika,
121-130.RetrivedFrom
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/view/21439
Hendriana, H., Rohaeti, E.E., & Sumarmo, U. (2017). Hard Skills dan Soft Skills
Matematik Siswa. Bandung: REfika Aditama.
1.1 Lampiran Hasil Wawancara
Narasumber : Aas Fauziyah, S.Pd
Jabatan : Guru Pelajaran Matematika Kelas VIII di SMP Terpadu Putri
No Pertanyaaan Jawaban
1 Ada berapa kelas yang ibu ampu untuk Ada 3 kelas, VIII B,
mata pelajaran matematika di sekolah VIII E, dan VIII F
ini?
2. Menurut ibu, dari ketiga kelas tersebut Ada, kelas VIII B yang
adakah kelas yang paling mendominan paling kebilang
dari segi keativan, dan akademiknya? lumayan menurut ibu,
baik dalam segi
keaktifan ataupun
akademiknya.
3. Hal apa yang paling mendasari yang Ibu lihat mungkin dari
menjadi penyebab peserta didik dalam kesemangatan dan
hal itu? kerajinan dalam diri
mereka (peserta didik)
yang membuat suasana
pembelajaran menjadi
sedemikian nyaman
dengan berbagai
keaktifan yang mereka
lakukan. Dan dalam
pengerjaan tugas pula
mereka yang paling
rajin dibandingkan kelas
yang lainnya.
4. Dan adakah kelas yang dirasa kurang Ada, menurut ibu kelas
baik dari segi keaktifan maupun VIII E dirasa kurang
akademik? dibandingkan kelas
yang lainnya.
5. Hal apa yang paling mendasari yang Dari kesemangatan
menjadi penyebab kurangnya peserta belajarnya juga kurang.
didik dalam hal itu? Dilihat dari segi
kerajinan dan keaktifan
kelas VIII E berada
dibawah kelas-kelas lain
yang ibu ajar.
6. Materi apa yang dirasa sulit oleh peserta Untuk materi tersendiri
didik? tidak ada yang terlalu
dirasa sulit, hanya saja
beberapa dari mereka
ada yang belum mampu
menerjemahkan bahasa
matematika ke dalam
bahasa sehari-hari pun
sebaliknya. Terus dalam
pengkonversian suatu
nilai dari satuan tertentu
menjadi satuan yang
lainnya. Biasanya hal
ini terjadi saat
pengerjaan materi
bangun ruang sisi datar.
Yah kita juga tahu kan
terkadang ada kasus
dimana kilo meter harus
dirubah satuannya
kedalam satuan yang
lain dan banyak lagi
kasusu yang lainya
7. Apakah ibu pernah memberikan contoh Belum pernah, namun
soal yang di dalamnya mengandung saya sering memberikan
indikator-indikator kemampuan literasi soal-soal yang
matematis? berbentuk kontekstual
8. Saat ibu memberikan soal tersebut, Masih banyak peserta
bagaimana hasil pengerjaan peserta didik yang melakukan
didik? kesalahan, walaupun
dari mereka juga ada
yang sudah
mengerjakan benar
sepenuhnya. Tapi skala
peserta didik yang
mampu mengaitkan
pengetahuan yang
dimilikinya dengan
masalah yang diberikan
tidak sepadan dengan
skala peserta didik
lainnya yang masih
belum mampu.
9. Lalu apakah langkah yang ibu lakukan Saya terus berikan
untuk memperbaiki hal ini? motivasi dan semangat
kepada mereka agar
mereka tidak berkecil
hati, dan saya juga
memperbanyak latihan-
latihan soal untuk lebih
mengasah pengetahuan
mereka.
10. Ketika ibu memberikan tugas, apakah Alhamdulillah untuk
mereka (peserta didik) selalu kelas VIII B dan VIII F
mengerjakannya? yang saya ampu mereka
semua selalu taat dan
rajin dalam
mengerjakan setiap
tugas yang saya beri,
bahkan saat saya
memberi latihan soal di
dalam kelas pun mereka
suka berebut ingin
mengerjakan di papan
tulis. Sedangkan untuk
kelas VIII E merekea
sedikit kurang jdi suka
ada aja beberapa anak
yang tidak mengerjakan
tugas.
11. Apakah ada efek yang dirasakan dari Ada saja efek yang
pandemi ini yang mengakibatkan terjadi, apalagi sekolah
kesemangatan dan kerajinan bahkan baru saja meliburkan
akademik peserta didik menurun bu? untuk waktu yang
cukup lama, jadi mereka
(dikarenakan mesantren
di sekolah ini) harus
melakukan adaptasi
ulang. Yaah maklum lah
mungkin anak-anak
masih terbawa suasana
rumah. Namun
kedepannya in sya Allah
segalanya berjalan
normal lagi.

Anda mungkin juga menyukai